Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dari tahun ke tahun semakin pesat dan

meluas serta dengan teknologi segala sesuatu mengenai informasi dari

seluruh dunia dapat dengan mudah. Oleh sebab itu masyarakat Indonesia

yang berkemauan untuk mendapatkan serta mencari suatu informasi tentang

pemerintah dalam melaksanakan birokrasi guna tercapainya kebutuhan dan

kesejahteraan masyarakatnya, dapat dengan mudah mendapatkannya

melalui teknologi.

Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

membawa perubahan yang sangat besar dalam tata pemerintahan sekaligus

membawa perubahan yang sangat penting dalam pengelolaan keuangan

daerah, dalam hal ini pemerintah pusat memberikan wewenang kepada

pemerintah daerah untuk mengelola pemerintah daerahnya sendiri, yang

mana pemerintah daerah tersebut menjalankan aktivitas pemerintahannya

sesuai dengan keperluan dan tidak melanggar aturan yang ada pada

pemerintah pusat untuk mencegah penyalahgunaan wewenang yang sudah

diberikan. Misi utama kedua Undang-Undang tersebut tidak sekedar

pelimpahan kewenangan pebiayaan dan Pemerintah Pusat kepada

Pemerintah Daerah, tetapi yang lebih mendasar

1
2

adalah meningkatkan efesiensi dan efektivitas pengelolaan sumber

daya keuangan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan. Dengan

demikian semangat demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas menjadi

sangat dominan dalam mewarnai jalan nya penyelenggaraan pemerintahan

pada umumnya, dan proses pengelolaan keuangan daerah pada khususnya.

Disamping itu, dengan laporan keuangan yang baik dan dapat dipercaya juga

memudahkan pengukuran tentang sejauh mana kinerja pengelolaan

keuangan daerah sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Demi mewujudkan pemerintahan yang baik berdasarkan prinsip

keterbukaan dan transparansi , akuntabilitas, efesiensi, dan efektivitas serta

membuka partisipasi masyarakat untuk mencapai tujuan pembangunan.

Negara Republik Indonesia sebagai Negara yang menganut desentralisasi

dimana penyerahan urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada

daerah otonom dilaksanakan berdasarkan asas otonomi.

Asas otonomi daerah merupakan prinsip dasar penyelenggaraan

pemerintahan daerah berdasarkan otonomi daerah dengan memberi hak,

wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan dan kepetingan masyarakat setempat dalam

sistem Negara Kesatuan RepubIik Indonesia. Daerah diberikan kesempatan

dan keleluasan untuk menyelenggarakan otonomi daerah dan bertanggung

jawab terhadap daerahnya sendiri secara proporsional. Selain itu, otonomi

daerah bertujuan untuk meningkatkan kemandirian daerah untuk mampi


3

mengelola sumber daya keuangan yang ada guna mewujudkan

kesejahteraan masyarakat, mengoptimalkan pelayanan publik dan

pelaksanaan tugas pemerintahan lainnya.

Pemberian wewenang kepada daerah diwujudkan dengan pengaturan,

pembagian, dan pemanfaatan sumber daya serta perimbangan keuangan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang tertuang dalam

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat

dan Daerah sebagai tindak lanjut dari desentralisasi politik dan administrasi

keuangan antara Pemerintah pusat dengan daerah.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang

pengelolaan Keuangan Daerah pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa

pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan,pelaksanaan,penatausahaan,pelaporan,pertanggungjawaban,d

an pengawasan keuangan daerah. Sedangkan dalam ayat (7) Peraturan

Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah

menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya

disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang

dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah yang dibahas dan

disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan

dengan peraturan daerah.

Dalam mewujudkan aspirasi masyarakat untuk mencapai tujuan serta

cita-citanya, Good Governance (Tata pelaksanaan pemerintahan yang baik)


4

mendapat peran yang sangat penting. Good Governance sendiri memerlukan

pengembangan dan penerapan sistem penanggung jawaban yang tepat,

terukur serta terlegitimasi sehingga kinerja pemerintah dapat berjalan dengan

baik disertai pertanggung jawaban.

Era globalisasi sekarang ini, semua lapisan masyarakat dituntut untuk

cepat menerima informasi, baik dari segi privat maupun publik. Masyarakat

menuntut agar adanya transparansi, efesiensi, ekonomis, efektif, dan

akuntabilitas dari para penyelenggara pemerintahan daerah dalam mengelola

keuangan daerah. Globalisasi erat kaitannya dengan kecepatan orang dan

organisasi dalam menerima atau mengelola informasi yang ada.

Globalisasi teIah dimaknai sebagai era perubahan zaman ke arah

lebih baik yang semuanya didukung melalui perkembangan teknologi yang

semakin canggih. Segala informasi dapat dengan mudah didapat, begitu pula

dengan masyarakat yang menginginkan ketepata dan kecepatan dalam

mendapatkan informasi mengenai upaya yang dilakukan pemerintah dalam

rangka memenuhi kesejahteraan masyarakat

Dimasa sekarang ini merupakan masa yang tepat untuk melakukan

pembaharuan serta pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang

efesien, efektif serta transparan dalam mengelola keuangan daerah.

Pembaharuan tersebut terletak pada pemanfaatan teknologi di bidang

pemerintahan, salah satunya untuk memperoleh hasil yang efesien dan

efektif terhadap pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah juga


5

memanfaatkan teknologi ini khususnya di bidang keuangan dengan maksud

mengelola keuangan daerah namun tetap berlandaskan pada undang

undang yang berlaku. Dalam hal ini pemerintah DKI Jakarta menerapkan

sistem Electronic Budgeting. Sistem ini bertujuan agar dapat memenuhi

persyaratan pemerintah sebagai Good Governance yaitu, pemerintah yang

bersih, efektif, serta transparan dan akuntabel dalam memberikan pelayanan

kepada warga Jakarta.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu dari

pemerintah daerah yang ikut dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan

daerah berbasis teknologi (Electronic Budgeting) sesuai dengan Instruksi

Presiden Nomor 3 Tahun 2003 mengenai Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan e-Government.

Penjelasan alur atau siklus pengelolaan keuangan daerah sebenarnya

tidak ada perbadaan yang signifikan didalam proses penyusunan anggaran

baik secara manual maupun melalui electronic budgeting. Hanya saja dalam

proses penyusunan anggaran secara manual dilakukan dengan

menggunakan Microsoft excel, sehingga data mata anggaran yang sudah

diinput masih dapat diubah-ubah. Oleh karena itu diperlukan suatu

perubahan didalam proses penyusunan anggaran dari sistem yang manual

menuju sistem yang berbasis electronic, yang mana dalam penerapan nya

melalui sebuah aplikasi bernama electronic budgeting.


6

Tahun 2013 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

menemukan anggaran siluman di Dinas Pekerjaan Umum dalam APBD DKI

2013 sebesar Rp 1,4 triliun. Untuk mencegah munculnya anggaran siluman

dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) induk maupun

perubahan, maka dari itu Pemprov DKI Jakarta berncana menerapkan sistem

e-Budgeting untuk tahun 2013. (sumber:http://www.ahok.org.id diakses tanggal

21 september 2018).

Pemprov DKI Jakarta juga terus berupaya untuk memperbaiki  sistem

yang ada. Selain itu juga Pemprov DKI Jakarta berusaha untuk 

meningkatkan pengawasan dalam pelaksanaan anggaran agar lebih 

transparan. Sebagai langkah awal, APBD 2014 telah dibuka untuk umum. 

Selain melalui website resmi Pemprov DKI Jakarta, disetiap

kelurahan, kecamatan, serta kantor RT/RW telah dipasang poster APBD

2014.  Dengan begitu, masyarakat dapat memantau langsung jumlah

anggaran  maupun penggunaannya. (sumber:http://www.ahok.org.id diakses

tanggal  21 september 2019). 

Untuk meminimalisir terjadinya korupsi serta upaya untuk menghadapi

tantangan di era globalisasi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan

sistem pengelolaan keuangan daerah yang lebih baik dari sistem

sebelumnya, Pemerintah provinsi DKI Jakarta menerapkan sistem

pengelolaan keuangan daerahnya dengan Electronic Budgeting.


7

Pengelolaan keuangan daerah kini, mengembangkan konsep 

electronic budgeting yang terbukti lebih cocok untuk tim anggaran  dalam

mengendalikan usulan belanja dari SKPD agar tetap wajar  jika dilihat dari

sisi harga maupun analisis belanjanya. Electronic  budgeting, menjadikan

peluang penyelewengan anggaran  diharapkan dapat dihindari, karena yang

bertindak sebagai admin  nantinya akan melakukan manajemen user,

database, dan  mengakses semua hak user seperti mengunci dan membuka

akses  serta mengunci kegiatan yang diusulkan SKPD. Sehingga tidak  dapat

dilakukan perubahan lagi, jika kegiatan tersebut tidak  disetujui. 

(sumber:http://www.ahok.org.id diakses tanggal 21 september  2018)

Pola terstruktur yang dijalankan pada sistem pengelolaan keuangan

daerah berbasis electronic budgeting adalah dengan berjalannya aktifitas

sistem nformasi terkait electronic budgeting yang merupakan pola

pengelolaan keuangan daerah berbasis elektronik. Informasi keuangan

daerah yang disampaikan harus memenuhi prinsip-prinsip akurat,relevan,

dan dapat dipertanggungjawabkan.

Penerapan sistem electronic budgeting di DKI Jakarta sampai sejauh

ini dalam keadaan relative baik, akan tetapi berdasarkan data yang diperoleh

dari BPKAD (Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah). Masih terdapat

beberapa SKPD yang mengalami kesulitan di dalam penginputan data, yang

dikarenakan waktu yang sangat singkat dalam menginput data, yang


8

dikarenakan waktu yang sangat singkat dalam menginput data, sehingga

tidak jarang beberapa SKPD telat dalam menginput data. Adapun

permasalahan yang terdapat dalam pelaksanaan electronic budgeting ini,

yaitu terbatas nya sumber daya manusia yang mampu mengoperasikan

sistem electronic budgeting ini, sehingga tidak jarang dalam proses

penginputan data secara electronic hanya orang itu saja yang mampu

menjalankan proses penginputan dan hal ini akan memperlambat proses

penyusunan anggaran.

Selain itu juga ditemukan kesenjangan atas besarnya dana anggaran

yang dimiliki oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta yaitu mencapai 3,7

Triliun yang mana jauh lebih besar dari daerah lain. Kepala Dinas Lingkungan

Hidup DKI Jakarta Andono Warih mengatakan anggaran sebesar Rp 3,7

Triliun tersebut bukan cuma pengelolaan sampah sebab Dinas Lingkungan

Hidup tidak hanya mengatur soal pengelolaan sampah, melainkan masalah

lingkungan hidup lain.

(sumber:https://wartakota.tribunnews.com diakses tanggal 2 Agustus  2019)

Upaya untuk mengatasi permasalahan diatas, maka yang dilakukan

oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah dengan menerapkan suatu

program aplikasi berbasis data online dalam proses penyusunan

penganggaran melalui electronic budgeting di seluruh Satuan Kerja

Perangkat Daerah(SKPD) untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan


9

anggaran. Namun pertanyaannya adalah apakah penerapan e-budgeting

telah dilaksanakan secara efektif?

Berdasarkan gambaran di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

tentang bagaimana efektivitas pelaksanaan proses penyusunan anggaran

berbasis online melalui konsep pengujian pendapat yang dimaksud, maka

dipilih judul penulisan sebagai berikut. “Efektivitas Pelaksanaan Electronic

Budgeting di Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota Administrasi Jakarta

Timur Provinsi DKI Jakarta”

1.2 Ruang Lingkup, Fokus, dan Lokasi Magang

1.2.1 Ruang Lingkup Magang

Program Electronic Budgeting merupakan sebuah langkah strategis

yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mengelola keuangan

daerah berbasis teknologi informasi. Hal ini merupakan perkembangan yang

signifikan karna sebelum nya masih menggunakan cara manual serta

kurangnya transparansi, proses penyusunan yang masih terbilang lambat,

dan bayaknya manipulasi data. Namun dengan adanya sistem ini diharapkan

akan dapat merubah serta melindungi pelaksanaan pengelolaan

perencanaan dan penganggaran di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 28 Tahun 2019

menyatakan bahwa Ruang Lingkup Pedoman Operasional elcetronic


10

budgeting Tahap Penganggaran meliputi pemenuhan kebutuhan

data/informasi terkait:

a. Fungsi dan kewenangan pengguna aplikasi e-Budgeting


b. Pembukaan tahapan penganggaran dan jadwal untuk penyesuaian
anggaran
c. Penyesuaian anggaran Pendapatan
d. Penyesuaian anggaran Kelompok Belanja Tidak Langsung Jenis
Belanja Pegawai
e. Penyesuaian anggaran kelompok Belanja Tidak Langsung pada
PPKD
f. Supervisi terhadap usulan penambahan Kode Rekening Belanja
pada usulan Komponen Belanja Langsung dari SKPD/UKPD
g. Penyesuaian anggaran kelompok Belanja Langsung
h. Penyesuaian anggaran Pembiayaan
Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 284 Tahun 2016

Tentang Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, ada beberapa fungsi

yang di seIenggarakan Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur yaitu :

1. Penyusunan bahan Rencana Strategis dan Rencana Kerja dan


Anggaran Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota Administrasi
2. Pelakasanaan Rencana Strategis dan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran Suku Dinas Lingkungan Hidup kota Administrasi
3. Pelaksanaan koordinasi perencanaan teknis dengan Dinas
4. pengoordinasian, penyediaan fasilitas, mediasi dan penyelesaian
pengaduan lingkungan hidup dan kebersihan
5. penyusunan kebutuhan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran
serta pemeliharaan prasarana dan sarana
6. pengelolaan dan penatausahaan kearsipan dan informasi
lingkungan hidup dan kebersihan
7. pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang Suku Dinas
Lingkungan Hidup

1.2.2 Fokus Magang


11

Atas dasar keterbatasan kemampuan, waktu, ruang, dan materi

penulis, maka penulis melakukan pembatasan masalah pada beberapa hal

agar senantiasa terfokus pada objek Pelaksanaan Sistem Electronic

Budgeting serta menghindari ketiakpastian dalam pembahasan masalah.

Oleh sebab itu, penulisan ini akan difokuskan pada permasalahan

pelaksanaan Sistem Electronic Budgeting dilihat dari sumber daya aparatur

yang mendukung, sarana dan prasarana, hambatan hambatan yang muncul

serta upaya Pemerintah dalam menanggulangi hal-hal yang telah disebutkan

tersebut pada tingkat keluruhan. Adapun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana efektivitas pelaksanaan Electronic Budgeting pada

Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur ?

2. Apa saja kendala yang dialami dalam efektivitas pelaksanaan

sistem Electronic Budgeting di Suku Dinas Lingkungan Hidup

Jakarta Timur ?

3. Apa upaya yang ditempuh Suku Dinas Linkungan Hidup Jakarta

Timur Provinsi DKI Jakarta dalam menghadapai hambatan-

hambatan di dalam pelaksanaan Sistem Electronic Budgeting ?

1.2.3 Lokasi Magang


12

Pelaksanaan magang penelitian direncanakan berlokasi magang di

Kantor Suku Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Kota Administrasi

Jakarta Timur.

Namun dalam proses pengumpulan dan penghimpunan data, penulis

akan mencari pada tempat-tempat yang sekiranya dapat menghasilkan

informasi atau data yang diperlukan guna melengkapi data pada

penyusunan laporan ini.

1.3 Maksud dan Tujuan Magang

1.3.1 Maksud Magang


Dari rumusan masala diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

maksud penulisan ini adalah untuk menggambarkan atau mendeskripsikan

implementasi dalam menjalankan sistem Electronic Budgeting dan hambatan

apa saja yang ada pada pelaksanaan sistem tersebut serta mendapatkan

dan mencari apa saja upaya serta solusi yang dilakukan Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta dalam mengatasi masalah tersebut.

1.3.2 Tujuan Magang


13

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka

penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran data atau

penerapan pelaksanaan sistem Electronic Budgeting di Suku Dinas

Lingkungan Hidup Jakarta Timur

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi

dalam pelaksanaan sistem Electronic Budgeting di Suku Dinas

Lingkungan Hidup Jakarta Timur

3. Untuk mengetahui upaya serta solusi apa saja yang dilakukan oleh

suku dinas Jakarta Timur Provinsi DKI Jakarta dalam menghadapi

masalah penerapan atau pelaksanaan sistem Electronic Budgeting di

Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur

1.4 Kegunaan Magang

Kegunaan Magang dalam seluruh rangkaian proses atau rangkaian

kegiatan penulisan adalah sebagai berikut:

1.4.1 kegunaan Teoritis

Berdasarkan teoritis, dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi

acuan atau salah satu sumber untuk melakukan pengembangan penelitian

berikutnya mengenai sistem Electronic Budgeting. Selain itu untuk

lembaga Institut Pemerintahan Dalam Negeri, hasil penulisan serta


14

penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang

bermanfaat sebagai rujukan teoritik bagi penulisan karya-karya ilmiah

terutama yang berkaitan dengan sistem Electronic Budgeting.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Bagi Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur, penulisan ini

diharapkan dapat menjadi bahan masukan, lebih spesifik lagi yang

berhubungan dengan pelaksanaan siste Electronic Budgeting

2. Bagi program diploma IV Institut Pemerintahan Dalam Negeri,

penulisan ini diharapkan dapat berguna sebagai panduan dalam

pengembangan konsep pengelolaan keuangan daerah yang berbasis

teknologi informasi sistem Electronic Budgeting.

3. Bagi Institut Pemerintahan Dalam Negeri, sebagai bahan acuan bagi

peneliti yang akan meneliti lebih dalam dan mengkaji lebih lanjut

tentang sistem Electronic Budgeting.

4. Penelitian ini juga berguna sebagai sala satu sarana berlatih untuk

penulis dalam memperdalam ilmu yang diperoleh selama penulis

melaksanakan Pendidikan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri serta

menkomparasikan dengan permasalahan yang terjadi di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai