Anda di halaman 1dari 5

Nama Kelompok:

Moh Saifudin Hamid 20181220030


Shana Octaviani Hakim 20181220036
Zahrotin Nisa 20181220139
Cindy Antika Resty 20181220141

Konsep Laba dan Pengakuan Pendapatan


a) Laba ekonomi dan Laba akuntansi
Laba ekonomi (economic profit) adalah selisih antara pendapatan dengan total biaya (biaya
implisit plus biaya eksplisit). Ini adalah ukuran lain laba selain laba akuntansi. Biaya implisit mewakili
biaya peluang ketika perusahaan memilih untuk menggunakan faktor produksi tertentu. Laba ekonomi
akan lebih kecil dibandingkan dengan laba akuntansi. Laba akuntansi mengecualikan biaya implisit
dalam perhitungannya. Itu adalah laba yang anda lihat dalam laporan keuangan perusahaan. Sementara
itu, untuk mendapatkan laba ekonomi, anda harus menghitungnya sendiri dengan beberapa pendekatan
seperti economic value added.Istilah lain untuk laba ekonomi adalah laba abnormal atau laba
supernormal.
Menghitung laba ekonomi
Laba ekonomi memperhitungkan biaya implisit dan eksplisit. Untuk menghitungnya, anda dapat
menggunakan rumus berikut:
Laba ekonomi = Total pendapatan – Biaya eksplisit – Biaya implisit
Total pendapatan minus biaya eksplisit adalah laba akuntansi. Oleh karena itu, kita dapat menulis ulang
rumus di atas menjadi:
Laba ekonomi = Laba akuntansi – Biaya implisit

Laba akuntansi adalah perbedaan antara total pendapatan dengan biaya eksplisit. Itu adalah
laba yang perusahaan sajikan dalam laporan laba rugi perusahaan. Untuk menyajikannya, perusahaan
mematuhi standar akuntansi yang berlaku. Sebaliknya, anda tidak akan menemukan laba ekonomi
dalam laporan laba rugi. Perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk mengungkapkannya ke pihak
eksternal seperti regulator, investor atau lembaga keuangan. Laba akuntansi memberitahu anda
seberapa menguntungkan perusahaan menggunakan aset yang mereka miliki saat ini untuk
menghasilkan barang dan jasa. Sementara itu, laba ekonomi menggabungkan analisis sesuatu yang saat
ini tidak tercermin dalam aset perusahaan. Untuk alasan ini, perusahan mungkin melaporkan laba
akuntansi yang positif, tetapi laba ekonomi adalah negatif.

b) Pengakuan pendapatan
Pengakuan pendapatan merupakan pencatatan jumlah uang secara resmi ke dalam metode
pembukuan sehingga jumlah tersebut terrefleksi dalam statemen keuangan. Pendefinisian pendapatan
wajib dipisahkan dari pengetian pengakuan pendapatan. Pengakuan pendapatan tidak boleh
menyimpang dari landasan konseptual.
Oleh sebab – itu secara konseptual –  pendapatan hanya diakui jika memenuhi mutu
keterukuran dan keterandalan. Mutu tersebut harus dioperasionalkan dalam wujud kriteria pengakuan
pendapatan. Prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognition principle) memastikan bahwa
pendapatan diakui pada saat Direalisasi atau bisa direalisasi dan dihasilkan.
Pendapatan bisa direalisasi jika barang dan jasa ditukar dengan kas atau klaim atas kas (piutang).
Pendapatan juga bisa direalisasi jika aktiva yang diterima dalam pertukaran langsung bisa dikonversi
menjadi kas atau klaim atas kas dengan jumlah yang  bisa dikenal.
Pendapatan dibuat jika entitas yang bersangkutan pada hakikatnya sudah mampu mengatasi
apa yang harusnya mereka kerjakan untuk bisa mendapatkan hak atas manfaat yang dimiliki oleh
pendapatannya, yaitu jika progres pengerjaan laba sudah selesai.
Empat transaksi pendapatan yang  sudah diakui dalam prinsip ini adalah :
 Pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal penjualan (tanggal penyerahan terhadap
pelanggan).
 Pendapatan dari pemberian jasa diakui saat jasa sudah diberi dan bisa ditagih.
 Pendapatan dari membolehkan pihak lain untuk menerapkan aktiva perusahaan, seperti bunga,
sewa dan royalty, diakui layak dengan berlalunya waktu atau saat aktiva itu diterapkan.
 Pendapatan dari penjualan aktiva kecuali produk diakui pada tanggal penjualan.

c) Keterbatasan pengakuan laba


Para pengguna laporan laba rugi sebagai salah satu unsur yang memastikan intergritas laporam
keuangan perlu memahami bahwa laba bersih dihitung melalui serangkaian estimasi dan juga asumsi.
Hal tersebut menyebabkan adanya keterbatasan terkait dengan informasi yang disajikannya.
Keterbatasan yang pertama dari laporan laba rugi adalah tak dilaporkannya transaksi-transaksi yang
tidak bisa dikur secara andal oleh perusahaan. Padahal, transaksi-transaksi yang demikian, dapat juga
mempengaruhi kinerja laba perusahaan. Misalnya saja atas laba atau rugi investasi surat berharga yang
tak ditujukan untuk trading, yang belum terealisasi, maka, perusahaan tidak melaporkannya di laporan
laba rugi, melainkan hanya di catatan atas laporan keuangan (CALK). Jadi, ketika surat berharga investasi
perusahaan mengalami kenaikan, maka, hal tersebut diakui sebagai laba yang belum terealisasi,
sedangkan, ketika mengalami penurunan, maka, hal tersebut diakui sebagai rugi yang belum terealisasi.
Terkait pengakuannya di laporan laba rugi, baik laba maupun rugi tersebut, hanya diakui bila investasi
surat berharga tersebut telah dijual. Selanjutnya, keterbatasan yang kedua dari laporan laba rugi adalah
mengenai pengaruh metode penyusutan yang digunakan perusahaan terhadap nilai laba atau rugi
perusahaan. Jadi, ketika kamu membandingkan kinerja laba dua perusahaan yang berada dalam suatu
industri yang sama, bisa saja kamu menemukan bahwa kinerja laba perusahaan A lebih baik
dibandingkan perusahaan B. Padahal, dengan asumsi seluruh faktor terkait pendapatan dan beban
sama, kinerja perusahaan A terlihat lebih besar karena dalam melakukan penyusutan atas aset
pabriknya menggunakan metode garis lurus (straight line method), sedangkan perusahaan B,
menggunakan metode saldo menurun ganda (double declining balance method).

Pada akhirnya, karena hal tersebut, meski dua perusahaan yang dibandingkan masih berada di
industri yang sama, kenyataannya, perbandingan menjadi tidak apple-to-apple karena perbedaan
metode depresiasi yang diterapkan. Kemudian, keterbatasan yang ketiga atau yang terakhir pada tulisan
ini adalah mengenai itikad dan juga kehati-hatian pihak manajemen terkait pencadangan kerugian
ataupun perkiraan umur aset. Misalnya, terkait penentuan umur aset tetap, beberapa perusahaan
dalam menilai umur ekonomisnya, mungkin saja, menetapkannya berdasarkan perhitungan teknis yang
mumpuni, sedangkan, beberapa lainnya menetapkan umur aset berdasarkan kebutuhan untuk
mendongkrang nilai laba saja. Selain itu, terkait nilai pencadangan, seperti beban garansi atau piutang
tak tertagih, beberapa perusahaan, mungkin saja, membuat perkiraan yang optimis sehingga nilai laba-
nya saat ini menjadi lebih tinggi dibanding perusahaan yang membuat perkiraan pesimis atas nilai
pencadangan yang perlu dibentuk.

d) Manajemen laba
Manajemen laba adalah mengelola pendapatan (arus kas masuk) dan pengeluaran (arus kas
keluar) untuk memastikan bahwa bisnis menghasilkan laba operasi bersih. Biasanya, manajemen laba
berurusan dengan laporan laba rugi (biasa disebut laporan P&L). Anda dapat membandingkannya
dengan laporan tentang bagaimana aspek keuangan dari bisnis melakukan atau melakukan. Ini
membantu menentukan seberapa menguntungkan usaha bisnis atau dalam kasus proyeksi P&L (profit
dan loss), seberapa menguntungkan itu.

