Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN INDIVIDUAL HASIL OBSERVASI MAGANG DALAM

RANGKA PRAKTIK KEMAHIRAN HUKUM (PKH) SEMESTER (IV) DI

PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

JUDUL:

HASIL ANALISIS PUTUSAN NOMOR: 12/PLW/2018/PTUN.DPS PADA

PENGADILAN TATA USAHA NEGARA DENPASAR

Disusun oleh:

Nama : Ida Bagus Dwija Putra

NPM : 202010121029

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hasil Analisis Putusan Nomor: 12/PLW/ 2018/

PTUN.DPS pada Pengadilan Tata Usaha Negara

Denpasar

Nama Penulis : Ida Bagus Dwija Putra

Nomor Pokok Mahasiswa : 202010121029

Program Studi : Ilmu Hukum

Dosem Pembimbing,

Ni Made Sukaryati Karma, S.H., M.H.

NIP. 230330129

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan individual

hasil observasi magang dalam rangka Praktik Kemahiran Hukum (PKH) semester

(IV) di Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar yang berjudul “Hasil Analisis

Putusan Nomor: 12/PLW/2018/PTUN.DPS pada Pengadilan Tata Usaha Negara

Denpasar” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas

individual hasil observasi magang dalam rangka Praktik Kemahiran Hukum

(PKH) semester (IV) di Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar. Selain itu,

laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga

bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi

sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini.

Saya menyadari, laporan yang saya tulis ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan

demi kesempurnaan laporan ini

Denpasar, 10 Mei 2022

Ida Bagus Dwija Putra

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang 1

BAB II

PEMBAHASAN...................................................................................................11

2.1 Informasi Para Pihak 11

2.2 Penjelasan tentang Duduknya Perkara 12

2.3 Pertimbangan Hukum 35

2.4 Putusan Majelis Hakim 45

BAB III

PENUTUP.............................................................................................................47

3.1 Kesimpulan 47

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup baik manusia,

hewan, atau tumbuh-tumbuhan. Manusia hidup dan tinggal di atas tanah dan

memanfaatkan tanah untuk sumber kehidupan dengan menanam tumbuh-

tumbuhan yang menghasilkan makanan. Mengingat begitu pentingnya tanah

karena dapat menghasilkan sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi

orang banyak maka perlu diatur oleh pemerintah. Tanah merupakan modal

dasar pembangunan, dalam kehidupan masyarakat pada umumnya

menggantungkan kehidupannya pada manfaat tanah dan memiliki hubungan

yang bersifat abadi dengan negara dan rakyat.

Pada dasarnya masalah tanah adalah sangat aktual bagi manusia dimana

saja, terutama dalam masa pembangunan, karena tanah merupakan faktor

penting yang berpengaruh pada jalannya pembangunan. Tanah juga

mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, ada pertalian yang sangat

erat antara hubungan manusia dengan tanah, yaitu sebagai tempat tinggal dan

sebagai sumber kelangsungan hidup manusia. Tanah kerap melahirkan

permasalahan yang tidak sederhana, baik permasalahan yang timbul dalam

bidang-bidang sosial, ekonomi, politik, hukum, atau bidang-bidang lainnya.

Didalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, disebutkan bahwa:

“bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai

oleh negara dan dipergunakan ntuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”

1
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan atas tanah bagi kepentingan

masyarakat, dan dalam rangka memberikan perlindungan dan jaminan

kepastian hukum terhadap hak-hak warga negaranya baik hak perseorangan

maupun publik atas tanah dan rumah, pemerintah telah menekankan

pentingnya pendaftaran hak atas tanah, serta pengurusan izin mendirikan

bangunan, maka diperlukanlah suatu aturan untuk menjamin kepastian dan

perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah, agar dalam pemanfaatan

atau penggunaan tanah terjadi suatu keteraturan.

Untuk mengatur mengenai tanah tersebut telah dibentuk Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar-Dasar Pokok Agraria (UUPA)

dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Untuk menjamin kepastian dan perlindungan hukum terhadap pemegang

hak atas tanah, maka pemerintah menyediakan suatu lembaga baru yang

dahulunya tidak dikenal dalam hukum adat, yaitu lembaga pendaftaran.

Pendaftaran tanah dilakukan sangat berguna bagi pemegang hak atas tanah

terutama untuk memperoleh bukti kepemilikan hak dengan dikeluarkannya

sertifikat hak atas tanah yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

Dalam rangka menjamin kepastian hak dan kepastian hukum atas tanah,

UUPA telah menggariskan adanya keharusan untuk melaksanakan pendaftaran

tanah di seluruh Indonesia, sebagaimana diamanatkan Pasal 19 UUPA. Pasal

tersebut mencantumkan ketentuan-ketentuan umum dari pendaftaran tanah di

Indonesia, yaitu:

2
1. Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan

pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut

ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2. Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) Pasal ini, meliputi:

a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah.

b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.

c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat.

3. Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan negara

dan masyarakat, keperluan lalu lintas sosial ekonomi serta

kemungkinan penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri

Agraria.

4. Dalam peraturan pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan

dengan pendaftaran termaksud dalam ayat (1) diatas, dengan ketentuan

bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-

biaya tersebut.

Ketentuan dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA tersebut merupakan ketentuan

yang ditujukan kepada pemerintah untuk menyelenggarakan pendaftaran tanah

di seluruh Indonesia, yang sekaligus juga merupakan dasar hukum bagi

pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka memperoleh surat tanda bukti

hak atas tanah yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

Demikian halnya dengan setiap peralihan dan hapusnya pembebanan hak-

hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam

Pasal 19 dan Pasal 32 ayat (1) UUPA, Hak Guna Usaha termasuk syarat-

3
syarat pemberiannya, bahwa setiap peralihan dan penghapusan hak tersebut,

harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal tersebut diatas. Untuk menindak lanjuti hal tersebut, telah

dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran

Tanah.

Dalam kenyataannya pendaftaran tanah yang diselenggarakan berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah

tersebut selama lebih dari 30 Tahun belum cukup memberikan hasil yang

memuaskan. Dan pada Tanggal 8 Juli 1997 ditetapkan dan diundangkan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,

menggantikan peraturan pemerintah nomor 10 Tahun 1961, yang mengatur

pelaksanan pendaftaran tanah sebagaimana diperintahkan oleh Pasal 19

UUPA. Salah satu tujuan diadakannya revisi terhadap Peraturan Pemerintah

nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah adalah untuk lebih memacu

pelaksanaan pendaftaran tanah yang selama ini dirasakan berjalan cukup

lamban.

Penyelenggaraan pendaftaran tanah dalam masyarakat merupakan tugas

negara yang diselenggarakan oleh Pemerintah bagi kepentingan rakyat, dalam

rangka memberikan status hak atas tanah di Indonesia. Pendaftaran tanah oleh

pemerintah tersebut diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN)

yaitu sebuah lembaga Pemerintahan non Departemen yang bidang tugasnya

meliputi pertanahan. Kantor Pertanahan adalah unit kerja BPN di wilayah

kabupaten atau kota, yang melakukan pendaftaran hak atas tanah dan

pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah. Dalam melaksanakan tugasnya

4
kantor pertanahan dibantu oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yaitu

pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta atas tanah.

Adapun tujuan dari pendaftaran tanah menurut Pasal 3 Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah adalah:

a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan kepada

pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-

hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya

sebagai pemegang hak yang bersangkutan;

b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang

berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat

memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan

hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun

yang sudah terdaftar;

c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.

Selain tujuan diatas, menurut Maria S.W. Sumardjono bahwa manfaat dari

pendaftaran tanah dapat dipetik oleh 3 pihak yaitu:

1. Pemegang hak atas tanah itu sendiri, sebagai pembuktian atas haknya.

2. Pihak yang berkepentingan, misalnya calon pembeli tanah, atau kreditur

untuk memperoleh keterangan atas tanah yang menjadi objek perbuatan

hukumnya.

3. Bagi Pemerintah yaitu dalam rangka mendukung kebijaksanaan

pertanahannya.

5
Mengenai pentingnya pendaftaran tanah, Bachan Mustafa berpendapat

bahwa pendaftaran tanah akan melahirkan sertipikat tanah, mempunyai arti untuk

memberikan kepastian hukum, karena hukum jelas dapat diketahui baik identitas

pemegang haknya maupun identitas tanahnya. Jadi apabila terjadi pelanggaran

hak milik atas tanah dapat melakukan aksi penuntutan kepada sipelanggar

berdasarkan hak miliknya itu.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, pengertian pendaftaran tanah adalah :

“rangkaian kegiatan yang dilakukan serta terus menerus, berkesinambungan

dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian

serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar,

mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk

pemberian sertipikat sebagai tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah

yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak

tertentu yang membebaninya.”

Dan pada Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

tentang Pendaftaran Tanah yang isinya :

“sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat

didalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data

yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan.”

Berdasarkan isi Pasal tersebut di atas sertipikat merupakan surat tanda

bukti hak yang kuat yang berarti bahwa selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya

6
data fisik dan data yuridis yang tercantum di dalamnya harus diterima sebagai

data yang benar. Sebagaimana juga dapat dibuktikan dari data yang tercantum

dalam buku tanah dan surat ukurnya. Jadi didalam penguasaan suatu bidang tanah

sertipikat hak atas tanah sangat penting untuk dimiliki demi terciptanya suatu

kepastian dan perlindungan hukum terhadap pemegangnya.

Sertifikat hak atas tanah sebagai hasil akhir proses pendaftaran tanah berisi

data fisik, yaitu keterangan tentang letak, batas, luas bidang tanah, serta bagian

bangunan atau bangunan yang ada di atasnya bila dianggap perlu dan data yuridis

yaitu keterangan tentang status hak atas tanah dan hak penuh karena lain yang

berada di atasnya. Pengertian sertifikat tersebut telah ditetapkan dalam Pasal 32

ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

Sehingga dapat dikatakan bahwa pemilik sertifikat hak atas tanah adalah

merupakan pemilik yang sah atas obyek tanah sebagaimana di sebutkan dalam

sertifikat hak atas tanah tersebut dan harus dianggap benar sampai dibuktikan

sebaliknya dari pengadilan dengan alat bukti yang lain.

Terhadap banyaknya kasus-kasus pertanahan yang terjadi di masyarakat

maka sangatlah perlu dicari cara penyelesaiannya yang sangat menguntungkan

bagi kedua belah pihak, yaitu penyelesaian sengketa tanah dengan musyawarah

mufakat, dan apabila tidak menemukan penyelesaiannya maka dapat deselesaikan

melalui lembaga peradilan baik peradilan umum maupun Peradilan Tata Usaha

Negara.

Secara konvensional penyelesaian sengketa tanah biasanya dilakukan

secara litigasi atau penyelesaian sengketa di depan pengadilan. Peradilan

7
merupakan tumpuan harapan bagi pencari keadilan untuk mendapatkan suatu

keadilan yang memuaskan dalam suatu perkara. Dari pengadilan ini diharapkan

suatu putusan yang tidak berat sebelah, karena itu jalan yang sebaiknya untuk

mendapatkan penyelesaian suatu perkara dalam suatu negara hukum adalah

melalui pengadilan.

Dalam penyelesaian sengketa tanah melalui jalur pengadilan/litigasi

didasarkan kepada objek sengketa tanah, hal ini berkaitan dengan kewenangan

untuk mengadili sengketa tanah apakah termasuk kepada kompetensi/kewenangan

absolut Peradilan Umum atau Peradilan Tata Usaha Negara. Kewenangan absolut

peradilan/retribusi kompetensi/kewenangan (attributie van rechtsmacht) adalah

menyangkut tentang pembagian wewenang antar badan-badan peradilan

berdasarkan jenis lingkungan pengadilan, misalnya pembagian antara wewenang

Peradilan Tata Usaha Negara dan Peradilan Umum.

Sebagai mana dikutip oleh Djoko Prakoso, menurut Thorbecke dan Buys

ukuran untuk menentukan apakah suatu perkara merupakan wewenang Peradilan

Tata Usaha Negara adalah tergantung dari pokok sengketanya (objectum litis

fundamentum petendi). Apabila hak yang bertindak itu berada dalam kerangka

hukum publik, maka perkara tersebut merupakan kewenangan Peradilan Tata

Usaha Negara dan apabila berada dalam lapangan hukum perdata maka

merupakan kewenangan absolut Peradilan Umum.

Kewenangan absolut Peradilan Tata Usaha Negara hanya sebatas

mengadili sengketa yang berada dalam hukum publik, yaitu sengketa yang timbul

akibat perbuatan pemerintah dalam hukum publik yang bersifat ekstern yang

8
bersegi satu dan bersifat konkrit, individual dan final yang tertuang dalam suatu

keputusan Pejabat Tata Usaha Negara.

Pada dasarnya kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara memiliki

kompetensi/kewenangan absolut mengadili sengketa tata usaha Negara (Pasal 47

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara).

Menurut Pasal 1 butir 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo Undang-undang

Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yaitu:

Sengketa tata usaha negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata

usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau

pejabat tata usaha negara, baik dipusat maupun di daerah sebagai akibat

dikeluarkannya suatu keputusan tata usaha negara. Untuk menilai dan

menentukan apakah suatu ketetapan yang dikeluarkan oleh badan atau

pejabat administrasi itu bertentangan dengan hukum atau tidak.

Berdasarkan pengertian di atas maka terhadap sengketa tanah dapat

diselesaikan penyelesaiannya ke Peradilan Tata Usaha Negara dalam hal

mengenai pembatalan surat keputusan pemberian hak atas tanah atau sertifikat hak

atas tanah atau keputusan yang berisikan penolakan atau permohonan untuk

memperoleh sertifikat hak atas tanah yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor

Wilayah Badan Pertanahan atau oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

Sedangkan dalam hal pemeriksaan dan pemutusan tentang sengketa tanah

yang mengandung aspek keperdataan yang berkaitan dengan perselisihan tentang

hak milik atau hak-hak yang berasal dari milik, tentang tagihan atau hak-hak

9
perdata semata-mata menjadi kompetensi/kewenangan kekuasaan Pengadilan

Umum.

Masalah tanah di lihat dari segi yuridisnya saja merupakan hal yang tidak

sederhana pemecahannya. Kesamaan terhadap konsep sangat di perlukan agar

terdapat kesamaan persepsi yang akan menghasilkan keputusan yang solid dan

adil bagi pihak-pihak yang meminta keadilan. Persamaan yang memerlukan

persamaan persepsi tersebut misalnya berkenaan antara lain dengan sertipikat

sebagai tanda bukti hak atas tanah, berkenaan dengan kedudukan sertifikat tanah,

sertipikat yang mengandung cacat hukum dan cara pembatalan dan atau

penyelesainnya.

Sehubungan dengan latar belakang yang telah dituliskan, Penulis ingin

menjelaskan tentang duduk awal perkara sampai putusan akhir dari Sengketa

Tanah dengan nomor perkara 12/PLW/2018/PTUN.DPS di Pengadilan Tata

Usaha Negara.

10
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Informasi Para Pihak

Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar yang memeriksa, dan

mengadili Perkara Perlawanan terhadap Penetapan Dismissal Ketua

Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar dengan Acara Singkat, telah

memutus sebagai berikut dalam sengketa antara:

 Chandra Wibisono Budiarso, Kewarganegaraan Indonesia,

Pekerjaan Karyawan Swasta, Tempat tinggal Jalan Gunung Catur II D

No. 3, Dukuh Sari, Padang Sambian Kaja, Denpasar Barat, Kota Denpasar,

Bali. Dalam hal ini diwakili oleh Kuasa Hukumnya masing-masing

bernama:

1. Suriantama Nasution, S.E., S.H., M.M., MBA., M.H.

2. Ida Bagus Putu Agung, S.H.

Kesemuanya kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Advokat dan atau

Konsultan Hukum yang berkantor di Satu Pintu Solusi Consulting, Jalan

By Pass Ngurah Rai No. 156 Sanur, Denpasar, Bali, Indonesia,

berdasarkan Surat Kuasa Khusus No:

036B/khusus/PTUN/V/2018, tertanggal 06 Agustus 2018, yang

selanjutnya disebut sebagai Pelawan.

11
 Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Bali,

Berkedudukan di Jalan Tjok Agung Tresna No. 7 Niti Mandala, Denpasar,

Bali. Dalam hal ini diwakili oleh Kuasanya, yaitu:

1. Nama : Sunarta, S.H., M.H.

NIP : 19610115 198403 1 002

Jabatan : Kepala Bidang Penanganan Masalah dan

Pengendalian Pertanahan

2. Nama : Eko Wijiati, S.H.

NIP : 19640529 199103 2 002

Jabatan : Kepala Seksi Penanganan Perkara Pertanahan

3. Nama : Binanga Simangunsong, S.H.

NIP : 19641104 199103 1 001

Jabatan : Plt. Kepala Seksi Penanganan Sengketa dan

Konflik

Pertanahan

4. Nama : Aditia Widiawan, S.S.T.

NIP : 19841113 200502 1 001

Jabatan : Analis Permasalahan Pertanahan

5. Nama : Eka Arya Wirata, S.H.

NIP : 19880726 201101 1 008

Jabatan : Analis Permasalahan Pertanahan

Kesemuanya Kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil

pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Bali, Jalan

Cok. Agung Tresna No. 7 Denpasar Bali, berdasarkan Surat Kuasa Khusus

12
dengan Hak Substitusi Nomor: 2310/19-51/VIII/2018, Tanggal 28

Agustus 2018, yang selanjutnya disebut sebagai Terlawan.

2.2 Penjelasan tentang Duduknya Perkara

Pelawan dengan Surat Perlawanannya Tanggal 15 Agustus 2018 yang

didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar pada

Tanggal 15 Agustus 2018 dengan Register Perkara Nomor

12/PLW/2018/PTUN.DPS. telah mengajukan Gugatan Perlawanan terhadap

Penetapan Dismissal Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar Nomor

12/PEN.DIS/2018/PTUN.DPS. Tanggal 06 Agustus 2018, dengan dalil

sebagai berikut:

Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar telah menetapkan dalam Penetapan

Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar Nomor: 12/G/2018/PTUN.

DPS, tertanggal 7 Agustus 2018:

1. Menyatakan gugatan Para Penggugat tidak diterima

2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar

Rp. 287.000 (Dua Ratus Delapan Puluh Tujuh Ribu Rupiah)

Mengacu pada Pasal 62 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986

tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang terakhir kali diubah melalui

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara (“UU PTUN”), Pelawan diberikan kesempatan untuk mengajukan

perlawanan dengan tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah

penetapan diucapkan, sehingga Perlawanan ini, yang diajukan dalam tenggang

waktu yang ditetapkan, selayaknya diterima, diperiksa dan diputus oleh

13
Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar (“PTUN Denpasar”) melalui acara

singkat.

