Anda di halaman 1dari 18

LECTURE NOTES

Taxation

Week 3
Income Tax Article 21

Taxation
LEARNING OUTCOMES

LO 3: Menghitung pajak pendapatan khusus dan pajak pendapatan tahunan

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):


1. Tax withholder
2. Income recipient
3. Tax object and non-object
4. Calculating income tax article 21
5. Various case in calculation of income tax article 21
6. Monthly tax return (SPT)

Taxation
ISI MATERI

Pajak Penghasilan Pasal 21


Adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.

Pemotong PPh Pasal 21


1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan.
2. Bendahara pemerintah baik Pusat maupun Daerah
3. Dana pensiun atau badan lain seperti Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) dan
badan-badan lainnya;
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang
membayar honorarium atau pembayaran lain kepada jasa tenaga ahli, orang pribadi
dengan status subjek pajak luar negeri, peserta pendidikan, pelatihan dan magang;
5. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat
nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang
menyelenggarakan kegiatan;

Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21


1. Pegawai;
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi:

a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris;
b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/
peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman lainnya;

Taxation
c. olahragawan;
d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator,
e. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f. pemberi jasa dalam segala bidang, termasuk teknik, computer dan system
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial, serta
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
g. agen iklan;
h. pengawas atau pengelola proyek;
i. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi
perantara;
j. petugas penjaja barang dagangan;
k. petugas dinas luar asuransi;
l. distributor multilevel marketing atau direct selling;dan kegiatan sejenisnya.
4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
keikutsertaanya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi :
a. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga,
seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;
b. peserta rapat, konferensi, siding, pertemuan, atau kunjungan kerja;
c. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan
tertentu;
d. peserta pendidikan, pelatihan, dan magang;
e. peserta kegiatan lainnya.

Penerima Penghasilan Yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21


1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan
orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama mereka, dengan syarat :
a. bukan Warga Negara Indonesia; dan
b. di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan
atau pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik;

Taxation
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri
Keuangan sepanjang bukan Warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha
atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.

Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21


1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan
yang bersifat teratur maupun tidak teratur;
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa
uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;
3. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan
sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon,
uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain
sejenis;
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan, atau upah yang dibayarkan secara bulanan;
5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenis dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan;
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

Penghasilan Yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21


1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
kesehatan,asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea
siswa;
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang
diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali diberikan oleh bukan Wajib
Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang
dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed
profit).

Taxation
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan dan iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua
kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan
sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja;
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;
5. Beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak
pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan formal/nonformal yang
terstruktur baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Cara Menghitung Pajak Penghasilan Pph 21


Untuk menghitung pajak penghasilan Pph 21 langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

A. PEGAWAI TETAP / PENERIMA PENSIUN BERKALA


1. Hitung penghasilan bruto dalam setahun, seperti gaji pokok ditambah dengan
tunjangan-tunjangan lainnya.
2. Hitung Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), sesuai dengan status Anda.
3. Hitung pengurang lainnya seperti : Tunjangan Biaya Jabatan 5% & Iuran Pensiun
5% dari penghasilan bruto, catatan: Tunjangan Biaya Jabatan Maksimal Rp. 6 juta
per tahun, dan Tunjangan Iuran Pensiun maksimal 2,4 juta per tahun.
4. Hitung Penghasilan netto Anda : Penghasilan Bruto – PTKP – Iuran Jabatan &
Pensiun.
5. Kalikan Penghasilan Netto dengan tarif Pajak Penghasilan yang berlaku.

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


Tarif PTKP terbaru selama setahun untuk perhitungan PPh Pasal 21 berdasarkan
PMK No. 101/PMK.010/2016 adalah sebagai berikut:
• Rp54.000.000 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi
• Rp4.500.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
• Rp54.000.000 untuk istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan
suami.

Taxation
• Rp4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling banyak 3 rang untuk setiap keluarga.

Perhitungan Perubahan PTKP Terbaru Tahun 2016:

1. Wajib Pajak Tidak Kawin (TK)


Uraian Status PTKP
Wajib Pajak TK0 54.000.000,-
Tanggungan 1 TK1 58.500.000,-
Tanggungan 2 TK2 63.000.000,-
Tanggungan 3 TK3 67.500.000,-

2. Wajib Pajak Kawin


Uraian Status PTKP
WP Kawin K0 58.500.000,-
Tanggungan 1 K1 63.000.000,-
Tanggungan 2 K2 67.500.000,-
Tanggungan 3 K3 72.000.000,-

3. Wajib Pajak Kawin, penghasilan istri dan suami digabung


Uraian Status PTKP
WP Kawin K/I/0 112.500.000,-
Tanggungan 1 K/I/1 117.000.000,-
Tanggungan 2 K/I/2 121.500.000,-
Tanggungan 3 K/I/3 126.000.000,-

Catatan:
• Tunjangan PTKP untuk anak atau tanggungan maksimal 3 orang
• TK : Tidak Kawin
• K : Kawin
• K/I : Kawin dan penghasilan pasangan digabung

Taxation
CONTOH PERHITUNGAN
Janeva adalah karyawati pada perusahaan PT. Binus Komunika dengan status menikah dan
mempunyai tiga anak. Suami Janeva merupakan pegawai negeri sipil di Kementrian
Komunikasi & Informatika. Janeva menerima gaji Rp6.000.000 per bulan.
PT. Binus Komunika mengikuti program pensiun dan BPJS Kesehatan. Perusahaan
membayarkan iuran pensiun dari BPJS sebesar 1% dari perhitungan gaji, yakni sebesar
Rp30.000 per bulan. Di samping itu perusahaan membayarkan iuran Jaminan Hari Tua (JHT)
karyawannya setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji, sedangkan Janeva membayar iuran
Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 2,00% dari gaji. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK) dan Jaminan Kematian (JK) dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing
sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji.
Pada bulan Juli 2016 di samping menerima pembayaran gaji, Janeva juga menerima uang
lembur (overtime) sebesar Rp2.000.000.
Hasilnya adalah sebagai berikut:
*Berlaku bagi WP dengan NPWP, tanpa NPWP maka perlu dikalikan 120% : Rp 147.538,00
x 120% = Rp 177.046,00

Penjelasan :
Diasumsikan gaji pokok sebesar Rp6.000.000,-.
i. Tunjangan lainnya seperti tunjangan transportasi, uang lembur, akomodasi,
komunikasi, dan tunjangan tidak tetap lainnya. Umumnya tunjangan tersebut dapat
diberikan oleh perusahaan atau tidak, tergantung dari kebijakan perusahaan itu sendiri.
ii. Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) berkisar antara 0.24% - 1.74% sesuai
kelompok jenis usaha seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 76
Tahun 2007. Di OnlinePajak, tarif iuran JPP yang diterapkan adalah tarif JKK yang
paling umum dipakai perusahaan-perusahaan yaitu 0.24%.
iii. Biaya Jabatan sebesar 5% dari Penghasilan Bruto, setinggi-tingginya Rp500.000,-
sebulan, atau Rp 6.000.000,- setahun
iv. Jaminan atau Iuran Pensiun ditentukan oleh lembaga keuangan yang pendiriannya
disahkan dalam Peraturan Menteri Keuangan dan ditunjuk oleh perusahaan. Jumlah
persentase yang diterapkan di sini adalah 1%.
v. Penghasilan Neto: Jika pegawai merupakan pegawai lama (lebih dari satu tahun) atau
pegawai baru yang mulai bekerja pada bulan Januari tahun itu, maka penghasilan neto

Taxation
dikalikan 12 untuk memperoleh nilai penghasilan neto setahun, namun jika pegawai
merupakan pegawai baru yang mulai bekerja pada bulan Mei misalkan, maka
penghasilan neto setahun dikalikan 8 (diperoleh dari penghitungan bulan dalam
setahun: Mei-Desember = 8 bulan). Pada contoh ini diasumsikan pegawai merupakan
pegawai baru yang mulai bekerja pada bulan Januari.
vi. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) berfungsi untuk mengurangi penghasilan
bruto, agar diperoleh nilai Penghasilan Kena Pajak yang akan dihitung sebagai objek
pajak penghasilan milik wajib pajak.
Pada contoh ini WP sudah menikah dan memiliki 3 tanggungan anak, namun karena
suami WP menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP WP Janeva
adalah PTKP untuk dirinya sendiri (TK/0).
vii. Penghasilan Kena Pajak harus dibulatkan ke bawah hingga nominal ribuan penuh,
atau 3 angka di belakang (ratusan rupiah) adalah 0. Contoh: 56.901.200,00 menjadi
56.901.000,00.

B. PEGAWAI TIDAK TETAP ATAU TENAGA KERJA LEPAS, PEMAGANG DAN


CALON PEGAWAI

PPH 21 PEGAWAI TIDAK TETAP


PPh 21 pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang penghasilannya kurang dari Rp
450.000 per hari tidak dikenakan pemotongan penghasilan. Berikut ini adalah ketentuan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), Penghasilan Kena Pajak (PKP), tarif PPh 21 dan
perhitungan PPh 21 pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas.

PENGERTIAN PEGAWAI TIDAK TETAP / TENAGA KERJA LEPAS


Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas adalah pegawai yang hanya menerima
penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja,
jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan, atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang
diminta oleh pemberi kerja.

Taxation
PENGHASILAN TID AK KENA PAJAK (PTKP) PEGAWAI TIDAK
TETAP ATAU TENAGA KERJA LEPAS
Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang penghasilannya tidak dibayar secara bulanan
atau jumlah kumulatifnya dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp 4.500.000,-,
maka berlaku ketentuan berikut ini:
1. Tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, jika penghasilan sehari belum melebihi
Rp450.000,-
2. Dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, jika penghasilan sehari sebesar atau melebihi
Rp450.000,- tersebut merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto;
3. Bila pegawai tidak tetap memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 (satu) bulan
kalender melebihi Rp4.500.000,- maka jumlah tersebut dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto;
4. Rata-rata penghasilan sehari adalah rata-rata upah mingguan, upah satuan, atau upah
borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan.
5. PTKP sebenarnya adalah sebesar PTKP untuk jumlah hari kerja yang sebenarnya.
6. PTKP sehari sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya adalah sebesar
PTKP per tahun Rp54.000.000,- dibagi 360 hari.
7. Bila pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas tersebut mengikuti program jaminan
atau tunjangan hari tua, maka iuran yang dibayar sendiri dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 102/ PMK.010/2016 tentang Penetapan


Bagian Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta
Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan:
1. Penghasilan yang kurang dari 450.000,- per hari tidak dikenakan pemotongan pajak
penghasilan.
2. Ketentuan penghasilan tidak kena pajak itu tidak berlaku dalam hal:
A. Penghasilan bruto dimaksud jumlahnya melebihi Rp 4.500.000,- sebulan; atau
B. Penghasilan dimaksud dibayar secara bulanan
Ketentuan pada pasal 1 dan 2 tersebut tidak berlaku atas:
C. Penghasilan berupa honorarium

Taxation
D. Komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dan petugas dinas luar
asuransi.

PENGHASILAN KENA PAJAK / PEGAWAI TIDAK TETAP


Perhitungan PPh 21 pegawai tidak tetap dihitung berdasarkan penghasilan bruto dikurangi
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak).

TARIF PPH 21 PEGAWAI TIDAK TETAP / TENAGA KERJA LEPAS


Tarif PPh 21 pegawai tidak tetap / tenaga kerja lepas atas penghasilan berupa upah harian,
upah mingguan, upah satuan, upah borongan, dan uang saku harian, sepanjang penghasilan
tidak dibayarkan secara bulanan, tarif lapisan pertama Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-
Undang Pajak Penghasilan diterapkan atas:
A. Jumlah penghasilan bruto sehari yang melebihi Rp 450.000,- atau
B. Jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP yang sebenarnya, dalam hal jumlah
penghasilan kumulatif dalam 1 bulan kalender telah melebihi Rp 4.500.000,-.

Perhitungan PPh 21 pegawai tidak tetap / tenaga kerja lepas dengan jumlah penghasilan
kumulatif dalam satu bulan kalender telah melebihi Rp 8.200.000,-, PPh Pasal 21 dihitung
dengan menerapkan Pasal 17 ayat 1 huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan atas jumlah
Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan.

C. PERHITUNGAN BERBAGAI MACAM PENERIMA PENGHASILAN


LAINNYA

Penerima
Jenis Penghasilan Tarif Dasar Pengenaan Pajak
Penghasilan
Anggota
dewan
Honorarium/imbalan Pasal 17 ayat (1) huruf a
komisaris tidak Jumlah penghasilan bruto
tidak teratur UU PPh
merangkap
pegewai tetap
Mantan Jasa produksi, Pasal 17 ayat (1) huruf a
Jumlah penghasilan bruto
pegawai tantiem, gratifikasi, UU PPh

Taxation
bonus.
Peserta
Penarikan dana
program
pension dari dana
pension yang Pasal 17 ayat (1) huruf a
pension yang Jumlah penghasilan bruto
masih berstatus UU PPh
disahkan oleh
sebagai
Menteri Keuangan
pegawai
PKP = 50 % x
(Penghasilan Bruto –
Imbalan jasa Pasal 17 ayat (1) huruf a PTKP per bulan).
Bukan pegawai
berkesinambungan UU PPh Penerapan di dasarkan
pada jumlah PKP
kumulatif.
Imbalan yang tidak
Pasal 17 ayat (1) huruf a 50 % x Penghasilan bruto
Bukan pegawai bersifat
UU PPh per pembayaran.
berkesinambungan
Imbalan(uang saku,
Jumlah penghasilan bruto
Peserta uang rapat, Pasal 17 ayat (1) huruf a
per pembayaran dan tidak
kegiatan honorarium, hadiah, UU PPh
dipecah - pecah
penghargaan
Honorarium atau
Pejabat PNS, 0% = PNS gol 1 dan II
imbalan yang
anggota 5 % = PNS gol III Jumlah bruto penghasilan
bersumber dari
TNI/Polri 15 % = PNS gol IV
APBN/APBD
Penerima uang 0% = sampai dengan 60
pension, juta
manfaat 5% = diatas 60 juta-100
pension, Uang pesangon juta Penghasilan bruto (uang
tunjangan hari diterima sekaligus 15 % = diatas 100 juta – pesangon)
tua atau 500 juta
jaminan hari 25 % = diatas 500 juta-5
tua sekaligus milyar

Taxation
30% = diatas 5 milyar
Uang manfaat 0% = sampai dengan 60
Penghasilan bruto (uang
pensin, JHT juta
manfaat pension, JHT)
sekaligus 5 % = diatas 60 juta
Subjek pajak Honorarium,
20 % atau sesuai P3B Penghasilan bruto
luar negeri imbalan lain

Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi dengan menggunakan e-Filling


Atas pemotongan PPh 21 yang telah diuraikan diatas, Wajib Pajak Orang Pribadi wajib
melakukan pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi setiap tahunnya, yakni dengan batas waktu
tanggal 31 Maret tahun pajak berikutnya. Hal ini diatur dalam UU No. 6 Tahun 1982, yang
telah diperbaharui melalui UU No. 7 Tahun 2021 tentang Undang-Undang Harmonisasi
Perpajakan. Di dalam undang-undang tersebut, disebutkan bahwa Wajib Pajak Orang
Pribadi wajib mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan Orang Pribadi dengan benar,
lengkap dan, jelas, serta ditandatangani.
Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi memiliki fungsi untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan pajak terutang dengan melaporkan informasi-
informasi sebagai berikut:

• Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak
Orang Pribadi, dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak lain
dalam tahun pajak yang bersangkutan;
• Penghasilan yang merupakan objek pajak, dan yang bukan objek pajak pada tahun
pajak yang bersangkutan;
• Posisi Harta dan Hutang yang dimiliki Wajib Pajak Orang Pribadi pada akhir tahun
pajak tersebut;
• Pembayaran dari pemotong/pemungut, tentang pemotongan dan pemungutan pajak
orang pribadi atau badan lain dalam satu masa pajak, sesuai dengan undang-undang
pajak yang berlaku.

Berikut dibawah ini merupakan langkah-langkah untuk pelaporan SPT Tahunan Orang
Pribadi secara online, dengan menggunakan aplikasi e-Filling pada laman DJP Online :
• Buka laman https://djponline.pajak.go.id/account/login ;

Taxation
• Masukan NPWP, password e-Fin, dan kode keamanan pada kolom yang tersedia
untuk login kedalamnya;
• Klik “Lapor”, lalu pilih “e-Filling”, lalu pilih “Buat SPT”;
• Pada laman tersebut akan muncul beberapa pertanyaan yang perlu diisi. Pertanyaan
ini akan membantu wajib pajak untuk memilih formulir SPT yang sesuai;
• Pada pertanyaan terakhir, silakan pilih “Dengan bentuk formulir” untuk dapat mengisi
formulir SPT secara online di laman tersebut. Alternatif lainnya, wajib pajak dapat
memilih “dengan panduan” agar mendapatkan panduan saat mengisi formulir SPT di
e-Filing DJP;
• Isi tahun pajak dan status SPT, apakah SPT normal atau SPT pembetulan;
• Kemudian, wajib pajak diminta untuk mengisi nama pemotong/pemungut pajak
penghasilan oleh pihak lain atau PPh yang ditanggung pemerintah. Informasi ini bisa
didapatkan dari Formulir 1721 A1 atau 1721 A2 yang didapatkan dari perusahaan
atau instansi pemerintah tempat bekerja (bagi karyawan);
• Lalu, lanjutkan dengan mengisi penghasilan neto atau mengisi jumlah penghasilan
bersih yang diterima. Informasi ini juga terdapat dalam formulir 1721 A1 atau 1721
A2;
• Selanjutnya, wajib pajak perlu mengisi informasi penghasilan dalam negeri lainnya,
seperti menerima bunga, sewa, royalti, dan sebagainya. Jika tidak memiliki, pilih
“Tidak” kemudian klik “Selanjutnya”;
• Pada laman selanjutnya, wajib pajak perlu mengisi informasi penghasilan luar negeri,
penghasilan yang tidak termasuk objek pajak, penghasilan yang pajaknya telah
dipotong secara final, informasi harta dan kewajiban pada tahun pajak tersebut;
• Selanjutnya, wajib pajak perlu mengisi jumlah tanggungan jika ada;
• Kemudian, wajib pajak perlu mengisi informasi mengenai pembayaran zakat atau
sumbangan keagamaan kegiatan wajib;
• Pada laman berikutnya, wajib pajak perlu mengisi informasi status kewajiban
perpajakan suami istri dan golongan PTKP;
• Kemudian, wajib pajak harus mengisi informasi jika memiliki pengembalian PPh
Pasal 24 dari penghasilan luar negeri dan jika melakukan pembayaran PPh Pasal 25;
• Pada laman berikutnya, akan terpampang penghitungan pajak penghasilan wajib pajak
selama tahun tersebut. Kolom tersebut sudah otomatis terisi sehingga wajib pajak

Taxation
hanya perlu memeriksanya apakah sudah sesuai dengan formulir 1721 A1/A2
miliknya;
• Laman berikutnya akan muncul pertanyaan jika wajib pajak memiliki kurang/lebih
bayar yang merupakan hasil perhitungan pajak penghasilan di laman sebelumya;
• Terakhir, wajib pajak akan dimintai pernyataan pertanggungjawaban atas seluruh
pengisian data laporan SPT PPh pribadi;
• Ikuti instruksi terakhir, dan Wajib Pajak Orang Pribadi berhasil melakukan pelaporan
SPT Tahunan Orang Pribadi.

Pelaporan SPT Tahunan Badan dengan menggunakan e-Form


Selain menggunakan e-Filling, SPT Tahunan Badan dapat juga dilapor dengan menggunakan
e-Form, Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
• Buka laman https://djponline.pajak.go.id/account/login ;
• Masukan NPWP, password e-Fin, dan kode keamanan pada kolom yang tersedia
untuk login kedalamnya;
• Klik pilih e-Form PDF, pastikan computer kita sudah terinstal aplikasi Adobe PDF
Reader;
• Klik menu Buat SPT dan akan muncul pertanyaan “Apakah Anda Menjalankan Usaha
atau Pekerjaan Bebas?” silahkan centang yang sesuai dengan kondisi riel pekerjaan
kita;
• Silahkan isi tahun pajak, status SPT, dan pilih media pengiriman token;
• Klik Kirim Permintaan dan Anda akan otomatis mengunduh formulir pelaporan SPT
Tahunan Orang Pribadi yang sesuai dengan kondisi pekerjaan kita dengan format
PDF.;
• Buka formulir tersebut menggunakan aplikasi Adobe Reader;
• Isi formulir PDF tersebut kurang lebih sama dengan pelaporan dengan menggunakan
e-Filling diatas;
• Setelah formulir PDF tersebut terisi dengan benar, isi kolom pernyataan dan scan
tanda tangan, klik “submit”;
• Berikutnya akan diarahkan untuk mengupload beberapa lampiran dalam format PDF;
• Masukkan kode verifikasi lalu klik Submit;

Taxation
• Apabila mendapatkan notifikasi “Submit SPT berhasil”, berarti pelaporan SPT
Tahunan Orang Pribadi dengan e-Form sudah berhasil, cek email yang telah
didaftarkan pada DJP Online untuk melihat Bukti Penerimaan Elektronik atas
pelaporan tersebut.

Taxation
SIMPULAN

1. Dalam Undang – Undang Pajak Penghasilan menjelaskan yang termasuk subjek pajak
dan objek pajak supaya dapat mengindentifikasi yang memenuhi kriteria sebagai
wajib pajak.
2. Deductible Expense dan Non-Deductible Expense menurut aturan perpajakan harus
dianalisa untuk menentukan biaya yang harus direkonsiliasi untuk perhitungan pajak.
3. Perhitungan Pajak Penghasilan dibagi dua yaitu perhitungan untuk Pajak Penghasilan
untuk Subjek Pajak Pribadi dan Subjek Pajak Badan
4. Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,
dan kegiatan.

Taxation
DAFTAR PUSTAKA

1. Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Akt., QIA., CFrA., CA. (2019). Perpajakan. Edisi
2019. Andi. Yogyakarta. ISBN : 978-623-01-0245-5

2. Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) (UU RI No.7 Tahun


2021). Sinar Grafika. Jakarta. ISBN : 978-623-391-012-5

3. Siti Resmi. (2014). Perpajakan : Teori dan Kasus (Buku 1). Edisi
8. Salemba. Jakarta. ISBN: 978-979-061-529-8.
4. Undang – Undang no 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
5. http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-subjek-pajak-penghasilan
6. www.pajak.go.id/content/seri-kup-penetapan-dan-ketetapan-pajak
7. http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-pajak-penghasilan-pasal-21

Taxation

Anda mungkin juga menyukai