UNIVERSITAS TERBUKA JAWABAN SOAL Yang mendasari kasus sengketa lahan di atas akibat tidak tertibnya adminitrasi pertanahan. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi terkait pentingnya sertifikat tanah. Badan Pertanahan Nasional harus ada program dalam upaya sertipikasi nasional dan catur tertib pertanahan. Lewat cara ini, bisa mencegah sertifikat ganda, sertifikat fiktif, dan sengketa pertanahan lainnya. Pemahaman lama dari masyarakat umum terhadap Letter C dan D ataupun girik sebagai tanda bukti kepemilikan hak atas tanah sudah tidak relevan lagi. 113 Setelah UUPA terbentuk dan Peraturan Nomor 10 Tahun 1961 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dijalankan, hanya Sertipikat Hak atas Tanah yang diakui dalam hukum agraria Indonesia sebagai tanda bukti hak atas tanah. Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah menyatakan : Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan. Dengan demikian secara yuridis formil Letter C dan D ataupun Girik tidak lagi diakui oleh Badan Pertanahan nasional secara umum dan Kantor Pertanahan setempat secara khusus sebagai tanda bukti hak atas tanah. Sehingga Letter C dan D ataupun Girik tidak memiliki kekuatan hukum sebagai bukti kepemilikan atas tanah yang sah. Pihak Kantor Pertanahan juga menyatakan bahwa hal serupa telah ditegaskan kembali dalam UU Nomor 12 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan bangunan yang menyebutkan bahwa yang dikenal sebagai Letter C dan D ataupun Girik hanya merupakan surat keterangan pembayaran atau pelunasan pajak bumi dan bangunan dan bukan sebagai bukti kepemilikan hak atas tanah.