Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Dede Apriansyah


………………………………………………………………………………………..

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 020610514


………………………………………………………………………………………..

Kode/Nama Mata Kuliah : MKDU4111/ Pendidikan Kewarganegaraan


………………………………………………………………………………………..

Kode/Nama UPBJJ : 16/PEKANBARU


………………………………………………………………………………………..

Masa Ujian : 2019/20.2 (2020.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN SOAL
1. Di dalam menghadapi, era globalisasi sebagai suatu tantangan dan sekaligus peluang yang
harus diraih berpijak pada budaya bangsa. Sebagai bangsa Indonesia kita tidak boleh tercabut
dari akar budaya bangsa yaitu Pancasila. Budaya Pancasila itulah yang menjadi jati diri bangsa
Indonesia yang menentukan cara berpikir, cara bersikap, dan cara berbuat kita di dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam menghadapi tantangan globalisasi.
Di era globalisasi yang penuh dengan peluang dan tantangan, Pancasila masih relevan bagi
bangsa Indonesia, baik sebagai ideologi negara maupun sebagai dasar negara. Sebagai ideologi
negara, Pancasila akan menjadi sistem nilai bagi Bangsa Indonesia dalam menghadapi arus
globalisasi yang penuh dengan muatan ideologi liberalisme dan kapitalisme. Ideologi Pancasila
sangat cocok dengan karakteristik budaya bangsa Indonesia yang heterogen, plural, dan
beranekaragam kultur. Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakekat sifat kodrat manusia
sebagai makhluk sosial dan individu. Inilah yang membedakan dan menjadi keunggulan
ideologi Pancasila dibandingkan dengan ideologi-ideologi lain di dunia. Sebagai dasar negara,
Pancasila merefleksikan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang sangat
komplek sehingga dapat terwadahi dalam kerangka Pancasila sebagai dasar negara. Dan
dihadapkan pada nilai-nilai global Barat yang muncul di era globalisasi, sila-sila Pancasila
merupakan “filter” yang dapat menjadi “penjaring” dan “penyaring” bagi masyarakat
Indonesia dalam menghadapi arus globalisasi. Nilai-nilai Pancasila seperti ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan merupakan pilar-pilar penting dalam
membentengi masyarakat Indonesia di tengah serangan nilai-nilai universal yang berasal dari
Barat akibat arus globalisasi. Ideologi Pancasila tetap bisa bersaing dengan ideologi-ideologi
lain di dunia ini karena memiliki sejumlah keunggulan yang tidak ditemukan dalam ideologi
lain. Ideologi Pancasila tetap mampu bersaing, mampu kompetitif menjawab perubahan zaman,
walaupun Indonesia diserbu nilai-nilai asing di era globalisasi.
2. Ada beberapa prinsip dalam demokrasi yang menjadi landasan moralitas dalam pemerintahan,
yaitu sebagai berikut.
a. Demokrasi berlandaskan pada keyakinan nilai dan martabat manusia (worth ang dignity of
man). Kebenaran mempunyai landasan kebaikan, dan kebaikan adalah sesuatu yang bernilai
bagi manusia. Oleh karena manusia sebagai pribadi punya keyakinan diri, intelegensi,
diskriminasi etis, apresiasi estetika dan karakteristik lainnya maka ia merupakan tujuan dari
nilai. Manusia memiliki suatu kadar transendental karena ia hidup di mana alam dan jiwa bisa
menyatu.
b. Demokrasi mengandung prinsip adanya kebebasan manusia karena sifat dan nilai manusia.
Manusia bebas berpikir mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Sekalipun kebebasan
merupakan titik fokus dari demokrasi itu, namun tidak bersifat absolut. Ia mempunyai batas,
yaitu tanpa mengganggu kepentingan orang lain. Oleh karena itu, harus ada kontrol.
Kebebasan tanpa kendali dapat menimbulkan ekses konflik dalam masyarakat.
c. Dalam demokrasi disyaratkan adanya aturan hukum (rule of law). Manusia mempunyai
kebebasan dan dapat menjalankan kebebasan itu, apabila kebebasan itu tanpa menganggu
kepentingan orang lain. Demokrasi berada di antara anarkhis dan tirani. Tujuannya adalah
keadilan, pemberian yang sepadan kepada setiap orang sesuai dengan hah-haknya. Sekalipun
keadilan itu relatif, manakala ia dituangkan dalam aturan hukum yang digariskan secara jelas,
masuk akal, dan manusiawi niscaya masyarakat akan mendukung hukum tersebut, hukum
yang bersifat semena-mena. Demokrasi didasarkan pada keadilan. Dalam demokrasi dijamin
adanya kontrol, hal ini untuk menghindarkan adanya penyalahgunaan wewenang pentingnya
kontrol masyarakat (Rakyat) atas berbagai kebijakan agar tidak terjadi penyalahgunaan dan
penyelewengan yang dapat merugikan.
d. Demokrasi harus menuju kepada perbaikan dan kemajuan. Hal ini berkaitan dengan konsep
kesejahteraan umum yang secara eksplisit dinyatakan dalam konstitusi negara. Demokrasi
mengandaikan bahwa melalui sarana-sarana yang ada keadaan akan menjadi lebih baik dan
masyarakat memikul tanggung jawab untuk mencapai tujuan itu. Inilah prinsip perbaikan atau
kemajuan. Demokrasi melangkah dari apa yang ada menuju apa yang seharusnya. Ketika
suatu perbaikan dan peningkatan tercapai, ada kepastian bahwa hasil itu untuk semua.
e. Dalam demokrasi dituntut adanya konsep persamaan (equality). Prinsip persamaan menjebol
benteng kelas, agama, ras, dan etnik, keyakinan akan persamaan muncul dari kenyataan
bahwa meskipun memiliki perbedaan, namun mempunyai kewajiban dan hak yang sama
dalam hukum dan pemerintahan.
3. Dalam upaya membentuk karakter bangsa yang bermartabat, peran ilmu pendidikan sangat
penting, karena dalam ilmu pendidikan kita dapat menemukan banyak konsep maupun teori
pendidikan yang dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan seluruh potensi kemanusiaan
termasuk karakter atau wataknya. Menurut Plato, pendidikan adalah alat pembentukan
karakter, baik bagi para penjaga maupun bagi seluruh warga negara.Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa.
4. Sebenarnya tujuan utama dari kebijakakan otonomi daerah adalah, pertama membebaskan
pemerintah pusat dari beban-beban yang tidak perlu dalam menangai urusan domestik,
sehingga ia berkesempatan untuk mempelajari, memahami, merespons berbagai
kecenderongan global dan mengambil mamfaat dari padanya., pemerintah pusat diharapkan
lebih mampu berkonsentrasi pada perumusan kebijakan makro nasional yang bersifat strategis.
Kedua dengan adanya otonomi daerah, maka pemerimtah daerah mendapat kewenangan lebih
dari pemerintah pusat, maka daerah akan mengalami proses pembelajaran dan pemberdayaan
yang signifikan. Kemampuan prakarsa dan kreativitas mereka akan terpacu, sehingga
kapabilitas dalam mengatasi berbagai masalah domistik akan semakin kuat. Jadi Pemerintah
Daerah dalam hal ini harus cepat tanggap dan punya kesanggupan dan inovatif dalam
membanguan daerah sendiri.
5. a). Politik Bebas Aktif
Konsep politik luar negeri yang digunakan oleh negara Indonesia adalah politik bebas aktif.
Bebas dalam arti bebas menentukan sikap ke masalah-masalah internasional dan lepas dari
pengaruh blok timur dengan paham komunisnya dan blok barat dengan paham
liberalnya.Sedangkan arti kata aktif adalah selalu aktif dalam membina perdamaian dunia
internasional. Tindakan yang dilakukan Indonesia untuk mewujudkan teori bebas aktifnya,
diantaranya adalah:
o Sebagai Penyelenggara Konferensi Asia-Afrika atau KAA pada Tahun 1955. KOnferensi
ini kemudian menghasilkan deklarasi bandung. Konferensi ini dihadiri oleh banyak negara
Asia-Afrika yang merasa senasib.
o Sebagai salah satu pendiri Gerakan Non Blok atau GNB pada Tahun 1961. Gerakan ini
muncul untuk meredakan ketegangan yang ada diantara blok timur (Paham Komunis) dan
blok barat (Paham Liberal) yang berbeda pemikiran.
o Aktif ikut mendirikan Asociation of South East Asian Nation atau ASEAN yang
merupakan organisasi politik diantara negara-negara Asia Tenggara.
o Ikut menyelesaikan konflik di Kamboja, perang saudara di Bosnia, pertikaian antara
pemerintah Filipina dan Bangsa Moro.
b). Dwi Fungsi ABRI
Dwifungsi adalah doktrin yang diterapkan oleh Pemerintahan Orde Baru yang menyebutkan
bahwa ABRI memiliki dua tugas, yaitu pertama menjaga keamanan dan ketertiban negara dan
kedua memegang kekuasaan dan mengatur negara.Doktrin ini dijadikan alasan atas besarnya
peranan ABRI di bidang sosial dan politik pada masa pemerintahan Presiden Suharto atau
masa Orde Baru. Dwifungsi menjadi ideologi ABRI pada masa Orde Baru, seiring dengan
naiknya Jenderal Soeharto sebagai presiden Indonesia, setelah terjadinya peristiwa Gerakan 30
September. Doktrin Dwifungsi ini diformulasikan oleh Sekolah Komando Angkatan Darat
(Seskoad), dengan judul “Kontribusi Angkatan Darat dari Ide untuk Kabinet Ampera". Ini
memiliki dua bagian:
1. Rencana untuk stabilisasi politik
2. Rencana untuk stabilisasi ekonom

Anda mungkin juga menyukai