Anda di halaman 1dari 92

PPN (PAJAK PERTAMBAHAN

NILAI) &
PPNBM (PAJAK PENJUALAN
BARANG MEWAH)
DELLA AYU ZONNA LIA., S.AB., M.AB
AGENDA

1. Konsep Umum PPN

2. PKP dan DPP

3. Administrasi PPN

4. Diskusi kasus
PENGERTIAN UMUM
PPN adalah Pajak atas Konsumsi
Barang atau jasa

Di Dalam Daerah Pabean

OLEH

Orang Pribadi
Badan
KARAKTERISTIK PPN

Pajak Obyektif
Pajak Tidak Indirect
Langsung Substraction
Method

KARAKTERISTI
Non kumulatif Multi stage
K

Konsumsi
Dalam Negeri
Consumption type
VAT
CIRI PPN

• Pengenaan PPN dilaksanakan Sistem FAKTUR


• Setiap terjadinya Penyerahan BKP/JKP, wajib dibuatkan Faktur
Pajak

Faktur Pajak Perupakan


Bukti Pungutan PPN

Faktur Pajak Faktur Pajak


Bagi Penjual Bagi Pembeli
merupakan bukti merupakan bukti
PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN
OBYEK PPN

Impor BKP
Penyerahan BKP Penyerahan JKP

Pemanfaatan BKP di
daerah pabean OBYEK PPN Pemanfaatan JKP

Ekspor BKP berwujud Ekspor JKP


Ekspor BKP tidak
berwujud

Dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak


OBJEK PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI
• Penyerahan Barang Kena Pajak, Jasa Kena Pajak di dalam Daerah
Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;
• Impor Barang Kena Pajak;
• Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
• Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud, Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
DAERAH PABEAN

Wilayah RI yand didalamnya berlaku ketentuan Kepabeanan


(UU No 10/1995)

1 Darat
Ruang udara di
dan atasnya
2 Perairan

Tempat tertentu di zona


3 Ekonomi Eksklusif

4 Landas Kontinen
BARANG
BARANG ADALAH

BARANG BARANG TIDAK


BERWUJUD BERWUJUD

BARANG CONTOH :
BERGERAK • HAK ATAS MEREK
DAGANG
• HAK PATEN
• HAK CIPTA
BARANG TIDAK
BERGERAKLandas Kontinen
PENYERAHAN
BARANG KENA PAJAK (BKP)

PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK


ADALAH : SETIAP KEGIATAN
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK

YANG DIKENAKAN
PAJAKBERDASARKAN
UU PPN
Penyerahan Barang Kena Pajak
• Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian
• Pengalihan BKP karena perjanjian sewa beli dan leasing
• Pengalihan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang
• Pemakaian sendiri dan/atau pemberian Cuma-Cuma

 PT. A perusahaan penghasil topi. Dalam rangka ulang tahun memberikan


kepada seluruh karyawan dan keluarganya topi hasil produksi perusahaan
sebanyak 10.000 unit. Harga jual topi 100ribu, harga pokok produksi 60ribu.
 PT. C perusahaan penghasil susu formula. Dalam rangka kegiatan CSR
perusahaan, memberikan kepada rumah yatim susu formula sebanyak
5.000pack. Harga jual per pack 60ribu, harga pokok 40ribu.
Penyerahan Barang Kena Pajak

• Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau


aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan
• Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau
sebaliknya dan penyerahan antar cabang
• Penyerahan BKP secara konsinyasi
Penyerahan - Perjanjian

• Penyerahan Barang Kena Pajak oleh


Pengusaha Kena Pajak dalam rangka
perjanjian pembiayaan yang dilakukan
berdasarkan prinsip syariah, yang
penyerahannya dianggap langsung dari
Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang
membutuhkan Barang Kena Pajak
Pemakaian untuk Tujuan Produktif

• Pemakaian Barang Kena Pajak dan atau pemanfaatan Jasa


Kena Pajak untuk tujuan produktif belum merupakan
penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak
sehingga tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.
Bukan Penyerahan Barang Kena Pajak

• Penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar


sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang- Undang
Hukum Dagang
• Penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang-
piutang;
• Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau
antar cabang dalam hal Pengusaha Kena Pajak melakukan
pemusatan tempat pajak terutang;
Bukan Penyerahan Barang Kena Pajak
• Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka
penggabungan,peleburan,pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan
usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang
menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak;
• Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan
huruf c.
JASA
SETIAP KEGIATAN PELAYANAN BERDASARKAN SUATU
PERIKATAN/PERBUATAN HUKUM, YANG MENYEBABKAN

• SUATU BARANG
• FASILITAS
• KEMUDAHAN
• HAK

TERSEDIA UNTUK DIPAKAI


TERMASUK

JASA YG DILAKUKAN UNTUK MENGHASILKAN BARANG KARENA


PESANAN ATAU PERMINTAANDGN BAHAN & ATAS PETUNJUK
DARI PEMESANTERMASUK
JASA KENA PAJAK (JKP)

SETIAP KEGIATAN PELAYANAN TERMASUK JASA YG DILAKUKAN


BERDASARKAN SUATU PERIKATAN / UNTUK MENGHASILKAN BARANG
PERBUATAN HUKUM YG KARENA PESANAN ATAU
MENYEBABKAN SUATU BARANG / PERMINTAAN DGN BAHAN
FASILITAS / KEMUDAHAN / HAK DAN/ATAU PETUNJUK DARI
TERSEDIA UNTUK DIPAKAI PEMESAN

YANG DIKENAKAN
PAJAK BERDASARKAN
UU PPN
JASA KENA PAJAK (JKP)

SETIAP KEGIATAN PEMBERIAN JASA KENA PAJAK

TERMASUK

PEMAKAIAN PEMBERIAN
SENDIRI JKP CUMA-CUMA

OLEH PKP
PEMANFAATAN JKP DAN BKP

PEMANFAATAN JKP DAN BKP TIDAK


BERWUJUD DARI LUAR DAERAH PABEAN

• SETIAP KEGIATAN PEMANFAATAN JKP DARI LUAR


DAERAH PABEAN DI DALAM DAERAH PABEAN
• SETIAP KEGIATAN PEMANFAATAN BKP TIDAK
BERWUJUD DARI LUAR DAERAH PABEAN KARENA
SUATU PERJANJIAN DI DALAM DAERAH PABEAN.
IMPORT, EXPOR, DAN PERDAGANGAN

ADALAH SETIAP KEGIATAN


MEMASUKKAN BARANG
IMPOR DARI LUAR DAERAH PABEAN
KE DLM DAERAH PABEAN

ADALAH SETIAP KEGIATAN


MEMASUKKAN BARANG
EXPOR DARI LUAR DAERAH PABEAN
KE DLM DAERAH PABEAN

ADALAH SETIAP KEGIATAN


MEMASUKKAN BARANG
PERDAGANGAN DARI LUAR DAERAH PABEAN
KE DLM DAERAH PABEAN
NON BARANG KENA PAJAK
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya;
2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah
makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman
baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan
dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering;
4. Emas batangan, dan surat berharga.
NON JASA KENA PAJAK
1. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik;
2. Jasa di bidang pelayanan sosial;
3. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko;
4. Jasa keuangan
5. Jasa asuransi
6. Jasa di bidang keagamaan;
7. Jasa di bidang pendidikan;
8. Jasa kesenian dan hiburan
NON JASA KENA PAJAK
9. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara
dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa
angkutan udara luar negeri;
10. jasa tenaga kerja;
11. jasa perhotelan;
12. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum;
13. jasa penyediaan tempat parkir;
14. jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam
15. jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
16. jasa boga atau katering
BADAN
SEKUMPULAN ORANG DAN ATAU MODAL
YANG MERUPAKAN KESATUAN

BAIK YANG MELAKUKAN USAHA MAUPUN YANG TIDAK


MELAKUKAN USAHA

MELIPUTI :
• PERSEROAN TERBATAS;
• PERSEROAN KOMANDITER;
• PERSEROAN LAINNYA;
• BUMN / BUMD;
• FIRMA, KONGSI; KOPERASI; DANA PENSIUN; PERSEKUTUAN;
PERKUMPULAN; YAYASAN; ORGANISASI MASSA; ORGANISASI
SOSPOL DAN SEJENISNYA; LEMBAGA; BUT DAN BENTUK BADAN
LAINNYA.
PENGUSAHA
ORANG PRIBADI BADAN

DALAM KEGIATAN USAHA


ATAU PEKERJAANNYA

• MENGHASILKAN BARANG;
• MENGIMPOR BARANG;
• MENGEKSPOR BARANG;
• MELAKUKAN USAHA PERDAGANGAN;
• MELAKUKAN USAHA JASA;-
• MEMANFAATKAN BARANG TIDAK BERWUJUD /
JASA DARI LUAR DAERAH PABEAN.
PENGUSAHA KENA PAJAK
(PKP)
PENGUSAHA

YANG MELAKUKAN
PENYERAHAN BPK/JKP

YANG DIKENAKAN PAJAK


BERDASARKAN UU PPN

TIDAK TERMASUK PENGUSAHA KECIL,


KECUALIPENGUSAHA KECIL YANG MEMILIH
UNTUK DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP
Pengusaha Kena Pajak

• Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP wajib


melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak, dan wajib memungut, menyetor, dan
melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah yang terutang.
• Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak
MENGHASILKAN

MENJADI
1 KEGIATAN MENGOLAH BARANG
MELALUI PROSES MENGUBAH BARU
BENTUK ATAU SIFAT SUATU
MENJADI
BARANG DARI BENTUK ASLINYA DAYA GUNA
BARU

2 KEGIATAN MENGOLAH SUMBER DAYA ALAM

MENYURUH ORANG PRIBADI ATAU BADAN


3 MELAKUKAN KEGIATAN TERSEBUT PADA
HURUF 1 DAN 2 DI ATAS
DASAR PENGENAAN PAJAK
(DPP)
HARGA JUAL

PENGGANTIAN YANG DIPAKAI


SEBAGAI DASAR
NILAI IMPOR UNTUK
MENGHITUNG
PAJAK YANG
NILAI EKSPOR TERUTANG

NILAI LAIN YANG


DITETAPKAN MENKEU
HARGA JUAL
NILAI BERUPA UANG

TERMASUK

SEMUA BIAYA YANG DIMINTA ATAU


SEHARUSNYA DIMINTA OLEH PENJUAL

KARENA
PENYERAHAN BPKP
TIDAK
TERMASUK

PPN YANG DIPUNGUT MENURUT UU PPN &


POTONGAN HARGA YG DICANTUMKAN DALAM
FAKTUR PAJAK
PENGGANTIAN
NILAI BERUPA UANG

TERMASUK

SEMUA BIAYA YG DIMINTA ATAU SEHARUSNYA


DIMINTA OLEH PEMBERI JASA

KARENA PENYERAHAN
JKP
TIDAK
TERMASUK

PPN YANG DIPUNGUT MENURUT UU PPN &


POTONGAN HARGA YG DICANTUMKAN DLM
FAKTUR PAJAK
NILAI IMPOR

NILAI BERUPA UANG

YANG MENJADI DASAR PENGHITUNGAN BEA MASUK DITAMBAH


PUNGUTAN LAINNYA YG DIKENAKAN PAJAK BERDASARKAN
KETENTUAN DLM PERUNDANG-UNDANGAN KEPABEANAN

UNTUK IMPOR BPKB

TIDAK
TERMASUK

PAJAK YANG DIPUNGUT MENURUT UU


HARGA JUAL

• Nilai berupa uang


• Termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual
Barang Kena Pajak.
• Tidak termasuk PPN dan potongan harga yang tercantum dalam faktur pajak.

Yang termasuk dalam pengertian biaya yang merupakan unsur harga jual, antara
lain : pengangkutan, asuransi, bantuan teknik, pemeliharaan, dan garansi.
PENGGANTIAN

• Nilai berupa uang


• Termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pengusaha karena
penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena
Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud.
• Tidak termasuk PPN dan potongan harga yang
tercantum dalam faktur pajak.
NILAI IMPOR

• Nilai berupa uang yang menjadi Dasar penghitungan bea masuk

• Ditambah pungutan yang dikenakan sesuai Undang-Undang Pabean.

• Tidak termasuk PPN/PPn BM.

• Nilai Impor = Harga Impor (CIF) + Bea Masuk


PPN = 10% x Nilai Impor
NILAI EKSPOR
• Nilai berupa uang

• Termasuk biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir,


yaitu, nilai yang tercantum dalam dokumen PEB (Pemberitahuan
Ekspor Barang yang telah difiat muat oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai).
• PPN Ekspor = 0% x Nilai Ekspor
DPP NILAI LAIN
• Jenis-jenis nilai lain :
• Harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor 

• Perkiraan harga jual rata-rata

• Harga pasar wajar

• Persentase tertentu dari harga jual, tagihan atau imbalan-Harga faktual yang
dianggap wajar 
DPP NILAI LAIN

• Pemakaian Sendiri :
DPP = Harga Pokok Penjualan (Harga jual atau Penggantian dikurangi laba
bruto)
PPN = 10% X Harga Pokok Penjualan.
• Pemberian Cuma-Cuma :
DPP = Harga Pokok Penjualan (Harga Jual atau Penggantian dikurangi laba
bruto)
PPN = 10% X Harga Pokok Penjualan
DPP NILAI LAIN
• Penyerahan BKP dan/atau JKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan
penyerahan BKP dan/atau JKP antar cabang DPP = Harga Jual atau
penggantian dikurangi laba kotor
PPN = 10% x Harga Jual atau penggantian dikurangi laba kotor
DPP ATAS TRANSAKSI DENGAN
VALUTA ASING
• Apabila harga jual atau penggantian menggunakan valuta asing,
Dasar Pengenaan Pajak-nya dihitung dengan :
• Nilai konversi menurut Keputusan Menteri Keuangan (Kurs
KMK) yang berlaku pada saat pembuatan Faktur Pajak (per
tanggal Faktur Pajak).
• Dalam hal penyerahan kepada Pemungut PPN (WAPU),
menggunakan nilai konversi menurut KMK yang berlaku pada
saat pembayaran atas harga jual BKP/JKP yang bersangkutan
(Lihat ; Pemungut PPN)
• Kurs menurut KMK tersebut di atas diumumkan secara periodik
(setiap pekan sekali) yang berlaku untuk masa satu pekan
DPP ATAS PENYERAHAN BKP YANG TERGOLONG MEWAH

• Penyerahan BKP yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh PKP


yang menghasilkan BKP yang Tergolong Mewah atau atas impor
Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah, Dasar Pengenaan Pajak
tidak termasuk PPN dan PPnBM

• Penyerahan BKP yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh PKP


selain Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang
Tergolong Mewah atau impor, Dasar Pengenaan Pajak termasuk Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang dikenakan atas perolehan atau atas
impor Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah tersebut.
TARIF PPN

Sebesar 10%

Kecuali untuk ekspor yang dikenakan tarif 0%


- ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;

- ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan

- ekspor Jasa Kena Pajak.


JENIS PEMUNGUT PPN

Sejak tanggal 1 Januari 2004, Pemungut PPN (Pembeli Khusus)


terdiri dari (563/KMK.03/2003) :
• Bendaharawan Pemerintah baik Pusat maupun Daerah, yang dananya
dari APBN/APBD.
• Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara
• Badan Usaha Milik Negara dan Milik Daerah
PEMUNGUT PPN
• PPN yang terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP dipungut oleh
PKP Penjual.
• Pembeli BKP/JKP wajib membayar kepada PKP Penjual sebesar
harga jual ditambah PPN (10%).
• Apabila pembeli BKP/JKP tersebut berstatus Pemungut PPN (Pembeli
Khusus), PPN yang terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP tidak
dipungut oleh PKP Penjual, melainkan disetor langsung ke kas negara
oleh Pemungut PPN tersebut.
• Pemungut PPN hanya membayar kepada PKP Penjual sebesar harga
jual, sedangkan PPN-nya (10%) disetor langsung ke kas negara.
JENIS PEMUNGUT PPN

• Dalam hal harga jual atau penggantian telah


termasuk PPN, maka PPN yang terutang atas
penyerahan BKP/JKP tersebut dihitung dengan
formula : 10/110 x harga jual atau penggantian.
Faktur Pajak
• Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat
oleh Pengusaha Kena Pajak atas penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.
FAKTUR PAJAK STANDAR
• Faktur Pajak yang paling sedikit memuat keterangan tentang :
• Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;
• Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pembeli Barang Kena Pajak
atau Penerima JasaKena Pajak;
• Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan
potongan harga;
• Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
• Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
• Kode, Nomor Seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
• Nama, dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak;
SAAT TERUTANG PAJAK

• Terutangnya pajak terjadi pada saat:


a. penyerahan Barang Kena Pajak;
b. impor Barang Kena Pajak;
c. penyerahan Jasa Kena Pajak;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean;
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean;
f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; atau ekspor;
h. ekspor Jasa Kena Pajak.
SAAT TERUTANG PAJAK

• Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena


Pajak atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak atau dalam hal
pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean,
saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran.
• Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan saat lain sebagai saat
terutangnya pajak dalam hal saat terutangnya pajak sukar ditetapkan
atau terjadi perubahan ketentuan yang dapat menimbulkan
ketidakadilan.
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK
STANDAR

YAITU SELAMBAT-LAMBATNYA :
 pada saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan
pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;
 pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal
penyerahan sebagian tahap pekerjaan;
 pada saat Pengusaha Kena Pajak rekanan menyampaikan
tagihan kepada Bendaharawan Pemerintah sebagai
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
FAKTUR PAJAK GABUNGAN

