Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN


DALAM PERMUSYAWARATAN DAN PERWAKILAN”

NAMA :

1. Muhamad. Alfaikar Mokoagow

2. Asra Mahmud

3. Arif Rahman Yusuf

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI SIPIL
UNIVERSITAS GORONTALO
2020
BAB I

PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Sebagai warga negara yang baik, setia kepada nusa dan bangsa, seharusnyalah
mempelajari dan menghayati pandangan hidup bangsa yang sekaligus sebagai dasar filsafat
negara, seterusnya untuk diamalkan dan dipertahankan. Pancasila selalu menjadi pegangan
bersama bangsa Indonesia, baik ketika negara dalam kondisi yang aman maupun dalam kondisi
negara yang terancam. Hal itu tebukti dalam sejarah dimana pancasila selalu menjadi pegangan
ketika terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa indonesia.

Pancasila merupakan cerminanri karakter bangsa dan neg indonesia yang beragam.
Semua itu dapat diterlihat dari fungsi dan kedudukan pancasila, yakni sebagai; jiwa bangsa
indonesia, keribadian bangsa, pandangan hidup bangsa, sarana tujuan hidup bangsa indonesia,
dan pedoman hidup bangsa indonesia.

Oleh karena itu, penerapan pancasila dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara sangat penting dan mendasar oleh setiap warga negara, dalam segala aspek kenegaraan
dan hukum di Indonesia. Pengamalan pancasila yang baik akan mempermudah terwujudnya
tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa makna pancasila sila keempat?

2. Apa pengertian dari demokrasi?

3. Apa saja nilai-nilai yang terkandung pada demokrasi?

4. Bagaimana pengamalan pancasila sila keempat dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan

1. Untuk memahami dan mengetahui apa makna dari pancasila, terutama sila ke-4.

2. Untuk mempelajari nilai-nilai yang terkandung pada demokrasi.

3. Untuk menerapkan sila ke-4 dan demokrasi pada kehidupan sehari-hari.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat dalam Permusyawaratan Perwakilan

Nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan ini didasari oleh sila pertama, kedua, ketiga, dan kelima.
Nilai filosofi yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara sebagai penjelmaan dari
sifat kodrat manusia ssebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa yang bersatu yang bertujuan
mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah negara. Negara adalah dari, oleh
dan untuk rakyat. Oleh karena itu rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara. Sila ke-4
sangat berkaitan dengan demokrasi, jika kita membahas tentang pancasila sila ke-4, maka kita
akan membahas dan mempelajari tentang demokrasi.

Sila kerakyatan mengandung nilai demokrasi secara mutlak yang harus dilaksanakan
dalam kehidupan bernegara. Nilai-nilai sila ke-4 yang terkandung antara lain:

1) Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggungjawab baik terhadap masyarakat
bangsa maupun secara moral terhada Tuhan yang Maha Esa.

2) Menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.

3) Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.

4) Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, agama, karena perbedaan adalah
merupakan suatu bawaan korat manusia.

5) Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap diri individu, kelompok, ras, suku,
maupun agama.

6) Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan yang beradab.

7) Menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang beradab.

8) Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan sosial agar tercapainya tujuan
bersama.
B. Pengertian demokrasi

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak
setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi
mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam
perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial,
ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan
setara.

Kata ini berasal dari bahasa Yunani (dēmokratía) "kekuasaan rakyat", yang terbentuk dari
(dêmos) "rakyat" dan (kratos) "kekuatan" atau "kekuasaan". Pada abad ke-5 SM untuk menyebut
sistem politik negara-kota Yunani, salah satunya Athena; kata ini merupakan antonim dari
(aristocratie) "kekuasaan elit". Secara teoretis, kedua definisi tersebut saling bertentangan,
namun kenyataannya sudah tidak jelas lagi. Sistem politik Athena Klasik, misalnya, memberikan
kewarganegaraan demokratis kepada pria elit yang bebas dan tidak menyertakan budak dan
wanita dalam partisipasi politik. Di semua pemerintahan demokrasi sepanjang sejarah kuno dan
modern, kewarganegaraan demokratis tetap ditempati kaum elit sampai semua penduduk dewasa
di sebagian besar negara demokrasi modern benar-benar bebas setelah perjuangan gerakan hak
suara pada abad ke-19 dan 20. Kata demokrasi (democracy) sendiri sudah ada sejak abad ke-16
dan berasal dari bahasa Perancis Pertengahan dan Latin Pertengahan lama.

Suatu pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan yang kekuasaannya


dipegang satu orang, seperti monarki, atau sekelompok kecil, seperti oligarki. Apapun itu,
perbedaan-perbedaan yang berasal dari filosofi Yunani ini sekarang tampak ambigu karena
beberapa pemerintahan kontemporer mencampur aduk elemen-elemen demokrasi, oligarki, dan
monarki. Karl Popper mendefinisikan demokrasi sebagai sesuatu yang berbeda dengan
kediktatoran atau tirani, sehingga berfokus pada kesempatan bagi rakyat untuk mengendalikan
para pemimpinnya dan menggulingkan mereka tanpa perlu melakukan revolusi.

Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya menjelaskan
cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi yang pertama adalah
demokrasi langsung, yaitu semua warga negara berpartisipasi langsung dan aktif dalam
pengambilan keputusan pemerintahan. Di kebanyakan negara demokrasi modern, seluruh rakyat
masih merupakan satu kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya dijalankan secara tidak
langsung melalui perwakilan; ini disebut demokrasi perwakilan. Konsep demokrasi perwakilan
muncul dari ide-ide dan institusi yang berkembang pada Abad Pertengahan Eropa, Era
Pencerahan, dan Revolusi Amerika Serikat dan Perancis.

C. Nilai dan Butir – Butir Demokrasi

Nilai yang terkandung dalam sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam  permusyawaratan/perwakilan didasari oleh sila ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, serta persatuan Indonesia, dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan
Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai filosofis yang terkandung didalamnya adalah bahwa
hakikat negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Hakikat rakyat adalah merupakan sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan
yang Maha Esa yang bersatu yang bertujuan muwujudkan harkat dan martabat manusia dalam
suatu wilayah negara. Rakyat adalah merupakan subjek pendukung pokok negara. Negara adalah
dari, oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan
negara. Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus
dilaksanakan dalam hidup negara. Maka nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam sila
keempat adalah :

•Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap masyarakat
bangsa maupun secara moral terhadapTuhan yang Maha Esa.

•Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.

•Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.

•Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama, karena perbedaan adalah
merupakan suatu bawaan kodrat manusia.

•Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras, suku,
maupun agama.
•Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerjasama kemanusiaan yang beradab.

•Menjunjung tinggi atas musyawarah, sebagai moral kemanusiaan yang beradab.

•Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan sosial agar tercapainya tujuan
bersama.

Butir-butir Demokrasi: 

•Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan,
hak dan kewajiban yang sama.

•Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

•Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

•Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

•Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.

•Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.

•Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.

•Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

•Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepadaTuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

•Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan


pemusyawaratan.

D. Pengamalan Demokrasi dalam Kehidupan sehari

Jika berkata mengenai pengamalan, maka kita harus melakukannya dan menerapkannya
kedalam kehidupan sehari-hari kita. Agar apa yang kita pelajari mengenai sila ke-4 dapat
berguna dalam keadaan nyata dan real di lingkungan kita. Inilah pengamalan sila ke-4 dan
demokrasi dalam ke hidupan sehari-hari.

1) Sebagai warga negara dan warga-masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama dalam.

2) Keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlabih dahulu diadakan musyawarah, dan
keputusan musyawarah diusahakan secara mufakat, diliputi oleh semangat kekeluargaan.

3) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah dan


melaksanakannya dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab.

4) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan hati nurani yang luhur, dengan mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat, serta tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

5) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Setelah mempelajari sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat dalam


Permusyawaratan/ Perwakilan, kita dapat mengetahui makna pancasila khusunya sila
Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Pancasila
bukan hanya sebagai simbol persatuan dan kebanggan bangsa. Tetapi, pancasila adalah acuan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, kita wajib
mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Tingkah laku sehari-hari kita
harus mencermin pada nilai-nilai luhur pancasila. Selain dalam kehidupan sehari-hari kita
sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan juga harus mengamalkan pelaksanaan Pancasila,
berupa pelaksanaan butir-butir Pancasila yang sangat diperlukan bagi seorang tenaga
kesehatan khususnya bagi seorang bidan. Dengan pelaksanaan tersebut, bidan dapat
bertindak seorang yang profesional dan sebagai warga negara yang baik dan benar.

B. Saran

Dewasa ini pengamalan Pancasila semakin memudar terlebih lagi di era globalisasi,
sehingga mengancam mental dan kepribadian bangsa Indonesia. Hal ini harus segera ditangani
dengan cara meningkatkan penanaman pengamalan Pancasila melalui pendidikan yang
seutuhnya, jadi tidak sebatas teori tetapi juga diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
itu, perlu adanya kesadaran dari setiap warga negara akan pentingya pengamalan pancasila dan
mempertahankannya. Khusus sila ke-4, Masyarakat sebaiknya perlu menanam diri dengan nilai-
nilai demokrasi, toleransi dan menghargai pendapat orang lain saat pada musyawarah agar
menemukan mufakat dan para pengemukakan pendapat saling menerima keputusan bersama dari
musyawarah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai