PENGHASILAN
PASAL 21/26
PERPAJAKAN
Noery Mutiarahim, SE., MM
PAJAK PENGHASILAN 21
Pajak yang dilewatkan terhadap Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
atas penghasilan (upah, gaji, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain dalam nama dan dalam bentuk apapun) terkait dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan.
Jumlah pajak yang dipotong dan disetorkan dengan benar oleh pemberi
kerja dan pemotong lainnya dapat digunakan oleh Wajib Pajak untuk
dijadikan kredit pajak atas PPh yang terutang pada akhir tahun.
PEMOTONG PAJAK
PENGHASILAN PASAL 21
Pemotong PPh Pasal 21 adalah Wajib Pajak orang pribadi atau badan termasuk Bentuk
Usaha Tetap yang mempunyai kewajiban melakukan pemotongan pajak atas penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.
Penerima uang pesangon, pensiun, atau uang manfaat pensiu, THT, atau JHT,
2
termasuk ahli warisnya;
3 Bukan pegawai;
5 Mantan pegawai;
• Bukan WNI.
• Di Indonesia tidak menjalankan usaha/ kegiatan/ pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan.
HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB
PAJAK
– HAK WAJIB PAJAK
1
Berhak meminta bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada Pemotong
Pajak.
Wajib menyerahkan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi, jika
2 Wajib Pajak mempunyai penghasilan lebih dari satu pemberi kerja.
OBJEK PPH PASAL 21
Penghasilan Pegawai Tetap;
Upah pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, yang diterima
secara harian, mingguan, satuan, borongan, atau yang dibayarkan
bulanan;
Pembayaran sekaligus uang pesangon, uang manfaat pensiun, Tunjangan Hari Tua
(THT), atau Jaminan Hari Tua (JHT) yang setelah waktu 2 (dua) tahun sejak
berhenti bekerja;
Uang pensiun, Tunjangan Hari Tua (THT), atau Jaminan Hari Tua
(JHT) dibayarkan oleh BPP atau BPJS-TK
Iuran pensiun kepaa dana pensiun, iuran Tunjangan Hari Tua (THT)
atau iuran Jaminan Hari Tua (JHT) yang dibayar oleh pemberi kerja.
Beasiswa.
PENGURANG PENGHASILAN
5% x Penghasilan Bruto (maks Rp500,000
Biaya Jabatan
sebulan atau maks Rp6,000,000 setahun)
Kriteria Tanggungan
1. Ayah 4. Anak Tiri
2. Ibu 5. Ayah Mertua Tidak Bekerja
3. Anak Biologis 6. Ibu Mertua
TARIF PPH PASAL 21
- PASAL 17 UU NO. 36 TAHUN 2008
1. Upah harian Pasal 17 ayat (1) PKP setahun = penghasilan bruto – PTKP
diayarkan secara huruf a
bulanan. UU PPh setahun
2. Jumlah upah
kumulatif
sebulan melebihi
Rp10,200,000.
PERHITUNGAN PPH 21
– PEGAWAI TETAP
CONTOH 1
– PEGAWAI TETAP DENGAN GAJI
BULANAN
Bambang Yuliawan pegawai di perusahaan PT Yasa Buana. Ia berstatus menikah tanpa
anak dan memperoleh gaji Rp10.000.000 sebulan serta tunjangan-tunjangan Rp4.000.000
sebulan. PT Yasa Buana mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan, premi Jaminan
Kecelakaan Kerja, dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan
jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Yasa Buana menanggunng iuran
Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji, sedangkan Bambang Yuliawan
membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2% dari gaji setiap bulan. Di samping itu, PT
Yasa Buana juga mengikuti program pensiun bagi pegawainya. PT Yasa Buana membayar
iuran pensiun untuk Bambang Yuliawan ke dana pensiun, yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp100.000, sedangkan Bambang
Yuliawan membayar iuran pensiun sebesar Rp80.000.
CONTOH 2
– PEGAWAI TETAP DENGAN GAJI BULANAN (WANITA,
SUAMI
TIDAK BERPENGHASILAN)
Endang Vidyawati adalah seorang karyawati dengan status menikah tanpa anak. Ia
bekerja di PT Ventura Entiti dengan gaji sebulan sebesar Rp7.500.000. Endang Vidyawati
membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan sebesar Rp100.000 sebulan. Berdasarkan surat keterangan dari Pemda tempat
Endang Vidyawati berdomisili yang diserahkan kepada pemberi kerja, diketahui bahwa
suaminya tidak mempunyai penghasilan apa pun. Pada bulan Juli, selain menerima gaji,
ia juga menerima pembayaran atas lembur (overtime) sebesar Rp2.500.000.
CONTOH 3
– PEGAWAI TETAP DENGAN GAJI HARIAN
Imam Rahardi tercatat sebagai pegawai tetap di PT Rejo Indonusa. Ia memperoleh gaji
yang dibayar harian sebesar Rp200,000. Imam belum menikah. PT Rejo Indonusa masuk
program BPJS Ketenagakerjaan, premi Jaminan Kecelakaan Kerja, dan premi Jaminan
Kematian yang dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing setiap bulan
sebesar 1% dan 0.30% dari gaji. PT Rejo Indonusa membayar iuran Jaminan Hari Tua
setiap bulan sebesar 3.70% dari gaji dan Imam membayar iuran pensiun Rp15,000 dan
Jaminan Hari Tua sebesar 2% dari gaji.
PERHITUNGAN PPH 21
– PEGAWAI TIDAK TETAP
Jika upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian tidak
melebihi Rp450,000 dan jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh
dalam satu bulan kalender yang bersangkutan tidak melebihi
Rp4,500,000 maka tidak ada PPh Pasal 21 yang terutang.
Senta berstatus belum menikah. Pda Juli 2016, ia bekerja sebagai buruh harian di PT
Harapan Sentosa. Dia bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar
Rp450,000.
Jawab:
Karena upah sehari tidak melebihi Rp450,000 dan upah bulan Januari sebesar 10 hari x
Rp450,000 = Rp4,500,000 (tidak melebihi Rp4,500,000 dalam sebulan). Jadi, Senta tidak
dikenakan PPh Pasal 21 atas upah yang diterimanya.
PERHITUNGAN PPH 21
– PEGAWAI TIDAK TETAP
Jika upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian tidak
melebihi Rp450,000 dan jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh
dalam satu bulan kalender yang bersangkutan tidak melebihi Rp4,500,000
maka tidak ada PPh Pasal 21 yang terutang.
Senta berstatus belum menikah. Pda Juli 2016, ia bekerja sebagai buruh harian di PT
Harapan Sentosa. Dia bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar
Rp450,000.
Jawab:
Karena upah sehari tidak melebihi Rp450,000 dan upah bulan Januari sebesar 10 hari x
Rp450,000 = Rp4,500,000 (tidak melebihi Rp4,500,000 dalam sebulan). Jadi, Senta tidak
dikenakan PPh Pasal 21 atas upah yang diterimanya.
CONTOH 2
Jika upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian telah melebihi Rp450,000 dan
jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam satu bulan kalender yang bersangkutan
tidak melebihi Rp4,500,000 PPh Pasal 21 yang harus dipotong:
3
Tarif 20% dari penghasilan kena pajak setelah
dikurangi Pajak Penghasilan
PERHITUNGAN PPH PASAL 26
– CONTOH 1
PPh Pasal 26 = 20% x Penghasilan Bruto