Anda di halaman 1dari 9

PERENCANAAN PAJAK YANG EFEKTIF:

ANALISIS MANAJEMEN PERPAJAKAN MELALUI PEMILIHAN

STRUKTUR BADAN USAHA

Siti Nikhlatus Salma, Fitri Rahmatun Hidayah, Naylul Barokatin Naja

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

ABSTRAK

LATAR BELAKANG

Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam dunia usaha adalah perencanaan pajak
yang efektif bagi perusahaan dalam mengoptimalkan pengendalian keuangan dan mengurangi
beban pajak yang harus dibayar. Perencanaan pajak yang efektif dapat membantu dunia usaha
dalam meningkatkan margin keuntungan. Perencanaan pajak disebut juga sebagai upaya
untuk mengurangi beban pajak secara legal tanpa melanggar peraturan undang-undang
perpajakan.

Manajemen perpajakan menjadi langkah awal dalam perencanaan pajak. Manajemen


pajak menjadi alat untuk menjamin terpenuhinya kewajiban perpajakan yang jujur, tetapi
jumlah pajak yang dibayarkan dapat dikurangi semaksimal mungkin.

Di dalam perencanaan perpajakan terdapat salah satu aspek penting yaitu pemilihan
struktur badan usaha yang sesuai. Hal tersebut dapat bermanfaat bagi perusahaan untuk
membantu mengoptimalkan keuntungannya dan mengurangi beban pajak yang dibayarkan.
Tetapi, jika salah memilih struktur badan usaha akan berdampak negatif pada keuangan
perusahaan.

Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk menerapkan manajemen perpajakan
yang efektif. Hal itu dapat membantu perusahaan untuk mengurangi risiko-risiko pajak dan
mengoptimalkan keuntungannya. Dalam paper ini analisis terhadap manajemen perpajakan
akan dilakukan untuk membantu perusahaan dalam membuat perencanaan pajak yang efektif.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam paper ini adalah metode penelitian studi
literatur. Menurut Zed, 2008 (dalam Nursalam, 2016) Metode studi literatur adalah runtutan
kegiatan yang berkaitan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, mencatat, dan
mengolah bahan penulisan. Jenis penulisan yang digunakan adalah studi literatur yang
memiliki fokus pada hasil penulisan yang bersangkutan dengan variabel penulisan.

Penelitian ini menggunakan data yang bersumber dari hasil penelitian yang telah
diterbitkan dalam e-jurnal nasional maupun internasional. Dalam melakukan penelitian ini
peneliti melakukan pencarian jurnal penelitian yang dipublikasikan di internet menggunakan
Publish or Perish dan Schoolar dengan berdasarkan topik yang diambil.

PEMBAHASAN

Menurut Prasetyo et al (2021), Manajemen pajak adalah proses penyusunan yang


dilakukan wajib pajak agar utang pajak bisa seminimal mungkin dengan tidak melanggar
ketentuan undang-undang perpajakan.

Perencanaan pajak atau tax planning merupakan langkah awal dalam manajemen pajak.
Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar
dapat menentukan jenis penghematan pajak mana yang akan digunakan. Pada umumnya
penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimalkan kewajiban pajak
(Agoes, S., & Trisnawati, E. 2016).

Perencanaan pajak pada umumnya dilakukan sebelum laporan keuangan diserahkan


untuk dihitung dasar pengenaan pajak yang akan dikenakan tarif pajak. Perencanaan pajak
dilakukan dengan upaya-upaya yang dapat meminimalkan beban pajak, yaitu: 1.
memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan, 2. memaksimalkan biaya fiskal, 3.
meminimalkan biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurang, serta 4. pemilihan metode
akuntansi. Ada pun dua pendekatan yang biasa dilakukan sebagai suatu strategi dalam usaha
memperkecil laba yang akhirnya juga mengurangi pajak yang harus dibayar, yaitu: 1)
Memperkecil pendapatan atau penerimaan. 2) Memperbesar biaya atau pengeluaran (Rori,
2013).

Menurut (Dennis, 2013) terdapat tiga hal yang harus diperhatikan suatu perencanaan
pajak (tax planning) yaitu:

1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan. Bila suatu perencanaan pajak (tax Planning)
dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan, buat Wajib Pajak merupakan
resiko yang sangat berbahaya dan mengancam keberhasilan perencanaan pajak (tax
planning) tersebut.
2. Hal ini rasional dalam bisnis karena perencanaan pajak merupakan bagian integral
dari perusahaan perencanaan secara keseluruhan baik jangka panjang dan jangka
pendek. Perencanaan pajak irasional akan melemahkan perencanaan itu sendiri.
3. Memadai bukti pendukung, misalnya, perjanjian, faktur akuntansi.

Tujuan utama dari Tax Planning adalah mencari berbagai alternatif yang bisa diambil
oleh perusahaan agar besar pajaknya dibayarkan dalam jumlah minimal. Dengan adanya tax
planning ini perusahaan dapat mengefisienkan pembayaran pajak terutang dengan tetap
mengacu pada peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Perusahaan harus melakukan perencanaan pajak yang optimal agar bisa mengelola
keuangan yang lebih efisien dan mengurangi beban pajak. Salah satu faktor penting dalam
perencanaan pajak ini adalah memilih struktur badan usaha yang sesuai dengan kebutuhan
dan tujuan perusahaan. Struktur badan usaha berbeda-beda tergantung pada jenis dan kategori
usaha yang dijalankan (Sudarsono, 2023).

Terdapat 3 cara penghematan perpajakan, yaitu:

1. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance), usaha mengefisienkan beban pajak melalui


penghindaran pengenaan pajak dengan mengalihkannya ke dalam transaksi yang tidak
termasuk objek pajak.
2. Pengelakan Pajak (Tax Evasion), penghindaran pajak yang dilakukan secara ilegal
dengan mengurangi dasar penetapan pajak dengan cara menyembunyikan sebagian
penghasilan yang diperoleh.
3. Penghematan Pajak (Tax Saving), usaha untuk mengefisienkan beban pajak dengan
cara memilih dasar pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. (Chairil Anwar,
2013).

Pemilihan bentuk usaha yang tepat untuk menjalankan bisnis merupakan faktor penting
dalam meminimalkan beban pajak. Hal yang perlu diperhatikan adalah memutuskan bentuk
usaha apa yang diambil dengan melakukan perbandingan mengenai jumlah pajak yang harus
dibayar pada setiap bentuk usaha, dan mempertimbangan berbagai faktor non tax.

Berdasarkan ketentuan umum perpajakan, wajib pajak dibagi dua yaitu, wajib pajak
orang pribadi dan wajib pajak badan. Perbedaan antara wajib pajak pribadi dan wajib pajak
badan adalah besarnya tarif yang dikenakan serta lapisan pajak sebagai dasar pengenaan tarif
pajak tersebut.

Pilihan Bentuk Usaha


1. Usaha Perorangan
Usaha perorangan merupakan bentuk usaha yang kepemilikannya dimiliki oleh
satu orang saja. Umumnya usaha perorangan tidak membutuhkan modal yang terlalu
besar, jenis dan jumlah produksi yang terbatas, tenaga kerja yang masih sedikit,
teknologi yang digunakan sederhana. Contoh : Toko kelontong, warung, salon, dll.
Ciri-ciri dan sifat usaha perorangan yaitu:
 Mudah dibentuk dan dibubarkan
 Harta pribadi bisa ikut digunakan dalam usaha karena tanggung jawabnya
tidak terbatas keuntungan menjadi milik sendiri
 Sulit mengatur rencana kedepan perusahaan karena diatur oleh pemilik
 Jangka waktu badan usaha tidak terbatas
 Dapat berpindah tangan sewaktu-waktu
Bagi usaha yang bersifat perorangan, secara akuntansi keuntungan dari usaha
menjadi menjadi keuntungan pemilik, karena tidak dilakukan pemisahan harta antara
harta usaha dengan pemilik, begitu juga dengan pengeluaran untuk usaha dan pemilik.
Sedangkan berdasarkan ketentuan perpajakan harta usaha dengan harta pemilik harus
dipisahkan. selain itu, untuk kepentingan perhitungan perpajakan wajib pajak
melakukan metode pembukuan. Bagi pengusaha yang omset setahunnya belum
mencapai Rp 4.800.000.000 tidak diharuskan melakukan metode pembukuan tetapi
dapat memilih melakukan metode pencatatan, sehingga ketika menghitung PPh
diperkenankan menggunakan norma perhitungan penghasilan.

