Anda di halaman 1dari 122

PAJAK

PERTAMBAHAN
NILAI

DWISMAPROBO WARYUNINDRO
PENDAHULUAN
◂ PENGERTIAN
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang
dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di
setiap jalur produksi dan distribusi.

PAJAK KONSUMSI DALAM NEGERI

Pertambahan Nilai itu sendiri timbul


karena dipakainya faktor-faktor produksi di
PPN setiap jalur perusahaan dalam :

Menyiapkan – Menghasilkan - Menyalurkan

Memperdagangkan Barang

Pemberian Pelayanan Jasa

PENJELASAN UU NOMOR 42 TAHUN 2009, TMT 1 APRIL 2010


CIRI KHAS PPN

1. PENGENAAN PPN DILAKSANAKAN


BERDASARKAN SISTEM FAKTUR
2. SETIAP TERJADINYA PENYERAHAN
BKP/JKP, WAJIB DIBUATKAN
FAKTUR PAJAK

FAKTUR PAJAK MERUPAKAN


BUKTI PUNGUTAN PPN

FAKTUR PAJAK BAGI FAKTUR PAJAK BAGI


PENJUAL PEMBELI

MERUPAKAN BUKTI MERUPAKAN BUKTI


PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN
DAERAH PABEAN
Ps. 1 angka 1

WILAYAH RI YANG DI DALAMNYA


BERLAKU UU No. 11 Th 1994
TENTANG KE PABEANAN

MELIPUTI WILAYAH

DARAT
RUANG UDARA
DAN DI ATASNYA
PERAIRAN

TEMPAT-TEMPAT TERTENTU
DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

LANDAS KONTINEN
IMPOR, EKSPOR DAN PERDAGANGA
N
Ps. 1 angka 9, 11, 12

ADALAH SETIAP KEGIATAN

MEMASUKKAN BARANG
IMPOR
DARI LUAR DAERAH PABEAN KE DLM
( Ps. 1 angka 9 )
DAERAH PABEAN

ADALAH SETIAP KEGIATAN


EKSPOR MENGELUARKAN BARANG KENA
( Ps. 1 angka 11) PAJAK DARI DLM DAERAH PABEAN

KE LUAR DAERAH PABEAN

ADALAH KEGIATAN USAHA MEMBELI &


PERDAGANGAN MENJUAL BRG, TERMASUK KEGIATAN
( Ps. 1 angka 12 ) TUKAR MENUKAR BRG TANPA MENGUBAH

BENTUK ATAU SIFATNYA


PENGUSAHA KENA
PAJAK
DWISMAPROBO WARYUNINDRO
SUBJEK PPN
PKP PPN akan terutang (dipungut oleh PKP) dalam hal:

1. PKP melakukan penyerahan BKP


2. PKP melakukan penyerahan JKP
SUBJEK PPN 3. PKP melakukan ekspor BKP, ekspor BKP
Tidak Berwujud, eskpor JKP

NON PKP PPN akan tetap terutang walaupun yang


melakukan kegiatan yang merupakan objek PPN
adalah bukan PKP, yaitu
1. Impor BKP
2. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar
Daerah Pabean didalam Daerah Pabean
3. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean
didalam Daerah Pabean
4. Melakukan kegiatan membangun sendiri
(Pasal 16C UU PPN)
PENYERAHAN BARANG
KENA PAJAK
PASAL 1A AYAT 1 UU PPN

SESI II
PENYERAHAN HAK ATAS BKP KARENA SUATU PERJANJIAN

YANG DIMAKSUD DENGAN “PERJANJIAN” MELIPUTI


1. JUAL BELI
2. TUKAR MENUKAR
3. JUAL BELI DENGAN ANGSURAN, ATAU
4. PERJANJIAN LAIN YANG MENGAKIBATKAN PENYERAHAN ATAS BARANG

Syarat Penyerahan BKP/JKP terutang PPN:


