Anda di halaman 1dari 14

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI &

PAJAK ATAS PENJUALAN

BARANG MEWAH (PPN & PPnBM)

DINA MELLANI ANESWARI


APRIYAN SUNARDI
TI KELOMPOK 5
044761471
Pajak pertambahan nilai (PPN)
merupakan pajak tidak langsung,
yaitu orang atau badan (sebagai
PENGERTIAN Pengusaha Kena Pajak) harus
menanggung kewajiban memungut
pajak.

KB I MODUL 6
SUBJEK PAJAK
Subjek PPN diatur dalam pasal 4 UU PPN adalah pengusaha yang melakukan:
1.Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak di dalam daerah
yang dilakukan oleh pengusaha;
2.Impor Barang Kena Pajak;
3.Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan Jasa Kena Pajak dari luar
daerah pabean di dalam daerah pabean;
4.Ekspor Barang Kena Pajak berwujud, Barang Kena Pajak tidak berwujud dan
Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak;

KB I MODUL 6
OBJEK PAJAK
Objek PPN adalah penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak,
meliputi:
1.Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dalam daerah
Pabean oleh Pengusaha Kena Pajak;
2.Impor Barang Kena Pajak;
3.Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak, dari
luar daerah Pabean ke dalam daerah Pabean;
4.Ekspor Barang Kena Pajak berwujud/tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak
oleh Pengusaha Kena Pajak.

KB I MODUL 6
SYARAT PENYERAHAN
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
1.Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu
1.Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
perjanjian;
Kena Pajak dalam daerah Pabean oleh
2.Pengalihan Barang Kena Pajak karena sewa beli/leasing;
Pengusaha Kena Pajak; 3.Penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang
2.Impor Barang Kena Pajak; perantara/juru lelang;
3.Penyerahan Barang Kena Pajak tidak 4.Pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma;
berwujud dan Jasa Kena Pajak, dari luar daerah 5.Persediaan Barang Kena Pajak dan aktiva yang semula
tidak diperjual belikan yang masih tersisa saat pembubaran
Pabean ke dalam daerah Pabean;.
perusahaan;
4.Ekspor Barang Kena Pajak berwujud/tidak 6.Penyerahan Barang Kena Pajak ke perusahaan cabang atau
berwujud dan Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha sebaliknya;
Kena Pajak; 7.Penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi.

KB I MODUL 6
PENGUSAHA YANG DIKENAKAN PPN
PPN dikenakan terhadap pengusaha (disebut Pengusaha Kena Pajak atau
PKP) adalah pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP maupun yang
seharusnya dikukuhkan sebagai PKP karena melakukan penyerahan:
1.Barang berwujud/tak berwujud/jasa yang termasuk kriteria yang dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai;
2.Penyerahan dilakukan di dalam daerah Pabean;
3.Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

KB I MODUL 6
BARANG KENA PAJAK
Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud yang menurut sifat dan hukumnya berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, maupun barang tidak berwujud yang
dikenakan pajak berdasarkan undang-undang PPN dan PPNM. Barang kena pajak dapat dirinci:
1.Barang berwujud atau barang tidak berwujud;
2.Barang yang dikenakan PPN berdasarkan UU ini.

Dalam UU PPN dinyatakan bahwa semua barang baik berwujud maupun tidak berwujud dikenakan PPN, kecuali apabila UU menyatakan sebagai barang yang dikecualikan disebut
sebagai negatif list

· Tidak termasuk penyerahan Barang Kena Pajak (Pasal 1 A ayat


·Jenis barang yang tidak dikenakan PPN (Pasal
2 UU PPN)
1.Penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar; 4 A UU PPN)
2.Penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan hutang piutang;. 1.Barang hasil pertambangan atau pengeboran
3.Penyerahan Barang Kena Pajak dalam hal pengusaha kena pajak
melakukan pemusatan tempat pajak terutang; yang diambil langsung dari sumbernya;
4.Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, 2.Barang-barang kebutuhan pokok;
peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilan usaha dengan
3.Makanan dan minuman yang disajikan di
syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima
pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak.; hotel dan restoran;
5.Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula 4.Uang, emas batangan, dan surat berharga.
tidak untuk diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan dan yang pajak masukan atas perolehannya
tidak dapat dikreditkan.
JASA KENA PAJAK
Jasa Pelayanan
Jasa Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan Kesehatan Medis

berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang


Jasa Pelayanan
menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau Sosial
kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai termasuk Jasa Pendidikan
jasa yang dilakukan untuk menghasilkan batang karena Jasa Pengiriman
Surat Dengan
pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas Prangko
Jasa Kesenian
petunjuk dati pemesan yang dikenakan pajak
berdasarkan UU PPN dan PPnBM. Jasa Keuangan
Jasa Penyiaran
yang Tidak Bersifat
Iklan
JASA TIDAK
Jasa Asuransi
KENA PAJAK
Jasa Angkutan
Umum
Jasa Keagamaan

Jasa Tenaga Kerja

Jasa Perhotelan
Jasa Telepon
Umum
Jasa yang
disediakan
Pemerintah Jasa Pengiriman
Uang dengan
Wessel Pos
Jasa Penyediaan
Tempat Parkir
Jasa boga atau
Katering

KB I MODUL 6
TARIF PAJAK
Tarif PPN diatur dalam Pasal 7 Ayat (1) UU Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, sebagaimana telah
diubah beberapa kalu terakhir dengan UU Nomor 41 tahun 2009.

DASAR PENGENAAN PAJAK


Pajak Pertambahan Nilai terutang, dihitung dengan cara mengalikan tarif PPN
dengan Dasar Pengenaan Pajak yang meliputi:
1.Harga Jual; 2.Penggantian; 3.Nilai Impor; 4.Nilai Ekspor; atau
Nilai lain

KB I MODUL 6
TERUTANG PAJAK
SAAT TEMPAT
a.Pada dasarnya PPN terutang pada saat a.Tempat kedudukan dan/atau tempat
penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
kegiatan usaha;
Pajak, pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak
berwujud dan Jasa Kena Pajak dari luar daerah
b.Dalam hal impor, di tempat Barang
Pabean; Kena Pajak dimasukkan dan dipungut
b.Dalam hal pembayaran diterima sebelum melalui Ditjen Bea dan Cukai.
penyerahan atau sebelum pemanfaatan seperti
tersebut di atas maka terutangnya PPN adalah
pada saat pembayaran.

KB I MODUL 6
KEWAJIBAN MEMBUAT
FAKTUR PAJAK ELEKTRONIK
FAKTUR PAJAK
a.Pasal 13 ayat (1) UU PPN menentukan bahwa a.Faktur pajak berbentuk elektronik disebut
Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak dengan e-Faktur.
untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa
b.E-Faktur adalah faktur pajak yang dibuat
Kena Pajak;
b.Faktur Pajak dimaksud harus dibuat paling lama
melalui aplikasi atau sistem elektronik yang
pada akhir bulan penyerahan; ditentukan oleh Dirjen Pajak;
c.Dalam faktur pajak harus dicantumkan keterangan c.Pemberlakuan e -Faktur dimaksudkan untuk
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena memberikan kemudahan, kenyamanan, dan
Pajak;
keamanan bagi Pengusaha Kena Pajak dalam
d.Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan dokumen
tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan melaksanakan kewajiban perpajakan.
faktur pajak.

KB I MODUL 6
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan pada barang yang tergolong mewah yang
dilakukan oleh produsen (pengusaha) untuk menghasilkan atau mengimpor barang tersebut dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
Berikut beberapa pertimbangan mengapa pemerintah Indonesia menganggap bahwa PPnBM sangatlah penting untuk
diterapkan:
• Agar tercipta keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah dan konsumen
yang berpenghasilan tinggi
• Untuk mengendalikan pola konsumsi atas Barang Kena Pajak yang tergolong mewah
• Perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional
• Mengamankan penerimanaan negara

Walaupun PPnBM berada dalam satu undang-undang dengan PPN, yaitu undang-undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (UU PPN dan PPn BM), tetapi ada perbedaan yang mendasar, yaitu:
1. Objek PPN adalah pajak setiap penyerahan, sedangkan PPnBM dikenakan hanya sekali saja sat penyerahan
pertama;
2. Tarif PPN linier 10%, dan PPnBM bergantung jenis barang mewahnya yang ditentukan oleh Peraturan
Pemerintah, kecuali untuk tarif ekspor sama, yaitu 0%.

KB I MODUL 6
A. SUBJEK PAJAK
Subjek Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah:
1. Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak tergolong mewah, dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya;
2. Importir barang yang tergolong mewah.

B. OBJEK PAJAK
Objek Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) penyerahan barang berwujud yang tergolong mewah. Namun demikian, pengenaan PPnBM hanya terhadap
penyerahan yang pertama saja.

C.TARIF PAJAK
1. Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah ditetapkan paling rendah 10%, dan paling tinggi 200 %. Khusus tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk ekspor
ditetapkan 0%.
2. Ketentuan mengenai kelompok Barang Kena Pajak tergolong mewah dan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah dan rinciannya diatur lebih lanjut melalui
Peraturan Menteri Keuangan. Pada saat in, Peraturan Menteri Keuangan, mengklasifikasikan tarif PPnBM dalam dua kelompok, yaitu:
a. Kelompok BKP Mewah Kendaraan Bermotor, diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 64/PMK.011/2014
b. Kelompok BKP Mewah Selain Kendaraan Bermotor, diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.010/2015.

D. OBJEK PAJAK
Walaupun nomenklatur dari pajak ini adalah Pajak Penjualan atas Barang Mewah, tetapi objeknya bukan penjualan melainkan penyerahan Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah. Dengan demikian, pemberian pemakaian untuk sendiri dan pemberian cuma-cuma termasuk dalam objek yang dikenakan PPnBM.

E. DASAR PENGENAAN PAJAK


Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang, dihitung dengan cara mengalikan tarif PPnBM dengan Dasar Pengenaan Pajak, yang meliputi Harga Jual,
Penggantian, Nilai Ekspor, Nilai Impor, atau nilai lain

KB I MODUL 6
TERIMA
KASIH

KB I MODUL 6

Anda mungkin juga menyukai