2. Persekutuan
Persekutuan merupakan badan usaha yang dimiliki oleh dua orang atau lebih
secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
contoh dari persekutuan ini adalah Firma dan Persekutuan Komanditer (CV).
a. Firma
Firma merupakan bentuk persekutuan yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang menjadi tanggung jawab semua orang yang terlibat bukan hanya
pemiliknya.
Ciri-ciri dan sifat Firma yaitu:
 Jika terdapat hutang tak terbayar, maka menjadi tanggung jawab setiap
pemilik untuk melunasi dengan harta pribadi
 Setiap anggota memiliki hak untuk memimpin
 Jika ingin memasukkan anggota baru harus ada persetujuan dengan anggota
lainnya
 Keanggotan bersifat melekat dan jangka waktu seumur hidup
 Setiap anggota mempunyai hak untuk membubarkan Firma
 Tidak membutuhkan akta pendirian
 Mudah dalam memperoleh kredit untuk usaha
b. Persekutuan Komanditer / CV
Persekutuan Komanditer (CV) merupakan bentuk usaha yang didirikan dan
dimiliki oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan
sebelumnya dengan tingkat keterlibatan yang berbeda antar anggota dan modal
tidak dibagi atas saham. salah satu pihak dalam CV mengelola usaha secara aktif
dengan melibatkan harta milik pribadi, sedangkan pihak yang lain hanya
menyertakan modal saja. Pihak yang aktif mengurus CV disebut sekutu aktif, dan
pihak yang menyetor modal disebut sekutu pasif. Keuntungan dari hasil usaha
menjadi penghasilan CV sebagai wajib pajak badan, dan penghasilan investor
dari penyetoran modalnya merupakan penghasilan dari bagi laba.
Ciri-ciri dan sifat CV adalah sebagai berikut:
 Susah untuk mengambil lagi modal yang sudah disetor
 Modal lebih besar dibandingkan dengan usaha perorangan, karena modal
bersumber dari beberapa orang
 Mudah untuk mendapatkan kredit pinjaman
 Tanggung jawab tidak terbatas hanya untuk anggota aktif, anggota pasif
hanya mengharapkan keuntungan
 Mudah dalam pendirian
 Jangka waktu tidak menentu

3. Perseroan Terbatas (PT)


Perseroan Terbatas merupakan badan hukum persekutuan modal yang didirikan
atas dasar perjanjian, kegiatan usahanya dilakukan menggunakan modal dasar dan
semuanya terbagi atas saham serta telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh
Undang-Undang. Pada PT, yang memimpin perusahaan tidak harus pemilik modal
karena perusahaan dapat menunjuk orang yang bukan pemilik modal untuk menjadi
pemimpin dari perusahaan tersebut.
Ciri-ciri dan sifat Perseroan Terbatas (PT) yaitu:
 Ukuran dan modal perusahaan besar
 Kewajiban terbatas pada modal saja tanpa melibatkan harta pribadi
 Di antara perusahaan dengan pemilik terdapat pemisahan yang tegas
 Orang yang tidak memiliki saham boleh menjadi pemimpin perusahaan
 Kepemilikan modal dapat berpindah tangan dengan mudah
 Laba usaha dikenakan pajak sebagai Wajib Pajak Badan, laba perusahaan
yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen juga
dikenakan pajak.
 Karena PT merupakan badan hukum (legal) maka, sulit untuk dibubarkan.

Setiap struktur Badan usaha pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-
masing. CV dan firma memiliki kelebihan dengan tarif pajak yang lebih rendah tetapi
pemiliknya bertanggung jawab secara pribadi oleh karena itu, mempunyai resiko yang lebih
tinggi. Sedangkan PT mempunyai kelebihan tanggung jawab pribadi yang tidak terbatas
tetapi memiliki kekurangan yaitu tarif pajak lebih tinggi. Maka dari itu WP harus memilih
struktur badan usaha sesuai kebutuhan dan tujuannya. Disamping itu, WP juga harus
memenuhi kewajiban perpajakan yang berlaku bagi badan usaha seperti yang diatur dalam
UU PPh no.7 tahun 1983 dan UU PPN No.11 Tahun 1984.

Hasil analisis data dan penelitian menunjukkan bahwa struktur badan usaha
berpengaruh secara signifikan terhadap kewajiban pajak. Badan usaha yang memiliki tarif
pajak rendah seperti CV dan firma dapat mengurangi beban pajak yang harus dibayar oleh
wajib pajak. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pemilihan
struktur badan usaha adalah salah satu cara manajemen perpajakan yang efektif (Ortax,
2023).

Menurut (Roj & Lintje, 2023) ada dua hal yang menjadi strategi penghematan pajak
melalui pemilihan badan usaha dari wajib pajak yakni kepastian hukum dan tarif pajak.
Dalam strategi kepastian hukum badan usaha dipilih karena adanya kejelasan dan lebih
banyak diterima pada saat berurusan dengan instansi. Disaat usahanya semakin berkembang
maka aset semakin meningkat dan perputaran uang semakin besar maka hal itu bisa
menyebabkan kompleksitas dalam sebuah usaha sehingga badan usaha membutuhkan
kepastian hukum dalam menjalankan usahanya. Perbedaan tarif pajak di antara bentuk usaha
perorangan dan bentuk usaha badan dimana tarif pajak badan lebih kecil dibandingkan tarif
pajak orang pribadi jadi untuk tingkat keuntungan membuat wajib pajak lebih memilih
bentuk usaha badan dalam menjalankan usahanya.

Untuk mengetahui perbedaan besarnya beban pajak penghasilan jika dinilai dari
pemilihan bentuk badan usaha bisa dilihat pada ilustrasi perhitungan ini:

1. Bentuk Usaha Perorangan


Selama tahun 2022, Tn. Shawn (K/2) menjalankan usaha perorangan dan
memperoleh laba bersih sebesar Rp 400.000.000, maka besar beban pajak yang
ditanggung Tn Shawn adalah:

Penghasilan Rp 400.000.000
PTKP Rp 67.500.000 -
PKP Rp 332.500.000
5% x 60.000.000 = 3.000.000
15% x 190.000.000 = 28.500.000
PPh Terutang:
25% x 82.500.000 = 20.625.000 +
52.125.000
Jadi, Besar PPh Terutang Tn. Shawn adalah Rp 52.125.000
2. Bentuk Usaha Persekutuan (CV)
Tn. Rayan dan Tn. Atar membentuk usaha persekutuan berupa CV yang diberi nama
CV. Mahendra. Anggaplah laba bersih tahun 2022 adalah sebesar Rp 400.000.000.
Sehingga perhitungan Pajak atas laba bersih tersebut adalah sebagai berikut:

Laba bersih sebelum pajak Rp 400.000.000


PPh Badan 22% Rp 88.000.000 -
Laba setelah pajak Rp 312.000.000
Jadi, besar PPh Terutang CV. Mahendra adalah Rp 88.000.000.
3. Bentuk Usaha Perseroan Terbatas (PT)
Diasumsikan Tn.Berto dan Tn.Fernando membentuk PT.Laba yang dihasilkan selamam
2022 adalah sebesar Rp.720.000.000 dan laba setelah pajak adalah sebesar
Rp.561.600.000. Dan masing masing pemegang saham memperoleh pembagian
keuntungan sebesar Rp.260.750.000. PPH terutang atas penghasilan tersebut dengan
asusmsi tidak ada pengahsilan lain dapat dilihat pada perhitungan berikut :
Sehingga perhitungan Pajak atas laba bersih tersebut adalah sebagai berikut:

Laba bersih sebelum pajak Rp 720.000.000


PPh Badan 22% Rp 158.400.000 -
Laba setelah pajak Rp 561.600.000
Jadi, besar PPh Terutang PT adalah Rp 158.400.000

Penghasilan Tn.Berto/Tn.Fernando Rp.270.750.000

PTKP (K/2) Rp. 67.500.000

Penghasilan Kena Pajak Rp. 203.250.000

PPH terutang perseorangan Rp. 20.362.500

Laba setelah pajak perorangan Rp.182.887.500

Maka total PPH terutang atas penghasilan kedua pemilik pt tersebut sebesar (2 x
20.362.500) = Rp. 40.725.000

KESIMPULAN

Struktur badan usaha seperti CV, firma, dan PT memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
hal kewajiban pajak, yang dapat dipengaruhi oleh pemilihan struktur badan usaha. Tax
planning merupakan cara yang efektif untuk mengurangi beban pajak yang harus dibayar.
Perencanaan pajak (tax planning) merupakan strategi legal untuk meminimalkan kewajiban
pajak. Pemilihan struktur badan usaha sangat penting dalam perencanaan pajak untuk
mengoptimalkan keuntungan dan mengurangi beban pajak yang harus dibayar. Penghematan
perpajakan dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti penghindaran pajak, pengelakan
pajak, dan penghematan pajak. Pemilihan bentuk usaha seperti usaha perorangan,
persekutuan, dan perseroan terbatas juga berdampak pada beban pajak yang harus dibayar.
Manajemen perpajakan yang efektif dapat membantu perusahaan dalam merancang
perencanaan pajak yang optimal. Oleh karena itu, perencanaan pajak yang baik sangat
penting untuk meminimalkan kewajiban pajak dan mengoptimalkan keuntungan perusahaan.
Pemilihan struktur badan usaha yang tepat dapat memberikan keuntungan dalam hal tarif
pajak yang lebih rendah. Keberhasilan dalam manajemen perpajakan juga tergantung pada
kepastian hukum dalam badan usaha yang dipilih. Dengan demikian, paper ini menyoroti
pentingnya perencanaan pajak yang cermat dan strategis untuk mencapai tujuan perusahaan
secara efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Chairil Anwar Pohan. (2013). Manajemen Perpajakan: Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis
Edisi Revisi, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Dennis, Shirley. (2013). Perpajakan untuk mengambil keputusan. New Jersey : John Wiley &
Sons
Fuadi, Z. (2019). Analisis penerapan perencanaan pajak (tax planning) sebagai upaya
menekan beban pajak penghasilan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. http://repository.umsu.ac.id/handle/123456789/7527
Nursalam (2016). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi 3.
Jakarta :Salemba Medika
Priwandani, D. (2021). Penerapan tax planning dalam meningkatkan efisiensi pembayaran
pajak saat terjadi pandemi covid-19 pada PT. Masabaru gunapersada surabaya periode
2020. STIE Mahardhika Surabaya. http://repository.stiemahardhika.ac.id/2608/
Roj, Wantah Jongke,. Lintje, Kalangi. (2023) Referensi Perencanaan Pajak Bentuk Usaha
Jurnal : Riset Akuntansi dan Auditing
Rori, H. (2013). Analisis penerapan tax planning atas pajak penghasilan badan. Jurnal
EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 1(3).
https://doi.org/10.35794/emba.1.3.2013.1840
Sudarsono, A (2023). Pajak Dan Struktur Badan Usaha. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai