Anda di halaman 1dari 27

HUKUM ACARA DAN PRAKTEK PERADILAN TATA USAHA NEGARA

ANALISIS SENGKETA TATA USAHA NEGARA PEMILU: TINJAUAN


TERHADAP PERKARA PUTUSAN NOMOR 22/G/SPPU/2019/PTUN.MTR

Dosen Pengampu: Made Cinthya Puspita Shara, S.H., M.H.

Disusun Oleh
Kelompok 7
Kelas H

1. Ni Putu Yesi Ramantari 2104551430


2. I Wayan Acello Modja 2104551440
3. Putu Weisya Genna Putri Rahayu 2104551447
4. I Gusti Ngurah Agung Krishna Yudha 2104551469
5. Ni Made Wulan Puspita Mahayani 2104551476
6. Ida Bagus Bima Adi Pranawa 2104551478

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga paper yang kami buat dengan
judul “Analisis Sengketa Tata Usaha Negara Pemilu: Tinjauan Terhadap Perkara
Putusan Nomor 22/G/Sppu/2019/Ptun.Mtr” ini dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat waktu. Paper ini disusun guna memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Hukum
Acara dan Praktek Peradilan Tata Usaha Negara.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Made Cinthya Puspita Shara,
S.H., M.H. selaku dosen pengampu pada mata kuliah Hukum Acara dan Praktek
Peradilan Tata Usaha Negara Kelas H. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman kami yang selalu membantu dalam hal mengumpulkan informasi
pembuatan paper ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan paper ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga dapat
memperlancar pembuatan paper ini dan dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa paper ini masih
jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, dengan terbuka kami mengharapkan dan menerima segala bentuk saran,
kritik, serta masukan yang membangun dari berbagai pihak agar kami dapat
memperbaiki paper ini. Dan kami berharap semoga paper yang kami buat ini dapat
memberikan manfaat dan informasi kepada pembacanya.

Denpasar, 6 Desember 2023

Kelompok 7

1
DAFTAR ISI

COVER/HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................................. 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 3
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 5
1.4. Metode Penelitian ............................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 6
2.1..Duduk Perkara dalam Sengketa Tata Usaha Negara Pemilu Perkara Putusan
Nomor 22/G/SPPU/2019/PTUN.Mtr ................................................................... 6
2.1.1. Kasus Posisi .............................................................................................. 6
2.1.2. Realitas Hukum ......................................................................................... 7
2.2. Hasil Analisis Perkara Putusan Nomor 22/G/SPPU/2019/PTUN.Mtr .................... 14
2.2.1. Analisis Peristiwa Hukum, serta Pengakuan dari Pihak Penggugat dan
Tergugat ................................................................................................. 14
2.2.2. Analisis Pertimbangan dan Putusan Hakim ................................................ 21
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 23
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 23
3.2. Saran .................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 25
LAMPIRAN ................................................................................................................ 26

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang (Gung Krishna 1469)


Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) atau peradilan administrasi merupakan
peradilan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memelihara administrasi
negara yang tepat menurut hukum (rechtmatig) atau tepat menurut undang-undang
(wetmatig) atau tepat secara fungsional (efektif) dan atau berfungsi secara efisien. 1
Senada dengan itu, Menurut Sjachran Basah, tujuan peradilan administrasi adalah
untuk memberikan pengayoman hukum dan kepastian hukum, bagi rakyat maupun
bagi administrasi Negara dalam arti terjaganya keseimbangan kepentingan
masyarakat dengan kepentingan individu. 2 Sehubungan dengan itu, PTUN sebagai
salah satu lembaga peradilan sejak dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan diubah dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 2009, mempunyai kewenangan menyelesaikan sengketa yang
disebut dengan sengketa tata usaha negara.
Dalam Peradilan Tata Usaha Negara tidak terlepas juga dengan adanya
berbagai sengketa, salah satunya sengketa TUN dalam bidang Pemilihan Umum.
Pemilihan Umum (Pemilu) menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum atau sering dikenal dengan UU Pemilu
didefinisikan sebagai sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Presiden
dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD), yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3 Jika dilihat dari jenis
sengketa terkait pemilihan umum meliputi beberapa jenis sengketa. UU Pemilu
membedakan 4 (empat) jenis sengketa pemilu yaitu: Pelanggaran, Sengketa proses,
Perselisihan hasil pemilu; dan Tindak pidana pemilu.
Dalam makna yang lain dapat dijelaskan sengketa proses pemilu merupakan
sengketa yang terjadi antar peserta pemilu dan sengketa peserta pemilu dengan
penyelenggara pemilu sebagai akibat dikeluarkannya keputusan KPU, keputusan
KPU Provinsi, dan keputusan KPU Kabupaten/Kota, sedangkan sengketa
(perselisihan) hasil pemilu adalah perselisihan antara KPU dan Peserta Pemilu
mengenai penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional, disini dapat

1
Prajudi Atmosudirjo. Masalah Organisasi Peradilan Administrasi Negara (Makalah) BPHN
Simposium Peradilan Tata Usaha Negara. (Bandung: Bina Cipta, 1977), hlm. 69.
2
.Syahran Basah, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia. (Bandung: PT.
Alumni, 1985), hlm. 154.
3
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum, n.d.

3
dipahami bahwa sengketa pemilihan umum merupakan ketidaksepahaman antara
peserta pemilu dengan penyelengggara pemilu atau antarpeserta pemilu, mulai dari
proses pemilu sampai pada hasil pasca pemilu dilaksanakan.
Menurut Pasal 473 UU Pemilu adalah perselisihan antara KPU dan Peserta
Pemilu mengenai penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional. Lebih
lanjut perselisihan hasil pemilu ini berkaitan dengan perselisihan penetapan
perolehan suara hasil pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) secara
nasional meliputi perselisihan penetapan perolehan suara yang dapat
mempengaruhi perolehan kursi peserta pemilu, dan perselisihan penetapan
perolehan suara hasil pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara nasional meliputi
perselisihan penetapan perolehan suara yang dapat mempengaruhi penetapan hasil
pemilu Presiden dan Wakil Presiden. 4
Dalam perkembangannya, UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD, kewenangan peradilan tata usaha negara menjadi
diperluas dengan diberikannya kewenangan baru kepada Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara, yaitu untuk menyelesaikan sengketa tata usaha negara pemilu.
Sengketa tata usaha negara pemilu ini merupakan jenis sengketa baru yang
sebelumnya belum pernah diatur dalam undang-undang pemilu sebelumnya, baik
UU No. 12 Tahun 2003 maupun UU No. 10 Tahun 2008.5
Penyelesaian sengketa tata usaha negara pemilu mirip dengan penyelesaian
sengketa tata usaha Negara pada umumnya, terlebih dahulu harus diselesaikan
melalui upaya administratif yang tersedia. Apabila upaya administratif ini telah
ditempuh dan penggugat tetap merasa tidak puas, barulah dapat dilakukan
penyelesaian dengan mengajukan gugatan ke pengadilan tata usaha negara, yang
dalam hal ini penyelesaiannya dilakukan oleh pengadilan tinggi tata usaha negara. 6
Penyelesaian sengketa tata usaha negara pemilu juga dilakukan oleh Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara, setelah terlebih dahulu diselesaikan di Bawaslu.
Dengan demikian Partai politik calon peserta pemilu yang merasa kepentingannya
dirugikan oleh keputusan KPU yang menyatakan tidak lolos verifikasi, dan calon
anggota DPR, DPD, DPRD provinsi maupun calon DPRD kabupaten/kota yang
merasa dirugikan karena dicoret dari daftar calon tetap, maka harus diselesaikan
terlebih dahulu di Bawaslu. Penyelesaian di Bawaslu ini merupakan penyelesaian
sengketa tata usaha negara pemilu melalui upaya administratif yang harus dilewati
sebelum mengajukan gugatan ke peradilan tata usaha negara. Dalam hal ini

4
Erick, Benni, M. Ikhwan. 2022. “Mekanisme Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum di Indonesia”.
.Jurnal Analisis Hukum 5. (2): 203-219.
5
Herma Yanti. “Sengketa Tata Usaha Negara Pemilu dan Penyelesaiannya Oleh Peradilan Tata Usaha
.Negara”. Jurnal Legalitas 6, No. 1 (2014): 75-93.
6
Lihat Pasal 48 dan Pasal 51 ayat (3) UU Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

4
Bawaslu akan memeriksa dan menyatakan benar tidaknya keputusan yang
dikeluarkan KPU, KPUD Provinsi atau KPUD Kabupaten/kota.
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat salah satu sengketa
tata usaha negara berkaitan dengan pemilu yang akan menjadi pokok dalam
pembahasan di dalam paper ini. Sengketa ini adalah sengketa yang diambil
berdasarkan perkara putusan nomor 22/G/SPPU/2019/PTUN.Mtr mengenai
pengeluaran Keputusan KPU Kabupaten Lombok Tengah Nomor 13/HK.04.1-
Kpt/5202/KPU-Kab./III/2019 yang mencoret calon BAIQ SUMARNI sebagai
Daftar Calon Tetap (DCT) untuk Pemilihan Umum 2019.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan atas uraian dari latar belakang di atas, maka dapat ditarik
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana duduk perkara dalam sengketa tata usaha negara pemilu perkara
putusan nomor 22/G/SPPU/2019/PTUN.Mtr?
2. Bagaimana hasil analisis dari sengketa tata usaha negara pemilu perkara
putusan nomor 22/G/SPPU/2019/PTUN.Mtr?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan atas uraian dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penulisan paper ini adalah:
1. Untuk mengetahui duduk perkara dalam sengketa tata usaha negara pemilu
perkara putusan nomor 22/G/SPPU/2019/PTUN.Mtr
2. Untuk mengetahui hasil analisis dari sengketa tata usaha negara pemilu perkara
putusan nomor 22/G/SPPU/2019/PTUN.Mtr

1.4. Metode Penelitian


Jenis metode penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif
dengan isu adanya konflik hukum. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
perundang-undangan (statute apprach)7 yang berkaitan dengan permasalahan yang
akan dibahas. Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan merupakan
metode studi kepustakaan berupa buku literatur, jurnal hukum, putusan terkait
(Putusan Nomor 22/G/SPPU/2019/PTUN.Mtr), serta bahan lainnya yang berkaitan
dengan permasalahan yang akan diteliti.

7
Putri Diah Lestari, Hananto Widodo. “Disharmoni Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu dan Pilkada di
.Indonesia”. Jurnal Hukum 1, No. 1 (2023): 186-197.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Duduk Perkara dalam Sengketa Tata Usaha Negara Pemilu Perkara Putusan
Nomor 22/G/SPPU/2019/PTUN.Mtr (Wulan 1476, Gus Bima 1478)

2.1.1. Kasus Posisi (Wulan 1476)


Penyelesaian sengketa Proses Pemilihan Umum di Pengadilan Tata
Usaha Negara dengan Nomor Perkara 22/G/SPPU/2019/PTUN.Mtr antara
Sdr. Baiq Sumarni yang disebut sebagai penggugat dalam hal ini
berdasarkan pada adanya Surat Kuasa Khusus yang dikeluarkan dengan
Nomor.10/ADV.MH&RKN/PTUN/III/2019 tanggal 9 Maret 2019 telah
memberikan kuasa kepada Muhanan,S.H. dan Muhammad Apriadi Abdi
Negara, S.H.yang merupakan Advokat/Pengacara pada Kantor Hukum Law
Office Muhanan, S.H. dan Partners, Melawan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Lombok Tengah yang disebut sebagai tergugat.
Bahwa pada tanggal 6 maret 2019 KPU Lombok Tengah mengeluarkan
Surat Keputusan dengan Nomor : 13/HK.04.1-Kpt/5202/KPU-Kab./III/2019
yang berisi mengenai pencoretan Daftar Calon Tetap Penggugat dari partai
Golongan Karya (GOLKAR) daerah pemilihan Lombok Tengah 3 yang
sebelumnya mendapatkan nomor urut 8 (delapan) pada pemilihan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok Tengah 2019. Sehingga
Penggugat Mengajukan gugatan kepada PTUN Mataram untuk menguji
apakah keputusan (beschikking) dari Tergugat salah atau benar mengingat
bahwa pencoretan Sdr. Baiq Sumarni dilakukan tanpa dasar atau
pertimbangan hukum yang jelas, mengingat pencoretan dari Daftar Calon
Tetap memberikan kerugian kepada Penggugat sendiri serta menyebabkan
kekacauan yang mendatangkan political destruct dalam penyelenggaraan
proses demokrasi di Kabupaten Lombok Tengah.
Terhadap objek sengketa yang diterbitkan oleh Tergugat pada tanggal 6
Maret 2019, Penggugat pernah melakukan permohonan penyelesaian
sengketa Pemilu di Bawaslu Lombok Tengah pada tanggal 11 Maret 2019
sebagai upaya penyelesaian sengketa Pemilu, dimana Bawaslu Lombok
Tengah telah menetapkan bahwa permohonan penyelesaian sengketa proses
pemilu yang dimohonkan oleh Penggugat tidak dapat di register
berdasarkan Surat Edaran Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik
Indonesia dengan Nomor 03.12.A./K.Bawaslu/PM.07.00/II/2019 tentang
Penerimaan Permohonan Sengketa yang berasal dari SK/BA KPU, KPU
Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang keluar berdasarkan Hasil Kajian
Penanganan Pelanggaran/Putusan Pelanggaran Administrasi.