1. Pengusaha telah dikukuhkan PKP, maupun Pengusaha yang seharusnya dikukuhkan
menjadi PKP, tetapi belum dikukuhkan
2. Harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a) Yang diserahkan merupakan BKP atau JKP
b) Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; dan
c) Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
PERJANJIAN SEWA BELI DAN/ATAU PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA
(LEASING)
Dalam Hal Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian sewa
guna usaha (leasing) dengan hak opsi, Barang Kena Pajak dianggap
diserahkan langsung oleh Pengusaha Kena Pajak pemasok (supplier)
kepada pihak yang membutuhkan barang ( lessee)
PENYERAHAN BKP KEPADA PEDAGANG PERANTARA, JURU LELANG DAN
MAKELAR
PEMAKAIAN SENDIRI DAN PEMBERIAN CUMA-CUMA

PEMAKAIAN SENDIRI BKP


Adalah pemakaian BKP untuk kepentingan pengusaha sendiri, pengurus, atau
karyawannya baik barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri

PEMAKAIAN SENDIRI JKP


Adalah pemakaian JKP untuk kepentingan pengusaha sendiri, pengurus, atau
karyawannya.

PEMAKAIAN SENDIRI BKP/JKP


Meliputi pemakaian sendiri untuk TUJUAN PRODUKTIF atau TUJUAN KONSUMTIF

PEMBERIAN CUMA-CUMA
Adalah pemberian yang diberikan tanpa imbalan pembayaran baik barang produksi sendiri
maupun bukan barang produksi sendiri, termasuk pemberian contoh barang untuk
promosi kepada relasi atau pembeli.
YANG TIDAK TERMASUK
PENYERAHAN BARANG KENA
PAJAK
PASAL 1A AYAT 2 UU PPN
Penyerahan BKP kepada Makelar

Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang

Penyerahan BKP dalam hal PKP melakukan pemusatan tempat terutang

Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran,


pemecahan, dan pengambilalihan usaha >> syarat sudah PKP !

BKP berupa aktiva yang tujuan semula tidak diperjualbelikan, yang masih
tersisa saat pembubaran perusahaan yang PM tidak dapat dikreditkan berd
Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.
PENGENAAN PPN ATAS
JKP
BARANG KENA PAJAK
BARANG HASIL PERTAMBANGAN ATAU HASIL PENGEBORAN YANG DIAMBIL
LANGSUNG DARI SUMBERNYA
(penjelasan Pasal 4A UU Nomor 42 Tahun 2009)
BARANG KEBUTUHAN POKOK YANG SANGAT DIBUTUHKAN OLEH RAKYAT
BANYAK
(Pasal 1 ayat 2 PMK-116/PMK.010/2017)
Lanjutan…….
MAKANAN DAN MINUMAN YANG DISAJIKAN DI HOTEL, RESTORAN, WARUNG
MAKAN, DAN SEJENISNYA
Meliputi makanan dan minuman yang dikonsumsi di tempat maupun tidak,
termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
catering
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari pengenaan pajak berganda karena
sudah merupakan objek pengenaan Pajak Daerah

UANG, EMAS BATANGAN, DAN SURAT BERHARGA


JASA KENA PAJAK
PPN ATAS KEGIATAN
MEMBANGUN SENDIRI
PPN TERUTANG
PMK NO
207/PMK.010/2016
berlaku mulai 1 Jan 2017

PPN HASIL TEMBAKAU


= TARIF EFEKTIF X DPP
NILAI LAIN

TARIF EFEKTIF 9,1%


Aturan
saat
penyerah
an
BKP/JKP
FAKTUR PAJAK
DEFINISI
e-FAKTUR
Merupakan bukti
pungutan pajak
(PPN)

yang
melakukan

Pasal 1 angka 23 UU
e-
Faktur

Faktur Pajak yang dibuat melalui


aplikasi atau sistem elektronik
yang ditentukan dan/atau
disediakan oleh Direktorat
Jenderal Pajak
Outline
Pasal 1 ayat (1) PER-
MANFAAT
e-FAKTUR
 Kenyamanan Pengusaha
• Tanda tangan elektronik
• Tidak perlu printout
• Satu kesatuan dengan pelaporan
SPT
 Proteksi penyalahgunaan pihak
dari bertanggungjawab
tidak yang
• Approval DJP
• Validasi FP dapat diketahui oleh pihak
pembeli
 Mempermudah Pengawasan
• Validasi PK-PM
• Data lengkap FP

 Mempermudah Pelayanan
• Mempercepat pemeriksaan
• Mempercepat pelaporan
• Mempercepat pemberian nomor seri
FP

Outline
TAHAPAN
IMPLEMENTAS
I e-FAKTUR
 Mulai 1 Juli 2014, bagi PKP tertentu (45 PKP)
sebagaimana ditetapkan dalam KEP-
136/PJ/2014;
 Mulai 1 Juli 2015, bagi PKP yang terdaftar di
KPP di wilayah Pulau Jawa dan Bali; dan
 Mulai 1 Juli 2016, bagi seluruh PKP

Outline
KEWAJIBAN MEMBUAT
e-FAKTUR
 dibuat untuk setiap Penyerahan BKP (Pasal 4 ayat (1) huruf
a dan/atau Pasal 16D UU PPN) dan/atau Penyerahan JKP
(Pasal 4 ayat (1) huruf c UU PPN).
 Kecuali atas penyerahan BKP dan/atau JKP:
a. yang dilakukan oleh pedagang eceran (Pasal 20 PP No.
1 Tahun 2012);
b. yang dilakukan oleh PKP Toko Retail kepada orang
pribadi pemegang paspor luar negeri (Pasal 16E UU
PPN);
c. yang bukti pungutan PPNnya berupa dokumen
tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan
Faktur Pajak (Pasal 13 ayat (6) UU PPN).
Outline
Memiliki:
• Kode Aktivasi
• Password
• Sertifikat
Elektronik
• Passphrase
Fungsi:
•Untuk aktivasi akun PKP
•Untuk registrasi aplikasi e-faktur
Cara:
• Mengajukan permohonan ke KPP tempat
terdaftar  dikirim via pos/jasa
ekspedisi
•Cetak ulang, apabila kode aktivasi hilang

