BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya pemerintah yang baik (good
government) menjadi prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam
mencapai tujuan bangsa dan negara. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika good
governance menjadi pertanda tercapainya demokratisasi sebagai upaya mengembalikan
kedaulatan rakyat. Dalam konteks ini, perlu dikembangkan dan dilaksanakan sistem
pertanggungjawaban dan transparansi yang tepat, jelas dan nyata sehingga
penyelenggaraan dan pembangunan negara dapat dilaksanakan secara efisien, berhasil
dan bersih, bertanggung jawab dan bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme
(Apriliani, 2014).
Tata kelola pemerintahan dan administrasi bisnis harus fokus pada tujuan utama
akuntabilitas, sehingga setiap pengelola dapat menyampaikan tanggung jawab
keuangan dengan menyusun laporan keuangan. Kabupaten Sintang merupakan salah
satu contoh daerah otonom di Kalimantan Barat yang beberapa tahun terakhir terus
bertransformasi menjadi wilayah yang berkembang pesat dan mandiri. Hal itu
dibuktikan dari semakin meningkatnya perencanaan pembangunan di berbagai daerah
yang menandakan akuntabilitas pengelolaan keuangan di Sintang juga semakin
meningkat dan memenuhi prinsip akuntabel, partisipatif, dan transparan.
Desa Merpak merupakan desa di wilayah Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang.
Secara geografis Desa Merpak terletak dibawah kaki Bukit Kelam dan memiliki 1.215
penduduk, dan terbagi atas 5 Dusun yaitu, Dusun Merpak, Dusun Batu Raya, Dusun
Lawang Kuari, Dusun Sabang Laja, dan Dusun Luit Jaya. Pemilihan objek penelitian ini
dilakukan di Desa Merpak Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang di dasarkan
pada kurangnya sumber daya alam, rendahnya tingkat Pendidikan, pengetahuan, dan
keterampilan, keterbatasan sarana dan prasarana sehingga dapat menyebabkan
terganggunya kegiatan pembangunan social dan ekonomi.
Wujud nyata Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang dalam membantu dan
meningkatkan partisipasi pemerintah desa adalah dengan cara terus berupaya
meningkatkan Dana Desa (DD) Kepada desa yang dapat digunakan untuk mendukung
penyelenggaraan kewenangan dan urusan rumah tangganya. Kewenangan tersebut
telah diatur oleh negara dalam beberapa rangkaian konstitusi secara hukum. Desa
Merpak merupakan salah satu desa di Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang.
Pada Tahun 2020 Desa Merpak mempunyai jumlah dana Desa Sebesar Rp.738.006.000.
Sejak digulirkanya Dana Desa (DD) di Desa Merpak yang tampak dari pengelolaan Dana
Desa (DD) yaitu pada pembangunan fisik, seperti pembangunan jalan, dan penerangan
Lampu jalan umum. Sumber penerimaan dana desa Merpak diperoleh dari Anggaran
dan Pendapatan Belanja Negara (APBN), mekanisme penyaluran dana desa pada Desa
Merpak Kecamatan Kelam Permai dilakukan secara bertahap yaitu pertama 60% dan
tahap kedua 40%. Pada tahun 2020 penggunaan dan desa di Desa Merpak Kecamatan
Kelam Permai digunakan untuk 2 program kegiatan seperti pembangunan, pembinaan
dan pemberdayaan.
Penelitian yang dilakukan di Desa Merpak Kecamatan Kelam Permai Kabupaten sintang
difokuskan pada penerapan prinsip akuntabilitas yang dilakukan oleh tim pelaksana
yang di bentuk Perangkat Desa Merpak, karena Menurut salah satu kaur keuangan Desa
Merpak, fenomena yang terjadi setelah diterapkan UU Desa tentang pengelolaan
keuangan desa bahwa di desa tersebut SDM nya relatif rendah sehingga sangat susah
diterapkan karena membutuhkan pelatihan yang memakan waktu cukup lama karena
perangkat desa sangat banyak mulai dari kaur keuangan, kaur tata usaha & umum, kaur
perencanaan, kasi pelayanan, kasi pemerintahan dan kasi kesejahteraan oleh karena
itulah membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses penerapannya. Sedangkan
peraturan selalu berubah setiap tahunnya.
