Suatu kegiatan konsumsi bisa dikatakan rasional jika beberapa hal di bawah ini diperhatikan :
Produk tersebut bisa memberikan kepuasan dan nilai guna yang optimal
Produk tersebut memang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen.
Kualitas atau mutu produk tersebut terjamin atau baik.
Harga suatu produk sesuai dan setara dengan kemampuan yang dimiliki oleh konsumen.
Perilaku irasional adalah kebalikan dari perilaku rasional. Suatu perilaku yang dilakukan oleh
konsumen bisa dikatakan irasional apabila konsumen melakukan pembelian produk tanpa
memperkirakan kegunaan dari produk tersebut, contoh perilaku irasional antara lain :
Tertarik dan terpukau pada promosi dan iklan dari suatu produk baik melalui media cetak, elektronik
atupun sosial.
Merk yang dimiliki hanya merk terkenal
Mengutamakan gengsi atau prestise
Pendekatan kardinal adalah suatu daya guna atau nilai guna yang bisa diukur dengan satuan uang
atau utilitas, nilai guna tersebut memiliki tingkatan yang sesuai dengan subjek yang menilainya.
Pendekatan memiliki asumsi bahwa sebuah produk yang memiliki kegunaan lebih bagi konsumen
maka itulah yang paling diminati. Untuk itu pendekatan ini sering disebut dengan pendekatan dengan
penilaian yang subjektif.
Dalam pendekatan kardinal terdapat satu landasan hukum yaitu hukum Gossen.
Hukum Gossen I : menyatakan bahwasannya kepuasan konsumen akan menurun ketika kebutuhan
mereka dipenuhi terus-menerus.
Hukum Gossen II : menyatakan bahwasannya seorang konsumen akan terus menerus memnuhi
kebutuhannya sampai mencapai intensitas yang sama. Maksud dari intensitas yang sama adalah
rasio antara marginal utility dan harga dari produk yang satu dengan rasio marginal utility dan harga
produk yang lainnya.
Hipotesisi uatama dari pendekatan kardinal ini adalah nilai guna marginal yang semakin turun,
menunjukkan bahwa nilai guna yang diperoleh oleh konsumen akan semakin menurun ketika mereka
terus dan terus menambah konsumsinya atas produk tersebut. Berbicara tentang nilai guna marginal
pasti ada kaitannya dengan bagimana pemaksimuman nilai guna ayang dirasakan oleh konsumen.
Ada beberapa syarat pemaksimuman bisa terjadi yaitu ketika konsumen berada dalam keadaan-
keadaan sebagai berikut :
Seorang konsumen akan memaksimalkan nilai guna dari produk yang dkonsumsinya jika
perbandingan antara nilai guna marginal berbagai produk tersebut sama dengan perbandingan
harga-harga produk tersebut.
Seorang konsumen akan memaksimalkan nilai guna dari produk yang mereka konsumsi jika terdapat
kesamaan diantara setiap rupiah yang dikeluarkan dengan setiap produk yang dikonsumsi.
Daya atau nilai guna diukuur dengan parameter satuan harga atau utilitas.
Konsumen bersifat rasional, dimana mereka akan memnuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan
batas kemampuan pendapatannya.
Konsumen akan mengalami penurunan utilitas ketika terus menerus melakukan konsumsi terhadap
produk tersebut (diminishing marginal utility).
Konsumen memiliki jumlah pendapatan yang tetap.
Daya atau nilai guna dari uang tetap atau konstan.
Total utility bisa bersifat melengkapi (additive) atau berdiri sendiri (independent).
Produk yang dikonsumsi normal dan periodenya konsumsinya berdekatan.
Dengan berbagai asumsi tersebut pendekatan kardinal mampu menyusun sebuah formulasi fungsi
permintaan secara baik. Namun meski begitu pendekatan ini memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya :
Daya guna yang dipandang hanya dari segi subjektif membuat tidak adanya alat ukur yang tepat dan
sesuai dengannya.
Memiliki konsep constan marginal utility of money, yang membuat anggapan nilai uang akan menurun
ketika jumlang uang semakin banyak.
Konsep diminishing marginal utility merupakan permasalah yang sangat sukar dari segi psikologis
dan sulit diterima sebagai aksioma.
Berbeda dengan pendekatan karinal yang memfokuskan kajian pada daya atau nilai guna suatu
barang, namun dalam pendektan ordinal daya guna tidak seratus persen diperhatikan cukup
diketahui dan konsumen mampu menyusun urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh ketika
mengkonsumsi sebuah produk. Dasar pemikiran dari pendekatan ini adalah semakin banyak produk
yang dikonsumsi maka semakin besar kepuasan yang didapat oleh konsumen. Dalam menganalisa
tingkat kepuasan pendekatan ini menggunakan kurva indefferen yang menunjukkan kombinasi atau
campuran antar konsumsi dua macam produk yang memberikan tingkat kepuasaan yang sama dan
garis anggaran yang menunjukkan kombinasi antara duua macam barang yang berbeda yang bisa
dibeli oleh konsumen dengan pendapatan yang terbatas.
Perpaduan antara dua kurva ini akan menunjukkan kepuasan yang dicapai oleh konsumen. Dengan
demikian pemaksimuman kepuasan yang digambarkan adalah kepuasan yang maksimum dari
melakukan konsumsi terhadap dua macam produk dengan tingkat pendapatan tertentu. Berbicara
tentang pendekatan ordinal pasti tak terlepas dari kurva indeferens yang memiliki beberapa ciri
diantaranya :
Memiliki garis miring yang negatif, artinya konsumen akan mengurangi jumlah konsumsinya terhadap
suatu produk yang satu jika mereka melakukan konsumsi terhadap produk yang lainnya.
Kurva cenderung menuju ke arah titik origin, artinya hal ini menunjukkan adanya perbedaan proporsi
jumlah yang harus ia keluarkan atau korbankan dalam upaya mengubah kombinasi antara jumlah
masing-masing produk yang dikonsumsi.
Tidak akan ada saling berpotongan, sehingga konsumen tidak mungkin akan mendapatkan
kepuasaan yang sama pada suatu kurva indeferens yang berbeda.
Sama halnya dengan pendekatan kardinal, pendekatan ordinal juga memiliki beberapa asumsi
penting di dalamnya, antara lain :
Teori ekonomi mikro menganggap bahwa setiap konsumen akan selalu berupaya untuk memperoleh
kepuasan yang maksimal. Dimana konsumen akan terus melakukan pembelian terhadap suatu
produk yang bisa memberikannya tingkat kepuasan maksimum. Kepuasan disini diartikan sebagai
kepuasan yang setara atau melebihi marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran atau konsumsi
yang sama atas beberapa produk yang lainnya.
Artikel terkait : teori ekonomi mikro – peran ekonomi mikro bagi suatu perusahaan
2. Teori psikologis
Dalam teori psikologis menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan faktor-faktor psikologis
yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan disekitarnya. Dalam bidang psikologis
pembahasan yang terjadi mengenai perilaku konsumen sangatlah komplek dan rumit, karena proses
mental tidak bisa diamati dan dilihat secara langsung.
3. Teori antropologis
Fokus kajian dari teori antropologis seputar ruang lingkup pembelian atau konsumsi yang dilakukan
oleh konsumen. Teori menekankan pada perilaku pembelian yang dilakukan oleh sekelompok
masyarakat terutama pada ruang lingkup yang luas. Misalkan kebudayaan, kelas-kelas sosial dan
lain sebagainya.
Pendapatan yang terbatas dan kelangkaan merupakan suatu masalah yang harus disiasati dengan
tepat oleh para konsumen. Dengan adanya dua masalah ini memaksa seorang konsumen untuk
berfikir dua kali dalam menentukan pengeluaran atau konsumsi yang harus dilakukan namun tetap
dalam anggaran yang telah diteteapkan sebelumnya. Harus adanya keseimbangan dalam
mengkoinsumsi suatu produk. Jika ingin meningkatkan konsumsi terhadap suatu produk b aik barang
atau jasa harus disertai dengan pengurangan konsumsi terhadap produk lainnya. (Baca juga : faktoor
penyebab kelangkaan)
Biaya dan manfaat merupakan dua aspek yang selalu difikirkan oleh seorang konsumen dalam
melakukan konsumsi. Jika dalam suatu kondisi dimana dua produk yang sama memberikan manfaat
atau daya guna yang sama maka konsumen dengan otomatis akan melihat harga dan memlih yang
lebih murah. Di sisi lain jika dalam kondisi dimana ada dua produk yang harganya sama, maka
konsumen akan melihat dan memperhatikan manfaat serta nilai gunanya bagi masyarakat dan
memilih yang memiliki manfaat lebih besar.
Konsistensi seorang konsumen dipengaruhi oleh pengalaman dan orang sekitar. Konsistensi
konsumen terhadap suatu produk akan mudah goyah ketika ada produk yang memiliki manfaat lebih
baik dengan harga yang murah atau setara. Dengan begitu konsumen akan mampu memberikan
suatu perkiraan terhadap produk yang akan dikonsumsi. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa
konsistensi konsumen akan tetap bertahan jika produk yang dikonsumsi telah memnuhi syarat dan
memiliki nilai guna yang baik.
Distribsusi terhadap suatu produk dengan produk yang lainnya merupakan cara tepat untuk memnuhi
segala kebutuhan dan keinginan konsumen yang tek pernah selesai. Selain itu dengan adanya
distribusi ini konsumen akan lebih mudah mendapatkan kepuasan dari berbagai sisi.
Dalam hukum ini berlaku tentang semakin banyaknya jumlah barang yang dikonsumsi, maka semakin
kecil kepuasan atau manfaat yang dihasilkan. Artinya dengan adanya tambahan biaya maka
konsumen akan menghentikan konsumsinya terhadap barang tersebut.
Faktor budaya
Budaya memegang peranan penting dalam melakukan konsumsi. Tipe konsumsi dari konsumen
menyesuaikan budayanya. Misalkan budaya barat dalam melakukan konsumsi tidak memperhatikan
biaya yang penting puas.
Faktor sosial
Kelas-kelas sosial yang ada dalam masyarakat mempengaruhi perilaku konsumen, konsumen yang
berada dalam kelas sosial yang tinggi maka mereka tidak akan ragu dalam mengkonsumsi suatu
produk yang penting kebutuhannya terpenuhi. Berbeda dengan kelas sosial rendah mereka harus
memperhitungkan pengeluarannya dengan baik.
Faktor pribadi
Baik buruknya perilaku konsumen dittentukan oleh masing-masing pribadi yang melakukan konsumsi
tersebut.
Faktor psikologi
Psikologis seseorang juga mempengaruhi dalam bertindak. Jika kondisi psikologis konsumen baiok
maka mereka akan berperilaku dengan benar. Sedangkan jika kondisi psikologis seorang terganggu
maka tindakannya juga akan mengalami gangguan.
Marketing strategi meliputi beberapa variabel, yaitu barang (produk), harga, periklanan, dan distribusi.