bac
k
•Untuk aktivasi akun PKP
•Untuk meminta NSFP di KPP
•Login enofa online
•Untuk registrasi aplikasi e-faktur
•Untuk upload data faktur pajak ke sistem DJP
Cara:
•Mengajukan permohonan ke KPP tempat
terdaftar 
dikirim via email
• Update email, apabila terdapat kesalahan penulisan
Fungsi:
email pada permohonan  kirim ulang via email
baru
bac
k
SERTIFIKAT
ELEKTRONIK
 DJP akan memberikan sertifikat elektronik kepada PKP yang akan
digunakan untuk memperoleh layanan perpajakan secara
elektronik yang disediakan oleh DJP.
 Layanan perpajakan secara elektronik tersebut berupa:
a. permintaan Nomor Seri Faktur Pajak melalui laman (website)
yang ditentukan dan/atau disediakan oleh DJP; dan
b. penggunaan aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan
dan/atau disediakan oleh DJP untuk pembuatan e-Faktur.
 Pengajuan permintaan sertifikat elektronik dapat dilakukan oleh
PKP mulai 1 Januari 2015 melalui KPP tempat PKP dikukuhkan.
Syarat dan Ketentuan Sertifikat
Elektronik
a. Surat Permintaan Sertifikat Elektronik dan Surat Pernyataan
Persetujuan Penggunaan Sertifikat Elektronik ditandatangani dan
disampaikan oleh pengurus PKP yang bersangkutan secara langsung ke
KPP tempat PKP dikukuhkan dan tidak diperkenankan untuk dikuasakan
ke pihak lain.
b. Pengurus dimaksud adalah:
1) orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan
kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan dalam menjalankan
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang KUP;
dan
2) namanya tercantum dalam SPT Tahunan PPh Badan tahun pajak
terakhir yang jangka waktu penyampaiannya telah jatuh tempo pada
saat pengajuan surat permintaan sertifikat elektronik.
c. SPT Tahunan PPh Badan dimaksud harus sudah disampaikan ke KPP
dengan dibuktikan asli SPT Tahunan PPh Badan beserta bukti
penerimaan surat/tanda terima pelaporan SPT.
d. Dalam hal pengurus namanya tidak tercantum dalam SPT Tahunan
PPh Badan, maka pengurus tersebut harus menunjukkan asli dan
menyerahkan fotocopy:
1) surat pengangkatan pengurus yang bersangkutan; dan
2) akta pendirian perusahaan atau asli penunjukan sebagai
BUT/permanent establishment dari perusahaan induk di luar
negeri.
e. Pengurus harus menunjukkan asli dan menyerahkan fotocopy kartu
identitas berupa KTP dan KK (Bagi WNA, pengurus harus
menunjukkan asli dan menyerahkan fotocopy paspor, KITAS, atau
KITAP).
f. Pengurus harus menyampaikan softcopy pas foto sebagai kelengkapan
surat permintaan sertifikat elektronik (file foto diberi nama: NPWP
PKP- nama pengurus-nomor kartu identitas pengurus).
Syarat dan Ketentuan Sertifikat
Elektronik
Untuk PKP Cabang
1) Pengurus yang menandatangani Surat Permintaan Sertifikat
Elektronik dan Surat Pernyataan Persetujuan Penggunaan Sertifikat
Elektronik harus menunjukkan dan menyampaikan fotocopy surat
penunjukan dari pengurus pusat PKP cabang tersebut.
2) Menyampaikan fotocopy SPT Tahunan PPh Badan pusatnya tahun
pajak terakhir yang jangka waktu telah
tempo
penyampaiannya
pada saat pengajuan surat permintaan sertifikat jatuh
elektronik.
3) SPT Tahunan PPh Badan dimaksud harus sudah disampaikan ke
KPP dengan dibuktikan fotocopy bukti penerimaan surat/tanda
terima pelaporan SPT.
4) Pengurus pusat dimaksud pada bhutir 1) harus tercantum dalam
SPT Tahunan PPh Badan.
Syarat dan Ketentuan Sertifikat
Elektronik
Untuk PKP berbentuk kerjasama operasi
1) Pengurus yang menandatangani Surat Permintaan
Sertifikat
Elektronik dan Surat Pernyataan Persetujuan
Penggunaan Sertifikat Elektronik harus
menyampaikan
menunjukkandanfotocopy akta kerja sama operasi tersebut.
2) Menyampaikan fotocopy SPTTahunan PPh pemilik
bentuk
kerja sama penyampaiannya
waktu operasi tersebut tahun
telah pajak
jatuhterakhir
tempo yang
pada
jangkapengajuan surat permintaan sertifikat elektronik.
saat
3) SPT Tahunan PPh dimaksud harus sudah disampaikan ke KPP
dengan dibuktikan fotocopy bukti penerimaan surat/tanda
terima pelaporan SPT.

back
Fungsi:
• Untuk install sertifikat elektronik pada OS dan browser yang digunakan untuk mengakses
layanan permintaan NSFP secara online (Enofa online)
•Untuk registrasi aplikasi e-faktur Cara:
• Passphrase dibuat oleh PKP sendiri pada saat permintaan sertifikat elektronik
• Passphrase lupa/hilang, mengajukan permohonan pencabutan passphrase di KPP tempat
terdaftar, dan mengajukan permintaan sertifikat elektronik

bac
k
SAAT PEMBUATAN
e-FAKTUR
Saat penyerahan BKP

Saat penyerahan JKP

Saat penerimaan pembayaran

• dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan


BKP dan/atau JKP

Saat penerimaan pembayaran termin

• dalam hal penyerahan sebagaian tahap pekerjaan

Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan


Peraturan
Menteri Keuangan

Outline Pasal 3 PER-


16/PJ/2014
PEMBUATA
N
e-FAKTUR
Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BPK/JKP

Nama, alamat, dan NPWP pembeli BPK/penerima JKP

Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan

harga PPN yang dipungut

PPnBM yang dipungut

Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan faktur pajak

Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak

berupa tanda tangan elektronik

Pasal 4 PER-
16/PJ/2014
*) Apabila e-Faktur dicetak di atas
kertas yang disediakan secara
khusus oleh PKP, misalnya kertas
yang telah dicetak logo
perusahaan, alamat, atau informasi
lainnya, maka e- Faktur yang
Outline dicetak di atas kertas tersebut tetap
berfungsi sebagai Faktur Pajak.
No Keterangan Faktur Pajak Kertas e-Faktur
1 Format/lay out Bebas tidak ditentukan dan Ditentukan oleh aplikasi/sistem yang
dapat mengikuti contoh di ditentukan dan atau disediakan oleh DJP
lampiran PER-
24/PJ/2012
2 Tanda Tangan Tanda tangan basah diatas Tanda tangan elektronik berbentuk QR
FP kertas code
3 Bentuk & lembar Diwajibkan berbentuk kertas Tidak diwajibkan untuk dicetak dalam
dan jumlah lembar diatur bentuk kertas
4 PKP yang membuat Seluruh PKP PKP yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak
5 Jenis Transaksi seluruh Penyerahan BKP/JKP saja
6 Prosedur Lapor /upload - e-faktur dilaporkan ke DJP dengan cara
upload dan mendapat persetujuan DJP
& persetujuan DJP
7 Mata Uang Rupiah dan Dollar Rupiah (Selain Rupiah, dikonversi ke
Rupiah dengan menggunakan kurs
Menteri Keuangan pada saat pembuatan
e-Faktur)
8 Pelaporan SPT PPN Menggunakan aplikasi Menggunakan aplikasi yang sama dengan
tersendiri aplikasi pembuatan e-Faktur
FAKTUR PAJAK BERBENTUK ELEKTRONIK
( e-faktur)
Faktur Pajak yang dibuat melalui aplikasi atau system elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan
oleh Direktorat Jenderal Pajak (PER-16/PJ/2014)
FAKTUR PAJAK PENGGANTI
CONTOH KASUS
FAKTUR PAJAK PENGGANTI
CONTOH KASUS
PEMBATALAN FAKTUR PAJAK
CONTOH KASUS
PKP PEDAGANG ECERAN (PKP PE)
FAKTUR PAJAK PKP PE ( PER-58/PJ/2010)
PKP PEDAGANG ECERAN (PKP PE)
FAKTUR PAJAK PKP PE ( PER-58/PJ/2010)
DOKUMEN-DOKUMEN TERTENTU YANG KEDUDUKANNYA
DIPERLAKUKAN SEBAGAI FAKTUR PAJAK Ps. 13 ayat (6) jo.
PER-33/PJ/2014 Tanggal 30 Desember 2014

Dokumen tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1


huruf a sampai dengan huruf h paling sedikit harus
memuat :
a. Nama, alamat dan NPWP yang melakukan ekspor atau
penyerahan;
b. Nama pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa
Kena Pajak;
c. Jumlah satuan barang apabila ada;
d. Dasar Pengenaan Pajak; dan
e. Jumlah Pajak yang terutang kecuali dalam hal ekspor.
DOKUMEN YG KEDUDUKANNYA DIPERLAKUKAN SEBAGAI
FAKTUR PAJAK SBB. ………….
LARANGAN MEMBUAT
FAKTUR PAJAK
Ps. 14 ayat (1), (2)

ORANG PRIBADI / BADAN YG


TIDAK DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP

DILARANG MEMBUAT FAKTUR PAJAK

DLM HAL FAKTUR PAJAK TELAH DIBUAT

PAJAK YG TERCANTUM DLM FAKTUR PAJAK

HARUS DISETORKAN

KE

KAS NEGARA
HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN DLM PER-38/PMK.03.2010,
PER-24/PJ/ 2012 jo PER-08/PJ/2013

1. Pengusaha Kena Pajak (PKP) wajib menerbitkan Faktur Pajak setiap


penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.
2. Faktur Pajak harus dibuat pada :
- saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak;
- saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran
terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;
- saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan
sebagian tahap pekerjaan; atau
- saat PKP menyampaikan tagihan kepada Bendahara Pemerintah
sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN DLM PER-38/PMK.03.2010,
PER-24/PJ/ 2012 jo PER-08/PJ/2013

3. Faktur Pajak Gabungan harus dibuat paling lama pada akhir


bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
Pajak.

4. Faktur Penjualan yang memuat keterangan sesuai dengan


keterangan dalam Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2009 (UU PPN), dan pengisiannya sesuai dengan Tata Cara
Pengisian Keterangan pada Faktur Pajak, dipersamakan
dengan Faktur Pajak.
HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN DLM PER-38/PMK.03.2010,
PER-24/PJ/ 2012 jo PER-8/PJ/2013

5. Bentuk dan ukuran Formulir Faktur Pajak disesuaikan dengan


kepentingan PKP dan pengadaan formulir Faktur Pajak
dilakukan sendiri oleh PKP.

6. Faktur Pajak harus diisi secara lengkap, jelas, benar dan


sesuai dengan keterangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5) UU PPN, serta ditandatangani oleh pejabat/
kuasa yang ditunjuk untuk menandatangani Faktur Pajak.
Faktur Pajak yang tidak diisi secara lengkap dan benar
dan/atau tidak ditandatangani merupakan Faktur Pajak cacat.
NOTA RETUR
DAN
NOTA PEMBATALAN
PENGURANGAN PPN DAN PPnBM ATAS BKP
YANG DIKEMBALIKAN DAN PPN ATAS
JKP YANG DIBATALKAN
PER-65/PMK.03/2010

 RETUR BKP
Mengurangi Pajak Keluaran dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak Penjual dan
mengurangi:
a. Pajak Masukan dari PKP Pembeli, dalam hal Pajak
Masukan atas BKP yang dikembalikan telah dikreditkan;
b. Biaya atau harta bagi PKP Pembeli, dalam hal pajak atas
BKP yang dikembalikan tersebut tidak dikreditkan dan
telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan
(dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut; atau
c. Biaya atau harta bagi Pembeli yang bukan PKP dalam hal
PPN atau PPN dan PPnBM atas BKP yang dikembalikan
tersebut telah dibebankan sebagai biaya atau telah
ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta
tersebut.
PENGURANGAN PPN DAN PPnBM ATAS BKP
YANG DIKEMBALIKAN DAN PPN ATAS
JKP YANG DIBATALKAN
PER-65/PMK.03/2010

 RETUR JKP
Mengurangi Pajak Keluaran yang terutang oleh Pengusaha
Kena Pajak Pemberi Jasa Kena Pajak dan mengurangi:
a. Pajak Masukan dari PKP Penerima Jasa, dalam hal Pajak
Masukan atas JKP yang dibatalkan telah dikreditkan;
b. Biaya atau harta bagi PKP Penerima Jasa, dalam hal PPN
atas JKP yang dibatalkan tersebut tidak dikreditkan dan
telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan
(dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut; atau
c. Biaya atau harta bagi Penerima Jasa yang bukan PKP
dalam hal PPN atas JKP yang dibatalkan tersebut telah
dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan
(dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut.
RETUR DIANGGAP TDK TERJADI

 Pengembalian Barang Kena Pajak dianggap


tidak terjadi dalam hal Barang Kena Pajak
yang dikembalikan diganti dengan Barang
Kena Pajak yang sama, baik dalam jumlah
fisik, jenis maupun harganya.
NOTA RETUR PALING SEDIKIT
HARUS MENCANTUMKAN
a. nomor urut nota retur;
b. nomor, kode seri, dan tanggal Faktur Pajak dari Barang
Kena Pajak yang dikembalikan;
c. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Pembeli;
d. nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha
Kena Pajak Penjual;
e. jenis barang, jumlah harga jual Barang Kena Pajak
yang dikembalikan;
f. Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Kena Pajak yang
dikembalikan, atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah atas Barang Kena Pajak
yang tergolong mewah yang dikembalikan;
g. tanggal pembuatan nota retur; dan
h. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani
nota retur.
PENGKREDITAN
PAJAK MASUKAN
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
Ps. 9 ayat (2), (2a), (2b), (3), (4)

PM DIKREDITKAN DGN PK DALAM MASA PAJAK YG SAMA


Ps. 9 (2), (2b) DAN HRS MENGG. FP Ps. 13 (5) DAN Ps 13. (9)

PK < PM
PK > PM

SELISIH DAPAT DI KOMPENSASI


SELISIH DIBAYAR
KE MASA PAJAK BERIKUTNYA
OLEH PKP
Ps. 9 (4)
Ps. 9 (3)

BAGI PKP YG BELUM BERPRODUKSI SEHINGGA BELUM


MELAKUKAN PENYERAHAN YG TERUTANG PAJAK, PM
ATAS PEROLEHAN IMPOR BRG MODAL DPT DIKR Ps. 9 ayat (2a)
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
Pasal 9 ayat (4a)

Atas kelebihan Pajak Masukan


sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dapat diajukan permohonan
pengembalian pada akhir tahun
buku, atau saat Wajib Pajak melaku
kan pengakhiran usaha (bubar).
PERMOHONAN PENGEMBALIAN
PADA SETIAP MASA PAJAK
Pasal 9 ayat (4b)

1. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor


Barang Kena Pajak Berwujud;

2. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan


penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak kepada Pemungut
Pajak Pertambahan Nilai;

3. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan


penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang Pajak
Pertambahan Nilainya tidak dipungut;
PERMOHONAN PENGEMBALIANPADA SETIAP MASA
PAJAK
Pasal 9 ayat (4b)

4. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor


Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;

5. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor


Jasa Kena Pajak; dan/atau

6. Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum


berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a).
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN DLM SUATU
MASA PAJAK DALAM HAL PKP
MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANG PAJAK
DAN PENYERAHAN YANG TIDAK TERUTANG PAJAK
Ps. 9 ayat (5), (6)

DLM HAL PENYERAHAN

TIDAK
TERUTANG PAJAK TERUTANG PAJAK
PM = TIDAK DPT
DIKREDITKAN

PM DAPAT DIKETAHUI PM TIDAK DAPAT


DG PASTI DARI DIKETAHUI
PEMBUKUAN DENGAN PASTI

PM YG TERKAIT PM YG DAPAT
DG PENYERAHAN YANG DIKREDITKAN DIHITUNG
TERUTANG PPN DG PEDOMAN YG DITETAPKAN
DAPAT DIKREDITKAN (Ps. 9 ayat 5) OLEH MENKEU (Ps. 9 ayat 6)
CONTOH PENGKREDITAN PM DLM SUATU MASA PAJAK
DLM HAL PKP MELAKUKAN PENYERAHAN YG
TERUTANG PAJAK DAN PENYERAHAN YG TIDAK
TERUTANG PAJAK
Ps. 9 ayat (5)

DALAM HAL PENYERAHAN TERUTANG PAJAK,


PM DAPAT DIKETAHUI DENGAN PASTI DARI
PEMBUKUAN PKP
PM YG DPT DIKREDITKAN ADALAH PM YG
BERKENAAN DG PENYERAHAN YG TERUTANG PPN
CONTOH :
PKP MELAKUKAN BEBERAPA MACAM PENYERAHAN :
a. PENYERAHAN TERUTANG PPN = Rp. 35.000.000
PAJAK KELUARAN = Rp. 3.500.000
b. PENYERAHAN TDK terutang pajak = Rp. 15.000.000
c. PAJAK KELUARAN = Rp. Nihil
PAJAK MASUKAN YG DIBAYAR ATAS PEROLEHAN :
BKP/JKP YG BERKAITAN DGN KESELURUHAN PENYERAHAN = Rp. 2.500.000
PM YG BERKAITAN DGN PENYERAHAN YG TERUTANG PAJAK TDK DIKETAHUI DGN PASTI
DGN DEMIKIAN PM SEBESAR Rp. 2.500.000 TDK SELURUHNYA DPT DIKREDITKAN DGN PK Rp. 3.500.000
BESARNYA PM YG DPT DIKREDITKAN DIATUR DGN PEDOMAN BERDASARKAN PERMENKEU.
PM TIDAK DAPAT DIKREDITKAN
Ps. 9 ayat (8)
ATAS
UNTUK : PENGELUARAN
a. PEROLEHAN BKP/JKP SEBELUM PENGUSAHA DIKUKUHKAN
SEBAGAI PKP

b. PEROLEHAN BKP/JKP YG TDK MEMPUNYAI HUBUNGAN LANGSUNG


DG KEGIATAN USAHA

c. PEROLEHAN & PEMELIHARAAN KENDARAAN BERMOTOR SEDAN


DAN STATION WAGON KECUALI MERUPAKAN BARANG DAGANGAN
ATAU DISEWAKAN

d. PEMANFAATAN BKP TDK BERWUJUD ATAU PEMANFAATAN JKP DARI


LUAR DAERAH PABEAN SEBELUM PENGUSAHA DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP

e. PEROLEHAN BKP/JKP YANG FAKTUR PAJAKNYA TIDAK MEMENUHI KETENTUAN


SEBAGAIMANA DIMAKSUD DLM PASAL 13 (5) ATAU AYAT (9) ATAU TIDAK
MENCANTUMKAN NAMA, ALAMAT, NPWP PEMBELI BKP/JKP
PM TIDAK DAPAT DIKREDITKAN
Ps. 9 ayat (8)

f. PEMANFAATAN BKPTDK BERWUJUD ATAU PEMANFAATAN


JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN YG FAKTUR PAJAKNYA
TDK MEMENUHI KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DLM
PASAL 13 (6)

g. PEROLEHAN BKP/JKPYG PM-NYA DITAGIH DG PENERBITAN


KETETAPAN PAJAK

h. PEROLEHAN BKP/JKP YG PM-NYA TIDAK DILAPORKAN DLM


SPT MASA PPN YG DIKETEMUKAN PD WAKTU DILAKUKAN
PEMERIKSAAN

i. PEROLEHAN BKP SELAIN BARANG MODAL ATAU JKP


SEBELUM PENGUSAHA KENA PAJAK BERPRODUKSI.
PM YANG DAPAT DIKREDITKAN
TETAPI BELUM DIKREDITKAN DG PK
PADA MASA PAJAK YG SAMA
Ps. 9 ayat (9)

DAPAT DIKREDITKAN PADA MASA PAJAK


BERIKUTNYA

SEPANJANG PM TSB. BELUM DIBEBANKAN SBG BIAYA ATAU BELUM


DIKAPITALISASIKAN DGN HARGA PEROLEHAN BKP/JKP YBS.
& BELUM DILAKUKAN PEMERIKSAAN

SELAMBAT-LAMBATNYA APABILA JANGKA


TIGA BULAN SETELAH WAKTU
BERAKHIRNYA TSB. DILAMPAUI
MASA PAJAK

PENGKREDITAN PM DAPAT DILAKUKAN


MELALUI PEMBETULAN SPT MASA PPN YBS
KEGIATAN USAHA TERTENTU
PER-79/PMK.03/2010

KEGIATAN USAHA TERTENTU ADALAH

KEGIATAN USAHA YANG SEMATA-MATA


MELAKUKAN :

PENYERAHAN KENDARAAN BERMOTOR BEKAS


SECARA ECERAN
BESARNYA PAJAK MASUKAN
YANG DAPAT DIKREDITKAN

90% dari Pajak Keluaran, dalam hal Pengusaha


Kena Pajak melakukan penyerah an kendaraan
bermotor bekas secara eceran.

CATATAN :
 Pajak Keluaran dihitung berdasarkan : 10% x DPP
 Dasar Pengenaan Pajak adalah Peredaran Usaha
PPN YANG WAJIB DISETOR OLEH
PKP KEGIATAN USAHA TERTENTU
Pasal 5, PMK 79-2010

PPN = 1% x DPP
(Bagi PKP yang melakukan penyerahan kendaraan
bermotor secara eceran)

CATATAN :
PKP yang menggunakan pedoman ini tdk dapat
membebankan PPN sebagai biaya dalam
penghitungan PPh.
PKP KEGIATAN USAHA TERTENTU YANG
BERALIH USAHA PADA SUATU MASA
Pasal 7 ayat (2), PMK 79-2010

1. PKP dapat menghitung besarnya Pajak Masukan yg dapat


dikreditkan menggunakan pedoman penghitungan
pengkreditan Pajak Masukan atau menggunakan mekanisme
pengkreditan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran apabila
peredaran usahanya dalam 1 (satu) tahun buku tidak melebihi
Rp 1.800.000.000 (satu miliar delapan ratus juta rupiah);

2. Pengusaha Kena Pajak wajib menggunakan mekanisme


pengkreditan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran
apabila peredaran usahanya dalam 1 (satu) tahun buku di
atas Rp 1.800.000.000,00 (satu miliar delapan ratus juta
rupiah),

Terhitung sejak Masa Pajak saat PKP tdk melakukan


kegiatan usaha tertentu

Anda mungkin juga menyukai