Fungsi manajemen laba


1. Memantau Laporan Laporan Laba Rugi secara Terus-menerus
2. Menggabungkan Pemantauan Laporan Laba Rugi dan Pengeluaran Kas
3. Tim Outsource untuk Manajemen Laba

Faktor Penyebab atau Faktor Pendorong


1) Bonus Plan Hypothesis atau Hipotesis Rencana Bonus
Faktor yang pertama adalah bonus plan hypothesis yang menggunakan metode akuntansi. Di
mana hal tersebut bertujuan untuk memaksimalkan utilitas yang ada di dalam perusahaan.
Utilitas yang dimaksud adalah untuk mendapatkan bonus yang tinggi. Dalam artian manajemen
perusahaan tersebut akan memberikan bonus dalam jumlah yang besar.
2) Debt Covenant Hypothesis atau Hipotesis Perjanjian Hutang
Selanjutnya adalah faktor debt covenant hypothesis atau disebut dengan hipotesis perjanjian
hutang. Di mana faktor ini ditujukan bagi manajemen yang melakukan pelanggaran. Adapun
pelanggaran yang dilakukan adalah melanggar perjanjian kredit sehingga akan memilih metode
untuk meningkatkan laba. Dengan tujuan untuk menjaga reputasi terhadap apa yang dipikirkan
dari pihak eksternal.
3) Political Cost Hypothesis atau Hipotesis Biaya Politik
Faktor yang terakhir adalah faktor mengenai hipotesis dari biaya politik. Di mana melihat dari
besar suatu perusahaan maka semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut untuk
menurunkan laba. Dengan alasan bahwa laba tinggi yang digunakan maka pemerintah akan
memberikan pajak yang tinggi pula untuk perusahaan. Namun hal tersebut akan tetap
menggunakan metode akuntansi yang berlaku.

Pola Manajemen Laba


Pola pada umumnya dapat diartikan sebagai sebuah bentuk atau juga model namun memiliki
karakteristik keteraturan. Adapun penggunaan pola ini bertujuan untuk mendapatkan hasil dari sesuatu
yang telah dibuat. Sama hal nya dengan pola manajemen laba yang digunakan dengan cara teratur.
Berikut ini merupakan paparan mengenai pola dari manajemen yang dimaksud.
1. Taking A Bath
Pola yang pertama adalah pola taking a bath yang dapat diartikan sebagai pola yang digunakan
untuk menghapus beberapa aktiva. Bukan hanya itu, perkiraan biaya yang akan datang juga
harus dibebankan oleh pihak perusahaan. Dalam pola ini, manajemen juga harus melakukan
sesuatu yang disebut sebagai clear the desk. Dengan tujuan laba yang dilaporkan akan
meningkat dalam periode berikutnya.
2. Minimal Pendapatan
Pola minimal pendapatan akan dilakukan pada saat terjadinya profit yang didapat oleh
perusahaan. Di mana profit yang diraih oleh perusahaan tersebut sangat tinggi. Dengan tujuan
agar nantinya tidak mendapat perhatian yang bersifat politik. Adapun tindakan yang bisa
dilakukan dalam pola ini berupa penghapusan pada barang modal dan juga aktiva perusahaan.
3. Income Maximization atau Maksimalisasi Pendapatan
Berbeda halnya dengan penghasilan maksimal di mana pola ini menggunakan teknik tertentu.
Untuk teknik yang digunakan tersebut yaitu cara memaksimalkan laba yang bertujuan dalam
memperoleh bonus. Di mana bonus yang diperoleh tersebut memiliki tingkat yang lebih besar
lagi. Untuk tindakan yang dilakukan pada pola ini bertujuan agar dapat menghindari
pelanggaran kontrak utang.
4. Income Smoothing atau Perataan Laba
adalah pola income smoothing atau pola perataan laba. Di mana pola perataan laba ini juga
menggunakan teknik tertentu dalam membuat laporan. Adapun cara melaporkan dengan
menggunakan trend dalam suatu pertumbuhan laba yang bersifat stabil. Hal tersebut dapat
dibandingkan dengan perubahan laba yang akan meningkat atau akan menurun drastis.
5. Timing Revenue dan Expenses Recognition
Pola yang terakhir adalah pola yang menggunakan teknik tertentu. Untuk teknik yang akan
dilakukan tersebut dapat dengan cara dalam membuat suatu kebijakan. Adapun kebijakan ini
tentunya akan berkaitan dengan waktu yang dilakukan pada saat transaksi berlangsung. Hal ini
dapat diberikan contoh seperti pengakuan premature berdasarkan pendapatan.

Cara Melakukan Manajemen Laba


1. Pengakuan Pendapatan dan Beban
“Penghasilan” hanyalah kata lain dari untung, dan laba hanyalah pendapatan dikurangi
pengeluaran. Jadi cara paling sederhana bagi perusahaan untuk mengelola pendapatan adalah
dengan mengubah tanggal saat perusahaan memasukkan pendapatan dan pengeluaran tertentu
dalam pembukuannya. Untuk meningkatkan pendapatan pada periode saat ini, perusahaan
dapat mengenali pendapatan masa depan sebelum waktunya – sebelum pendapatan itu
sepenuhnya diterima – atau menunda biaya pengakuan. Demikian pula, jika ia ingin
mengalihkan pendapatan “ekstra” dari periode saat ini ke periode berikutnya, itu dapat
menunda pengakuan pendapatan yang telah diperoleh atau mengakui pengeluaran sebelum
waktunya, sebelum benar-benar dikeluarkan.
2. Akuntansi “Cooking Jar”
Aturan akuntansi mengharuskan perusahaan untuk mengakui pengeluaran di masa depan pada
saat mereka mengakui pendapatan yang terkait dengan pengeluaran tersebut. Misalnya, ketika
perusahaan menjual barang dengan garansi, ia harus memperkirakan biaya garansi di masa
depan dan mengenali biaya itu pada saat melakukan penjualan. Demikian pula, ketika sebuah
perusahaan menjual barang kepada pelanggan secara kredit, itu harus memperkirakan nilai
tagihan pelanggan yang pada akhirnya akan tidak dibayar dan segera mengakui bahwa “bad
debt expense.” Jika perusahaan melebih-lebihkan jenis biaya ini pada periode saat ini, itu tidak
akan mengakui beban sebesar di masa mendatang. Karenanya, terjadi proses menggeser
pendapatan dari periode saat ini ke masa depan. Taktik ini dikenal dengan nama akuntansi
“Cooking Jar”.
3. Mengubah Metode Akuntansi
Dalam banyak bidang pembukuan bisnis, standar akuntansi memungkinkan perusahaan untuk
memilih metode pelaporan yang paling cocok untuk mereka. Contohnya termasuk sistem yang
digunakan perusahaan untuk menghitung nilai persediaannya dan jadwal yang digunakannya
untuk mendepresiasikan aset modalnya. Dalam jangka panjang, berbagai metode untuk
melakukan hal yang sama harus menghasilkan hasil akhir yang sama – nilai total yang sama akan
masuk dan keluar dari inventaris, jumlah nilai yang sama akan terdepresiasi. Namun, dalam
jangka pendek, pilihan metode perusahaan dapat secara signifikan memengaruhi
pendapatannya dari satu periode ke periode berikutnya. Jika sebuah perusahaan beralih dari
satu metode akuntansi ke metode akuntansi lainnya terutama untuk mempengaruhi laba, dan
hal itu sangat berpengaruh dalam manajemen laba.
4. Biaya Satu Kali
Dari waktu ke waktu, perusahaan mungkin harus melaporkan pengeluaran satu kali yang sangat
besar – menghapus biaya proyek yang gagal, atau secara signifikan mengurangi nilai aset pada
neraca. Perusahaan yang mempraktekkan manajemen laba dapat mencoba “menghemat”
tagihan ini untuk waktu ketika pendapatan cukup tinggi untuk menyerap pengeluaran- atau
mengambil tagihan sebelum waktunya jika pendapatan saat ini tinggi. Demikian pula,
perusahaan yang harus mengambil biaya besar sekali dalam periode saat ini dapat
menggunakan kesempatan untuk mempercepat semua jenis pengeluaran lain untuk periode itu
juga. Ini disebut pola “take a bath.”

Anda mungkin juga menyukai