Anda di halaman 1dari 6

Online-Class 2020

Disesuaikan Dengan UU
HPP 14 November 2023

Biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari


penghasilan bruto (Deductible Expense) - Pasal 6
UU PPh
Data penulisan dikutip dan diolah dari beberapa sumber beserta ketentuan/
peraturan pajak terkait

Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan (biaya 3M) adalah biaya yang
dikeluarkan dalam rangka memperoleh, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan
objek pajak yang tidak dikenai PPh Final, termasuk:

1. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha;
Maksud dari biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha
adalah biaya sehari-hari yang boleh dibebankan pada tahun pengeluaran dan digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak. Biaya-biaya
tersebut antara lain:
1. biaya pembelian bahan;
2. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,
gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;
3. Bunga, sewa, dan royalti;
4. Biaya perjalanan;
5. Biaya pengolahan limbah;
6. Premi asuransi yang terkait dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak. Misalnya, Pembayaran premi
asuransi oleh WP sebagai pemberi kerja untuk kepentingan pegawai WP boleh dibebankan
sebagai biaya usaha;
7. Biaya promosi dan penjualan yang memenuhi syarat tertentu. Pengeluaran untuk promosi
perlu dibedakan antara biaya yang benar-benar dikeluarkan untuk promosi dan biaya yang
pada hakikatnya merupakan sumbangan. Biaya yang benar-benar dikeluarkan untuk
promosi boleh dikurangkan dari penghasilan bruto;
8. Biaya administrasi; dan
9. Pajak kecuali Pajak Penghasilan, misalnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Meterai
(BM), Pajak Hotel, dan Pajak Restoran.

Dasar Hukum: Pasal 6 ayat (1) huruf a UU Nomor 7 Tahun 1983 s.t.d.t.d. UU Nomor 36 Tahun
2008

1
14 November 2023

2. Penyusutan dan/atau amortisasi;


Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan harta tak berwujud serta
pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya
dilakukan melalui penyusutan (untuk harta berwujud) atau amortisasi (untuk harta tak berwujud).
Terdapat perbedaan penghitungan penyusutan atau amortisasi secara akuntansi dengan secara
fiskal (ketentuan perpajakan). Berdasarkan hal tersebut WP wajib menyesuaikan besarnya
penyusutan atau amortisasi berdasarkan Laporan Keuangan Komersial dengan besarnya
penyusutan atau amortisasi sesuai dengan ketentuan perpajakan (secara fiskal).

Dasar Hukum: Pasal 6 ayat (1) huruf b, Pasal 11, dan Pasal 11A UU Nomor 7 Tahun 1983 s.t.d.t.d.
UU Nomor 36 Tahun 2008; PMK-248/PMK.03/2008; PMK-96/PMK.03/2009; PER-10/PJ/2014; PER-
20/PJ/2014

3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;
Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan boleh
dibebankan sebagai biaya, sedangkan iuran yang dibayarkan kepada dana pensiun yang
pendiriannya tidak atau belum disahkan oleh Menteri Keuangan tidak boleh dibebankan sebagai
biaya. Dasar Hukum: Pasal 6 ayat (1) huruf c UU Nomor 7 Tahun 1983 s.t.d.t.d. UU Nomor 36
Tahun 2008

4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan;
Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang menurut tujuan semula tidak dimaksudkan
untuk dijual atau dialihkan yang dimiliki dan dipergunakan dalam kegiatan usaha dan/atau
pekerjaan bebas atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki tetapi tidak digunakan dalam
kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas, atau yang dimiliki tetapi tidak digunakan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, tidak boleh dikurangkan dari penghasilan
bruto. Dasar Hukum: Pasal 6 ayat (1) huruf d UU Nomor 7 Tahun 1983 s.t.d.t.d. UU Nomor 36
Tahun 2008

5. Kerugian dari selisih kurs;


Kerugian karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui berdasarkan sistem pembukuan yang dianut
dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di
Indonesia. Dasar Hukum: Pasal 6 ayat (1) huruf e UU Nomor 7 Tahun 1983 s.t.d.t.d. UU Nomor 36
Tahun 2008

2
14 November 2023

6. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan


Pemerintah;
Biaya pembangunan infrastruktur sosial merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan umum dan bersifat nirlaba.
Biaya pembangunan infrastruktur sosial dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dengan syarat:

1. Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Tahun Pajak sebelumnya;
2. Pemberian biaya pembangunan infrastruktur tidak menyebabkan rugi pada Tahun Pajak
sumbangan diberikan;
3. Didukung oleh bukti yang sah; dan
4. Lembaga yang menerima biaya pembangunan infrastruktur sosial memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak, kecuali badan yang dikecualikan sebagai subjek pajak sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan.
5. Besarnya nilai biaya pembangunan infrastruktur sosial yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto untuk 1 (satu) tahun dibatasi tidak melebihi 5% (lima persen) dari
penghasilan neto fiskal Tahun Pajak sebelumnya. Biaya tersebut dikurangkan dari
penghasilan bruto pada tahun pajak infrastruktur sosial dapat dimanfaatkan.

Dalam hal pembangunan infrastruktur sosial dilaksanakan lebih dari 1 (satu) Tahun Pajak, biaya
pembangunan infrastruktur sosial dibebankan sekaligus sebagai pengurang penghasilan bruto pada
Tahun Pajak infrastruktur sosial dapat dimanfaatkan.
Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut:
Tuan Amir pada tahun 2012 mempunyai penghasilan neto fiskal sebesar Rp800.000.000,00.
Pada tahun 2013, Tuan Amir mengeluarkan biaya infrastruktur sosial untuk pembangunan sebuah
tempat ibadah yang akan dimanfaatkan masyarakat Desa Sukamaju sebesar Rp64.000.000,00.
Tuan Amir pada tahun 2013 mempunyai penghasilan neto fiskal sebesar Rp1.000.000.000,00.
Pada tahun 2014, untuk menyelesaikan pembangunan tempat ibadah yang telah dilaksanakan
sejak tahun 2013, Tuan Amir mengeluarkan tambahan biaya infrastruktur sosial sebesar
Rp60.000.000,00. Pada tahun 2014, tempat ibadah selesai dibangun dan dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Sukamaju.
Jumlah biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh Tuan Amir adalah sebagai berikut:
a. Biaya infrastruktur sosial (Tahun 2013) : Rp64.000.000,00 (8% dari Rp800.000.000,00)
b. Biaya infrastruktur sosial (Tahun 2014) : Rp60.000.000,00 (6% dari Rp1.000.000.000,00)
Penghitungan jumlah biaya maksimal yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk Tahun
Pajak 2014 adalah sebagai berikut:
a. Biaya infrastruktur sosial (Tahun 2013) : Rp40.000.000,00 (5% dari Rp800.000.000,00)
b. Biaya infrastruktur sosial (Tahun 2014) : Rp50.000.000,00 (5% dari Rp1.000.000.000,00)
3
14 November 2023

Maka biaya infrastruktur sosial sebesar Rp90.000.000,00 (Rp40.000.000,00 + Rp50.000.000,00)


dapat dibebankan sekaligus sebagai pengurang penghasilan bruto pada Tahun Pajak 2014.
Dalam hal pembangunan infrastruktur sosial dibiayai oleh lebih dari 1 (satu) pihak, biaya
pembangunan infrastruktur sosial yang dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto
adalah biaya yang sebenarnya dikeluarkan oleh masing-masing pihak. Dengan demikian
pengeluaran Wajib Pajak dibatasi tidak melebihi 5% (lima persen) dari penghasilan neto fiskal
Tahun Pajak sebelumnya.
Pembangunan infrastruktur sosial tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto apabila
diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa yaitu:

1. Wajib Pajak pihak penerima baik langsung maupun tidak langsung; atau
2. Terdapat hubungan keluarga dengan pihak penerima baik sedarah maupun semenda dalam
garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.

Biaya pembangunan infrastruktur sosial diberikan hanya dalam bentuk sarana dan/atau prasarana.
Dasar Hukum: Pasal 6 ayat (1) huruf k UU Nomor 7 Tahun 1983 s.t.d.t.d. UU Nomor 36 Tahun
2008; PP Nomor 93 Tahun 2010; PMK-76/PMK.03/2011

7. Sumbangan khusus (sumbangan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah):


Sumbangan khusus yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebagai berikut:
a. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional,
Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional merupakan sumbangan untuk
korban bencana nasional yang disampaikan secara langsung melalui badan
penanggulangan bencana atau disampaikan secara tidak langsung melalui lembaga atau
pihak yang telah mendapat izin dari instansi/lembaga yang berwenang untuk pengumpulan
dana penanggulangan bencana
b. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia,

Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan merupakan sumbangan untuk


penelitian dan pengembangan yang dilakukan di wilayah Republik Indonesia yang
disampaikan melalui lembaga penelitian dan pengembangan.

c. Sumbangan fasilitas pendidikan, dan

Sumbangan fasilitas pendidikan merupakan sumbangan berupa fasilitas pendidikan yang


disampaikan melalui lembaga pendidikan.

d. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga.

Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga merupakan sumbangan untuk membina,


mengembangkan dan mengoordinasikan suatu atau gabungan organisasi cabang/jenis
olahraga prestasi yang disampaikan melalui lembaga pembinaan olah raga.

4
14 November 2023

Sumbangan khusus dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dengan syarat:

1. Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Tahun Pajak sebelumnya;
2. Pemberian sumbangan tidak menyebabkan rugi pada Tahun Pajak sumbangan diberikan;
3. Didukung oleh bukti yang sah; dan
4. Lembaga yang menerima sumbangan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, kecuali badan
yang dikecualikan sebagai subjek pajak sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
Pajak Penghasilan.

Besarnya sumbangan khusus yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk 1 (satu) tahun
dibatasi tidak melebihi 5% (lima persen) dari penghasilan neto fiskal Tahun Pajak sebelumnya.
Sumbangan tersebut dikurangkan dari penghasilan bruto pada tahun pajak sumbangan tersebut
diserahkan.
Sumbangan khusus tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto apabila diberikan kepada pihak
yang mempunyai hubungan istimewa yaitu:

1. Wajib Pajak menguasai pihak penerima baik langsung maupun tidak langsung; atau
2. Terdapat hubungan keluarga dengan pihak penerima baik sedarah maupun semenda dalam
garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.

Sumbangan khusus dapat diberikan dalam bentuk uang dan/atau barang.

Dasar Hukum: Pasal 6 ayat (1) huruf i, huruf j, huruf l dan huruf m UU Nomor 7 Tahun 1983
s.t.d.t.d. UU Nomor 36 Tahun 2008; PP Nomor 93 Tahun 2010; PMK-76/PMK.03/2011

Pengenaan Pajak Atas Natura Dan/Atau Kenikmatan sesuai dengan UU HPP Nomor 7 Tahun 2021
Ketentuan UU PPh (UU 36/2008) yang mengatur natura/kenikmatan bukan objek PPh dan
tidak dapat dibiayakan (nontaxable-nondeductible), perlu disesuaikan karena :
a. Imbalan berupa natura yang bukan merupakan objek pajak, cenderung dinikmati oleh high
level employee (direktur, manajer dan komisaris).
b. Hal ini menimbulkan ketidakadilan horisontal karena penghasilan untuk pegawai yang
biasanya berupa gaji/upah dikenai PPh.
c. Potensi tax planning pemberi kerja yang memanfaatkan tarif PPh Badan < PPh Orang
Pribadi dengan pemberian imbalan berupa natura/kenikmatan.

Substansi perubahan:
UU 36 Tahun 2008
Natura dan/atau kenikmatan secara umum bagi :
a. penerima/karyawan, dikecualikan sebagai objek PPh (non taxable) kecuali natura dan/atau
kenikmatan diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenai PPh Final atau menggunakan
deemed profit Pasal 15 UU PPh

5
14 November 2023

b. pemberi kerja, tidak dapat dibiayakan (non deductible) kecuali natura dan/atau kenikmatan
bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan
di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.

UU HPP :
 Natura dan/atau kenikmatan, secara umum bagi :
a. penerima/karyawan, merupakan objek PPh (taxable) kecuali:
1. makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau minuman bagi seluruh
pegawai;
2. natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu;
3. natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh pemberi kerja dalam
pelaksanaan pekerjaan;
4. natura dan/atau kenikmatan yang bersumber/dibiayai APBN/D/Desa; atau
5. natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau batasan tertentu.
b. pemberi kerja, dapat dibiayakan (deductible).
 Pengaturan lebih lanjut mengenai pengecualian natura/kenikmatan dari objek pajak dan
pembebanan biaya diatur dengan atau berdasarkan PP.

Pasal 6 ayat (1) huruf n UU HPP Nomor 11 Tahun 2021:


Pasal 6
(1) Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan, termasuk:

n. biaya penggantian atau imbalan yang diberikan dalam bentuk natura dan/atau
kenikmatan.

SONNY SOEBAGYO
REGISTERED TAX CONSULTANT
License No. KEP-4421/IP.C/PJ/2019
ATTORNEY IN TAX COURT
License No. KEP-011/PP/IKH/2023
email : sonny.soebagyo@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai