Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MENGENAL POLITIK ISLAM (SIYASAH)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam


Dosen Pengampu :

Drs. H. Mursal Sah, M. Ag

DIUSUN OLEH :
KELOMPOK 10

Riski Ilham 2310711018


Adelya Habib 2310112207
Fitri Yunita 2311311034
Annisa Chairiyah 2311311035
Annisa Fitri 2311313064

UNIVERSITAS ANDALAS
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
politik islam.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan informasi
dari berbagai sumber tidak luput dari kerjasama kelompok sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Padang, 2 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Politik Islam 3
B. Prinsip dan Norma Politik Dalam Islam 5
C. Hak Asasi Manusia Menurut Ajaran Islam 8
D. Demokrasi Dalam Islam 10
E. Masyarakat Madani 11
F. Kontribusi Umat Islam Dalam Perpolitikan Nasional 15

BAB III PENUTUP 17


A. Kesimpulan 17

DAFTAR PUSTAKA 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama sempurna yang universal membawa sebuah misi Rahmatan Lil
‘Alamin, atas dasar ajaran Tauhid yang merangkul seluruh lapisan tanpa memandang
perbedaan, batasan tempat, atau waktu tertentu. Islam bukan hanya sebuah agama ritual yang
berfokus pada tindakan peribadatan, melainkan juga merupakan agama ideologi dimana
mengatur nilai-nilai kehidupan yang digunakan sebagai acuan atau pedoman dalam segala
aspek, termasuk hukum, sosial, ekonomi bahkan persoalan politik.
Politik Islam mencakup penghadapan Islam dengan kekuasaan dan negara, yang
melahirkan suatu kebiasaan atau budaya politik yang berorientasi pada nilai-nilai Islam.
Hubungan antara agama dan politik seringkali kompleks dan simbiotik. Politik berperan
sebagai alat penyebaran, sementara agama sebagai alat legistimasi yang menguntungkan bagi
sistem politik yang dibangun. Seperti ungkapan yang mengatakan bahwa “Tidak ada
kebaikan pada agama yang tidak ada politiknya dan tidak ada kebaikan dalam politik yang
tidak ada agamanya.”
Setiap individu adalah pemimpin, terutama untuk dirinya sendiri. Ini menekankan bahwa
individu memiliki tanggung jawab penuh terhadap kehidupan dan keputusan mereka sendiri.
Pada dasarnya prinsip tersebut dapat relevan dengan sistem demokrasi, meskipun keduanya
beroperasi dialam konteks yang berbeda. Kepemimpinan diri berfokus pada pengembangan
pribadi, sedangkan demokrasi melibatkan partisipasi kolektif, baik dari perorangan atau
kelompok, yang berhak menyuarakan pendapat mereka secara bebas, lalu bertanggungjawab
dengan pilihan ataupun keputusan yang disetujui, tetapi tetap dalam koridor toleransi atas
luasnya kemajemukan.
Selain itu, masyarakat Islam telah memberikan kontribusi signifikan dalam dunia
perpolitikan. Dari masa keemasan peradaban Islam pada Abad Pertengahan hingga berperan
dalam pergerakan kemerdekaan nasional di berbagai negara, pengaruh masyarakat Islam
dalam politik tidak dapat diabaikan. Negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim telah
mengadopsi berbagai bentuk demokrasi yang mencerminkan nilai-nilai Islam dalam konteks
politik modern.
Dengan demikian, makalah ini disusun dengan tujuan membawa pembaca untuk
menjelajahi lebih jauh topik-topik ini, menganalisis pemahaman politik Islam, pandangan
Islam tentang hak asasi manusia, hubungannya dengan demokrasi, konsep masyarakat
madani, dan kontribusi masyarakat Islam dalam dunia politik. Sehingga, kita dapat menggali
berbagai perspektif yang berharga dalam memahami peran politik Islam dalam dunia
kontemporer.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dari politik Islam?
2. Apasaja prinsip dan norma yang berkaitan dengan politik dalam Islam?
3. Bagaimana Hak Aasasi Manusia menurut pandangan Islam?
4. Apa yang dimaksud dengan masyarakat madani?
5. Apa kontibusi umat Islam dalam perpolitikan Nasional?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari politik Islam
2. Untuk menganalisis prinsip dan norma politik dalam Islam
3. untuk memahami hak asasi manusian menurut pandangan dan ajaran Islam
4. Untuk megetahui hubungan demokrasi dalam Islam
5. Untuk menganalisis makna dari masyarakat madani
6. Untuk mengkritisi peran atau kontribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Politik Islam


Dalam memahami politik Islam, tidak dapat dilepaskan dari konotasi yang berkaitan
dengan nilai Islam. Hal ini dikarenakan prinsip-prinsip keislaman memiliki peran penting
dalam ranah politik dan pemerintahan. Prindip-prinsip tersebut meliputi keadilan sosial,
kedaulatan, kepentingan umat, hingga partisipasi demokratis. Bahasa politik Islam
mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai alat untuk menafsirkan nilai-nilai Islam guna
menyatukan umat dari berbagai kalangan dan sebagai panduan dalam pembentukan kebijakan
terhadap cita-cita sosial (ideologi). Selain itu, bahasa politik berfungsi sebagai instrumen
untuk merumuskan konsepsi yang merupakan terjemahan dari doktrin Islam. Perpaduan
antara cita-cita dan doktrin-doktrin tersebut dipahami secara komprehensif sebagai suatu
kesatuan.
Ketika kata “politik” dihubungkan dengan Islam, dapat diinterpretasikan sebagai aktivitas
sekelompok umat Islam yang merujuk pada nilai-nilai dan basis solidaritas berkelompok.
Para pendukung politik Islam ini belum tentu seluruh umat Islam (pemeluk agama Islam),
maka dalam kategori politik, mereka dapat disebut sebagai kelompok politik Islam. Mereka
menekankan simbolisme kegamaan dalam berpolitik, seperti menggunakan lambang Islam,
dan istilah-istilah keislaman dalam peraturan organiasi, panduan perjuangan, serta wacana
politik.
Perbincangan seputar politik dalam Islam masih terasa aktual, karena sampai sekarang
belum ada ketentuan yang pasti bagaimana Islam memandang politik atau sebaliknya. Dalam
aspek politik, perlu dicatat bahwa semasa Nabi, beliau telah mendirikan tatanan sosial politik
Islam di Madinah. Namun, setelah lebih dari tiga abad kemudian, para pemikir hukum baru
merumuskan teori politik mereka secara lebih sistematis. Diantara mereka yang cukup
popular adalah al-Mawardi dan al-Ghazali. Secara umum, sudut pandang kedua ulama Sunni
itulah yang mengkontruksikan konsep politik. Menurut Al-Mawardi konsep politik Islam
didasarkan atas adanya kewajiban mendirikan lembaga kekuasaan, karena ia dibangun
sebagai pengganti kenabian untuk melindungi agama dan mengatur dunia. Menurutnya, Allah
mengangkat untuk umat-Nya seorang pemimpin sebagai pengganti (khalifah) Nabi untuk
mengamankan agama disertai mandat politik. Dengan demikian, seorang imam di satu pihak
adalah pemimpin agama sekaligus pemimpin politik.
Dalam bahasa Arab, Politik Islam dikenal dengan istilah siyasah. Oleh sebab itu, di dalam
buku-buku para ulama dikenal istilah siyasah syar’iyyah. Al-siyasah juga berarti mengatur,
mengendalikan, mengurus, membuat keputusan, memerintah, dan mengawasinya.
Dalam Islam, bukan masalah Ubudiyah dan Ilahiyah saja yang dibahas, tetapi juga
tentang kemaslahatan umat, salah satunya adalah Politik Islam yang dalam bahasa agamanya
disebut Fiqh Siyasah. Fiqh Siyasah dalam konteks terjemahan, merujuk pada materi yang

3
membahas mengenai ketatanegaraan Islam (Politik Islam). Secara bahasa, “fiqih” adalah
mengetahui hukum-hukum Islam yang bersifat praktis melalui dalil-dalil yang terperinci,
sedangkan “siyasah” adalah pemerintahan, pengambilan keputusan, pembuatan
kebijaksanaan, pengurusan, dan pengawasan.
Ibnu Al-Qayyim mengartikan Fiqh Siyasah sebagai segala perbuatan yang membawa
manusia menjadi lebih dekat kepada kemaslahatan dan menjauhkan dari kemudharatan,
bahkan sekalipun Rasullah tidak menetapkannya dan Allah sendiri yang menetapkan tindakan
tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa Fiqh Siyasah adalah hukum yang mengatur
hubungan penguasa dengan rakyatnya.
1. Bagian-Bagian Politik Islam
a). Siyasah Dusturiyah
Siyasah Dusturiyah menurut tata bahasanya terdiri dari dua suku kata, yaitu “Siyasah”
dan “Dusturiyah.” Arti Siyasah adalah pemerintahan, pengambilan keputusan, pembuatan
kebijaksanaan, pengurusan, dan pengawasan, sedangkan “Dusturiyah” merujuk pada undang-
undang atau peraturan. Secara pengertian umum Siyasah Dusturiyah adalah keputusan kepala
negara dalam mengambil keputusan atau undang-undang bagi kemaslahatan umat.
Sedangkan menurut Pulungan (2002, hal:39) Siyasah Dusturiyah adalah hal yang
mengatur atau kebijakan yang diambil oleh kepala negara atau pemerintah dalam mengatur
warga negaranya atas dasar keharmonisan antara warga negara dengan kepala negaranya.
Fiqih Siyasah Dusturiyah mencakup bidang kehidupan yang sangat luas dan kompleks, secara
umum meliputi hal-hal sebagai berikut:
 Persoalan dan ruang lingkup (pembahasan)
 Persoalan imamah, hak-hak dan kewajibannya.
 Persoalan Bai‟at (janji setia)
 Persoalan rakyat, statusnya dan hak-haknya
 Persoalan Waliyul Ahdi (pemegang perjanjian)
 Persoalan perwakilan dan Ahlul Halli Wal Aqdi (orang-orang yang terlibat dalam
penyelesaian)
 Persoalan Wuzaroh (Kementerian) dan perbandinganya

b). Siyasah Maliyah

“Siayasah Maliyah” adalah hal-hal yang menyangkut kas negara, termasuk masalah
harta benda, kekayaan, keuangan negara. Ini meliputi pajak, zakat baitul mal serta pendapatan
negara yang tidak bertentangan dengan syari‟at Islam. Dasar-Dasar Fiqih Siyasah Maliyah, di
antaranya sebagai berikut:
 Harta
 Keadilan Sosial
 Tanggung jawab sosial yang kokoh
 Hak milik
 Zakat
 Jizyah (pajak khusus non-Muslim)
c). Siyasah Dauliyah

4
Dauliyah artinya daulat, kerajaan, kekuasaan, wewenang, serta kekuasaan. Sedangkan
Siyasah Dauliyah bermakna sebagai kekuasaan kepala negara dalam mengatur anegara dalam
hal hubungan internasional, masalh territorial, nasionalitas, ekstradisi tahanan, pengasingan
tawanan politik, pengusiran warga negara asing. Selain itu juga mengurusi masalah kaum
Dzimi, perbedaan agama, akad timbal balik dan sepihak dengan kaum Dzimi, hudud, dan
qishash (Pulungan, 2002. hal:41).
2. Dasar-dasar Siyasah atau Politik Islam
Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa Siyasah Dauliyah lebih mengarah pada
pengaturan masalah kenegaraan yang bersifat luar negeri, serta kedaulatan negara. Hal ini
sangat penting guna kedaulatan negara untuk pengakuan dari negara lain. Dasar-dasar
Siyasah Dauliyah, diantaranya sebagai berikut:
 Kesatuan umat manusia
 Al-Adalah (Keadilan)
 Al-Musawah (persamaan)
 Karomah Insaniyah (Kehormatan Manusia)
 Tasamuh (Toleransi)

B. Prinsip dan Norma Politik Dalam Islam


Hukum politik Islam (fiqh siyasah) merupakan hukum yang terus berkembang dengan
cepat dan dinamis. Perkembangan ini memerlukan pengetahuan dan pemahaman terhadap
prinsip-prinsip dasar yang dirumuskan para ulama dalam bidang siyasah, sehingga
perkembangan hukum politik Islam tidak lari dari rel dan norma standar yang telah
disepakati. Menurut Islam, mekanisme operasional pemerintahan dan ketatanegaran mengacu
pada prinsip-prinsip syari’ah yang bersumber dari Al-Quran dan Hadis. Prinsip-prinsip
negara dalam Islam dapat dibagi menjadi dua jenis. Pertama, prinsip-prinsip dasar yang
mengacu pada teks-teks syari’ah yang jelas dan tegas. Kedua, prinsip-prinsip tambahan yang
berupa kesimpulan dari fiqh siyasah atau hukum ketatanegaraan dalam Islam. Prinsip-prinsip
hukum politik Islam yang telah diuraikan oleh para pakar politik Islam dalam berbagai
referensi sangat variatif, dalam kajian ini prinsip-prinsip siyasah dan penyelenggaraan negara
dalam Alquran dapat diformulasikan tujuh prinsip dasar hukum politik Islam, yaitu:
1. Prinsip Kedaulatan
Prinsip kedaulatan menyatakan kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Kedaulatan yang
mutlak dan legal adalah milik Allah. Kedaulatan tersebut dipraktikkan dan diamanahkan
kepada manusia selaku khalifah di muka bumi. Kedaulatan ini terletak di dalam kehendak
Allah SWT seperti yang dapat dipahami dari syari'ah. Syari'ah sebagai sumber dan
kedaulatan yang aktual dan konstitusi ideal, tidak boleh dilanggar.
Prinsip kedaulatan didasarkan pada Surat Yusuf ayat 40,
ۚ‫َم ا َتْعُبُد وَن ِم ْن ُدوِنِه ِإاَّل َأْس َم اًء َسَّم ْيُتُم وَها َأْنُتْم َو آَباُؤ ُك ْم َم ا َأْن َز َل ُهَّللا ِبَه ا ِم ْن ُس ْلَطاٍن ۚ ِإِن اْلُح ْك ُم ِإاَّل ِهَّلِلۚ َأَم َر َأاَّل َتْعُب ُدوا ِإاَّل ِإَّي اُه‬
‫َٰذ ِلَك الِّديُن اْلَقِّيُم َو َٰل ِكَّن َأْكَثَر الَّناِس اَل َيْع َلُم وَن‬
Artinya, “Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama
yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu
keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah

5
memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Yusuf: 40).
2. Prinsip Keadilan
Keadilan adalah kunci utama penyelenggaraan negara. Keadilan dalam hukum
menghendaki setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum. Seperti yang
dicontohkan ketika Rasulullah SAW memulai membangun negara Madinah. Beliau
memulainya dengan membangun komitmen bersama dengan semua elemen masyarakat yang
hidup di Madinah dari berbagai suku dan agama.
Prinsip dari keadilan terdapatdalam Surat An-Nisa ayat 58,
‫َّن َهَّللا َيْأُم ُر ُك ْم َأْن ُتَؤ ُّد وا اَأْلَم اَناِت ِإَلٰى َأْهِلَها َو ِإَذ ا َح َك ْم ُتْم َبْيَن الَّناِس َأْن َتْح ُك ُم وا ِباْلَع ْد ِل ۚ ِإَّن َهَّللا ِنِعَّم ا َيِع ُظُك ْم ِبِهۗ ِإَّن َهَّللا َك اَن َسِم يًعا‬
‫َبِص يًرا‬
Artinya, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS.
An-Nisa: 58)
3. Prinsip Mustawarah dan Ijma
Musyawarah atau ijma adalah proses pengambilan keputusan dalam semua urusan
kemasyarakatan yang dilakukan melalui konsensus dan konsultasi dengan semua pihak.
Kepemimpinan negara dan pemerintahan harus ditegakkan berdasarkan persetujuan rakyat
melalui pemilihan secara adil, jujur, dan amanah.
Prinsip dari musyawarah dan ijma berdasarkan pada Surat Ali Imran ayat 159,
ۖ ‫َفِبَم ا َر ْح َم ٍة ِم َن ِهَّللا ِلْنَت َلُهْم ۖ َو َلْو ُكْنَت َفًّظا َغ ِليَظ اْلَقْلِب اَل ْنَفُّض وا ِم ْن َح ْو ِل َك ۖ َف اْعُف َع ْنُهْم َو اْس َتْغ ِفْر َلُهْم َو َش اِو ْر ُهْم ِفي اَأْلْم ِر‬
‫َفِإَذ ا َع َز ْم َت َفَتَو َّك ْل َع َلى ِهَّللاۚ ِإَّن َهَّللا ُيِح ُّب اْلُم َتَو ِّك ِليَن‬
Artinya, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159)
4. Prinsip Persamaan
Prinsip persamaan didasarkan pada Surat Al Hujurat ayat 13,
‫َيا َأُّيَها الَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَناُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َو ُأْنَثٰى َو َجَع ْلَناُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَباِئَل ِلَتَع اَر ُفواۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهَّللا َأْتَقاُك ْم ۚ ِإَّن َهَّللا َع ِليٌم َخ ِبيٌر‬
Artinya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Pada ayat di atas membuktikan bahwa agama Islam mengakui adanya keberagaman
(pluratisme) dalam kehidupan bermasyarakat. Namun agama Islam tidak memtoleransi jika
berhubungan dengan relatifitas seluruh ajaran agama.

6
5. Prinsip Hak dan Kewajiban Negara dan Rakyat
Semua warga negara dijamin hak-hak dasar tertentu. Beberapa hak warga negara yang perlu
dilindungi yakni:

 Jaminan terhadap keamanan pribadi


 Hak untuk mendapatkan pelayanan hukum secara adil tanpa diskriminasi
 Kemerdekaan untuk mengeluarkan pendapat dan berkumpul
 Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak
 Harga diri dan harta benda
 Pelayanan medis dan kesehatan, serta
 Keamanan untuk melakukan aktivitas-aktivitas ekonomi.

Hal ini juga tertulis dalam Surat An Nisa ayat 59,


‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َأِط يُعوا َهَّللا َو َأِط يُعوا الَّرُسوَل َو ُأوِلي اَأْلْم ِر ِم ْنُك ْم ۖ َف ِإْن َتَن اَز ْعُتْم ِفي َش ْي ٍء َف ُر ُّد وُه ِإَلى ِهَّللا َو الَّرُس وِل ِإْن ُكْنُتْم‬
‫ُتْؤ ِم ُنوَن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِرۚ َٰذ ِلَك َخْيٌر َو َأْح َس ُن َتْأِو ياًل‬
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya.” (QS. An-Nisa: 59)
6. Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Amar ma'ruf nahi munkar adalah sebuah mekanisme check and balancing dalam sistem
politik Islam. Seorang pemimpin dalam pandangan mayoritas Islam bukan seorang yang suci.
Oleh karenanya, sangat mungkin untuk dikritisi dan dinasihati.
Sebagaimana yang tertulis dalam Surat Ali Imran ayat 104,
‫َو ْلَتُك ْن ِم ْنُك ْم ُأَّم ٌة َيْدُع وَن ِإَلى اْلَخْيِر َو َيْأُم ُروَن ِباْلَم ْعُروِف َو َيْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِرۚ َو ُأوَٰل ِئَك ُهُم اْلُم ْفِلُحوَن‬
Artinya, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-
orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Dari 6 prinsip politik Islam di atas membuat sebuah negara dapat menjadikan lebih
demokratis, adil, dan damai. Hal ini disebabkan karena prinsip-prinsip di atas berdasarkan
penghargaan hak asasi manusia.
Dalam pelaksanaanya, politik islam juga memiliki norma-norma yang harus
diperhatikan. Norma-norma ini merupakan karakteristik pembeda politik islam dari sistem
politik lainnya, diantaranya:
1. Politik merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan, bukan dijadikan tujuan akhir
atau satu satunya
2. Politik islam berhubungan dengan kemaslahatan umat
3. Kekuasaan mutlak adalah milik Allah
4. Manusia diberi amanah sebagai khalifah untuk mengatur alam ini secara baik
5. Pengangkatan pemimpin di dasari atas prinsip musyawarah

7
6. Ketaatan kepada pemimpin wajib hukumnya setelah taat kepada Allah dan rasul
7. Islam tidak menentukan secara eksplisit bentuk pemerintahan negara

1. Poltik merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan, bukan dijadikan
sebagai tujuan akhir atau satu-satunya.
2. Politik Islam berhubungan dengan kemashlahatan umat
1. Poltik merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan, bukan dijadikan
sebagai tujuan akhir atau satu-satunya.
2. Politik Islam berhubungan dengan kemashlahatan umat
C. Hak Asasi Manusia Menurut Ajaran Isam
Hak Asasi Manusia (HAM) atau sering disebut Human Right merupakan serangkaian
prinsip dasar tentang hak dan kewajiban bagi seluruh manusiadi seluruh dunia,tanpa
membedakan jenis kelamin, ras, keturunan, bahasa, maupun agama. Dalam bahasa Arab,
HAM adalah “al-huqūq al-insaniyyah.” Akar kata Haqq (jamaknya Huqūq) memiliki
beberapa arti, antara lain milik, ketetapan, dan kepastian. Juga mengandung makna suatu
kekhususan yang padanya ditetapkan hukum syar’iy atau suatu kekhususan yang terlindung.
Dalam definisi ini sudah terkandung hak-hak Allah dan hak-hak hamba.
Hukum Islam telah merumuskan pengaturan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia. Seperti yang tertuang dalam dalam al-Qur’an dan asSunnah, antara lain:
1. Hak hidup
Hukum Islam memberikan perlindungan dan jaminan atas hak hidup manusia. Hal ini
dapat dilihat dari ketentuan syariat yang melindungi dan menjunjung tinggi darah dan nyawa
manusia melalui larangan untuk membunuh dan menetapkan hukuman qishash bagi pelaku
pembunuhan, seperti yang termaktub dalam QS. al-Māidah/5: 32 menyebutkan:
‫ِم ْن َأ ْج ِل َٰذ ِل َك َك َتْبَن ا َع َل ٰى َبِن ي ِإ ْس َر ا ِئ ي َل َأ َّن ُه َم ْن َق َت َل َن ْف ًس ا ِب َغ ْي ِر َن ْف ٍس َأ ْو َف َس ا ٍد ِف ي ا َأْل ْر ِض َفَك َأَّن َم ا َق َت َل‬
‫ال َّن ا َس َج ِم يًع ا َو َم ْن َأ ْح َي اَها َفَك َأَّن َم ا َأ ْح َي ا ال َّن ا َس َج ِم يًع اۚ َو َلَق ْد َج ا َء ْت ُه ْم ُر ُس ُل َنا ِب ا ْل َب ِّي َن ا ِت ُث َّم ِإ َّن َك ِث يًر ا ِم ْن ُه ْم َب ْع َد‬
‫َٰذ ِل َك ِف ي ا َأْل ْر ِض َل ُم ْس ِر ُف وَن‬
Artinya : “Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang
lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan Dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan
Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa)
keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-
sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”
2. Hak kebebasan beragama
Kebebasan dan kemerdekaan manusia merupakan bagian yang penting dalam Islam, tidak
terkecuali kebebasan dalam beragama sesuai dengan keyakinan masing-masing individu.
Karenanya, Islam sangat melarang adanya tindakan pemaksaan keyakinan agama kepada

8
orang yang telah menganut agama tertentu. Hak kebebasan beragama ini dengan jelas
disebutkan dalam QS. al-Baqarah/2: 256:

‫اَل ِإ ْك َر ا َه ِف ي الِّد ي ِن ۖ َقْد َت َب َّيَن الُّر ْش ُد ِم َن ا ْل َغ ِّي ۚ َف َم ْن َي ْك ُف ْر ِب ال َّط ا ُغ و ِت َو ُي ْؤ ِم ْن ِب ال َّل ِه َفَق ِد اْس َت ْم َس َك ِب ا ْل ُع ْر َو ِة‬
‫ا ْل ُو ْث َق ٰى اَل ا ْن ِفَص ا َم َل َه اۗ َو ال َّل ُه َس ِم يٌع َع ِل ي ٌم‬
Artinya : “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka sungguh ia telah berpegang kepada tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.”
3. Hak bekerja dan mendapatkan upah
Bekerja dalam Islam tidak hanya dipandang sebagai hak tetapi juga merupakan
kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Nabi saw bersabda: "Tidak
ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang daripada makanan yang dihasilkan
dari usaha tangannya sendiri." (HR. Bukhari). Dan Islam juga menjamin hak pekerja, seperti
terlihat dalam hadist: "Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering keringatnya." (HR. Ibnu
Majah).
4. Hak persamaan dan keadilan
Pada dasarnya semua manusia sama, karena semuanya adalah hamba Allah. Hanya satu
kriteria (ukuran) yang dapat membuat seseorang lebih tinggi derajatnya dari yang lain, yakni
ketakwaannya.
QS. al-Hujurāt/49: 13:
‫ال َّل ِه َأ ْت َق ا ُك ْم‬ ‫َي ا َأ ُّي َه ا ال َّن اُس ِإ َّن ا َخ َل ْق َنا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َو ُأ ْنَث ٰى َو َج َع ْل َنا ُك ْم ُش ُع وًبا َو َق َب ا ِئَل ِل َت َع ا َر ُف واۚ ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد‬
‫ال َّل َه َع ِل ي ٌم َخ ِب يٌر‬ ‫ۚ ِإ َّن‬
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku supaya
kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui
lagi maha mengenal.”
5. Hak kebebasan berpendapat
Islam memerintahkan kepada manusia agar berani menggunakan akal pikiran mereka
terutama untuk menyatakan pendapat mereka s esuai dengan batas-batas yang ditentukan
hukum dan norma-norma lainnya. Perintah ini secara khusus ditunjukkan kepada manusia
yang beriman agar berani menyatakan kebenaran dengan cara yang benar pula. Ajaran Islam
sangat menghargai akal pikiran. Oleh karena itu, setiap manusia sesuai dengan martabat dan
fitrahnya sebagai makhluk yang berpikir mempunyai hak untuk menyatakan pendapatnya
dengan bebas, asal tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam QS. Ali Imrān/3: 104 disebutkan:
‫َو ْل َت ُك ْن ِم ْنُك ْم ُأ َّم ٌة َي ْد ُع وَن ِإ َل ى ا ْل َخ ْي ِر َو َي ْأ ُم ُر وَن ِب ا ْل َم ْع ُر و ِف َو َي ْن َه ْو َن َع ِن ا ْل ُم ْن َك ِر ۚ َو ُأ و َٰل ِئ َك ُه ُم ا ْل ُم ْف ِل ُح وَن‬

9
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-
orang yang beruntung.”
6. Hak atas jaminan sosial
Dalam al-Qur‟an banyak dijumpai ayat-ayat yang menjamin tingkat dan kualitas hidup
minimum bagi seluruh masyarakat. Ajaran tersebut antara lain “kehidupan fakir miskin harus
diperhatikan oleh masyarakat, terutama oleh mereka yang punya” (QS. az-Zāriyāt/51: 19):

‫َو ِف ي َأ ْم َو ا ِل ِه ْم َح ٌّق ِل لَّسا ِئ ِل َو ا ْل َم ْح ُر و ِم‬


Artinya : “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan
orang miskin yang tidak mendapat bagian [tidak meminta].”

7. Hak atas harta benda.


Islam sangat menghargai, menjunjung tinggi hak milik seseorang. Sesuai dengan harkat
dan martabat, jaminan serta perlindungan terhadap milik seseorang merupakan kewajiban
penguasa. Oleh karena itu, siapapun juga bahkan penguasa sekalipun, tidak diperbolehkan
merampas hak milik orang lain, kecuali untuk kepentingan umum, menurut tata cara yang
telah ditentukan lebih dahulu. Dalam rangka memperingati abad ke-15 H, pada tanggal 21
Dzulkaidah atau 19 September 1981 para ahli hukum Islam mengemukakan “Universal
Islamic Declaration of Human Rights” yang diangkat dari al-Qur’an dan Sunnah Nabi
Muhammad saw. Pernyataan HAM menurut ajaran Islam ini terdiri 23 Bab dan 63 pasal yang
meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.
Beberapa hal pokok yang disebutkan dalam deklarasi tersebut antara lain adalah: (1) hak
untuk hidup; (2) hak untuk mendapatkan kebebasan; (3) hak atas persamaan kedudukan; (4)
hak untuk mendapatkan keadilan; (5) hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap
penyalahgunaan kekuasaan; (6) hak untuk mendapat perlindungan dari penyiksaan; (7) hak
untuk mendapatkan perlindungan atas kehormatan dan nama baik; (8) hak untuk bebas
berpikir dan berbicara; (9) hak untuk bebas memilih agama; (10) hak untuk bebas berkumpul
dan berorganisasi; (11) hak untuk mengatur tata kehidupan ekonomi; (12) hak atas jaminan
sosial; (13) hak untuk bebas mempunyai keluarga dan segala sesuatu yang berkaitan
dengannya; (14) hak-hak bagi wanita dalam kehidupan rumah tangga;(15) hak untuk
mendapatkan pendidikan, dan sebagainya.

D. Demokrasi Dalam Islam


1. Pengertian Demokrasi
Secara umum, demokrasi adalah bentuk sistem pemerintahan yang sangat penting dalam
dunia modern, di mana rakyat memiliki hak dan peran utama untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan politik, baik langsung atau melalui perwakilan yang mereka pilih.
Selain itu, hak asasi manusia dihormati sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.
Demokrasi merupakan sebuah isu yang cukup kontemporer, selalu eksis dan tidak pernah
luput dari suatu perbicangan. Khususnya topik yang menyinggung apakah Islam mendukung
atau menolak demokrasi. Apabila dikaji, hubungan antara demokrasi dan islam terdapat

10
beberapa kesesuaian antara nilai-nilai demokrasi dengan prinsip- prinsip Islam seperti
al-‘adâlah (keadilan), al-musâwah (persamaan), as-syûra (bermusyawarah). Dengan demikian
dapat dikatakan, bahwa pada prinsipnya Al-Qur’an memberikan landasan moral dalam
membangun sistem demokrasi.

2. Dasar-dasar Normatif Demokrasi dalam Al-Qur’an


Beberapa prinsip yang dianggap memiliki relevansi dengan demokrasi Islam, yaitu:
 Keadilan (al-‘adâlah): Al-Qur'an secara tegas mendorong prinsip keadilan dalam
berbagai konteks. Keadilan merupakan nilai fundamental dalam demokrasi, di mana
setiap individu memiliki hak yang sama di mata hukum. Al-Qur'an mengajarkan
bahwa Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil (QS Al-Hujurat [49]: 9) dan
bahwa Allah memerintahkan untuk berlaku adil, bahkan jika hal itu tidak
menyenangkan (QS An-Nisa [4]: 135).
 Persamaan (al-musâwah): Persamaan adalah prinsip lain yang penting dalam
demokrasi. Al-Qur'an menekankan bahwa semua manusia adalah sama di hadapan
Allah, dan perbedaan hanya terletak pada ketakwaan (QS Al-Hujurat [49]: 13). Ini
mencerminkan prinsip persamaan dalam hak-hak asasi manusia yang menjadi dasar
demokrasi.
 Musyawarah (as-syûra): Prinsip musyawarah juga ditemukan dalam Al-Qur'an.
Meskipun kata "musyawarah" mungkin tidak secara eksplisit disebutkan, konsep
berdiskusi, berunding, dan mencari nasihat dalam mengambil keputusan dapat
ditemukan dalam banyak ayat Al-Qur'an. Ini mencerminkan prinsip partisipasi aktif
dalam proses pengambilan keputusan, yang merupakan salah satu ciri utama
demokrasi.

E. Masyarakat Mandani
1. Pengertian Masyarakat Madani
Mayarakat madani dapat didefinisikan sebagai masyarakat yang beradab dalam
membangun, menjalani, dan mamaknai kehidupannya. Masyarakat Madani akan terwujud
apabila suatu masyarakat telah menerapkan prinsip-prinsip demokrasi dengan baik. Dalam
Al-Qur’an, telah dijelaskan tentang umat yang terbaik untuk membentuk peradaban manusia
yang lebih humanis dan toleran, yaitu sebagaimana terdapat dalam QS Ali Imran [3]: 110.

‫ُك ْنُت ْم َخ ْي َر ُأ َّم ٍة ُأ ْخ ِر َج ْت ِل ل َّن ا ِس َت ْأ ُم ُر وَن ِب ا ْل َم ْع ُر و ِف َو َت ْن َه ْو َن َع ِن ا ْل ُم ْن َك ِر َو ُتْؤ ِم ُن وَن ِب ال َّل ِه ۗ َو َل ْو آ َم َن َأ ْه ُل ا ْل ِك َت ا ِب‬


‫َل َك اَن َخ ْيًر ا َل ُه ْم ۚ ِم ْن ُه ُم ا ْل ُم ْؤ ِم ُن وَن َو َأ ْك َث ُر ُه ُم ا ْل َف ا ِس ُق وَن‬
Artinya : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.
Konsep “Masyarakat Madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep “civil
society”. (Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah Anwar Ibrahim dan
dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid.) Pemaknaan civil society sebagai
Masyarakat Madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat Madinah yang dibangun

11
Nabi Muhammad dengan menerapkan Piagam Madinah. Masyarakat Madinah dianggap
sebagai legitimasi historis pembentukan civil society dalam masyarakat muslim modern.

b). Karakteristik Masyarakat Madani


Masyarakat madani memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan masyarakat
pada umumnya, antara lain:
 Terjalin integrasi antar individu dan kelompok secara eksklusif ke dalam
masyarakat dengan melalui aliansi sosial dan juga kontrak sosial.
 Distribusi kekuasaan yang mereta untuk mengurangi dominasi kepentingan
tertentu.
 Adanya program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat secara bersamaan.
 Akses hubungan antara kepentingan individu dan negara untuk partisipasi
aktif dalam pengambilan keputusan.
 Maju dan berkembangnya dalam mengatasi kompleksitas dan persaingan
global.
 Terciptanya loyalitas, kesetiaan, saling menghormati antar individu dan
kelompok.
 Terdapat pembebasan masyarakat dalam berkontribusi melalui kegiatan-
kegiatan dari lembaga sosial dengan berbagai perspektif.
 Memiliki kepercayaan dan keimanan kepada Tuhan. Itu artinya mereka adalah
masyarakat yang memiliki agama dan mengakui keberadaan Tuhan. Selain itu,
mereka juga menempatkan hukum Tuhan sebagai pondasi dalam mengatur
kehidupan.
 Hidup damai dan tentram. Sebab, semua orang yang ada di masyarakat madani
baik itu secara kelompok maupun individu sangat menghormati dan
menghargai pihak lain.

c). Ciri-ciri Mayarakat Madani


 Menjunjung tinggi nilai: Masyarakat madani identik dengan sifatnya yang
beradab. Mereka selalu menjunjung tinggi nilai dan norma serta hukum yang
mereka topang. Semua itu mereka pegang dengan ilmu, iman, dan juga teknologi.
Hal tersebut berarti, masyarakat madani memiliki kehidupan yang berdasarkan
aturan yang sudah berlaku. Mulai dari nilai, hukum, norma, dan lainnya.
 Mempunyai peradaban yang tinggi : Sebagai manusia yang mempunyai keyakinan
serta keimanan yang kuat kepada Tuhan Sang Pencipta, masyarakat madani sudah
membuktikan bahwa mereka adalah masyarakat yang beradab. Dimana mereka
memiliki adab yang baik dan bertata krama. Selain itu, mereka juga mempunyai
tata krama kepada sesama manusia serta Tuhannya.
 Memprioritaskan kesederajatan serta transparansi : Ciri selanjutnya yaitu
masyarakat madani menilai bahwa status mereka itu semuanya sama. Entah itu
perempuan maupun laki-laki. Keterbukaan atau transparansi itu artinya mereka
akan menjalani kehidupan dengan sikap yang jujur dan tidak memerlukan adanya

12
hal-hal yang harus ditutupi. Sehingga hal tersebut akan menumbuhkan rasa saling
percaya antara satu anggota dengan anggota yang lain.
 Ruang publik yang bebas : Ruang publik yang bebas biasanya juga disebut
sebagai free public sphere. Ini merupakan wilayah yang memungkinkan
masyarakat untuk mempunyai hak serta kewajiban warga negara. Dimana mereka
memiliki akses penuh dalam berbagai kegiatan politik, berserikat dan juga
bekerjasama, menyampaikan pendapat yang berbeda, dan juga berkumpul serta
mendapatkan informasi secara luas.
 Supremasi hukum : supremasi hukum artinya kekuasaan tertinggi di dalam hukum
yang berarti bahwa ada jaminan terciptanya keadilan yang bisa diwujudkan. Hal
ini bisa terjadi apabila sebuah negara menempatkan hukum sebagai kekuasaan
tertinggi. Perlu digaris bawahi, bahwa keadilan yang dimaksud dapat terwujud
jika hukum yang ada diberlakukan secara netral. Ini artinya, tidak ada
pengecualian untuk mendapatkan suatu kebenaran atas nama hukum.
 Keadilan sosial : Sebagai anggota masyarakat madani, seperti halnya masyarakat
Indonesia. Kita memiliki beragam bahasa, suku, agama, budaya, etnis, dan
lainnya. Tentu sikap pluralisme harus kita miliki dan juga berkeyakinan bahwa
sebuah kemajemukan akan memberikan nilai positif yang berasal dari Tuhan.
 Partisipasi sosial : Dengan adanya partisipasi sosial yang bersih, maka itu adalah
awal dari terciptanya masyarakat madani. Hal tersebut dapat terjadi jika ada
nuansa yang bisa membuat hak serta kewajiban individu terjaga dengan sangat
baik. Itu artinya, masyarakat madani perlu menyeimbangkan antara hak serta
kewajibannya. Sehingga akan tercipta keadilan sosial seperti yang sudah
disebutkan di atas.
d). Masuknya Masyarakat Madani ke Indonesia
Masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur yang diazaskan kepada prinsip moral
yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat,
yang mana konsep ini merupakan terjemahan istilah dari konsep civil society yang pertama
kali dikemukakan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim selanjutnya dikembangkan oleh Nurcholis
Madjid di Indonesia. Konsep ini menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah
kelompok masyarakat yang memiliki peradaban maju, terinspirasi oleh Piagam Madinah, dan
niali-nilai Islam.
Istilah itu diterjemahkan dari bahasa Arab mujtama’ madani, yang diperkenalkan oleh
Naquib al-Attas, seorang ahli sejarah dan peradaban Islam dari Malaysia, pendiri ISTAC
(Ismail, 2000:180-181). Kata “madani” berarti civil atau civilized (beradab). Madani berarti
juga peradaban, sebagaimana kata Arab lainnya seperti hadlari, tsaqafi atau tamaddun.
Konsep madani bagi orang Arab memang mengacu pada hal-hal yang ideal dalam kehidupan
dalam masyarakat. Selanjutnya Alwi Shihab menjelaskan, kaum Muslim awal menjadi
“khairu 90 ummah” karena mereka menjalankan amar ma’ruf sejalan dengan tuntunan Allah
dan rasul-Nya.
Bila merujuk kepada Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat
sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat militer. Menurut Blakeley dan Suggate (1997),
Masyarakat Madani sering digunakan untuk menjelaskan “the sphere of voluntary activity
which takes place outside of government and the market.”

13
Perumusan konsep Masyarakat Madani menggunakan projecting back theory, yang
berangkat dari sebuah hadits yang mengatakan “Khayr al-Qurun qarni thumma al-ladhi
yalunahu thumma al-ladhi yalunahu”, yaitu dalam menetapkan ukuran baik atau buruknya
perilaku harus dengan merujuk pada kejadian yang terdapat dalam khazanah sejarah masa
awal Islam dan bila tidak ditemukan maka dicari pada sumber normatif al-Qur’an dan Hadits
(Hamim, 2000: 115-127). Civil society yang lahir di Barat diislamkan menjadi Masyarakat
Madani, yaitu suatu masyarakat kota Madinah bentukan Nabi Muhammad SAW. Mereka
mengambil contoh dari data historis Islam yang secara kualitatif dapat dibandingkan dengan
masyarakat ideal dalam konsep civil society. Masyarakat Madani, dalam kehidupan
masyarakat Madinah di bawah Nabi Muhammad SAW yang masyarakatnya tunduk kepada
perjanjian Piagam Madinah.
Dialog dialektis antara Islam dan Barat bersifat aktif, karena sebelumnya Barat telah
melakukan studi perbandingan dengan peradaban Islam ketika mau merumuskan civil
society. Pada waktu itu, Barat sedang dalam cengkeraman pemerintahan otoriter, dan menilai
sistem pemerintahan Nabi Muhammad SAW adalah sangat baik. Pengaruh Islam dalam civil
society sudah dijelaskan C.G. Weeramantry dan M. Hidayatullah dalam bukunya Islamic
Jurisprudence: An International Perspective (1988). Menurutnya, pemikiran John Locke dan
Rousseau tentang teori kedaulatan (sovereignty) mendapatkan pengaruh dari pemikiran
Islam. Locke ketika menjadi mahasiswa Oxford sangat frustasi dengan disiplinnya, dan lebih
tertarik mengikuti ceramah dan kuliah Edward Pococke, profesor studi tentang Arab.
Kemudian perhatian pemikiran Locke mengenai problem-problem tentang pemerintahan,
kekuasaan, dan kebebasan individu (Azizi, 2000: 94)
e). Kendala Mewujudkan Mayarakat Madani
Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan Masyarakat Madani di
Indonesia, antara lain:
 Rendahnya pendidikan di kalangan umat Islam yang merupakan mayoritas.
 Kondisi ekonomi dan kesejahteraan umat yang belum merata.
 Manajemen Zakat dan Wakaf yang perlu ditingkatkan.
 Kurangnya pemahaman politik masyarakat.
 Tantangan ekonomi pasca krisis moneter.
 Tingginya angka pengangguran.
 Masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan penanganan TKI yang belum
optimal.
 Kondisi sosial politik pasca reformasi.
 Masih terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme di pemerintah.

f). Strategi Mewujudkan Masyarakat Madani


Untuk mewujudkan masyarakat madani, beberapa strategi yang dapat ditempuh meliputi:
 Mendorong kesadaran umat Islam tentang integrasi nasional dan politik.
 Reformasi sistem politik dan perekonomian dengan menekankan demokratisasi
dan kesejahteraan ekonomi.
 Memfokuskan pada pendidikan politik dan penyadaran politik warga negara,
terutama di kalangan kelas menengah.
g). Peran Umat Islam dalam mewujudkan Masyarakat Madani

14
Peran umat Islam dalam mewujudkan masyarakat madani melibatkan beberapa aspek,
seperti:
 Melakukan pembenahan kedalam tubuh umat Islam untuk menghapus
kemiskinan.
 Menciptakan keadilan sosial dan demokrasi.
 Merangsang tumbuhnya para intelektual.
 Mewujudkan tata sosial politik yang demokratis dan sistem ekonomi yang adil.
 Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan pendapatan dan
pendidikan rakyat.
 Sebagai advokasi bagi masyarakt yang “teraniaya”, tidak berdaya membela hak-
hak dan kepentingan mereka (masyarakat yang terkena pengangguran, kelompok
buruh, TKI, TKW yang digaji atau di PHK secara sepihak, di siksa bahkan di
bunuh oleh majikannya dan lainlain).
 Sebagai kontrol terhadap negara.
 Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok penekan (pressure
group) dalam rangka menegakkan kebenaran dan keadilan.

F. Kontribusi Umat Islam Dalam Perpolitikan Nasional


Kontribusi Umat Islam dalam Perpolitikan Nasional tidak bisa dipandang sebelah mata.
Di setiap masa dalam kondisi perpolitikan bangsa ini, Islam selalu punya pengaruh yang
besar. Sejak bangsa ini belum bernama Indonesia, yaitu era berdirinya kerajaan-kerajaan
hingga saat ini, pengaruh perpolitikan bangsa kita tidak lepas dari pengaruh umat Islam.
Salah satu penyebabnya adalah karena umat Islam menjadi penduduk mayoritas bangsa ini.
Selain itu, dalam ajaran Islam sangat dianjurkan agar penganutnya senantiasa memberikan
kontribusi sebesar-besarnya bagi bangsa, bahkan dunia. Penguasaan wilayah politik menjadi
sarana penting bagi umat Islam agar bisa memberikan kontribusi bagi bangsa ini. Sekarang
mari kita amati kontribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional di setiap era/ masa bangsa
ini:
 Era Prakerajaan
Sejarah politik Indonesia dimulai jauh sebelum pembentukan negara Indonesia
modern. Pada masa prakerajaan, beberapa kerajaan dan negara kota telah muncul di
kepulauan nusantara. Islam pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M, dan
dengan cepat menyebar ke berbagai wilayah. Meskipun dalam bentuk yang berbeda-
beda, Islam memberikan pengaruh yang kuat dalam pembentukan politik lokal. Salah
satu contohnya adalah kerajaan-kerajaan Islam di Sumatra, seperti Kerajaan Aceh dan
Kerajaan Malaka, yang mengontrol perdagangan penting di selat Malaka.
 Masa Penjajahan
Selama masa penjajahan, pengaruh umat Islam dalam perpolitikan nasional semakin
kuat. Pada awal abad ke-20, gerakan-gerakan nasionalis yang dipimpin oleh para
intelektual dan pemimpin Islam mulai muncul. Gerakan ini menentang penjajahan
Belanda dan berusaha untuk mendapatkan kemerdekaan. Salah satu tokoh penting dalam
gerakan ini adalah Haji Agus Salim, seorang politikus dan ulama yang menjadi diplomat
utama Indonesia dalam perundingan kemerdekaan.

15
 Era Kemerdekaan
Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 merupakan tonggak penting dalam sejarah
perpolitikan nasional. Umat Islam memainkan peran kunci dalam perjuangan untuk
meraih kemerdekaan. Salah satu momen paling bersejarah adalah penulisan Pancasila,
dasar negara Indonesia, yang mencerminkan nilai-nilai Islam dan budaya Indonesia. Pada
masa ini, banyak pemimpin nasional seperti Mohammad Hatta dan Mohammad Natsir
adalah tokoh-tokoh Muslim yang berperan penting dalam membentuk konstitusi dan
struktur pemerintahan.
 Orde Lama
Selama era Orde Lama yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, Islam terus menjadi
faktor penting dalam politik nasional. Soekarno mengusung gagasan Nasakom
(Nasionalisme, Agama, Komunisme), yang menggabungkan tiga elemen ini dalam
pemikiran politiknya. Namun, semakin mendekati akhir masa pemerintahannya,
ketegangan antara kelompok-kelompok ini semakin meningkat, dan rezim Orde Lama
akhirnya jatuh pada tahun 1966.
 Orde Baru
Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto adalah era yang berbeda dalam
sejarah politik Indonesia. Selama masa ini, pemerintah lebih mengontrol peran agama
dalam politik dan mengharuskan organisasi-organisasi Islam untuk tunduk pada aturan
yang lebih ketat. Namun, ini juga adalah masa pertumbuhan ekonomi yang pesat, yang
memberikan dampak positif pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, termasuk umat
Islam.
 Era Reformasi
Era Reformasi dimulai pada tahun 1998 setelah jatuhnya rezim Orde Baru. Era ini
menghadirkan perubahan besar dalam politik Indonesia, termasuk dalam peran umat
Islam. Organisasi-organisasi Islam yang sebelumnya dilarang atau dibatasi mulai
mendapatkan kebebasan lebih besar dalam berpartisipasi dalam politik. Pada tahun 2001,
Indonesia juga mengakui syariat Islam sebagai sumber hukum.
 Dampak Sosial dan Budaya
Kontribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional juga memiliki dampak sosial dan
budaya yang signifikan. Nilai-nilai Islam seperti keadilan, persamaan, dan musyawarah
telah membentuk budaya politik Indonesia. Selain itu, pengaruh Islam terlihat dalam seni,
pendidikan, dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Peningkatan partisipasi politik umat
Islam juga telah membuka ruang bagi perubahan sosial, termasuk dalam hal hak-hak
perempuan dan isu-isu sosial lainnya.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Politik Islam dan konsep Masyarakat Madani memiliki peran penting dalam membangun
sistem politik yang mencerminkan nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, dan keadilan. Politik
Islam berakar pada prinsip-prinsip Islam, seperti keadilan sosial, kedaulatan, kepentingan
umat, dan partisipasi demokratis. Prinsip-prinsip ini mencakup kedaulatan Allah,
musyawarah, persamaan, hak asasi manusia, dan kemaslahatan umat. Politik Islam
mendorong pembentukan sistem politik yang demokratis dan adil, sesuai dengan nilai-nilai
Islam.
Konsep Masyarakat Madani, yang diambil dari sejarah awal Islam di Madinah, menjadi
pandangan yang positif dalam membangun masyarakat yang beradab, berkeadilan, dan
menghormati hak asasi manusia. Dalam konteks Islam, hak asasi manusia diakui dan
dilindungi tanpa diskriminasi, mencakup hak-hak seperti kebebasan beragama, persamaan,
dan partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan.
Politik Islam menawarkan kerangka kerja yang mendukung pembangunan sistem politik
yang mencerminkan nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, dan keadilan, serta mempromosikan
konsep Masyarakat Madani untuk mencapai masyarakat yang beradab dan menghormati hak
asasi manusia. Islam mengajarkan nilai-nilai demokrasi dalam bentuk musyawarah (syura)
dan prinsip-prinsip seperti keadilan, persamaan, dan partisipasi aktif dalam pengambilan
keputusan. Perkembangan perpolitikan di Indonesia selalu mencerminkan peran umat Islam.
Mereka berperan aktif dalam perjuangan kemerdekaan, membentuk dasar negara Pancasila
yang mencerminkan nilai-nilai Islam, dan memainkan peran penting dalam politik nasional
pada era Orde Lama, Orde Baru, dan era Reformasi.

17
Meskipun begitu, masih ada tantangan dalam mewujudkan konsep Masyarakat Madani di
Indonesia. Rendahnya pendidikan, ketidakmerataan ekonomi, masalah sosial, dan kurangnya
pemahaman politik adalah kendala yang perlu diatasi. Strategi untuk mewujudkan
Masyarakat Madani melibatkan kesadaran umat Islam, reformasi politik dan ekonomi,
pendidikan politik, serta partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian,
peran umat Islam dalam perpolitikan nasional Indonesia telah membentuk sejarah dan budaya
bangsa ini, dan peran mereka dalam menjaga nilai-nilai demokrasi, keadilan, dan
kesejahteraan adalah bagian integral dari perjalanan Indonesia sebagai negara yang inklusif
dan berbudaya demokratis.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Yusuf Al-Qardhawi, Tarbiyah Politik Hasan Al-banna : Referensi Gerakan Dakwah di
Kancah politik, Jakarta : Arah Press, 2007
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18257/1/HAFIZ-FUF.pdf
https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/politea/announcement/view/85
chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://eprints.ums.ac.id/20812/2/
BAB_I.pdf
chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://etheses.uinsgd.ac.id/
53288/1/Sofa%20Nuraeni%20-%201193030092%20-%20UAS%20LLI%20-
%20HTN%206%20B_1.pdf
https://www.academia.edu/28998183/
HUKUM_ISLAM_DAN_KONTRIBUSI_UMAT_ISLAM_INDONESIA_docx
https://petita.ar-raniry.ac.id/index.php/petita/article/view/59
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Yudisia/article/view/690
http://ejournal.kopertais4.or.id/pantura/index.php/qura/article/view/2204
https://www.darunnajah.ac.id/demokrasi-dalam-pandangan-islam/#:~:text=Menurut
%20beliau%20Islam%20tidak%20menerima,kekuasaan%20tersebut%20merupakan
%20wewenang%20Allah.
https://www.gramedia.com/literasi/masyarakat-madani/

18
chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://spada.uns.ac.id/
pluginfile.php/686137/mod_resource/content/1/Makalah%20BAB%209%20Buku
%20UNS.pdf
chrome-extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://media.neliti.com/media/
publications/11298-ID-pemahaman-politik-islam-studi-tentang-wawasan-pengurus-
dan-simpatisan-partai-pol.pdf
https://pa-purworejo.go.id/berita/artikel-peradilan/180-konsep-keadilan-menurut-al-
quran#:~:text=Keadilan%20merupakan%20suatu%20ciri%20utama,ketakwaan
%20dari%20setiap%20mukmin%20tersebut.
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tamaddun/article/view/2552/1833
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/view/2591

19

Anda mungkin juga menyukai