Week 05
Consumer Behavior
MGMT6413
Introduction to Business and
Economics
Learning Outcomes
1
CONSUMER BEHAVIOR |2
5 CONSUMER BEHAVIOR
kedua, dan anda memberikan kepuasan dengan nilai 8 util. Utilitas total adalah
10 + 8 = 18 utilitas. Hal ini artinya gelas kedua telah meningkatkan utilitas total.
Dalam hal ini nilai utilitas gelas kedua akan lebih kecil dibandingkan nilai
utilitas gelas pertama karena rasa haus sudah menurun setelah minum jus jeruk
yang pertama.
Utilitas marjinal (marginal utility) mengukur penambahan utilitas total sebagai
akibat dari konsumsi unit tambahan. Utilitas marginal gelas pertama adalah 10
tetapi untuk gelas kedua utilitas marginal adalah 8.
Apabila anda mengkonsumsi jus jeruk lagi (gelas ketiga), mungkin anda akan
memberikan nilai kepuasan sebesar 5, sehingga nilai guna total adalah 18 + 5 =
23 util. Hal ini menunjukkan bahwa nilai marginal utility adalah 5. Pada saat
anda konsumsi sampai ke gelas kelima atau keenam, utilitas marginal cenderung
sangat rendah, dan pada titik tertentu bahkan bisa menjadi negatif. Misalnya,
jika anda telah mengkonsumsi 8 gelas jus jeruk, perut Anda kenyang dan
mungkin dapat dikatakan tidak ingin mengkonsumsi lagi. Jika anda
mengkonsumsi lagi di gelas ke 9 akan membuat perut anda sakit. Artinya utilitas
marginal dari gelas kesembilan akan negatif. Oleh karena itu, utilitas total
sebenarnya akan mulai menurun pada titik ini.
Pada prinsipnya marginal utility menunjukkan tambahan kepuasan yang
diterima konsumen pada setiap tambahan konsumsi barang/ jasa.
5.1.1.2. Diminishing marginal utility
Pada dasarnya, ketika seseorang mengkonsumsi barang/jasa berulang kali, maka
kepuasan yang ia dapatkan akan semakin berkurang. Faktor inilah yang menjadi
dasar dari the law of diminishing marginal utility. Hukum ini menyatakan bahwa
semakin banyak konsumen mengkonsumsi komoditas yang diberikan semakin
kecil kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi setiap unit tambahannya.
Ketika konsumsi barang meningkat, utilitas total akan naik pada awalnya tetapi
pada tingkat yang lebih lambat sampai pada titik di mana konsumen menjadi
kenyang (sudah cukup) setelah titik dimana total utilitas akan turun dan utilitas
marjinal akan negatif.
5.1.1.3. Marginal rate of substitution
Konsumen memiliki berbagai pilihan kombinasi barang yang ingin
dikonsumsinya. Saat konsumen mengalihkan pilihan konsumsinya, maka
diperlukan pengorbanan dengan mengurangi konsumsi barang tertentu untuk
menambah konsumsi barang yang lain. Tindakan tersebut dinamakan Marginal
rate of substitution (MRS). Jadi MRS adalah tingkat dimana konsumen bersedia
menukar satu barang untuk mendapatkan barang lain.
5.1.2. Pendekatan Ordinal
Dilakukan dengan cara membandingkan karena tidak dapat dihitung, dengan
menggunakan konsep kurva indiferen dan garis anggaran.
5.1.2.1. Budget Constraint
Garis anggaran adalah berbagai kemungkinan kombinasi konsumsi yang dapat
diperoleh konsumen dengan pendapatannya.
Untuk menyederhanakan pemahaman tentang batas anggaran, kita gunakan
asumsi bahwa keputusan yang dibuat konsumen hanya membeli 2 macam
barang. Sebagai contoh adalah membeli cola dan pizza dengan pendapatan atau
anggaran yang terbatas. Dengan pendapatan/anggaran sebesar €1.000 yang
CONSUMER BEHAVIOR |4
digunakan untuk membeli cola dan pizza. Harga sekaleng cola €2 dan harga
pizza €10. Secara lengkap daftar berbagai kombinasi konsumsi cola dan pizza
dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan grafik pada Gambar 5.1.
Tabel 5.1. Kombinasi konsumsi Cola dan Pizza yang dapat dibeli konsumen
pizza (titik A). Alternatif lain, konsumen dapat membeli 50 pizza dan 250
kaleng Cola, atau kombinasi yang tertera pada Tabel 5.1.
Kemiringan garis anggaran pada Gambar 5.1 sama dengan harga relatif dari dua
barang yang bersangkutan. Artinya, harga suatu barang yang dinyatakan dalam
satuan barang yang lain. Oleh sebab itu konsumen akan menukarkan satu barang
dengan barang yang lain.
Jika barang yang dikonsumsi adalah X dan Y, maka persamaan budget line
adalah :
M = Px . (X) + Py . (Y)
Dimana :
M = Anggaran ; Px = Tingkat harga X dan Py = Tingkat harga Y.
Besar kemiringan di setiap titik kurva indiferen sama dengan tingkat di mana
konsumen bersedia mengganti barang yang satu dengan barang yang lainnya.
Tingkatan ini disebut tingkat substitusi marginal (marginal rate of substitution
/MRS).
Perubahan kombinasi barang X dan Y pada kepuasan sama ditunjukkan dengan
marginal rate of substitution yang rumusnya adalah :
TU
Y
= X
X TU
Y
Rumus ini menunjukkan kemiringan dari kurva indiferen. MRS selalu negatif
dan mengukur pertukaran (trade off) dua barang pada kondisi utilitas konsumen
yang tidak berubah. Karena prinsip inilah maka suatu kurva indiferen
mempunyai kecenderungan cembung terhadap titik asal (convex to origin).
5.1.4. Optimisasi : Apa yang dipilih konsumen
Konsumen melakukan optimisasi dengan memilih titik pada garis batas
anggaran yang terletak pada kurva indiferen yang tinggi. Di titik ini, kemiringan
kurva indiferennya (tingkat substitusi marginal antara barang-barang) sama
dengan kemiringan batasan anggarannya (harga barang-barang).
Dengan mengetahui preferensi dan kendala anggaran konsumen, maka dapat
ditentukan bagaimana konsumen secara individu memilih berapa banyak barang
yang akan dibelinya, dengan asumsi bahwa konsumen membuat pilihan yang
rasional. Konsumen memilih barang untuk memaksimumkan kepuasan yang
dapat dicapai dengan anggaran yang terbatas.
Tingkat kepuasan konsumen maksimum dicapai pada konsumsi kombinasi
barang Y dan X yang terletak pada titik singgung antara garis anggaran dan
kurve kepuasan sama dari konsumen yang bersangkutan seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 5.3. Kepuasan tertinggi yang digambarkan pada
gambar 5.3 adalah I3 dan yang terendah adalah I1. Konsumen ingin menikmati
titik A pada I3, tetapi dana yang tersedia tidak mencukupi. Konsumen dapat
menikmati titik B pada I1 dan juga dapat menikmati di titik optimum pada I2,
dimana I2 > I1.
Dapat dilihat pada Gambar 5.3 bahwa titik optimum merupakan persinggungan
antara kurva I2 dan garis anggaran. Dengan kata lain bahwa pada titik tersebut
menunjukkan slope yang sama, sehingga :
Y
MRS =
X
MU X P MU X MUY
= X atau dapat ditulis : =
MUY PY PX PY
Meskipun faktor-faktor ini bisa memberikan dampak yang kuat pada pilihan
konsumen, efeknya pada pembelian aktual kadang-kadang lemah. Beberapa
konsumen, misalnya, menunjukkan loyalitas merek yang tinggi -mereka secara
rutin membeli produk, seperti sajian McDonald, karena mereka puas dengan
kinerja mereka. Namun sebagian konsumen juga kurang terpengaruh terhadap
merek yang disukai. Di sisi lain, pakaian yang Anda kenakan, jaringan sosial
yang Anda pilih, dan cara Anda mendekorasi kamar Anda, seringkali
mencerminkan pengaruh sosial dan psikologis pada perilaku konsumen Anda.
5.2.2. Proses Pembelian Konsumen
Perilaku konsumen telah membuat berbagai model untuk membantu
menunjukkan bagaimana konsumen memutuskan untuk membeli produk.
3. Pasar Reseller
Sebelum produk sampai ke konsumen, produk tersebut didistribusi melalui
pasar reseller yang terdiri dari perantara, termasuk grosir dan pengecer,
yang membeli dan menjual kembali barang jadi. Misalnya, sebagai
distributor terkemuka suku cadang dan aksesoris untuk pasar kapal pesiar
4. Pemerintah dan Pasar Institusional
Negara dan pemerintah daerah setiap tahunnya menghabiskan biaya yang
besar untuk barang tahan lama, barang tidak tahan lama, layanan, material,
konstruksi, dll kepada perusahaan. Pasar institusional terdiri dari lembaga
swadaya masyarakat, seperti rumah sakit, tempat ibadah, museum, dan
yayasan, yang juga menggunakan perlengkapan dan peralatan serta jasa
hukum jasa akuntansi, dan transportasi.
5.3.2. Perilaku Pembelian B2B
Dalam beberapa hal, perilaku pembelian organisasi tidak serupa dengan praktek
pembelian oleh konsumen. Perbedaan ini antara lain meliputi kemampuan
membeli yang dimiliki pembeli dan penekanan pada hubungan pembeli-penjual.
Perbedaan Pembeli
Tidak seperti kebanyakan konsumen, pembeli organisasi membeli dalam jumlah
besar, dan mereka adalah kalangan profesional, ahli, dan memiliki informasi
yang baik. Karakteristik pembeli B2B lainnya adalah :
1. Pembeli Industri membeli dalam jumlah besar.
Pembeli industri mempertaruhkan uang dalam jumlah besar untuk membeli
produk dalam jumlah besar. Mereka seringkali merupakan para ahli
mengenai produk yang mereka beli. Secara berkala, pembeli B2B
mempelajari produk pesaing dan pemasok alternatif dengan cara mencari
informasi melalui pameran dagang, sesama pembeli, membaca literatur
tentang perdagangan, atau melakukan diskusi teknis bersama perwakilan
penjual.
2. Sebagai pembeli professional
Pembeli B2B terlatih dalam metode negosiasi tentang ketentuan syarat
pembelian. Setelah tercapai kesepakatan antara pembeli-penjual, mereka
juga membuat kontrak secara formal.
3. Sebagai pembuat aturan
Pembeli industri adalah para pakar perusahaan dalam hal produk dan
seringkali menguasai produk yang mereka beli. Sebagai contoh, Pembeli
untuk perusahaan roti berskala besar, Anda mungkin mengkhususkan diri
dalam bahan makanan. Pembeli lain mungkin mengkhususkan diri pada
peralatan kue (oven industri dan mixer), sedangkan pembeli ketiga mungkin
membeli peralatan kantor dan perlengkapan.
Perbedaan Dalam Hubungan Pembeli-Penjual
Hubungan antara konsumen-penjual sering kali tidak personal, berjangka
pendek, dan hanya berlangsung sekali waktu. Sebaliknya, situasi B2B sering
melibatkan hubungan antara pembeli-penjual yang sering dan berjangka
panjang. Perkembangan hubungan jangka panjang memberikan akses bagi
kedua belah pihak untuk mengetahui kelebihan teknis dan juga rasa aman karena
CONSUMER BEHAVIOR | 12
mengetahui secara pasti atas bisnis di masa depan bagi kedua belah pihak.
Dengan demikian, penjual industri menekankan personal selling oleh tenaga
penjualan terlatih yang memahami kebutuhan setiap pelanggan.
5.3.3. Media Sosial dan Pemasaran
Jejaring sosial (social networking) yang digunakan oleh pemasar saat ini
berbentuk kominikasi yang mengalir antara orang-orang dan organisasi yang
berinteraksi melalui sarana daring yang memfasilitasi penciptaan hubungan
sosial antara para penggunanya. Media jejaring sosial (social networking media)
merupakan situs web atau saluran akses seperti facebook, twitter, linkedin, dan
youtube, yang menjadi tempat jutaan konsumen mencari informasi dan
membahas produk sebelum membuat keputusan pembelian.
1. Pemasaran viral dan jejaring sosial
Pemasaran viral (viral marketing) merupakan bentuk pemasaran yang
mengandalkan jejaring sosial dan internet untuk menyebarkan informasi
seperti halnya “virus” yang menular dari individu ke individu lain. Tujuan
pemasaran ini adalah meningkatkan kesadaran merek, mempromosikan ide-
ide produk baru, atau untuk mendorong rasa antusiasme sehingga dapat
merangsang penjualan.
2. Pendapatan berbasis web dengan jaringan sosial
Walaupun banyak perusahaan produk konsumsi terkemuka sudah memiliki
laman facebook sendiri, bisnis kecilpun menggunakan saluran media sosial
untuk menambah pendapatan.
Pemasaran viral dan jejaring sosial dapat menciptakan kesadaran secara lebih
cepat dan dengan jangkauan yang lebih luas dengan biaya yang lebih murah.
5.3.4. Bauran pemasaran internasional
Apabila pemasar ingin masuk pasar global maka harus memperhatikan setiap
unsur bauran pemasaran produk, penetapan harga, tempat dan promosi.
1. Produk Internasional
Produk yang akan dijual ke luar negeri dapat berbentuk apa adanya tanpa
perubahan atau produk yang disesuaikan pada negara yang dituju
2. Penetapan Harga internasional
Penetapan harga yang dijual ke luar negeri umumnya akan lebih mahal
karena harus memperhatikan biaya transportasi dan pengurusan ekspor.
3. Distribusi internasional
Distribusi internasional berhadapan dengan jaringan distribusi internasional
dan pemasaran yang luas.
4. Promosi Internasional
Promosi disesuaikan dengan keadaan di negara tujuan penjualan produk,
dengan melihat nilai budaya dan kebiasaan di suatu negara.
CONSUMER BEHAVIOR | 13
KESIMPULAN
TUJUAN 1 : menjelaskan teori dasar perilaku konsumen dalam menentukan
pilihan optimal konsumen. Dalam teori perilaku konsumen dikenal dua
pendekatan, yaitu pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal.
Pendekatan Kardinal :
- Memiliki kepuasan yang diperoleh konsumen dengan mengkonsumsi
barang atau jasa yang dapat diukur secara angka.
- Pendekatan kardinal dinilai secara obyektif.
- Pendekatan kardinal kurang realistis karena pengukurannya secara
kuantitatif sehingga tidak memungkinkan untuk menilai kepuasan.
- Pendekatan kardinal berdasarkan analisis marjinal.
- Pendekatan kardinal dapat diukur dari segi utilitas.
Pendekatan Ordinal :
- Memiliki kepuasan konsumen berasal dari mengkonsumsi barang atau jasa
tidak sanggup diukur secara angka.
- Pendekatan ordinal dinilai secara subjektif.
- Pendekatan ordinal lebih realistis karena pengukurannya secara
mengandalkan kualitatif.
- Pendekatan ordinal berdasarkan analisis kurva indiferen.
- Pendekatan ordinal dapat diukur berdasarkan peringkat preferensi
komoditas jika dibandingkan satu dengan yang lainnya.
TUJUAN 2 : menguraikan proses pembelian oleh konsumen dan faktor-faktor
yang mempengaruhi proses tersebut. Dalam studi perilaku konsumen, pemasar
mengevaluasi proses keputusan bagaimana orang-orang membeli dan
mengonsumsi produk. Terdapat 4 pengaruh besar terhadap perilaku konsumen,
yaitu Pengaruh psikologis, pribadi, sosial dan budaya. Perilaku konsumen
telah membuat berbagai model untuk membantu menunjukkan bagaimana
konsumen memutuskan untuk membeli produk. Proses pembelian dimulai
ketika konsumen mengenali suatu masalah atau kebutuhan. Setelah mengenali
kebutuhan, konsumen mencari informasi yang menghasilkan suatu kumpulan
pilihan atau pertimbangan untuk membeli suatu produk. Dengan menganalisis
atribut-atribut produk (harga, prestise, kualitas) dari kumpulan pertimbangan
tersebut, konsumen membandingkan produk satu sama lain dan menentukan
manakah yang paling memenuhi kebutuhannya. Keputusan membeli
didasarkan pada motif rasional, emosional ataupun keduanya.
TUJUAN 3 : membahas kategori pasar organisasi dan karakteristik perilaku
pembelian bisnis ke bisnis (B2B). Pemasaran kalangan bisnis melibatkan pasar
organisasi atau komersial yang dibagi ke dalam 4 kategori B2B, yaitu pasar
perusahaan jasa, pasar industri, pasar pedagang perantara (reseller), dan pasar
pemerintah atau kelembagaan. Pembeli dari kalangan bisnis pada umumnya
membeli dalam jumlah besar dan merupakan pembeli yang profesional,
terspesialisasi, dan memiliki informasi yang baik.
CONSUMER BEHAVIOR | 14
REFERENSI
N. Gregory Mankiw, Mark P. Taylor, Andrew Ashwin. (2019). Business Economics, 3 Edition, Cengage Learning.
United Kingdom. ISBN : 9781473762770. Chapter 8
Ronald J. Ebert and Ricky W. Griffin. (2019). Business Essentials, 12th Edition, Pearson, New York, ISBN :
9780134728391, chapter 11