• Faktur Pajak Gabungan adalah Faktur Pajak Standar


untuk semua penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang terjadi selama 1 (satu)
bulan takwim kepada pembeli Barang Kena Pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak yang sama

 Saat pembuatan faktur pajak gabungan  paling


lama pada akhir bulan penyerahan.
FAKTUR PAJAK SEDERHANA

FAKTUR PAJAK SEDERHANA DIBUAT DALAM HAL TERJADI


PENYERAHAN BKP/JKP KEPADA KONSUMEN YANG IDENTITASNYA
TIDAK LENGKAP

 FAKTUR PAJAK SEDERHANA MINIMAL HARUS MEMUAT :


 NAMA, ALAMAT, NPWP WAJIB PAJAK YANG MENYERAHKAN BKP/JKP
 JENIS DAN KUANTUM BKP/JKP YANG DISERAHKAN
 JUMLAH HARGA JUAL ATAU PENGGANTIAN YANG SUDAH TERMASUK
PAJAK ATAU PAJAK DICANTUMKAN SENDIRI
 TANGGAL PEMBUATAN FP SEDERHANA
DOKUMEN-DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI
FAKTUR PAJAK STANDAR

 PIB YANG DILAMPIRI SSP ATAU BUKTI PUNGUTAN


PAJAK OLEH DITJEN BEA DAN CUKAI ATAS IMPOR BKP
 PEB YANG TELAH DIFIAT MUAT OLEH DITJEN BEA CUKAI
DENGAN DILAMPIRI INVOICE
 SURAT PERINTAH PENGIRIMAN BARANG YANG DIBUAT
OLEH BULOG/DOLOG UNTUK PENYALURAN TEPUNG
TERIGU
DOKUMEN-DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI
FAKTUR PAJAK STANDAR

 FAKTUR NOTA BON PENYERAHAN YANG DIBUAT OLEH


PERTAMINA UNTUK PENYERAHAN BBM ATAU BUKAN BBM
 TANDA PEMBAYARAN ATAU KUITANSI TELEPON
 TIKET ATAU AIRWAY BILL ATAS PENYERAHAN JASA
ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI
 SSP PEMBAYARAN PPN ATAS PEMANFAATAN BKP TIDAK
BERWUJUD ATAU JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN
SAAT PEMBUATAN FAKTUR
PAJAK STANDAR

 Faktur Pajak Standar yang diterbitkan setelah melewati


jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak saat Faktur Pajak Standar
seharusnya dibuat adalah bukan merupakan Faktur Pajak
Standar.
RANGKAPAN FAKTUR PAJAK
 Faktur Pajak Standar paling sedikit dibuat dalam
rangkap 2 (dua) yang peruntukannya masing-masing
sebagai berikut :
 Lembar ke-1, disampaikan kepada Pembeli
Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa Kena
Pajak
 Lembar ke-2, untuk arsip Pengusaha Kena Pajak
yang menerbitkan Faktur Pajak Standar.
KODE FAKTUR PAJAK STANDAR

 2 (dua) digit Kode Transaksi;


 1 (satu) digit Kode Status; dan
 3 (tiga) digit Kode Cabang.
KODE TRANSAKSI
01 penyerahan kepada selain Pemungut PPN
02 penyerahan kepada Pemungut PPN Bendaharawan Pemerintah
03 penyerahan kepada Pemungut PPN Lainnya (selain Bendaharawan Pemerintah)
04 penyerahan yang menggunakan DPP Nilai Lain kepada selain Pemungut PPN;
05 penyerahan yang Pajak Masukannya di Deemed kepada selain Pemungut PPN;
06 penyerahan Lainnya kepada selain Pemungut PPN;
07 penyerahan yang PPN atau PPN dan PPn BM-nya Tidak Dipungut kepada selain Pemungut PPN;
08 digunakan untuk penyerahan yang Dibebaskan dari pengenaan PPN atau PPN dan PPn BM kepada
selain Pemungut PPN;
09 digunakan untuk penyerahan Aktiva Pasal 16D kepada selain Pemungut PPN
KODE STATUS
0 Normal
1 Penggantian
NOMOR SERI FAKTUR PAJAK
STANDAR

• 2 (dua) digit Tahun Penerbitan; dan


• 8 (delapan) digit Nomor Urut.