Pelawan tidak sependapat dengan Penetapan Dismissal karena

dikeluarkan dengan pertimbangan yang tidak sesuai dengan hukum, dan

bahkan saling bertentangan satu dengan lainnya. Oleh karenanya, Pelawan

mengajukan Perlawanan dengan alasan-alasan sebagaimana diuraikan di

bawah ini:

1) Pertimbangan Penetapan Dismissal Saling Bertentangan

a. Pertentangan Pertama

- Menimbang, bahwa sengketa Tata Usaha Negara adalah

sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang

atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha

negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat

dikeluarkannya keputusan tata usaha negara (vide Pasal 1 angka

10 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009).

- Bertentangan dengan pertimbangan, menimbang, Objek Sengketa a

quo diterbitkan oleh Tergugat berdasarkan putusan pengadilan

yang telah berkekuatan hukum tetap.

Dalam pertimbangan ini, Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara

Denpasar, Walaupun memberikan pertimbangan sebagaimana

dikutip pada butir di atas, namun pada bagian pertimbangan yang

lainnya, Penetapan Dismissal justru menyatakan hal yang sebaliknya,

yakni dengan menyatakan bahwa Objek Seng keta a quo bukan

merupakan wewenang pengadilan.

14
b. Pertentangan Kedua

- Menimbang, bahwa Keputusan Tata Usaha Negara adalah

suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat

kongkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum

bagi seseorang atau badan hukum perdata (vide Pasal 1 angka

9 Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009).

- Bertentangan dengan pertimbangan, menimbang, Objek Sengketa a

quo diterbitkan oleh Tergugat berdasarkan putusan pengadilan

yang telah berkekuatan hukum tetap.

Dalam pertimbangan ini, Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara

Denpasar, Walaupun memberikan pertimbangan sebagaimana

dikutip pada butir di atas, namun pada bagian pertimbangan yang

lainnya, Penetapan Dismissal justru menyatakan hal yang sebaliknya,

yakni dengan menyatakan bahwa Objek Sengketa a quo bukan

merupakan wewenang pengadilan.

c. Pertentangan Ketiga

- Menimbang, bahwa sesuai ketentuan Pasal 2 huruf e Undang-

Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-

Undang No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

menyatakan: “Tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata

Usaha Negara menurut Undang-Undang ini: huruf e Keputusan

Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan

badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

15
undangan yang berlaku” dalam penjelasannya huruf e; “Keputusan

Tata Usaha Negara yang dimaksud pada huruf ini umpamanya:

1. Keputusan Badan Pertanahan Nasional yang mengeluarkan

sertipikat tanah atas nama seseorang yang didasarkan atas

pertimbangan putusan pengadilan perdata yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap, yang menjelaskan bahwa

tanah sengketa tersebut merupakan tanah negara dan tidak

berstatus tanah warisan yang diperebutkan oleh pihak.

2. Keputusan serupa angka 1, tetapi didasarkan atas amar

putusan pengadilan perdata yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap.

- Menimbang, bahwa berdasarkan kenterangan tersebut telah

jelas bahwa objek sengketa a quo merupakan pelaksanaan dari

putusan pengadilan perdata yang telah memperoleh hukum tetap,

serta dipertegas lagi dalam putusan Pengadilan Tata Usaha Negara

Denpasar yang telah berkekuatan hukum tetap yang pada

pokoknya menyatakan Sertipikat Hak Milik No.

4380/Kelurahan Panjer Luas 4739 M2 atas nama Ida Bagus Gede

Ardana yang dialihkan menjadi Abdul Azis Batheff, dinyatakan

batal dan dengan perintah untuk mencabut:

Bertentangan dengan:

- Menimbang, bahwa sengketa Tata Usaha Negara adalah

sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara

orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata

16
usaha negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat

dikeluarkannya keputusan tata usaha negara (vide Pasal 1

angka 10 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009).

- Bahwa Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan

Nasional Provinsi Bali, Nomor: 052/Pbt/BPN. 51/IV/ 2018,

tentang “Pembatalan Sertipikat Hak Milik No. 4380/Kelurahan

Panjer, luas 4.230 M2, atas nama Ida Bagus Gede Ardana yang

terakhir telah dipisah dan beralih masing-masing menjadi

Sertipikat Hak Milik No. 4380/Kelurahan Panjer, luas

2.882 M2/Kelurahan Panjer atas nama Hamzah Lukman dan

Sertipikat Hak Milik Nomor 8179/Kelurahan Panjer, luas 1.348

M2 atas nama Chandra Wibisono Budiarso, karena cacat

administrasi berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah

mempunyai ketentuan hukum tetap, yang diterbitkan Tergugat,

sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir 3 Undang-Undang

No. 5 tahun 1986 yang diubah dengan Undang-Undang No. 9

tahun 2004 tentang peradilan tata usaha Negara yaitu

merupakan penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan /

pejabat tata usaha Negara yang berisi tindakan hukum tata

usaha Negara berdasarkan perturan perundang-undangan yang

berlaku, bersifat konkrit, individual dan final serta

menimbulkan akibat hukum bagi seseorang in casu Pelawan

(terdahuku Penggugat), dalam hal ini telah menyebabkan

kerugian yang nyata tidak dapatnya Pelawan menghaki,

17
mengalih hak kan bidang tanah in casu dan karenanya tidak

dapat terlaksananya jual beli yang hendak dilaksanakan

Pelawan.

Dalam pertimbangan ini, Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara

Denpasar, Walaupun memberikan pertimbangan sebagaimana

dikutip pada butir di atas, namun pada bagian pertimbangan yang

lainnya, Penetapan Dismissal justru menyatakan hal yang sebaliknya,

yakni dengan menyatakan bahwa Objek Sengketa a quo bukan

merupakan wewenang pengadilan Bahwa berdasarkan uraian di atas,

Pelawan memohon agar PTUN Denpasar memutuskan Penetapan

Dismissal gugur demi hukum, dan selanjutnya memeriksa Gugatan

Pelawan (Penggugat).

2) Tolak Ukur Tindakan Tidak Tepat

Bahwa proses di atas juga mengandung falasi sebab jika tolok ukur yang

digunakan untuk menentukan masuk tidaknya suatu tindakan ke

ranah hukum tata usaha negara, hanya didasarkan pada bahwa objek

sengketa a quo merupakan pelaksanaan dari putusan pengadilan perdata

yang telah memperoleh hukum tetap, maka hampir semua Keputusan

Kepala Kantor Badan Pertanahan Negara hanya akan dapat

diklasifikasikan sebagai objek yang tidak bisa digugat di Pengadilan Tata

Usaha Negara dan menyebabkan tidak adanya kepastian hukum

sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir 3

Undang-Undang No. 5 tahun 1986 yang diubah dengan Undang-Undang

No. 9 tahun 2004 tentang peradilan tata usaha Negara yaitu

18
merupakan penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan / pejabat tata

usaha Negara yang berisi tindakan hukum tata usaha Negara

berdasarkan perturan perundang-undangan yang berlaku, bersifat konkrit,

individual dan final serta menimbulkan akibat hukum bagi seseorang in

casu Pelawan, dalam hal ini telah menyebabkan kerugian yang nyata.

Bahwa berdasarkan uraian di atas, Pelawan memohon agar PTUN

Denpasar memutuskan Penetapan Dismissal gugur demi hukum, dan

selanjutnya memeriksa Gugatan Pelawan (Penggugat).

3) Hakim Dilarang Melakukan Penemuan Hukum Ketika Hukumnya Sudah

Ada, Lengkap dan Jelas

Bahwa penemuan hukum (rechtsvinding) adalah tindakan yang bisa

diambil oleh Hakim jika hukumnya tidak ada, tidak lengkap atau tidak

jelas. Hal ini pun tergambar dari ketentuan Pasal 10 ayat (1) Undang-

Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (“UU No.

48/2009”) dan Pasal 22 Algemene Bepalingen van wetgeving voor

Indonesie (“AB”). Bahwa berdasarkan dua pasal tersebut, Pelawan

memohon agar PTUN Denpasar memutuskan Penetapan Dismissal gugur

demi hukum, dan selanjutnya memeriksa Gugatan Pelawan (Penggugat).

4) Peristiwa Hukum yang Diabaikan dalam Penetapan Dismissal

4.1 Bahwa Objek Sengketa yang diterbitkan Terlawan, dalam hal ini telah

merugikan Pelawan, dimana saat transaksi jual beli dan peralihan hak

dilakukan dimuka Notaris PPAT Paramita Rukmi, SH., dengan Akta

Jual Beli No: 249/2011, tanggal 20 September 2011, bernilai

19
Rp.3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah) dan sampai saat ini karenanya

menjadi kerugian nyata Pelawan atas objek sengketa in casu.

4.2 Apa yang menjadi pertimbangan dalam Keputusan Kepala Kantor

Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Bali, Nomor :

052/Pbt/BPN. 51/IV/ 2018, tentang “Pembatalan Sertipikat Hak Milik

No. 4380/Kelurahan Panjer, luas 4.230 M2, atas nama Ida Bagus Gede

Ardana yang terakhir telah dipisah dan beralih masing-masing menjadi

Sertipikat Hak Milik No. 4380/Kelurahan Panjer, luas

2.882 M2/Kelurahan Panjer atas nama Hamzah Lukman dan Sertipikat

Hak Milik Nomor 8179/Kelurahan Panjer, luas 1.348 M2 atas

nama Chandra Wibisono Budiarso, karena cacat administrasi

berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai ketentuan

hukum tetap. Adapun putusan-putusan pengadilan yang disebutkan

oleh Terlawan sangat jelas tidak memiliki kesesuaian antara

Pengadilan Tata Usaha Negara dengan Putusan Pengadilan Negeri

atau Pengadilan Tinggi atau Mahkamah Agung RI, seperti Putusan

No.286/Pdt.G/2006/PN.DPS, Putusan No. 16/G.TUN/2007

/PTUN.DPS, Putusan No. 272/Pdt.G/2007/PN.DPS, Putusan No.180/

Pdt.G/2007/PN.DPS, Putusan No. 69/Pdt/2012/PT.DPS, Putusan MA

RI No. 638.K/PDT/2013. Putusan-putusan pengadilan yang

disebutkan oleh sebagai pertimbangan Objek Sengketa Terlawan,

tidak ada satupun yang menyebut dan atau membatalkan sertipikat dan

menghilangkan hak keperdataan Pelawan.

20
4.3 Dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala badan Pertanahan

Nasional, Nomor 3 Tahun 1997, tentang Ketentuan Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah, diatur dalam paragraph 12, Penerbitan Sertipikat pasal 69

bahwa:

Paragraf 12 Penerbitan Sertipikat:

Pasal 69

(1) Untuk hak-hak atas tanah, Hak Pengelolaan dan tanah wakaf yang

sudah didaftar dalam buku tanah dan memenuhi syarat untuk diberikan

tanda bukti haknya menurut ketentuan dalam Pasal 31 Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 diterbitkan sertipikat.

(2) Data yuridis yang dicantumkan dalam sertipikat meliputi juga

pambatasan-pembatasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat

(2).

(3) Dokumen alat bukti hak lama sebagaimana dimaksud dalam Pasal

60 ayat (2) yang menjadi dasar pembukuan di coret silang

dengan tinta dengan tidak menyebabkan tidak terbacanya tulisan/tanda

yang ada atau diberi teraan berupa cap atau tulisan yang menyatakan

bahwa dokumen itu sudah dipergunakan untuk pembukuan hak,

sebelum disimpan sebagai warkah.

Atas objek sengketa, Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional Provinsi Bali, Nomor: 052/Pbt/BPN.51/IV/ 2018,

Tergugat telah mengingkari Pasal 69 tersebut diatas, telah jelas ada

keterangan dari Kantor Pertanahan Kota Denpasar, seperti yang ditulis

21
tegas dalam sertipikat “telah diperiksa dan sesuai dengan kantor

pertanahan KASUBSI PH” tanggal 21 Januari 2011 dan tanggal 28

Maret 2011. Artinya tidak sejalan dengan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997, tentang Pendaftaran

Tanah, dalam perihal; Bab II, Azas dan Tujuan, Pasal 2, “Pendaftaran

tanah dilaksanakan berdasarkan azas sederhana, aman, terjangkau,

mutakhir dan terbuka” dan Pasal 3 “Pendaftaran tanah bertujuan;

Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada

pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-

hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya

sebagai pemegang hak yang bersangkutan.

4.4 Dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala badan Pertanahan

Nasional, Nomor 3 Tahun 1997, tentang Ketentuan Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, bagian kedua,

Pembuatan Akta PPAT, Paragraf 1, Jenis dan Bentuk Akta, Pasal 95

sampai dengan Pasal 106.

Atas objek sengketa, Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional Provinsi Bali, Nomor: 052/Pbt/BPN. 51/IV/ 2018,

Tergugat telah mengingkari Pasal-Pasal tersebut diatas, telah jelas ada

keterangan dari Kantor Pertanahan Kota Denpasar, seperti yang ditulis

tegas dalam sertipikat “telah diperiksa dan sesuai dengan kantor

pertanahan Kasubsi PH” tanggal 21 Januari 2011 dan tanggal 28 Maret

2011. Artinya tidak sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 24 Tahun 1997, tentang Pendaftaran Tanah, dalam

22
perihal; Bab II, Azas dan Tujuan, Pasal 2, “Pendaftaran tanah

dilaksanakan berdasarkan azas sederhana, aman, terjangkau, mutakhir

dan terbuka” dan Pasal 3 “Pendaftaran tanah bertujuan; Untuk

memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada

pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-

hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya

sebagai pemegang hak yang bersangkutan.

4.5 Dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia Nomor 3 Tahun 2011, “Tentang Pengelolaan Pengkajian dan

Penanganan Kasus Pertanahan”, diatur dalam Pasal 26 sampai Pasal

53. Atas objek sengketa, Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional Provinsi Bali, Nomor: 052/Pbt/BPN. 51/IV/ 2018,

Tergugat telah mengingkari Peraturan Kepala Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011, “Tentang

Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan” tersebut

diatas, telah jelas ada keterangan dari Kantor Pertanahan Kota

Denpasar, seperti yang ditulis tegas dalam sertipikat “telah diperiksa

dan sesuai dengan kantor pertanahan Kasubsi PH” tanggal 21 Januari

2011 dan tanggal 28 Maret 2011. Artinya tidak sejalan dengan

Maksud dan Tujuan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional Provinsi Bali, Nomor: 052/Pbt/BPN. 51/IV/

2018, Tergugat telah mengingkari maksud dan tujuan Peraturan

Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3

Tahun 2011, yaitu dalam BAB II, Pasal 2. Atas objek sengketa,

23
Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional

Provinsi Bali, Nomor: 052/Pbt/BPN. 51/IV/ 2018, Tergugat telah

mengingkari Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011, “Tentang Pengelolaan

Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan” tersebut diatas, telah

jelas ada keterangan dari Kantor Pertanahan Kota Denpasar, seperti

yang ditulis tegas dalam sertipikat “telah diperiksa dan sesuai dengan

kantor pertanahan Kasubsi PH” tanggal 21 Januari 2011 dan tanggal

28 Maret 2011. Artinya tidak sejalan dengan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997, tentang Pendaftaran

Tanah, dalam perihal; Bab II, Azas dan Tujuan, Pasal 2, “Pendaftaran

tanah dilaksanakan berdasarkan azas sederhana, aman, terjangkau,

mutakhir dan terbuka” dan Pasal 3 “Pendaftaran tanah bertujuan;

Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum

kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan

hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan

dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.

Berdasarkan Uraian tersebut diatas, mohon kepada Ketua Pengadilan Tata

Usaha Negara Denpasar Cq. Yang Terhormat Majelis Hakim yang

memeriksa, mengadili, dan memutus perkara perlawanan ini agar dapat

kiranya memberi putusan sebagai berikut:

1. Memutuskan Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara

Denpasar Nomor 12/G/2018/PTUN.DPS tanggal 7 Agustus 2018 batal

demi hukum.

24
2. Menyatakan Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar berwenang

untuk memeriksa, mengadili dan memutus Gugatan Nomor:

12/G/2018/PTUN. DPS tanggal 2 Juli 2018.

Bahwa terhadap gugatan Pelawan, Terlawan telah mengajukan Jawaban

Tertanggal 17 September 2018 yang isi selengkapnya adalah sebagai berikut:

1. Bahwa Terlawan menolak seluruh dalil-dalil perlawanan Pelawan,

kecuali terhadap hal-hal yang secara tegas diakui oleh Terlawan

2. Bahwa Penetapan Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar Nomor

12/PEN.DIS/2018/PTUN.Dps telah tepat dan benar, karena Surat

Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasioanal

Propinsi Bali Nomor 052/Pbt/BPN.51/IV/2018 tentang pembatalan

Peralihan Hak Terhadap Sertipikat Hak Milik No. 4380/ Kelurahan

panjer luas 4.230 m2 atas nama Ida Bagus Gede Ardana yang terakhir

telah dipisah dan beralih masing-masing menjadi Sertipikat Hak Milik

Nomor: 4380/Kelurahan Panjer, luas 2.882 m2 atas nama Hamzah

Lukman dan Sertipikat Hak Milik Nomor: 8179/Kelurahan Panjer, luas

1.348 m2 atas nama Chandra Wibisono Budiarso karena cacat administrasi

berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap, jelas-jelas bahwa surat keputusan tersebut dikeluarkan atas dasar

putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap sehingga bukan

merupakan obyek yang dapat digugat di Pengadilan Tata Usaha Negara

sebagaimana ketentuan pasal 2 huruf e Undang-undang No. 9 tahun 2004

tentang perubahan atas Undang- undang No. 6 tahun 1986 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara, hal ini sejalan dengan pertimbangan

25
hukum halaman 5 dari putusan pengadilan No.

12/PEN.DIS/2018/PTUN.Dps.

3. Bahwa tidak dapat diterimanya gugatan Penggugat dalam penetapan No.

12/PEN.DIS/2018/PTUN.Dps. sudah tepat dan benar karena surat

keputusan pembatalan yang menjadi obyek sengketa adalah membatalkan

peralihan hak yang terjadi yang oleh putusan pengadilan dinyatakan cacat

sehingga status hak kembali kepada Ida Bagus Gede Ardana, yang berarti

merupakan koreksi yang membatalkan proses yang sifatnya

administratif bukan menyangkut hak dari pihak-pihak yang secara nyata-

nyata dapat membuktikan sebagai pihak yang berhak atas bagian tanah

sertipikat dimaksud berdasarkan akta peralihan/jual beli yang dimilikinya

4. Bahwa tidak dapat diterimanya gugatan penggugat atas obyek sengketa

sebagaimana penetapan No. 12/PEN.DIS/2018/PTUN. Dps. tidak berarti

menghilangkan hak-hak keperdataan pelawan atas tanah Sertipikat Hak

Milik No. 4380/Kelurahan Panjer yang peralihannya dibatalkan,

sepanjang dapat membuktikannya

5. Bahwa Terlawan dalam menerbitkan surat keputusan obyek sengketa telah

mendasarkan pada tahapan-tahapan sesuai Peraturan Menteri Agraria dan

Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor: 11 Tahun 2016

tentang penyelesaian kasus pertananahan dimana putusan-putusan

pengadilan yang sudah ada dipakai sebagai dasar pertimbangan bahwa

terdapat cacat administrasi dalam proses peralihannya sehingga perlu

dibatalkan. Putusan-putusan pengadilan yang sudah ada termasuk data

yang dikumpulkan sebagaimana ketentuan pasal 10 ayat (2) huruf (b)

26
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor: 11 Tahun 2016 tentang penyelesaian kasus pertanahan.

6. Bahwa penerbitan keputusan obyek sengketa tidak benar dikatakan

sebagai Terlawan mengingkari Peraturan Kepala Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia Nomor: 3 Tahun 2011, karena surat

keputusan obyek sengketa diterbitkan tanggal 9 April 2018 yang

mendasarkan pada peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala

Badan Pertanahan nasional Republik Indonesia Nomor: 11 Tahun

2016 tentang penyelesaian kasus pertanahan dimana Peraturan Kepala

Badan Pertanahan Nasional Nomor: 3 Tahun 2011 telah dicabut dan

dinyatakan tidak berlaku dengan keluarnya peraturan yang baru tersebut.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas Terlawan mohon kepada Majelis

Hakim Yang Terhormat yang memeriksa perkara aquo dengan menyatakan

sebagai berikut:

1. Menolak perlawanan Pelawan dan menyatakan perlawanan tidak dapat

diterima

2. Menguatkan Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara

Denpasar Nomor: 12/PEN.DIS/2018/PTUN.Dps. tanggal 6 Agustus

2018

3. Menyatakan Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar tidak

berwenang untuk memeriksa, mengadili dan memutuskan gugatan

perkara Nomor: 12/G/2018/PTUN.Dps. tanggal 2 Juli 2018

Bahwa untuk menguatkan dalil-dalil Perlawanannya, Pelawan telah

mengajukan surat-surat bukti berupa fotokopi yang ditandai dengan P - 1

27
sampai dengan P - 12 dan telah dibubuhi meterai yang cukup serta telah pula

dicocokkan dengan asli maupun fotokopinya di dalam persidangan,

sehingga dapat dijadikan alat bukti yang sah, sebagai berikut:

1. Bukti P – 1 : Fotokopi Akta Jual Beli Nomor : 249/2011, Tanggal 20

September 2011, yang dibuat oleh Paramita Rukmi, S.H., Notaris di

Denpasar, selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah. Setelah dicocokkan

sesuai dengan turunan resminya

2. Bukti P – 2 : Fotokopi Sertipikat Hak Milik No. 8179, Tanggal 20

Januari 2011, Kelurahan Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota

Denpasar, Provinsi Bali, Surat Ukur Tanggal 18 Januari 2011, No.

02576/Panjer/2011, Luas 1.348 M², atas nama Chandra Wibisono

Budiarso. Setelah dicocokkan sesuai dengan fotokopinya

3. Bukti P – 3 : Fotokopi Salinan Resmi Penetapan Ketua Pengadilan Tata

Usaha Negara Denpasar Nomor: 12/PEN.DIS/2018/PTUN.DPS. Tanggal

06 Agustus 2018. Setelah dicocokkan sesuai dengan salinan resminya

4. Bukti P – 4 : Fotokopi Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah

Badan Pertanahan Nasional Provinsi Bali Nomor: 052/Pbt/BPN.51/IV

/2018, Tanggal 9 April 2018, Tentang Pembatalan peralihan hak

terhadap Sertipikat Hak Milik No. 4380/Kelurahan Panjer, Luas 4.230 M²,

atas nama Ida Bagus Gede Ardana yang terakhir telah dipisah dan beralih

masing-masing menjadi Sertipikat Hak Milik No. 4380/Kelurahan Panjer,

luas 2.882/Keluarahan Panjer Atas Nama Hamzah Lukman dan Sertipikat

Hak Milik No. 8179/Kelurahan Panjer Luas 1.348 M² atas nama Chandra

Wibisono Budiarso karena cacat administrasi berdasarkan putusan

28
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Setelah

dicocokkan sesuai dengan fotokopinya

5. Bukti P – 5 : Fotokopi Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) PBB

Denpasar Tahun 2018, dari Badan Pendapatan Daerah Kota

Denpasar, NOP : 517101000602005230, atas nama Chandra Wibisono

Budiarso, alamat Jl. GN. Catur II D 3. Setelah dicocokkan sesuai

dengan aslinya

6. Bukti P – 6 : Fotokopi Surat dari Kuasa Hukum Chandra Wibisono

Budiarso, Tertanggal 14 Mei 2018 yang ditujukan kepada Kepala

Kantor Pertanahan Nasional Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional

Provinsi Bali Cq. Bagian Sengketa, Perihal: Konfirmasi dan permohonan

salinan resmi Keputusan Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Bali

Nomor 052/Pbt/BPN.51/IV/2018. Setelah dicocokkan sesuai dengan

aslinya

7. Bukti P – 7 : Fotokopi Surat Kepala Kantor Pertanahan Kota

Denpasar Nomor : 1198/13-51.71/V/2018, tertanggal 25 Mei 2018,

Perihal: Pelaksanaan keputusan kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan

Nasional Provinsi Bali No. 052/PBT/BPN-51/IV/2018 Tanggal 9 April

2018, yang ditujukan kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan

Nasional Provinsi Bali di Denpasar. Setelah dicocokkan sesuai dengan

aslinya (halaman terakhir sesuai fotokopinya)

8. Bukti P – 8 : Fotokopi Surat Edaran Mahkamah Agung Republik

Indonesia Nomor : 07 Tahun 2012 Tentang Rumusan hukum hasil rapat

29
pleno kamar Mahkamah Agung sebagai pedoman pelaksanaan tugas bagi

pengadilan. Setelah dicocokkan sesuai dengan fotokopinya

9. Bukti P – 9 : Fotokopi Surat Edaran Mahkamah Agung Republik

Indonesia Nomor : 4 Tahun 2016 Tentang Pemberlakuan rumusan hasil

rapat pleno kamar mahkamah agung tahun 2016 sebagai pedoman

pelaksanaan tugas bagi pengadilan. Setelah dicocokkan sesuai dengan

fotokopinya

10. Bukti P – 10 : Fotokopi Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Setelah dicocokkan sesuai dengan

fotokopinya

11. Bukti P – 11 : Fotokopi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor : 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, beserta

penjelasannya. Setelah dicocokkan sesuai dengan fotokopinya

12. Bukti P – 12 : Fotokopi Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan

Tata Usaha Negara, beserta penjelasannya. Setelah dicocokkan sesuai

dengan fotokopinya

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil Jawabannya, Terlawan

telah mengajukan surat-surat bukti berupa fotokopi yang ditandai dengan T -

1 sampai dengan T – 20 dan telah dibubuhi meterai yang cukup serta telah

pula dicocokkan dengan asli maupun fotokopinya di dalam persidangan,

sehingga dapat dijadikan alat bukti yang sah, sebagai berikut :

1. Bukti T – 1 : Fotokopi Berita Acara Pelaksanaan paparan kasus

pertanahan permohonan pembatalan Sertipikat Hak Milik No.

30
4380/Desa Panjer An. Abdul Aziz Batheef Seluas 4.230 M², terletak di

Jl. Tukad Batanghari, Desa Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota

Denpasar, Provinsi Bali No. 59/BAHGK/DJ-VII/2016 Tanggal 13 Juni

2016. Setelah dicocokkan sesuai dengan aslinya

2. Bukti T – 2 : Fotokopi Surat dari Plt. Direktur Jenderal Penanganan

Masalah Agraria, Pemanfaatan Ruang dan Tanah No.

2971/26.2-800/VI/2016, Tanggal 27 Juni 2016, Perihal: Pengantar Berita

Acara Pelaksanaan Paparan Kasus Pertanahan Permohonan Pembatalan

Sertipikat Hak Milik No. 4380/Desa Panjer An. Abdul Aziz Batheef

Seluas 4.230 M², terletak di Jl. Tukad Batanghari, Desa Panjer,

Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Setelah

dicocokkan sesuai dengan aslinya

3. Bukti T – 3 : Fotokopi Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.

272/Pdt.G/2007/PN.Dps. Tanggal 24 Oktober 2007. Setelah

dicocokkan sesuai dengan fotokopinya

4. Bukti T – 4 : Fotokopi Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.

180 /Pdt.Plw/2011/PN.Dps. Tanggal 15 Desember 2011. Setelah

dicocokkan sesuai dengan fotokopinya

5. Bukti T – 5 : Fotokopi Surat Pengantar Kepala Kantor Pertanahan Kota

Denpasar Tanggal 22 Pebruari 2018 No. 382/13-51.71/II/2018 perihal

Permohonan Pembatalan Sertipikat dan/atau Pembatalan Peralihan

Hak Sertipikat Hak Milik No. 4380/Desa Panjer atas nama Abdul Aziz

Batheef yang ditujukan kepada Kepala Kantor Wilayah Badan

31
Pertanahan Nasional Provinsi Bali. Setelah dicocokkan sesuai dengan

aslinya

6. Bukti T – 6 : Fotokopi Surat Pengantar Kepala Kantor Pertanahan Kota

Denpasar tanggal 3 April 2017 No. 768/14-51.71/IV/2017, Perihal :

Permohonan Pembatalan Sertipikat dan/atau Pembatalan Peralihan Hak

Sertipikat Hak Milik No. 4380/Desa Panjer atas nama Abdul Aziz Batheef

yang ditujukan kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan

Nasional Provinsi Bali. Setelah dicocokkan sesuai dengan aslinya

7. Bukti T – 7 : Fotokopi Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional Propinsi Bali Nomor 0155/KEP-51/VI/2017, Tanggal

2 Juni 2017 Tentang Pembentukan Tim Penyelesaian Perkara Permohonan

Pembatalan Sertipikat Dan/Atau Pembatalan Peralihan Hak Terhadap

Sertipikat Hak Milik Nomor: 4380/Kelurahan Panjer Luas 4.230 M² Atas

nama Ida Bagus Gede Ardana yang Telah Beralih Menjadi Atas Nama

Abdul Aziz Bathef Yang Terakhir Telah Beralih Menjadi Atas Nama

Hamzah Lukman Yang Telah Dipisah Masing-Masing Menjadi Sertipikat

Hak Milik Nomor : 4380/Kelurahan Panjer Luas 2.882 M² Atas Nama

Hamzah Lukman Dan Sertipikat Hak Milik Nomor : 8179/Kelurahan

Panjer Luas 1.348 M² Terakhir Tercatat Atas Nama Chandra Wibisono

Berdasarkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara dan Perdata Yang

Telah Mempunyai Kekuatan Hukum Tetap, Terletak Di Kelurahan

Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali.

Setelah dicocokkan sesuai dengan aslinya

32
8. Bukti T – 8 : Fotokopi Laporan Penyelesaian Kasus Pertanahan

Nomor : 0410/LP.SP/17-51/IV/2018 Tanah Seluas 4.230 M², Terletak Di

Kelurahan Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Provinsi

Bali Anta Pihak Fong John Gunawan Dan Taufik Hidayat Dengan I Putu

Widharsana Witana, Ida Bagus Gede Ardana, Hamzah Lukman Dan

Chandra Wibisono Budiarso Tanggal 4 April 2018. Setelah dicocokkan

sesuai dengan aslinya

9. Bukti T – 9 : Fotokopi Surat permohonan dari Jola Kathrine

Mewengkang istri dan ahli waris Taufik Hidayat tanggal 18 Juni 2014,

Perihal : Mohon Pelaksanaan Putusan (Eksekusi) Atas Putusan Kasasi

Mahkamah Agung R.I. Nomor : 35 K/TUN/2009, Tanggal 17 Nopember

2009 Jo. Nomor : 83/B//2008/PT.TUN.Sby., Tanggal 15 September 2008

Jo. Nomor : 16/G/TUN/2007/PTUN. DPS., Tanggal 14 April 2008 Yang

Telah Mempunyai Kekuatan Hukum Tetap (In Kracht Van Gewisjde).

Setelah dicocokkan sesuai dengan fotokopinya

10. Bukti T – 10 : Fotokopi Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional Propinsi Bali Nomor 052/Pbt/BPN.51/IV/2018

Tanggal 9 April 2018, Tentang Pembatalan Peralihan Hak Terhadap

Sertipikat Hak Milik No. 4380/ Kelurahan Panjer Luas 4.230 M2 Atas

Nama Ida Bagus Gede Ardana yang terakhir Telah Dipisah dan Beralih

Masing-masing Menjadi Sertipikat Hak Milik No. 4380/ Kelurahan

Panjer, Luas 2.882/ Kelurahan Panjer Atas Nama Hamzah Lukman dan

Sertipikat Hak Milik No. 8179/ Kelurahan Panjer Luas 1.348 M2 atas

nama Chandra Wibisono Budiarso Karena Cacat Administrasi

33
Berdasarkan Putusan Pengadilan Yang Telah Mempunyai Kekuatan

Hukum Tetap. Setelah dicocokkan sesuai dengan aslinya

11. Bukti T – 11 : Fotokopi Surat Permohonan dari Fong John Gunawan

Tanggal 6 Agustus 2015, yang ditujukan kepada Kepala Kantor Badan

Pertanahan Kotamadya Denpasar, Perihal : Permohonan Pembatalan

Sertipikat dan/atau pembatalan peralihan hak terhadap Sertipikat Hak

Milik No. 4380/Desa Panjer atas nama Abdul Aziz Batheff sebagai tindak

lanjut pelaksanaan Putusan No. 35 K/TUN/2009 Tertanggal 17 Nopember

2009 Jo. No. 83/B/2008/PT.TUN.SBY Tertanggal 15 September 2008

Jo. No. 16/G.TUN/2007/PTUN.DPS., Tanggal 14 April 2008 Yang Telah

Berkekuatan Hukum Tetap dan Serta sekaligus untuk memecahkan dan

menerbitkan Sertipikat Hak Milik (SHM) atas nama Fong John

Gunawan yaitu atas sebidang tanah seluas 2.838 M² sebagai tindak lanjut

Pelaksanaan Putusan No. 29/PDT/2008/PT.Dps, Tertanggal 15 Mei 2008

Jo. No. 272/Pdt.G/2007/PN.Dps. Tertanggal 24 Oktober 2007 Yang

Telah Berkekuatan Hukum Tetap, yang telah ditindaklanjuti dengan

proses Eksekusi atas Putusan tersebut yaitu Penetapan No. 272/Pdt.G/2007

/PN.Dps. Tertanggal 29 Oktober 2012 dan Berita Acara Eksekusi No. 272/

Pdt.G/2007/PN.Dps. Tertanggal 26 Nopember 2012. Setelah dicocokkan

sesuai dengan fotokopinya

12. Bukti T – 12 : Fotokopi Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara

Denpasar, No. 16/G.TUN/2007/PTUN.Dps., Tanggal 14 April 2008.

Setelah dicocokkan sesuai dengan fotokopinya

34
13. Bukti T – 13 : Fotokopi Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.

286/Pdt.G/2006/PN.Dps., tanggal 31 Mei 2007. Setelah dicocokkan

sesuai dengan fotokopinya

14. Bukti T – 14 : Fotokopi Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah

Agung Republik Indonesia Nomor: 43 PK/Pdt/2009, tanggal 31 Juli 2009.

Setelah dicocokkan sesuai dengan fotokopinya

15. Bukti T – 15 : Fotokopi Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha

Negara Surabaya No. 83/B/2008/PT.TUN.SBY, Tanggal 15 September

2008. Setelah dicocokkan sesuai dengan fotokopinya

16. Bukti T – 16 : Fotokopi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

No. 35 K/TUN/2009, Tanggal 17 Nopember 2009. Setelah dicocokkan

sesuai dengan Salinan Resmi

17. Bukti T – 17 : Fotokopi Putusan Pengadilan Tinggi Denpasar No.

69/PDT/2012/PT.DPS., Tanggal 3 September 2012. Setelah

dicocokkan sesuai dengan fotokopinya

18. Bukti T – 18 : Fotokopi Putusan Kasasi Mahkamah Agung Republik

Indonesia No. 638 K/PDT/2013, tanggal 27 Juni 2013. Setelah

dicocokkan sesuai dengan fotokopinya

19. Bukti T – 19 : Fotokopi Berita Acara Eksekusi No. 272/Pdt.G/2007/

PN.Dps, Tanggal 26 Nopember 2012. Setelah dicocokkan sesuai dengan

fotokopinya

20. Bukti T – 20 : Fotokopi Putusan Pengadilan Tinggi Denpasar No. 29/

PDT/2008/PT.DPS., Tanggal 15 Mei 2008. Setelah dicocokkan sesuai

dengan fotokopinya

35
2.3 Pertimbangan Hukum

Bahwa untuk memutus perkara Perlawanan tersebut, Majelis Hakim

telah mempelajari Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar

Nomor: 12/PEN.DIS/2018/PTUN.Dps, perlawanan Pelawan, Jawaban

Terlawan, bukti-bukti Para Pihak, selengkapnya berkas tersebut sebagaimana

terlampir dalam Berita Acara pemeriksaan perkara dengan acara singkat yang

merupakan satu kesatuan dengan putusan ini.

Berdasarkan Pasal 62 ayat (3) huruf a Undang- Undang Nomor 5 Tahun

1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyatakan “Terhadap

penetapan sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat diajukan perlawanan kepada

Pengadilan dalam tenggang waktu empat belas hari setelah diucapkan.

Perlawanan dari Pelawan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan

Tata Usaha Negara Denpasar pada tanggal 15 Agustus 2018 sedangkan

Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar Nomor:

12/PEN.DIS /2018/PTUN.Dps tentang tidak lolos proses dismissal diucapkan

pada tanggal 6 Agustus 2018 sehingga oleh karenanya perlawanan dari

Pelawan diajukan masih dalam tenggang waktu sebagaimana yang

ditentukan dalam Undang-Undang.

Selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah alasan serta

dasar pertimbangan hukum Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar

yang termuat dalam Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara

Denpasar Nomor: 12/PEN.DIS/2018/PTUN.Dps tanggal 6 Agustus 2018

tentang tidak lolos Proses Dismissal telah sesuai dengan ketentuan Pasal 62

36
ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara atau tidak.

Dalam pertimbangan hukumnya Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara

Denpasar pada pokoknya menyatakan bahwa terhadap objek sengketa

Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Bali

Nomor : 052/Pbt/BPN.51/IV/2018 tanggal 9 April 2018 tentang Pembatalan

Peralihan Hak terhadap Sertipikat Hak Milik No. 4380/Kelurahan Panjer,

Luas 4.230 m² atas nama Ida Bagus Gede Ardana yang terakhir telah dipisah

dan beralih masing-masing menjadi Sertipikat Hak Milik No. 4380/Kelurahan

Panjer, Luas 2.882 m2/Kelurahan Panjer atas nama Hamzah Lukman dan

Sertipikat Hak Milik No. 8179/Kelurahan Panjer Luas 1.348 m² atas nama

Candra Wibisono Budiarso karena Cacat Administrasi berdasarkan Putusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, yaitu antara lain

Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No 272/Pdt.G/2007/PN.Dps tanggal 24

Oktober 2007, Putusan Pengadilan Tinggi Denpasar No.

29/Pdt.G/2008/PT.Dps tanggal 5 Mei 2008, Penetapan Eksekusi Pengadilan

Negeri Denpasar No. 272/Pdt.G/2007/PN.Dps tanggal 29 Oktober 2012,

Berita Acara Eksekusi No. 272/Pdt.G/2007/PN.Dps tanggal 26 Nopember

2012, Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar No.

16/G.TUN/2007/PTUN.Dps tanggal 14 April 2008, Putusan Pengadilan

Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya No. 83B/2008/PT.TUN SBY, tanggal 15

September 2008 dan Putusan Kasasi Mahkamah Agung RI No.

35K/TUN/2009 tanggal 17 November 2009, oleh karenanya termasuk

kedalam keputusan tata usaha negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

37
huruf e Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara sehingga bukan termasuk objek sengketa di Pengadilan Tata Usaha

Negara dengan demikian gugatan Penggugat dinyatakan tidak diterima.

Dalam gugatan Perlawanannya, Pelawan pada pokoknya mendalilkan

bahwa Penetapan Dismissal Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar

telah keliru dalam pertimbangan hukumnya yang menyatakan bahwa objek

sengketa termasuk dalam kategori keputusan yang dikecualikan sebagai

keputusan tata usaha negara yang diatur dalam pasal 2 huruf e Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Menurut dalil Pelawan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional Provinsi Bali Nomor : 052/Pbt/BPN.51/IV/2018 tanggal

9 April 2018 tentang Pembatalan Peralihan Hak terhadap Sertipikat Hak Milik

No. 4380/Kelurahan Panjer, Luas 4.230 m² atas nama Ida Bagus Gede Ardana

yang terakhir telah dipisah dan beralih masing-masing menjadi Sertipikat

Hak Milik No. 4380/Kelurahan Panjer, Luas 2.882/Kelurahan Panjer atas

nama Hamzah Lukman dan Sertipikat Hak Milik No. 8179/Kelurahan Panjer

Luas 1.348 m² atas nama Candra Wibisono Budiarso karena Cacat

Administrasi berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap, dapat diperiksa oleh Pengadilan Tata Usaha Negara

Denpasar karena objek sengketa memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 9 dan

Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang perubahan

kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata

38
Usaha Negara serta putusan-putusan pengadilan yang disebutkan sebagai

pertimbangan objek sengketa oleh Terlawan tidak ada satupun yang

menyebut atau membatalkan sertipikat dan menghilangkan hak

keperdataan pelawan sehingga menurut pelawan tidak termasuk dalam

Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 2

huruf e Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Dalam Jawabannya Terlawan pada pokoknya mendalilkan bahwa

Terlawan dalam menerbitkan surat keputusan objek sengketa telah

mendasarkan pada tahapan-tahapan sesuai Peraturan Menteri Agraria dan

Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 2016

tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan dimana putusan- putusan pengadilan

yang sudah dipakai sebagai dasar pertimbangan bahwa terdapat cacat

administrasi dalam proses peralihannya sehingga perlu dibatalkan.

Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi pokok permasalahan yang

harus diuji dalam gugatan perlawanan a quo adalah “Apakah Keputusan

Tata Usaha Negara yang menjadi objek gugatan termasuk dalam ketentuan

Pasal 2 huruf e Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara?”

Ketentuan Pasal 62 ayat (1) huruf a Undang- Undang Nomor 5 Tahun

1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan bahwa Ketua

Pengadilan berwenang untuk memutuskan dengan suatu penetapan bahwa

gugatan yang diajukan dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar dalam hal

pokok gugatan tidak termasuk wewenang pengadilan.

39
Bahwa pokok gugatan atau sengketa yang dapat dikategorikan dalam

kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara adalah apabila dasar dan alasan

gugatan Penggugat memperlihatkan adanya suatu Sengketa Tata Usaha

Negara (vide Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986).

Bahwa Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam

bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan

badan atau pejabat tata usaha negara baik dipusat maupun didaerah sebagai

akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara termasuk sengketa

kepegawaian berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku (vide

Pasal 1 angka 10 Undang-Undang nomor 51 Tahun 2009).

Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun

2009 menyebutkan bahwa Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu

penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha

Negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkret,

individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau

badan hukum perdata.

Selanjutnya menurut ketentuan dalam peradilan Tata Usaha Negara yang

dikecualikan dari kewenangan Peradilan Tata usaha Negara untuk

memeriksa dan memutus perkara atau sengketa tata usaha negara adalah

materi atau isi dari keputusan tata usaha negara yang disengketakan

menyangkut hal-hal sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 2004 diantaranya adalah Keputusan tata usaha negara yang

dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan

40
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (vide Pasal 2 huruf

e Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004).

Dalam Penjelasan Pasal 2 huruf e tersebut disebutkan bahwa

keputusan tata usaha negara yang dimaksud pada huruf ini umpamanya:

1. Keputusan Badan Pertanahan Nasional yang mengeluarkan sertipikat tanah

atas nama seseorang yang didasarkan atas pertimbangan putusan

pengadilan perdata yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang

menjelaskan bahwa tanah sengketa tersebut merupakan tanah negara dan

tidak berstatus tanah warisan yang diperebutkan oleh para pihak

2. Keputusan serupa angka 1, tetapi didasarkan atas amar putusan pengadilan

perdata yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

3. Keputusan pemecatan notaris oleh menteri yang tugas dan

tanggungjawabnya meliputi jabatan notaris setelah menerima usul ketua

pengadilan negeri atas dasar kewenangannya menurut ketentuan

Undang-Undang Peradilan Umum

Setelah mencermati surat keputusan objek sengketa pada bagian diktum

“Membaca” angka 1 diketahui bahwa Terlawan dalam menerbitkan objek

sengketa diawali adanya surat permohonan dari Julia Katherine Mewengkang

istri dan ahli waris Taufik Hidayat tanggal 18 Juni 2014 dan permohonan dari

Fong John Gunawan tanggal 6 Agustus 2015 yang pada intinya mohon

pembatalan Sertipikat dan/atau pembatalan peralihan hak terhadap Sertipikat

Hak Milik No. 4380/Kelurahan Panjer seluas 4230 m² atas nama Ida

Bagus Gede Ardana yang telah beralih menjadi atas nama Abdul Aziz

Batheff (vide bukti P-4, T-9,T-10 dan T-11).

41
Dalam konsideran “Membaca” dan “Menimbang” pada objek sengketa

terdapat beberapa putusan pengadilan antara lain:

1. Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor: 286/Pdt.G/2006/PN.Dps

tanggal 31 Mei 2007 jo Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 43

PK/Pdt/2009 tanggal 31 Juli 2009, antara Taufik Hidayat sebagai

Penggugat melawan I Putu Widhiarsana Witana sebagai Tergugat (vide

bukti T-13 dan T-14)

2. Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar Nomor:

16/G.TUN/2007/PTUN.Dps tanggal 14 April 2008 jo Putusan Pengadilan

Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya Nomor: 83/B/2008/PT.TUNSBY

tanggal 15 September 2008 jo Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 35

K/TUN/2009 tanggal 17 Nopember 2009 antara Taufik Hidayat sebagai

Penggugat melawan Kepala Kantor Pertanahan Kota Denpasar sebagai

Tergugat dan Abdul Aziz Bathef sebagai Tergugat II Intervensi (vide bukti

T-12, T-15 dan T-16)

3. Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor: 272/Pdt.G/2007/PN.Dps

tanggal 24 Oktober 2007 jo Putusan pengadilan Tinggi Denpasar Nomor :

29/PDT/2008/PT.DPS tanggal 15 Mei 2008 antara Fong Jon Gunawan

sebagai Penggugat melawan I Putu Widhiarsana Witana sebagai Tergugat

(vide bukti T-3, T-20) serta Berita Acara Eksekusi Nomor:

272/Pdt.G/2007/PN.Dps tanggal 26 November 2012 (vide bukti T-19)

4. Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor : 180/Pdt.Plw/2011/PN.Dps

tanggal 15 Desember 2011 jo Putusan Pengadilan Tinggi Denpasar

Nomor: 69/Pdt/2012/PT.Dps tanggal 3 September 2012 jo Putusan

42
Mahkamah Agung RI Nomor : 638 K/PDT/2013 tanggal 27 Juni 2013

antara Hamzah Lukman sebagai Pelawan melawan Fong John Gunawan

sebagai Terlawan Penyita dan I Putu Widhiarsana Witana sebagai

Terlawan Tersita (vide bukti T-4, T-17 dan T-18)

Dalam Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya Nomor :

83/B/2008/PT.TUN SBY tanggal 15 September 2008 yang dikuatkan dalam

Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 35K/TUN/2009 tanggal 17 November

2009 diperoleh fakta hukum yang pada pokoknya Sertipikat Hak Milik Nomor

4380/Desa Panjer tanggal 27 Maret 1996 Gambar Situasi tanggal 27 Maret

1996 No. 4736/1996 luas 4739 m2 atas nama Ida Bagus Gede Ardana yang

dialihkan menjadi atas nama Abdul Aziz Batheff dinyatakan batal serta

diperintahkan untuk dicabut (vide bukti T-15 dan T-16)

Putusan Pengadilan Tinggi Denpasar Nomor: 29/PDT/2008/PT.DPS

tanggal 15 Mei 2008 yang telah berkekuatan hukum tetap pada tanggal 29

Juli 2008 pada pokoknya diketahui bahwa Akta Perjanjian Pendahuluan

Jual Beli No. 4 tanggal 3 Juni 2002, Akta Perjanjian/Ikatan Jual Beli

No. 4 tanggal 5 Desember 2002 dan Akta Adendum No. 1 tanggal 3

Februari 2003 dinyatakan sah serta menyatakan Penggugat (Fong John

Gunawan) sebagai pemilik sah atas tanah sengketa seluas 2.838 m2 (vide

bukti T-20)

Dalam Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor: 180/Pdt.Plw/2011

/PN.Dps tanggal 15 Desember 2011 jo Putusan Pengadilan Tinggi Denpasar

Nomor: 69/Pdt/2012/PT.Dps tanggal 3 September 2012 jo Putusan Mahkamah

Agung RI Nomor : 638 K/PDT/2013 tanggal 27 Juni 2013 diperoleh

43
fakta hukum yang pada pokoknya menyatakan bahwa Pelawan

(Hamzah Lukman) dinyatakan sebagai Pelawan yang tidak benar, serta

dalam pertimbangan hukum Majelis Hakim dalam Perkara Nomor:

180/Pdt.Plw /2011/PN. Dps tanggal 15 Desember 2011 halam 20 disebutkan

bahwa “tanah sengketa adalah bukan milik Pelawan melainkan milik dari

Terlawan Penyita dan terhadap Pelawan yang telah membeli tanah sengketa

dari Abdul Aziz Bathieff tanpa meneliti status tanah tersebut menurut

majelis merupakan tindakan yang ceroboh serta menyampingkan prinsip

kehati-hatian oleh karena itu Pelawan tidak dapat dikatakan sebagai pembeli

beritikad baik yang mendapat perlindungan hukum” (vide bukti T-4, T-17

dan T-18).

Dengan telah dibatalkan dan dicabutnya Sertipikat Hak Milik

Nomor 4380/Desa Panjer tanggal 27 Maret 1996 Gambar Situasi tanggal

27 Maret 1996 No. 4736/1996 luas 4739 m2 atas nama Ida Bagus Gede

Ardana yang dialihkan menjadi atas nama Abdul Aziz Batheff sebagaimana

amar dalam Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya Nomor:

83/B/2008/PT.TUN SBY tanggal 15 September 2008 yang dikuatkan dalam

Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 35K/TUN/2009 tanggal 17

November 2009 maka terhadap peralihan dan pemisahan terhadap bidang

tanah dengan Sertipikat Hak Milik Nomor 4380/Desa Panjer beserta

turunannya yaitu antara lain Sertipikat Hak Milik No. 4380/Kelurahan Panjer

Luas 2.882 m2 atas nama Hamzah Lukman dan Sertipikat Hak Milik No.

8179/Kelurahan Panjer Luas 1.348 m2 terakhir tercatat atas nama Chandra

Wibisono Budiarso terdapat cacat administrasi dan harus dibatalkan sebagai

44
pelaksanaan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap oleh karenanya dalil Pelawan yang menyatakan putusan-putusan

pengadilan yang disebutkan oleh sebagai pertimbangan objek sengketa

Terlawan tidak ada satupun yang menyebut dan atau membatalkan sertipikat

dan menghilangkan hak keperdataan Pelawan adalah tidak beralasan hukum.

Berdasarkan seluruh uraian fakta hukum diatas dihubungkan dengan

ketentuan Pasal 49 ayat (2) huruf b dan Pasal 50 ayat (1) Peraturan Menteri

Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan

dapat disimpulkan bahwa tindakan Terlawan adalah termasuk dalam

kriteria pelaksanaan putusan yakni tindak lanjut atas putusan lembaga

peradilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang menyatakan

batal/tidak sah/tidak mempunyai kekuatan hukum hak atas tanah yang

dilaksanakan berdasarkan permohonan pihak yang berkepentingan

melalui Kantor Pertanahan setempat, oleh karenanya Majelis Hakim

berpendapat bahwa Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud

dalam bukti P-4 identik dengan T-10 termasuk kedalam pengertian Keputusan

Tata Usaha Negara yang dikecualikan dan bukan menjadi wewenang

Pengadilan Tata Usaha Negara sebagaimana ketentuan dalam Pasal 2 huruf e

Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara.

2.4 Putusan Majelis Hakim

Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Penetapan Ketua Pengadilan Tata

Usaha Negara Denpasar Nomor : 12/PEN.DIS/2018/PTUN.Dps tanggal 6

45
Agustus 2018 yang pada pokoknya menyatakan gugatan Penggugat tidak lolos

proses dismissal karena pokok gugatan nyata-nyata tidak termasuk dalam

wewenang Pengadilan Tata Usaha Negara telah sesuai dengan ketentuan

Pasal 2 huruf e jo Pasal 62 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara oleh karenanya perlawanan

dari Pelawan haruslah dinyatakan tidak dapat diterima.

Dengan memperhatikan segala sesuatu yang terjadi dalam Pemeriksaan

Persidangan tanpa tergantung pada fakta-fakta yang diajukan oleh Para Pihak

maka sesuai ketentuan Pasal 107 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986

tentang Peradilan Tata Usaha Negara Majelis Hakim bebas menentukan apa

yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta nilai pembuktian. Atas

dasar itu terhadap alat-alat bukti yang diajukan oleh para pihak menjadi

bahan pertimbangan, akan tetapi untuk mengadili dan memutus sengketanya

hanya dipakai alat-alat bukti yang relevan dan terhadap alat bukti

selebihnya tetap dilampirkan dan menjadi satu kesatuan dalam berkas perkara

ini.

Mengingat Pasal 62 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 jo

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas

Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara beserta peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan

sengketa ini.

Bahwa dinyatakan perlawanan Pelawan tidak diterima, maka pelawan

sebagai pihak yang kalah dalam sengketa ini, berdasarkan ketentuan Pasal 110

46
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986, kepada Pelawan dibebankan untuk

membayar biaya perkara yang besarnya Rp. 66.500,- (Enam Puluh Enam Ribu

Lima Ratus Rupiah). Dengan perincian biaya sebagai berikut:

1. Biaya Panggilan : Rp. 52.500,-

2. Leges : Rp. 3.000,-

3. Redaksi : Rp. 5.000,-

4. Materai : Rp. 6.000,-

Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim

Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar pada hari Kamis tanggal 27

September 2018 oleh kami IKAWATI UTAMI, S.H. sebagai Hakim Ketua

Majelis, DIANA YUSTIKASARI, S.H., dan LUSI HARYMULIANTI, S.H.,

M.H. masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut diucapkan

dalam persidangan yeng terbuka untuk umum pada hari Selasa tanggal 2

Oktober 2018 oleh Majelis Hakim tersebut dengan di bantu oleh LUH

SUPARNI,S.H. selaku Panitera Pengganti, dengan dihadiri oleh Kuasa

Hukum Pelawan tanpa dihadiri oleh Pihak Terlawan.

47
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan seluruh uraian fakta hukum sengketa ini, dihubungkan

dengan ketentuan Pasal 49 ayat (2) huruf b dan Pasal 50 ayat (1) Peraturan

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan

dapat disimpulkan bahwa tindakan Terlawan adalah termasuk dalam kriteria

pelaksanaan putusan yakni tindak lanjut atas putusan lembaga peradilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang menyatakan batal/tidak

sah/tidak mempunyai kekuatan hukum hak atas tanah yang dilaksanakan

berdasarkan permohonan pihak yang berkepentingan melalui Kantor

Pertanahan setempat, oleh karenanya Majelis Hakim berpendapat bahwa

Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam bukti P-4

identik dengan T-10 termasuk kedalam pengertian Keputusan Tata Usaha

Negara yang dikecualikan dan bukan menjadi wewenang Pengadilan Tata

Usaha Negara sebagaimana ketentuan dalam Pasal 2 huruf e Undang-Undang

Peradilan Tata Usaha Negara.

Dengan demikian Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Penetapan Ketua

Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar Nomor: 12/PEN.DIS/2018/PTUN.

Dps tanggal 6 Agustus 2018 yang pada pokoknya menyatakan gugatan

Penggugat tidak lolos proses dismissal karena pokok gugatan nyata-nyata

tidak termasuk dalam wewenang Pengadilan Tata Usaha Negara telah

sesuai dengan ketentuan Pasal 2 huruf e jo Pasal 62 ayat (1) huruf a Undang-

48
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara oleh

karenanya perlawanan dari Pelawan haruslah dinyatakan tidak dapat

diterima.

Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 110 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara oleh karena Pelawan adalah pihak

yang kalah dalam perkara ini, maka kepada Pelawan dihukum untuk

membayar biaya perkara yang besarnya Rp. 66.500,- (Enam Puluh Enam

Ribu Lima Ratus Rupiah. Dengan perincian biaya sebagai berikut:

1. Biaya Panggilan : Rp. 52.500,-

2. Leges : Rp. 3.000,-

3. Redaksi : Rp. 5.000,-

4. Materai : Rp. 6.000,-

49

Anda mungkin juga menyukai