Peraturan desa dari Permendagri berubah-ubah dalam jangka waktu yang singkat
sehingga dalam penerapan UU ini tidak berjalan secara efektif dan efisien. Akuntabilitas
dalam sistem pengelolaan dana pemerintahan desa juga dimaksudkan sebagai upaya
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Prinsip akuntabilitas menentukan
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan tersebut harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Penerapan prinsip akuntabilitas pengelolaan Dana
Desa (DD) dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan semua kegiatan, dan setelah
kegiatan pengelolaan Dana Desa (DD) diharapkan dapat di pertanggungjawabkan.
Sistem perencanaan dalam pembangunan desa tidak terlepas dari perencanaan
pembangunan kabupaten/kota agar perencanaan yang telah dibuat dapat selaras dan
berjalan dengan baik dan tepat sasaran. Oleh karena itu, pelaksanaan pembangunan
desa harus sejalan dengan rencana tim pelaksana, dan penduduk desa berhak
mengetahui dan memantau kegiatan pembangunan desa Berdasarkan uraian di atas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Dana Desa Mepak Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang ”. penelitian
tersebut di anggap penting karena Desa Merpak memiliki potensi daerah yang bagus
yang dapat menunjang pendapatan asli desa sehingga dirasa perlu transparansi dana.
INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
2% - repository.stiewidyagamalumajang.ac.id › 700 › 2
1% - www.teorieno.com › 2016 › 06
1% - ithadamaa.blogspot.com › 2015 › 11
2% - eprints.undip.ac.id › 76654 › 2
2% - efranriansyah.wordpress.com › undang-undang-no-32
2% - jurnal.stieama.ac.id › index › ama
2% - www.slideshare.net › abieyanka › peraturan
1% - www.bpkp.go.id › unit › sakd
<1% - www.academia.edu › 39068464
1% - www.researchgate.net › publication › 305285681
2% - core.ac.uk › download › pdf
2% - kalbar.bpk.go.id › wp-content › uploads
1% - desapagerluyung.wordpress.com › bab-2-lapdal
1% - regional.kompas.com › read › 2020/02/20
2% - text-id.123dok.com › document › nzw3r01y
2% - ejournal.poltektegal.ac.id › index › monex
<1% - infomileniumbaru.blogspot.com › 2016 › 12
2% - ejournal.unira.ac.id › index › jurnal_aktiva
2% - pemerintah.net › asas-penyelenggaraan-pemerintahan
1% - www.researchgate.net › publication › 319108371
<1% - eprints.umm.ac.id › 41643 › 3
Plagiarism Checker X Originality Report
Similarity Found: 29%
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dan Kajian Empiris 2.1.1 Otonomi Daerah
Otonomi daerah mengacu pada kemampuan dan kewajiban daerah otonom untuk
mengendalikan dan menyelenggarakan peraturan perundang-undangannya sendiri.
Kemandirian daerah untuk menjalankan kewenangan pemerintahan di daerah-daerah
tertentu yang keberadaan dan kebutuhannya nyata, serta untuk berkembang, hidup,
dan berkembang di daerahnya, itulah yang dimaksud dengan otonomi yang
sesungguhnya. Otonomi yang bertanggung jawab diartikan sebagai tercapainya
peningkatan tanggung jawab sebagai akibat pemberian hak dan wewenang daerah
berupa tugas-tugas tanggung jawab yang harus diselesaikan oleh daerah dalam rangka
mencapai tujuannya.
Karena itu, isi dan otonomi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lain. Lebih
lanjut, otonomi itu adalah otonomi yang dalam penyelenggarannya harus benar-benar
sesuai dengan tujuan pemberian otonomi pada dasar untuk memberdayakan daerah,
termasuk meningkatkan kesejahteaan rakyat. (Rozali, 2005, : 5) Otonomi daerah sebagai
wujud dari prinsip desentralisasi diharapkan mampu memberikan pelayanan yang
terbaik kepada masyarakat karena kewenangan yang diperoleh melalui otonomi daerah
akan memberikan kemandirian daerah.
Dalam hal melakukan berbagai Tindakan yang diharapkan akan sesaui dengan kondisi
serta aspirasi masyarakat di wilayahnya. Anggaran tersebut disebabkan karenan secara
logis pemerintah daerah lebih dekat pada masyarakat, sehingga akan lebih tahu apa
yang menjadi tuntutan dan keinginan masyarakat. (Sakinah, 2013:1). 2.1.2 Pengertian
Desa Desa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan penting dari masyarakat.
Pentingnya desa ini telah banyak dikemukakan oleh para ahli yang telah
mengemukakan pendapatnya.
Oleh karena itu, keberadaan desa termasuk pemerintah tidak boleh dianggap remeh
karena pentingnya keberadaan desa. Menurut Sutardjo Kartodikusumo, desa adalah
suatu badan hukum dan masyarakat tempat masyarakat itu berada berhak atas
pemerintahannya sendiri. Sedangkan menurut Saniyanti Nurmuharimah, desa adalah
suatu wilayah dimana masyarakatnya hidup dengan sistem pemerintahannya sendiri.
Menurut R. Bintarto, desa adalah perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi,
politik dan budaya yang ada di suatu wilayah dalam hubungan timbal balik dan
pengaruh dengan wilayah lain. Pendapat R. Bintarto mencakup berbagai aspek ekonomi,
politik dan budaya.
Dan menurut Paul H. Landis memberikan definisi yang lebih lengkap tentang desa
dengan ciri-ciri yang melekat pada masyarakatnya, desa memiliki ciri kehidupan sosial
yang dikenal ribuan jiwa, ada keterkaitan perasaan yang sama tentang suku bangsa,
kebiasaan, dan berusaha adalah agraris yang paling umum sangat dipengaruhi oleh
lingkungan alam seperti iklim, kondisi alam, sumber daya alam sementara pekerjaan
yang bukan agraris adalah pekerjaan sampingan.
sementara itu menurut Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang
dimaksud dengan desa ialah desa serta desa norma/hukum atau yang disebut
menggunakan nama lain, selanjutnya dianggap desa, ialah kesatuan rakyat aturan yang
mempunyai batas daerah yang berwenang untuk mengatur urusan pemerintahan,
Kepentingan penduduk lokal bermula dari pandangan dan gagasan baru tentang
hak-hak masyarakat, masyarakat hukum adat, atau hak tradisional, yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah
Desa merupakan kepala desa atau yg dianggap dengan nama lain dan dibantu oleh
perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah Desa.
Sumber pendapatan seluruh desa digunakan untuk menandai semua kewenangan desa
yang bertanggung jawab. Dana tersebut akan digunakan untuk menandai pelaksanaan
pemerintahan desa termasuk pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat. Oleh karena itu, pendapatan APBN juga digunakan untuk menandai
kewenangan ini. Menurut undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa, mereka
berhak mengatur dan mengurus kekuasaannya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas
desa. Artinya dana desa digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan kebutuhan
dan prioritas dana desa, namun karena dana desa berasal dari belanja pusat, untuk
mengoptimalkan penggunaan dana desa untuk mendukung program pembangunan.
Pemberdayaan masyarakat.
Rencana keuangan tahunan desa dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa
dan dewan desa sesuai dengan peraturan desa, dan sesuai Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang
selanjutnya disingkat APBDes. Dana desa dikelola secara tertib, menghormati ketentuan
peraturan perundang-undangan, efektif, ekonomis, efisien, transparan dan akuntabel,
memperhatikan semangat keadilan dan pengambilan keputusan, mengutamakan
kepentingan desa. Pemerintah mendanai desa-desa di seluruh negeri dalam APBN
tahunan. Sumber dana desa berasal dari belanja pemerintah yang menjadikan program
desa lebih efisien dan merata.
INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
1% - core.ac.uk › download › pdf
<1% - tugas-akuntansi.blogspot.com › 2011 › 12
1% - pustaka.unpad.ac.id › wp-content › uploads
1% - jurnal.untidar.ac.id › index › RAK
1% - id.wikipedia.org › wiki › Otonomi_daerah_di_Indonesia
1% - www.merdeka.com › jatim › mengenal-arti-otonomi
1% - makalah2107.blogspot.com › 2016 › 07
1% - www.gurupendidikan.co.id › pengertian-otonomi-daerah
<1% - www.berdesa.com › definisi-desa-menurut-berbagai-ahli
1% - www.siswapedia.com › pengertian-dan-ciri-ciri-desa
<1% - desagembongangedeg.wordpress.com › 2011/10/20 › bab
<1% - www.seputarpengetahuan.co.id › 2020 › 09
1% - alfisahruls.wordpress.com › 2019/11/19 › masyarakat
<1% - papuabarat.bpk.go.id › wp-content › uploads
1% - scholar.unand.ac.id › 26191 › 2
1% - www.pedekik.com › pengertian-administrasi
<1% - www.academia.edu › Makalah_sistem_pemerintah_desa
1% - jurnal.widyagama.ac.id › index › cebi
1% - eprints.umm.ac.id › 41799 › 3
1% - www.djpk.kemenkeu.go.id › RPP_Dana_Desa_1
2% - ojs.stkip-ypup.ac.id › index › SA
1% - www.searchexceed.com › sumber-dana-desa
<1% - repository.untag-sby.ac.id › 275 › 2
1% - tlmfoundation.or.id › wp-content › uploads
2% - www.coursehero.com › file › 85412154
1% - gucialit-gucialit.lumajangkab.go.id › index
1% - peraturan.bpk.go.id › Home › Details
1% - berkas.dpr.go.id › puskajianggaran › kamus
Plagiarism Checker X Originality Report
Similarity Found: 26%
BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Menurut Moleong ( dalam Arifiyanto,
2014 ), penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang bersifat objektif, dan
pengumpulan data diperoleh dengan cara observasi, wawancara, dan juga studi
dokumentasi untuk melakukan pengumpulan data, pengolahan data atau analisis data,
penyusunan laporan, serta penarikan kesimpulan dari data yang diperoleh. Penelitian
kualitatif digunakan untuk lebih memahami fenomena seperti perilaku, persepsi, dan
motivasi, di antara topik-topik lainnya.
Data tersebut harus disediakan melalui sumber atau secara teknis penyedia informasi,
orang yang kami amati sebagai objek penyelidikan atau yang membantu kami
memperoleh informasi atau data (Narimawati, 2008 : 98). Data primer dapat berupa
opini, hasil observasi, hasil penelitian baik secara individu maupun kelompok. Dalam
penelitian ini, data diperoleh dari koresponden dengan cara wawancara langsung
kepada pihak yang memang berkompetem dan memahami pengelolaan Dana Desa di
Desa Merpak kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang Tahun 2020. 2.
Data Sekunder Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain.
(Sugiono, 2008 : 402) Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari
dokumen-dokumen yang terdapat di Desa Merpak terkait dengan Dana Desa Tahun
2020. 1.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian sebagai berikut: 1. Wawancara Wawancara adalah metode pengumpulan
informasi melalui survei yang mengajukan pertanyaan lisan kepada orang-orang.
Kuisioner Kuesioner adalah kegiatan tanya jawab secara tidak langsung dalam bentuk
tertulis yang berisi pertanyaan tentang pengelolaan keuangan desa yang diketahui oleh
perangkat desa. 5. Studi Keperpustakaan Studi Keperpustakaan mempelajari data-data
dari literatur, buku-buku dan menggunakan fasilitas internet untuk mencari data-data
yang berhubungan dengan pokok bahasan penelitian. 1.4 Lokasi Penelitian Lokasi
penelitian untuk Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa ini adalah di Desa Merpak
Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang tahun 2020. 1.5
Teknik Analisa Data Guna menganalisis data yang telah didapatkan, maka peneliti akan
menggunakan Peraturan Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang pedoman
pengelolaan keuangan desa dan wawancara serta kuisioner sebagai alat analisis yang
saat ini dianggap paling tepat dalam menggambarkan hasil penelitian ini.
INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
3% - repository.uksw.edu › bitstream › 123456789/12073/3
10% - www.academia.edu › 34933223 › Skripsi_proposal_docx
1% - digilib.uinsgd.ac.id › 3640/6/6_bab3
1% - digilib.uinsby.ac.id › 11284 › 8
3% - www.skripsi.id › 2014 › 06
4% - indraoktamara.wordpress.com › 2016/11/13 › data-sekunder
1% - id.scribd.com › doc › 271104564
1% - 123dok.com › article › teknik-pengumpulan-data
1% - eprints.binadarma.ac.id › 403 › 1