 Nomor Urut pada Nomor Seri Faktur Pajak


Standar harus dibuat secara berurutan, tanpa
perlu dibedakan antara Kode Transaksi, Kode
Status Faktur Pajak Standar dan mata uang
yang digunakan.
PENOMORAN FAKTUR

 Penerbitan Faktur Pajak Standar dimulai dari Nomor


Urut 1 (satu) pada setiap awal tahun takwim mulai
bulan Januari, kecuali bagi Pengusaha Kena Pajak
yang baru dikukuhkan, Nomor Urut 1 (satu) dimulai
sejak Masa Pajak Pengusaha Kena Pajak tersebut
dikukuhkan.
FAKTUR PAJAK STANDAR SALAH

 Faktur Pajak Standar yang cacat, rusak salah dalam pengisian,


atau salah dalam penulisan, sehingga tidak memuat keterangan
yang lengkap, jelas dan benar, Pengusaha Kena Pajak yang
menerbitkan Faktur Pajak Standar tersebut dapat menerbitkan
Faktur Pajak Standar Pengganti
FAKTUR PAJAK HILANG

 Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan maupun


pihak yang menerima Faktur Pajak Standar tersebut
dapat membuat copy dari arsip Faktur Pajak Standar
PAMBATALAN FAKTUR PAJAK

 Apabila terjadi pembatalan transaksi penyerahan Barang Kena


Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajak
Standar-nya telah diterbitkan, maka Pengusaha Kena Pajak yang
menerbitkan Faktur Pajak Standar harus melakukan pembatalan
Faktur Pajak Standar
FAKTUR PAJAK PENGGANTI

 Penerbitan Faktur Pajak Standar Pengganti atau pembatalan Faktur


Pajak Standar hanya dapat dilakukan paling lambat 2 (dua) tahun sejak
Faktur Pajak Standar yang diganti atau dibatalkan tersebut diterbitkan.

 Sepanjang terhadap Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan


Nilai dimana Faktur Pajak Standar yang diganti atau dibatalkan
tersebut dilaporkan, belum dilakukan pemeriksaan dan atas Pajak
Pertambahan Nilai yang tercantum dalam Faktur Pajak Standar
tersebut belum dibebankan sebagai biaya.
NOTA RETUR
 NOTA RETUR DIBUAT DALAM HAL TERJADI PENGEMBALIAN BKP
DARI PEMBELI KEPADA PENJUAL, KECUALI JIKA DIGANTI
DENGAN BKP YANG JENIS, TYPE, JUMLAH DAN HARGANYA SAMA

FUNGSI NOTA RETUR :

 BAGI PENJUAL : MENGURANGI PAJAK KELUARAN PADA MASA


PAJAK DITERIMANYA NOTA RETUR

 BAGI PEMBELI : MENGURANGI PAJAK MASUKAN PADA MASA


PAJAK DIBUATNYA NOTA RETUR
ISI MINIMAL NOTA RETUR

 NOMOR URUT NOTA RETUR


 NOMOR SERI DAN TANGGAL FP ATAS BKP YANG
DIKEMBALIKAN
 NAMA, ALAMAT DAN NPWP PEMBELI BKP YANG
DIKEMBALIKAN
 NAMA, ALAMAT, NPWP PENJUAL YANG MENERBITKAN FP
 JENIS DAN HARGA JUAL BKP YANG DIKEMBALIKAN
 PPN/PPNBM YANG DIKEMBALIKAN
 TANGGAL PEMBUATAN NOTA RETUR
 TANDA TANGAN PEMBELI
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

• Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan


Pajak Keluaran untuk Masa Pajak yang sama.

• Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga


belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak
Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat
dikreditkan.

• Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur


Pajak yang memenuhi persyaratan)
PAJAK MASUKAN
• Apabila dalam suatu Masa Pajak:
• PK > PM, selisihnya yang harus disetor ke kas negara oleh PKP
paling lambat akhir bulan berikutnya
• PM > PK, selisihnya dapat direstitusi atau dikompensasikan ke
Masa Pajak berikutnya, atau direstitusi pada akhir tahun buku
(pengecualian untuk pengusaha tertentu yang bergerak dalam
bidang ekspor BKP, BKP Tidak Berwujud, JKP, penyerahan
kepada pemungut, belum berproduksi dan tidak dipungut PPN)
PAJAK MASUKAN TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN

• perolehan BKP atau JKP, pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP
dari luar Daerah Pabean, sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak;

• perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan
kegiatan usaha;

• perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon,
kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan
PAJAK MASUKAN TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN
• pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum
pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

• perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur
Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok
Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena
Pajak;
PAJAK MASUKAN TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN

• pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan


Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya
tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat 6

• perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak
Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak;
PAJAK MASUKAN TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN

• perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak
Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan MasaPajak
Pertambahan Nilai, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan;
dan

• perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak
sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud
pada ayat
KREDIT PAJAK MASUKAN

• Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum


dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang
sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling
lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang
bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya
dan belum dilakukan pemeriksaan
KREDIT PAJAK MASUKAN

• Apabila dalam suatu Masa Pajak Pengusaha Kena Pajak selain melakukan
penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak
terutang pajak, sedangkan Pajak Masukan untuk penyerahan yang terutang
pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan untuk penyerahan yang terutang pajak dihitung dengan
menggunakan pedoman yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
PENGHAPUSAN PIUTANG

Penghapusan piutang tidak mengakibatkan penyesuaian (koreksi) atas :

 Pajak Keluaran bagi Pengusaha Kena Pajak penjual, artinya PKP Penjual
tidak diperkenankan membatalkan (menarik kembali) Pajak Keluaran yang
telah dilaporkan dalam SPT-nya.

 Pajak Masukan bagi PKP pembeli atau penerima jasa, artinya PKP
Pembeli tidak perlu membatalkan Pajak Masukan yang telah dikreditkan
dalam SPT-nya.
BKP YANG DIBELI MUSNAH /
RUSAK KARENA BENCANA ALAM
ATAU KONDISI FORCE MAJEURE

 Tidak mengakibatkan penyesuaian (koreksi) atas


Pajak Masukan yang telah dikreditkan atau
dibebankan sebagai biaya oleh pembeli. 
Pajak Masukan atas barang yang musnah atau
rusak tersebut tetap dapat dikreditkan.
KESALAHAN DALAM PEMUNGUTAN PAJAK

 Apabila pajak yang telah dipungut tersebut telah disetor dan dilaporkan,
maka PKP yang bersangkutan tidak dapat meminta kembali (restitusi).

 Pajak yang salah dipungut tersebut dapat diminta kembali oleh pihak yang
terpungut, sepanjang belum dikreditkan atau belum dibebankan sebagai
biaya.

 Kesalahan pemungutan dapat berupa ; seharusnya tidak terutang PPN tetapi


dipungut PPN, atau terjadi pemungutan PPN yang jumlahnya lebih besar
dari yang seharusnya terutang.
PEDOMAN
PENGHITUNGAN PPN
MASUKAN BAGI
PENGUSAHA
45/PMK.03/2008
 PEDOMAN PERHITUNGAN
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI
PENGUSAHA KENA PAJAK YANG
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PAJAK
PENGHASILAN MEMILIH DIKENAKAN
PAJAK DENGAN MENGGUNAKAN NORMA
PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO.
PEDAGANG ECERAN

PPN Masukan untuk penyerahan Barang Kena Pajak


oleh Pedagang Eceran dengan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto, sebesar 80% (delapan puluh persen)
dikalikan dengan Pajak Keluaran
PEDAGANG ECERAN

Pajak Keluaran dihitung dengan cara mengalikan nilai


peredaran bruto dan atau penerimaan bruto yang
terutang Pajak Pertambahan Nilai pada Masa Pajak
yang bersangkutan dengan tarif Pajak Pertambahan
Nilai.
PEDAGANG ECERAN

Pengusaha Kena Pajak Orang Pribadi dengan jumlah peredaran


bruto dan atau penerimaan bruto selama 1 (satu) tahun buku tidak
lebih dari Rp. 4.800.000.000,00 (satu milyar delapan ratus juta
rupiah)

menyerahkan Barang Kena Pajak melalui suatu tempat penjualan


eceran seperti toko, kios, atau dengan cara penjualan yang
dilakukan langsung kepada konsumen akhir, atau dengan cara
penjualan yang dilakukan dari rumah ke rumah;
PEDAGANG ECERAN

menyediakan Barang Kena Pajak yang diserahkan di tempat


penjualan secara eceran tersebut;

 melakukan transaksi jual beli secara spontan tanpa


didahului dengan penawaran tertulis, pemesanan tertulis,
kontrak atau lelang dan pada umumnya bersifat tunai, dan
pembeli pada umumnya datang ke tempat penjualan tersebut
langsung membawa Barang Kena Pajak yang dibelinya.
PENGUSAHA SELAIN
PEDAGANG ECERAN
Untuk penyerahan Barang Kena Pajak yang dilakukan
Pengusaha Kena Pajak selain Pedagang Eceran, sebesar
70% (tujuh puluh persen) dikalikan dengan Pajak Keluaran

Untuk penyerahan Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena


Pajak, sebesar 40% (empat puluh persen) dikalikan dengan
Pajak Keluaran sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
CONTOH PERHITUNGAN PPN & PPNBM

87 PT. Garuda merupakan PKP yang menjual elektronik di Malang. Selama Agustus 2018, PT
Garuda melakukan berbagai transaksi sebagai berikut:
• Penjualan secara langsung kepada konsumen sebesar Rp1.600.000.000.
• Penyerahan BKP, yakni barang elektronik kepada Pemerintah Kota Malang sebesar
Rp660.000.000. Harga tersebut sudah termasuk PPN.
• PT. Garuda juga membangun sebuah gudang elektronik seluas 500m2 di kawasan
pergudangan sendiri dengan biaya sebesar Rp550.000.000.
• Menyumbang ke sebuah yayasan panti jompo 1 buah televisi dengan harga Rp2.000.000
termasuk keuntungan Rp200.000.
Selain transaksi di atas, terdapat tambahan transaksi selama bulan Agustus sebagai berikut:
• Membeli sebuah mobil box untuk mengangkut barang dengan harga Rp550.000.000 dan
harga tersebut sudah termasuk PPN.
Dari transaksi-transaksi yang terjadi di atas, maka hitunglah PPN dari transaksi tersebut?
Dan berapa total PPN yang disetorkan?
CONTOH PERHITUNGAN PPN & PPNBM
PPN dan PPnBM setiap transaksi contoh PPN di atas adalah sebagai berikut. 
88
• Transaksi pertama: 
PPN = 10% x Rp1.600.000.000 = Rp160.000.000 (pajak keluaran/penjualan)
• Transaksi kedua: 
DPP = 100/110 x Rp660.000.000 = Rp600.000.000
PPN = 10% x Rp600.000.000 = Rp60.000.000 (pajak keluaran/penjualan)
• Transaksi ketiga: 
DPP = 20% x Rp550.000.000 = Rp110.000.000
PPN = 10% x Rp110.000.000 = Rp100.000.000 (pajak keluaran)
• Transaksi keempat: 
DPP = Rp2.000.000 – Rp200.000 = Rp1.800.000 (pajak keluaran)
CONTOH PERHITUNGAN PPN & PPNBM
• Transaksi tambahan: 
89
DPP = 100/110 x Rp550.000.000 = Rp500.000.000
PPN = 10% x Rp500.000.000 = Rp50.000.000 (pajak masukan)
• Total PPN yang harus disetorkan:
PPN keluaranya:
Transaksi pertama + transaksi kedua + transaksi ketiga + transaksi keempat
Rp160.000.000 + Rp60.000.000 + Rp100.000.000 + Rp1.800.000 = Rp321.800.000
PPN masukannya:
Rp50.000.000
• Cara menghitung PPN yang harus disetorkan: Pajak keluaran – pajak masukan
Rp321.800.000 – Rp50.000.000 = Rp271.800.000
• Jadi, total PPn yang perlu PT. Garuda setorkan atas transaksi yang dilakukan selama
Agustus 2018 tersebut adalah sebesar Rp271.800.000.
CONTOH PERHITUNGAN PPN & PPNBM

Toko Hartono menjual kulkas sebanyak 20 kulkas dengan harga


90
satuannya sebesar Rp6.000.000. Lalu, berapakah PPN terutang toko
Hartono yang wajib disetorkan?
• Jawab:
Total DPP atas penjualan 20 kulkas: 20 x Rp6.000.000 = Rp120.000.000
PPN = 10% x Rp120.000.000 = Rp12.000.000
• Jadi, PPN terutang yang wajib disetorkan Toko Hartono adalah sebesar
Rp12.000.000.
CONTOH PERHITUNGAN PPN & PPNBM

PKP B melakukan penyerahan jasa kena pajak (JKP) dengan memperoleh


91
penggantian Rp20.000.000.
Maka PPN yang terutang = 10% x Rp20.000.000 = Rp2.000.000.
PPN sebesar Rp2.000.000 tersebut merupakan pajak keluaran yang
dipungut oleh PKP B.
CONTOH PERHITUNGAN PPN & PPNBM

Pengimpor C melakukan impor BKP dari luar daerah pabean dengan nilai
92
impor Rp15.000.000.
PPN yang dipungut melalui Ditjen Bea dan Cukai
= 10% x Rp15.000.000 = Rp1.500.000.

Anda mungkin juga menyukai