6
2.1.2. Realitas Hukum (Gus Bima 1478)
Realitas hukum merujuk pada fakta hukum, yaitu fakta atau keadaan
yang ada dalam ranah hukum. Ini mencakup situasi atau kondisi hukum yang
dapat diidentifikasi, dijelaskan, atau diamati secara objektif. 8 Fakta-fakta
hukum yang ada dalam proses persidangan dari Perkara Putusan Nomor
22/G/SPPU/2019/PTUN.Mtr dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Penggugat
Pihak penggugat pada perkara dalam sengketa ini yaitu atas nama
Baiq Sumarni, Kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan Anggota Partai
Golkar DPRD Lombok Tengah, Alamat Desa Ketare, Kecamatan Pujut
Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi NTB. Dalam hal ini telah
memberikan Surat Kuasa Khusus Nomor
10/ADV.MH&RKN/PTUN/III/2019 tanggal 9 Maret 2019 kepada
Muhanan S.H dan Muhammad Apriadi Abdi Negara, S.H yang keduanya
Warga Negara Indonesia, Pekerjaan Advokat/Pengacara pada Kantor
Hukum Law Office Muhanan, S.H. dan Partners, yang berkedudukan di
Jalan Arya Banjar Getas, Komplek Ruko Melati Praya Residence,
Rancak, Praya, Kabupaten Lombok Tengah.
Berdasarkan keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten
Lombok Tengah Nomor 13/HK.04.1- Kpt/5202/KPU-Kab./III/2019
Tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Lombok Tengah Nomor 34/HK.04.1- Kpt/5202/KPU-
Kab./IX/2018 Tentang Penetapan Daftar Calon Tetap (DCT) Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok Tengah Pada
Pemilihan Umum Tahun 2019. Yang pada keputusan angka satu;
Mencoret calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Lombok
Tengah atas nama Baiq Sumarni dari Partai Golongan Karya Daerah
Pemilihan Lombok Tengah 3 dengan nomor urut 8 pada Daftar Calon
Tetap (DCT) anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Lombok
Tengah pada Pemilihan Umum 2019, tertanggal 6 Maret 2019 dilakukan
secara melawan hukum dan tanpa dasar konstitusional oleh Tergugat
adalah jelas dan terang telah merugikan Penggugat. Bahwa Penggugat,
selaku Calon Anggota DPRD Kabupaten Lombok Tengah dari Partai
Golongan Karya Daerah Pemilihan Lombok Tengah 3 dengan nomor
urut 8 pada Daftar Calon Tetap (DCT) anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Kabupaten Lombok Tengah pada Pemilihan Umum 2019 adalah
sah berdasarkan keputusan KPU Kabupaten Lombok Tengah, sangat
dirugikan kepentingannya dengan diterbitkan Surat Keputusan Tergugat
tersebut, karena Surat Keputusan Tergugat (objek sengketa)
8
Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum. (Bandung: PT. Alumni, 2012).

7
menyebabkan kekacauan dan mendatangkan political destruck dalam
penyelenggaraan proses demokrasi di Kabupaten Lombok Tengah.
Beberapa hal yang menjadi dasar gugatan oleh penggugat adalah
berdasarkan Pasal 53 ayat (1) Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004,
Peradilan Tata Usaha Negara, Penggugat berhak untuk mengajukan
gugatan pembatalan terhadap Surat keputusan Tergugat a quo. Pasal 53
ayat (1) Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara yang menyatakan: “Orang atau badan hukum perdata yang
merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha
Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang
berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara
yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau
tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau direhabilitasi”;

b. Tergugat
Pihak tergugat dalam kasus ini adalah Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Lombok Tengah yang berkedudukan di Jalan Sukarno Hatta,
Kelurahan Leneng, Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah,
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tergugat telah mengajukan jawaban
tertulis sebagai berikut:
(1). Pengadilan Tata Usaha Negara Mataram tidak memiliki kewenangan
untuk mengadili dikarenakan pada perkara ini tidak dilakukan upaya
administratif terlebih dahulu di Badan Pengawas Pemilihan Umum
Kabupaten Lombok Tengah.
(2). Berdasarkan Pasal 471 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilihan Umum, gugatan atas sengketa tata usaha
negara Pemilu ke Pengadilan Tata Usaha Negara dilakukan setelah
seluruh upaya administratif di Bawaslu telah digunakan
(3). Terhadap dalil Penggugat yang mendalilkan bahwa Tergugat telah
salah menafsirkan pasal 285 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
adalah bukan kewenangan dari Pengadilan Tata Usaha Negara untuk
mengadili dan memeriksa
(4). Berdasarkan ketentuan Pasal 470 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2017 menyebutkan “Sengketa proses Pemilu melalui
pengadilan tata usaha negara meliputi sengketa yang timbul dalam
bidang tata usaha negara Pemilu antara calon anggota DPR, DPD,
DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, atau partai politik calon
Peserta Pemilu, atau bakal Pasangan Calon dengan KPU, KPU
Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota sebagai akibat dikeluarkannya

8
keputusan KPU, keputusan KPU Provinsi, dan Keputusan KPU
Kabupaten/Kota”.
(5). Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berbunyi
sebagai berikut, “Keputusan Tata Usaha Negara, adalah suatu
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata
usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat
hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

c. Alat Bukti Dalil Gugatan dari Penggugat


Penggugat telah mengajukan surat-surat bukti berupa fotokopi yang
telah dilegalisir dan diberi materai cukup dan telah dicocokkan dengan
asli atau fotokopinya dan diberi tanda P-1 sampai P-13, sebagai berikut:
(P-1): Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lombok Tengah
Nomor 34/HK.04.1-Kpt/5202/KPU-Kab./IX/2018, tanggal 20
September 2018, tentang Penetapan Daftar Calon Tetap (DCT)
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok
Tengah Pada Pemilihan Umum Tahun 2019 (Fotokopi dari
Fotokopi)
(P-2): Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lombok Tengah
13/HK.04.1-Kpt/5202/KPU-Kab./III/2019, tanggal 6 Maret 2019,
tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Komisi Pemilihan
Umum Kabupaten Lombok Tengah Nomor 34/HK.04.1-
Kpt/5202/KPU-Kab./IX/2018, tentang Penetapan Daftar Calon
Tetap (DCT) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Lombok Tengah Pada Pemilihan Umum Tahun 2019
(Fotokopi Sesuai Dengan Asli)
(P-3):.Tanda terima, tertanggal 11 Maret 2019 perihal penyampaian
Surat Nomor 13/HK.04.1-Kpt/5202/KPU-Kab./III/2019 dari KPU
Kabupaten Lombok Tengah kepada H. ABDUL SALEH IDRUS
(Fotokopi Sesuai Dengan Asli)
(P-4):.Surat dari Kantor Pengacara Law Office MUHANAN SH.
Konsultan Hukum Nomor 11/ADV.MH&RKN/BAWASLU.Per/
III/2019, tertanggal 11 Maret 2019, perihal Permohonan
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu (Fotokopi Sesuai Dengan
Asli)

9
(P-5): Tanda terima, Nomor PSPP.Berkas/BWSL.LTH/18.06/VIII/2018,
tertanggal 11 Maret 2019 (Fotokopi Sesuai Dengan Asli)
(P-6):Surat Badan Pengawasan Pemilu Kabupaten Lombok Tengah
Nomor 01/K/Bwsl-LTH/PS/III/2019, tertanggal 11 Maret 2019
perihal Permohonan Tidak Dapat Diregister (Fotokopi Sesuai
Dengan Asli)
(P-7):.Surat Edaran Badan Pengawas Pemilihan Umum RI Nomor
0312.A/K.Bawaslu/PM.07.00/II/2019, tertanggal 14 Februari
2019, perihal Penerimaan Permohonan Sengketa Yang Berasal
dari SK/BA.KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang
keluar berdasarkan hasil kajian Penanganan Pelanggaran/Putusan
Pelanggaran Administrasi (Fotokopi dari Fotokopi)
(P-8):.Kartu Tanda Penduduk (KTP) atas nama BAIQ SUMARNI
(Fotokopi Sesuai Dengan Asli)
(P-9):.Karta Tanda Anggota Partai Golkar atas nama BAIQ SUMARNI
(Fotokopi Sesuai Dengan Asli)
(P-10)Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum (Fotokopi dari fotokopi)
(P-11)Kompilasi Peraturan Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia
(Fotokopi dari fotokopi)
(P-12)Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2017, tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses Pemilihan
Umum di Pengadilan Tata Usaha Negara (Fotokopi dari Fotokopi)
(P-13)Surat Edaran Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor
31/PL.01.4-SD/06/KPU/I/2019, tertanggal 9 Januari 2019, perihal
Calon Tidak Memenuhi Syarat Pasca Penetapan Daftar Calon
Tetap (DCT) (Fotokopi dari Fotokopi)

d. Alat Bukti Dalil Jawaban dari Tergugat


Untuk menguatkan dalil-dalil bantahannya, Tergugat telah mengajukan
surat-surat bukti berupa fotokopi yang telah dilegalisir dan diberi materai
cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya atau fotokopinya, dengan
diberi tanda T–1 sampai dengan T-11, sebagai berikut:
(T-1): Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lombok Tengah
Nomor 34/HK.04.1 Kpt/5202/KPU-Kab./IX/2018, tanggal 20
September 2018, tentang Penetapan Daftar Calon
Tetap (DCT) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Lombok Tengah Pada Pemilihan Umum Tahun 2019.
(Fotokopi Sesuai Dengan Asli)

10
(T-2): Putusan Pengadilan Negeri Praya Nomor 1/Pid.S/2019/PN.Pya,
tanggal 18 Februari 2019 (Fotokopi Sesuai Dengan Asli)
(T-3): Surat Edaran Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia
Nomor 31/PL.01.4-SD/06/KPU/I/2019, tertanggal 9 Januari
2019, perihal Calon Tidak Memenuhi Syarat Pasca Penetapan
Daftar Calon Tetap (DCT) (Fotokopi Sesuai Dengan Asli)
(T-4): Berita Acara Klarifikasi Komisi Pemilihan Umum Kabupaten
Lombok Tengah Nomor 30/PL.01.6-BA/5202/KPU.Kab/III/2019/
Pn.Pya, tertanggal 1 Maret 2019, tentang Klarifikasi Terhadap
Putusan Tindak Pidana Pemilu Nomor 1/Pid.S/2019/PN.Pya
(Fotokopi Sesuai Dengan Asli)
(T-5): Berita Acara Klarifikasi Komisi Pemilihan Umum Kabupaten
Lombok Tengah Nomor 31/PL.01.6-BA/5202/KPU.Kab/III/2019/
Pn.Pya, tertanggal 1 Maret 2019, tentang Klarifikasi Terhadap
Putusan Tindak Pidana Pemilu Nomor 1/Pid.S/2019/PN.Pya
(Fotokopi Sesuai Dengan Asli)
(T-6):..Surat Keterangan Pengadilan Negeri Praya, Nomor W25-
U6/585/HK.01/3/2019, tertanggal 5 Maret 2019 perihal
Berkekuatan Hukum Tetap, untuk perkara Nomor
1/Pid.S/2019/PN.Pya (Fotokopi Sesuai Dengan Asli)
(T-7): Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lombok Tengah
13/HK.04.1-Kpt/5202/KPU-Kab./III/2019, tanggal 6 Maret 2019,
tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Komisi Pemilihan
Umum Kabupaten Lombok Tengah Nomor 34/HK.04.1-
Kpt/5202/KPU-Kab./IX/2018, tentang Penetapan Daftar Calon
Tetap (DCT) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Lombok Tengah Pada Pemilihan Umum Tahun 2019
(Fotokopi Sesuai Dengan Asli)
(T-8): Tanda terima, tertanggal 11 Maret 2019 perihal penyampaian
Surat Nomor 13/HK.04.1-Kpt/5202/KPU-Kab./III/2019 dari KPU
Kabupaten Lombok Tengah kepada H. AZIS SALEH IDRUS
(Fotokopi Sesuai Dengan Asli)
(T-9): Tanda terima berkas, Nomor PSPP.Berkas/BWSL.LTH/18.06/
VIII/2018, tertanggal 11 Maret 2019 (Fotokopi Sesuai Dengan
Asli)
(T-10):Surat Badan Pengawasan Pemilu Kabupaten Lombok Tengah
Nomor 01/K/Bwsl-LTH/PS/III/2019, tertanggal 11 Maret 2019
perihal Permohonan Tidak Dapat Diregister (Fotokopi Sesuai
Dengan Asli)

11
(T-11):Surat Edaran Badan Pengawas Pemilihan Umum RI Nomor
0312.A/K.Bawaslu/PM.07.00/II/2019, tertanggal 14 Februari
2019, perihal Penerimaan Permohonan Sengketa Yang Berasal
dari SK/BA.KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang
keluar berdasarkan hasil kajian Penanganan Pelanggaran/Putusan
Pelanggaran Administrasi (Fotokopi sesuai dari scan)

e. Saksi dan Keterangan Ahli


1. Saksi Pihak Penggugat
Penggugat dalam persidangan telah mengajukan 1 (satu) orang
Saksi dan 1 (satu) orang Ahli, yang di bawah sumpah masing-masing
telah memberikan keterangan dan pendapatnya sebagai berikut:
(1). H. Azis Saleh Idrus, S.Pt. Kewarganegaraan Indonesia,
tempat/tanggal lahir : Praya/04-12-1968, Jenis Kelamin Laki-laki,
Agama Islam, Pekerjaan Wiraswasta, Bertempat Tinggal Jalan H.
Agus Salim No. 6 Praya, Kabupaten Lombok Tengah, yang
menerangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Saksi adalah Ketua BAPPILU (Badan Pengendalian
Pemenangan Pemilu) Partai Golkar Kabupaten Lombok Tengah
b. Saksi membenarkan kalau Penggugat adalah seorang Calon
Anggota Tetap DPRD Kabupaten Lombok Tengah dari Partai
Golkar pada daerah Pemilihan Lombok Tengah 3 dengan Nomor
Urut 8
c. Sebelumnya Partai Golkar tidak pernah diberitahu terkait tindak
pidana Pemilu yang terjadi, sehingga Partai Golkar tidak
melakukan bantuan hukum terhadap Penggugat
d. Saksi baru mengetahui adanya permasalahan terhadap
Penggugat, setelah adanya Surat Pemanggilan dari KPU
Kabupaten Lombok Tengah untuk klarifikasi terhadap Putusan
Pengadilan Negeri Praya
e. Pada tanggal 8 Maret 2019, saksi baru mengetahui adanya
Pencoretan atas nama Penggugat, dan resminya pada tanggal 11
Maret 2019, staf KPU yang bernama Lalu Saleh, datang kepada
Saksi dengan mengantar Surat Keputusan tersebut, terhadap hal
tersebut saksi sempat bertanya apakah Surat Keputusan tersebut
juga diberikan kepada Penggugat
f. Surat Keputusan tersebut hanya diberikan kepada Partai saja
tanpa diberikan kepada Penggugat
g. Partai Golkar pada sekitar bulan Desember 2018 pernah
mengadakan Bimbingan Teknis Caleg dengan Narasumber dari

12
KPU Kabupaten dan Bawaslu Kabupaten, dimana didalamnya
terdapat pernyataan bahwa apabila ada permasalahan yang
menyangkut terhadap Caleg akan diberitahukan kepada Partai
h. Penggugat melalui Divisi Hukum telah mengajukan keberatan ke
Bawaslu Kabupaten Lombok Tengah pada tanggal 11 Maret
2019,
i. Berdasarkan informasi dari divisi hukum di Bawaslu sengketa
ini tidak dapat periksa, karena adanya Surat Edaran dan terhadap
hal tersebut di Bawaslu tidak ada upaya klarifikasi
j. Bahwa saksi berharap penyelesaian sengketa ini bisa selesai di
Bawaslu saja, tapi pada kenyataannya Bawaslu tidak dapat
meregister permohonan Penggugat
k. Surat Badan Pengawasan Pemilu Kabupaten Lombok Tengah
Nomor 01/K/Bwsl-LTH/PS/III/2019, tertanggal 11 Maret 2019
perihal Permohonan Tidak Dapat Diregister.
(2). Prof. Dr. H. Gatot D. Hendro Wibowo, S.H., M.Hum.,
Kewarganegaraan Indonesia, tempat/tgl.lahir : Lamongan/23-03-
1962, Jenis Kelamin : Laki-laki, Agama : Islam, Pekerjaan : Dosen,
Tempat Tinggal : Jalan Danau Singkarak Nomor : 65
Rt.012/Rw.096, Pagutan Permai, Kota Mataram. Sebagai Ahli
dijelaskan beberapa hal-hal sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Pemilihan Umum diatur dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017, yang kemudian secara teknis Mahkamah
Agung telah menerbitkan Peraturan Mahkamah Agung
(PERMA) Nomor 5 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilihan Umum Di Pengadilan Tata Usaha
Negara, secara yuridis menjadi dasar hukum keterlibatan dan
eksistensi Pengadilan Tata Usaha Negara dalam
penyelenggaraan Pemilu
b. Dalam perihal kewenangan maka berdasarkan Perma Nomor 5
Tahun 2017 Pengadilan mempunyai kewenangan untuk
memeriksa Sengketa Proses Pemilihan Umum, setelah seluruh
upaya administratif di Bawaslu telah digunakan
c. Dengan tidak diberitahunya pihak Penggugat sebagai Subyek
Hukum, maka dalam sengketa ini ada AAUPB yang dilanggar
yaitu asas Kecermatan dan asas Transparansi
d. Seharusnya Bawaslu menindaklanjuti permohonan Penggugat,
jangan hanya karena adanya Surat Edaran, Bawaslu tidak
memproses permohonan Penggugat

13
e. Bawaslu menyatakan permohonan tersebut Tidak Dapat
Diregister berdasarkan Surat Edaran Badan Pengawas Pemilihan
Umum Republik Indonesia Nomor
03.12.A./K.Bawaslu/PM.07.00/II/2019 tentang Penerimaan
Permohonan Sengketa yang Berasal Dari SK/BA KPU, KPU
Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang Keluar Berdasarkan
Hasil Kajian Penanganan Pelanggaran/Putusan Pelanggaran
Administrasi.

2. Saksi Pihak Tergugat


Tergugat di persidangan tidak mengajukan saksi maupun ahli,
walaupun kepadanya telah diberikan kesempatan untuk itu.

2.2. Hasil Analisis Perkara Putusan Nomor 22/G/SPPU/2019/PTUN.Mtr


(Yesi 1430, Weisya 1447)
2.2.1. Analisis Peristiwa Hukum, serta Pengakuan dari Pihak Penggugat dan
Tergugat
(Yesi 1430)
Mengkaji dalam kasus sengketa pemilihan umum dengan putusan
perkara Nomor 22/G/SPPU/2019/PTUN.Mtr, pada rangkaian peristiwa dan
pengakuan dalam kasus sengketa pemilihan umum ini melibatkan gugatan
terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Lombok
Tengah, terkait dengan pencoretan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dari Partai Golongan Karya (Golkar) atas nama Baiq Sumarni. Pada
dasarnya, penggugat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN) Mataram dengan argumen bahwa tindakan KPU tersebut melanggar
hukum dan konstitusi.
(1). Objek Sengketa Melanggar Pasal 285 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 Tentang Pemilihan Umum
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Lombok
Tengah Nomor 13/HK.04.1-Kpt/5202/KPU-Kab./III/2019 yang
mengubah Keputusan sebelumnya (Nomor 34/HK.04.1-Kpt/5202/KPU-
Kab./IX/2018) tentang Penetapan Daftar Calon Tetap (DCT) Anggota
Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Lombok Tengah pada Pemilihan
Umum Tahun 2019, dinyatakan batal demi hukum. Alasannya adalah
keputusan tersebut tidak didasarkan pada produk hukum yang sah dan
memiliki cacat hukum, dengan beberapa dalil yang diberikan.
a. Bahwa Keputusan Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten
Lombok Tengah Nomor 13/HK.04.1-Kpt/5202/KPU-Kab./III/2019
pada lampiran ketiga tidak berdasarkan hukum sebagaimana diatur

14
pada Pasal 285 Undang-undang No.7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum;
b. Bahwa pasal 285 Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum berbunyi ”putusan pengadilan yang memperoleh
kekuatan hukum tetap terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud
dalam pasal 280 dan 284 yang dikenai pada pelaksana kampanye
pemilu DPR, DPD DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten yang
berstatus sebagai calon anggota DPR, DPD DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten.
c. Sebagai dasar KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota untuk
mengambilkan tindakan berupa: 1) Pembatalan nama calon anggota
DPR, DPRD Provinsi,DPRD Kabupaten/kota dari daftar calon tetap.
2) Pembatalan penetapan calon anggota DPR, DPRD Provinsi,
DPRD Kabupaten/kota sebagai calon terpilih.
d. Bahwa Tergugat KPU Kabupaten Lombok Tengah telah keliru
menerapkan Pasal 285 Undang-undang Nomor 7 tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum sebagai dasar untuk Mencoret calon anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Lombok Tengah atas nama
BAIQ SUMARNI dari Partai Golongan Karya Daerah Pemilihan
Lombok Tengah 3 dengan nomor urut 8 pada Daftar Calon Tetap
(DCT) anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Lombok
Tengah pada Pemilihan Umum 2019, tertanggal 6 Maret 2019;
e. Bahwa adressat norm atau maksud/tujuan penerapan Pasal 285 harus
dengan adanya pelanggaran atau putusan pengadilan bersifat
kumulatif yaitu pasal 280 dan 284 Undang-Undang Nomor 7 tahun
2017 tentang Pemilihan Umum;
f. Bahwa penerapan pasal 285 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017
tentang Pemilihan Umum dalam penerapannya adalah suatu pasal
yang bersifat kumulatif sedangkan Baiq Sumarni berdasarkan amar
Putusan Pengadilan Negeri Praya hanya melanggar pasal 280
Undang-undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum,
maksud pelanggaran secara kumulatif dalam Undang-undang ini
ialah kumulatif gabungan penerapan pasal 280 dan pasal 284
Undang-undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
sebagai syarat pencoretan atau pembatalan sebagai Calon Anggota
DPRD Kabupaten Lombok Tengah;
g. Bahwa seharusnya Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lombok
Tengah harus mengkaji secara imperatif terhadap pasal 285 Undang-
undang Nomor 7 tahun 2017 tentang pemilihan umum sebagai dasar
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lombok Tengah

15
Nomor 13/HK.04.1-Kpt/5202/KPU-Kab./III/2019 Tentang
Perubahan Kedua atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Lombok Tengah Nomor 34/HK.04.1- Kpt/5202/KPU-
Kab./IX/2018 Tentang Penetapan Daftar Calon Tetap (DCT)
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok
Tengah Pada Pemilihan Umum Tahun 2019 untuk melakukan
pencoretan terhadap pemohon dari daftar calon tetap.

Penting bagi Pemohon untuk sampaikan mengenai hak dipilih secara


tersurat diatur dalam UUD 1945 mulai Pasal 27 ayat (1) dan (2), Pasal
28, Pasal 28D ayat (3), Pasal 28E ayat (3). Pengaturan ini menegaskan
bahwa negara harus memenuhi hak asasi setiap warga negaranya. Bahwa
hak politik, memilih dan dipilih merupakan hak asasi. Pembatasan
penyimpangan, peniadaan dan penghapusan hak tersebut merupakan
bentuk pelanggaran hak asasi warga negara. Berdasarkan hal tersebut di
atas Penggugat sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Kabupaten Lombok Tengah atas nama BAIQ SUMARNI dari Partai
Golongan Karya Daerah Pemilihan Lombok Tengah 3 dengan nomor
urut 8 pada Daftar Calon Tetap (DCT) anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Kabupaten Lombok Tengah pada Pemilihan Umum 2019,
tertanggal 6 Maret 2019 harus mendapatkan perlindungan hukum dan
hak politiknya sebagai calon Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten
Lombok Tengah. Secara psikologi/sosiologis dan konstitusional
Penggugat memiliki hak yang sama dan implementasinya hak dan
kewajibanpun dipilih, penjamin hak dipilih secara tersurat dalam UUD
1945 mulai ayat (3). Sementara hak memilih juga diatur dalam Pasal 1
ayat (2), Pasal 2 ayat (1), Pasal 6A (1), Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 22C
(1) UUD 1945. Perumusan pada pasal-pasal tersebut sangat jelas.

(2). Objek Sengketa yang Diterbitkan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten


Lombok Tengah Melanggar Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik
Keputusan yang dikeluarkan oleh Tergugat sebagai Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara dianggap tidak memperhatikan dan
bertentangan dengan Asas-asas umum pemerintahan yang baik (The
General Principles of Good Administration), sebagaimana diatur dalam
Pasal 53 ayat (2) huruf b Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara, seperti yang diuraikan oleh Penggugat.
a. Asas Kepastian Hukum; asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang- undangan, kepatutan

16
dan keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara Negara. Dalam
hubungannya dengan keputusan a quo yang Mencoret calon anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Lombok Tengah atas nama
BAIQ SUMARNI dari Partai Golongan Karya Daerah Pemilihan
Lombok Tengah 3 dengan nomor urut 8 pada Daftar Calon Tetap
(DCT) anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Lombok
Tengah pada Pemilihan Umum 2019 adalah tindakan melawan
hukum dan tanpa dasar konstitusional.
b. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara; asas yang menjadi landasan
keteraturan, keserasian dan keseimbangan dalam pengendalian
penyelenggaraan Negara. Dalam hubungannya dengan keputusan
Tergugat a quo mencoret calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Kabupaten Lombok Tengah atas nama BAIQ SUMARNI dari Partai
Golongan Karya Daerah Pemilihan Lombok Tengah 3 dengan
nomor urut 8 pada Daftar Calon Tetap (DCT) anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Kabupaten Lombok Tengah pada Pemilihan
Umum 2019, Tergugat tidak melaksanakan asas ini dikarenakan
hingga saat Tergugat tidak pernah meminta klarifikasi kepada
Penggugat mengenai fakta hukum atas terbitnya Keputusan
Tergugat di atas.
c. Asas Keterbukaan; asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan Negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan
rahasia Negara. Dalam hubungannya dengan Keputusan Tergugat a
quo, Tergugat telah melanggar asas ini dikarenakan Tergugat dalam
melaksanakan kewajibannya telah tidak berlaku terbuka dan objektif
hal ini dapat dibuktikan dari tindakan Tergugat yang Mencoret calon
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Lombok Tengah atas
nama BAIQ SUMARNI dari Partai Golongan Karya Daerah
Pemilihan Lombok Tengah 3 dengan nomor urut 8 pada Daftar
Calon Tetap (DCT) anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten
Lombok Tengah pada Pemilihan Umum 2019 adalah jelas-jelas
diselenggarakan secara melawan hukum dan inkonstitusional.
d. Asas Proporsionalitas; asas yang mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara. Dalam
hubungannya dengan Putusan Tergugat a quo, Tergugat tidak pernah
menjalankan asas ini hal mana terlihat dari Tergugat tidak pernah
mempertimbangkan bahwa proses hukum sampai terbitnya

17
Keputusan a quo diselenggarakan tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
e. Asas Profesionalitas; asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dalam hubungannya dengan Putusan
Tergugat a quo, telah melanggar ketentuan asas ini dikarenakan
dalam keputusan Tergugat a quo, yang mencoret calon anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Lombok Tengah atas nama
BAIQ SUMARNI dari Partai Golongan Karya Daerah Pemilihan
Lombok Tengah 3 dengan nomor urut 8 pada Daftar Calon Tetap
(DCT) anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Lombok
Tengah pada Pemilihan Umum 2019 adalah jelas-jelas
diselenggarakan secara melawan hukum dan inkonstitusional.
f. Asas Akuntabilitas; asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan
dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, Surat Keputusan Tergugat yang
menjadi subjek sengketa jelas telah memenuhi persyaratan Pasal 53 ayat
(2) huruf b Undang-undang No. 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas
Undang-undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, dan PERMA No. 5 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penyelesaian
Sengketa Proses Pemilihan Umum di Pengadilan Tata Usaha Negara.
Namun, dalam konteks ini, keputusan tersebut dianggap telah
melanggar atau setidaknya tidak mematuhi asas-asas umum
pemerintahan yang baik.

Adapun dalam hal-hal yang menjadi bagian dari dalil-dalil yang diajukan oleh
penggugat sebagai dasar gugatannya dan beberapa hal yang dirinci dari pihak
tergugat dalam menjawab tuntutan penggugat, yaitu sebagai berikut:
1. Perspektif Penggugat
 Penggugat berpendapat bahwa objek sengketa adalah Keputusan KPU
Nomor 13/HK.04.1-Kpt/5202/KPU-Kab./III/2019 yang mencoret calon
BAIQ SUMARNI. Mereka menyoroti bahwa calon tersebut merupakan
anggota Partai Golkar dan telah dicoret dari Daftar Calon Tetap (DCT)
untuk Pemilihan Umum 2019.
 Dasar gugatan berupa hal-hal sebagai berikut:
(a). Penggugat menegaskan bahwa tindakan KPU dalam mengeluarkan
Surat Keputusan Nomor 13/HK.04.1-Kpt/5202/KPU-Kab./III/2019

18
adalah sebagai Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara sesuai dengan
Pasal 1 angka (2) UU No. 5 Tahun 1986 yang diubah menjadi Pasal
1 angka 8 dalam UU No. 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua
Atas UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
dinilai telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(b). Surat Keputusan KPU memiliki sifat konkret, individual, dan final,
yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum
perdata, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka (3) UU No. 5
Tahun 1986 yang diubah menjadi Pasal 1 angka (9) dalam UU No.
51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 5 Tahun
1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
(c). Penggugat mengklaim bahwa pencoretan calon anggota DPR
Kabupaten Lombok Tengah atas nama BAIQ SUMARNI tersebut
dilakukan secara melawan hukum dan tanpa dasar konstitusional,
yang merugikan kepentingan mereka sebagai calon anggota DPR.
2. Perspektif Tergugat
 Tergugat, dalam hal ini KPU Kabupaten Lombok Tengah, mendasarkan
tindakan mereka pada kewenangan yang diberikan oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Mereka berpendapat bahwa
keputusan mereka merupakan bagian dari proses penyelenggaraan
pemilu dan pemilihan.
 Pembelaan terhadap keputusan, menjawab tuntutan penggugat:
(a). Tergugat kemungkinan besar akan membela tindakan mereka
dengan merinci bahwa pencoretan calon dilakukan dalam kapasitas
Badan Tata Usaha Negara yang diatur oleh UU No. 5 Tahun 1986
sebagaimana terakhir diubah dalam UU No. 51 Tahun 2009
Tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara.
(b). Penggugat terbukti telah melakukan pelanggaran larangan
kampanye di masa kampanye berdasarkan keputusan Pengadilan
Negeri Praya Nomor 1/Pid.S/2019/PN.Pya, dan telah mempunyai
kekuatan hukum tetap sesuai Surat Keterangan dari Pengadilan
Negeri Praya Nomor W25-U6/585/ HK.01/3/2019 tanggal 5 Maret
2019 bahwa perkara Pidana Nomor : 1/Pid.S/2019/PN Pya atas
nama Terdakwa BAIQ SUMARNI telah Putus oleh Pengadilan
Negeri Praya tanggal 18 Februari 2019 dan telah berkekuatan
hukum tetap (inkrach van gewisjde).
(c). Bahwa berdasarkan Surat Komisi Pemilihan Umum Republik
Indonesia 31/PL.01.4-SD/06/KPU/I/2019 Perihal Calon Tidak
Memenuhi Syarat Pasca Penetapan Daftar Calon Tetap (DCT),

19
angka 1 huruf b, maka Penggugat dicoret dari Penetapan Daftar
Calon Tetap (DCT) Anggota DPRD Kabupaten Lombok Tengah
daerah pemilihan Lombok Tengah 3.
(d). Bahwa penerapan Pasal 285 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
sesuai dengan Surat Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia
31/PL.01.4- SD/06/KPU/I/2019 Perihal Calon Tidak Memenuhi
Syarat Pasca Penetapan Daftar Calon Tetap (DCT) angka 1 huruf b
adalah tidak bersifat kumulatif.

Bahwa sebagaimana telah diuraikan, maka dalil-dalil Penggugat tidak benar,


justru sebaliknya bahwa Tergugat telah melaksanakan penelitian persyaratan
pencalonan dan persyaratan calon penelitian hasil perbaikan persyaratan pencalonan dan
persyaratan calon. Sehingga atas dasar itu, layak dan sangat berdasar hukum untuk
menolak seluruh tuduhan Penggugat tersebut.
Keputusan yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten
Lombok Tengah dengan Nomor 13/HK.04.1-Kpt/5202/KPU-Kab./III/2019 merupakan
sebuah penyesuaian kedua terhadap keputusan sebelumnya, yaitu Keputusan Nomor
34/HK.04.1-Kpt/5202/KPU-Kab./IX/2018. Dalam konteks keputusan sebagaimana
dijelaskan sebelumnya tersebut, KPU mengambil langkah untuk mengubah keputusan
sebelumnya, yang pada dasarnya adalah Keputusan Nomor 34/HK.04.1-Kpt/5202/KPU-
Kab./IX/2018. Perubahan tersebut terfokus pada satu keputusan khusus, yaitu
pencoretan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Lombok Tengah, Baiq
Sumarni. Hal ini menandakan bahwa KPU menilai perlu untuk mengoreksi atau
menyesuaikan daftar calon yang telah ditetapkan sebelumnya dalam persiapan
Pemilihan Umum Tahun 2019 di wilayah tersebut.
Perbedaan pandangan antara penggugat dan tergugat menunjukkan kompleksitas
sengketa ini. Pengadilan diharapkan akan mempertimbangkan bukti-bukti yang
disajikan oleh kedua belah pihak, menilai konsistensi tindakan KPU dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan memastikan bahwa keputusan
tersebut tidak melanggar hak-hak calon secara melawan hukum. Terhadap substansi
hukum dan konstitusionalitas tindakan KPU menjadi kunci dalam pengambilan
keputusan oleh PTUN Mataram. Dalam konteks sengketa pemilu ini, persidangan akan
membahas dan menilai secara cermat apakah pencoretan calon oleh KPU Kabupaten
Lombok Tengah sesuai dengan hukum dan konstitusi yang berlaku. Keputusan PTUN
nantinya akan sangat bergantung pada argumen dan bukti yang disajikan oleh kedua
belah pihak, serta kemampuan mereka untuk meyakinkan pengadilan terkait keabsahan
tindakan yang diambil.

20
2.2.2. Analisis Pertimbangan dan Putusan Hakim
(Weisya 1447)
Majelis Hakim akan melakukan pengujian dan penilaian dalil eksepsi
Tergugat mengenai tidak berwenangnya Pengadilan Tata Usaha Negara dalam
memeriksa dan mengadili sengketa a quo, dengan menggunakan dasar
pengujian (toetsing grounden) norma dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilu serta Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2017
tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses Pemilihan Umum di
Pengadilan Tata Usaha Negara, dihubungkan dengan fakta-fakta hukum yang
terungkap di persidangan, baik yang bersumber dari surat-surat bukti yang
diajukan para pihak, maupun keterangan saksi dan pendapat ahli di
persidangan.
Menimbang, bahwa eksepsi Tergugat yang mendalilkan Pengadilan Tata
Usaha Negara Mataram tidak memiliki kewenangan untuk mengadili sengketa
a quo dikarenakan tidak dilakukan upaya administratif terlebih dahulu oleh
Penggugat di Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten Lombok Tengah,
dengan mendasarkan pada ketentuan Pasal 471 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, yang pada pokoknya
menegaskan bahwa gugatan atas Sengketa Tata Usaha Negara Pemilu ke
Pengadilan Tata Usaha Negara dilakukan setelah seluruh upaya administratif di
Bawaslu telah digunakan. Terhadap eksepsi Tergugat tersebut, oleh karena
hukum acara pemeriksaan sengketa proses Pemilu yang diatur dalam PERMA
Nomor 5 Tahun 2017 tidak mengatur kesempatan Penggugat untuk menanggapi
dan atau menyangkal eksepsi Tergugat, karena membatasi acara jawab
menjawab hanya sampai pada eksepsi dan jawaban. Namun dari uraian dalil-
dalil gugatannya, Penggugat telah mendalilkan bahwa oleh karena Penggugat
pernah melakukan permohonan penyelesaian sengketa Pemilu di Bawaslu
Kabupaten Lombok Tengah pada tanggal 11 Maret 2019 sebagai upaya
penyelesaian sengketa Pemilu, dimana Bawaslu Kabupaten Lombok Tengah
telah mengambil sikap bahwa permohonan penyelesaian sengketa proses
Pemilu yang dimohonkan oleh Pemohon (Penggugat) tidak dapat diregister,
sebagaimana surat Bawaslu Kabupaten Lombok Tengah Nomor 01/K/Bwsl-
LTH/PS/III/2019, tanggal 11 Maret 2019 perihal Permohonan Tidak Dapat
Diregister, sehingga Pengadilan Tata Usaha Negara berwenang untuk
memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara ini.
Majelis Hakim berkesimpulan hal pokok yang harus dibuktikan untuk
menjawab benar atau tidaknya dalil eksepsi Tergugat dimaksud adalah, apakah
benar baik secara prosedural maupun substansial Penggugat telah menempuh
upaya administratif dengan mengajukan keberatan ke Bawaslu dan
mendapatkan putusan dari Bawaslu in casu Bawaslu Lombok Tengah, akibat

21
diterbitkannya Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten
Lombok Tengah Nomor 13/HK.04.1-Kpt/5202/KPU-Kab./III/2019 tanggal 6
Maret 2019 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Lombok Tengah Nomor 34/HK.04.1-Kpt/5202/KPU-Kab./IX/2018
Tentang Pendaftaran Calon Tetap (DCT) Anggota Dewan Perwakilan Daerah
Kabupaten Lombok Tengah Pada Pemilihan Umum Tahun 2019 yg telah
mencoret calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok
Tengah atas nama Baiq Sumarni (Penggugat) dari Partai Golongan Karya
Daerah Pemilihan Lombok Tengah 3 dengan nomor urut 8 pada Daftar Calon
Tetap (DCT) anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok
Tengah pada Pemilihan Umum 2019.
Dengan demikian berdasarkan keseluruhan pertimbangan hukum tersebut
di atas, khususnya fakta-fakta hukum mengenai belum adanya putusan Bawaslu
Kabupaten Lombok Tengah dalam perkara a quo, sebagaimana pendapat
Majelis Hakim yang telah dibuktikan dalam pertimbangan hukum sebelumnya
dan norma dalam Pasal 471 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
juncto Pasal 2 ayat (1) PERMA Nomor 5 Tahun 2017, maka cukup alasan
hukum bagi Majelis Hakim untuk mengabulkan eksepsi Tergugat dan
menyatakan Pengadilan Tata Usaha Negara Mataram tidak berwenang
mengadili perkara a quo.
Berdasarkan ketentuan Pasal 13 ayat (5) Peraturan Mahkamah Agung RI
Nomor 5 Tahun 2017, terhadap putusan atas sengketa proses pemilihan umum
di Pengadilan Tata Usaha bersifat final dan mengikat serta tidak dapat
dilakukan upaya hukum banding, kasasi atau peninjauan Kembali. Demikianlah
diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Tata
Usaha Negara Mataram, pada hari Rabu, tanggal 27 Maret 2019, oleh kami
SUBUR MS, S.H., M.H., sebagai Hakim Ketua Majelis, PULUNG
HUDOPRAKOSO, S.H., dan MALAHAYATI, S.H., masing-masing sebagai
Hakim Mengabulkan eksepsi Tergugat mengenai kewenangan mengadili Dalam
pokok perkara Menyatakan gugatan Penggugat tidak diterima dan menghukum
Penggugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini sejumlah Rp.
644.000,00 (enam ratus empat puluh empat ribu rupiah).

22
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pencoretan atas nama Sdr. Baiq Sumarni sebagai Daftar Calon Tetap dari partai
Golongan Karya (GOLKAR) daerah pemilihan Lombok Tengah 3 yang sebelumnya
mendapatkan nomor urut 8 pada pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Lombok Tengah 2019, membuat Sdr. Baiq Sumarni dalam hal ini sebagai
Penggugat mengajukan gugatan kepada PTUN Mataram untuk menguji apakah
keputusan (beschikking) dari Tergugat salah atau benar mengingat bahwa pencoretan
Sdr. Baiq Sumarni dilakukan tanpa dasar atau pertimbangan hukum yang jelas serta
memberikan kerugian kepada Penggugat sendiri dan menyebabkan kekacauan yang
mendatangkan political destruct dalam penyelenggaraan proses demokrasi di Kabupaten
Lombok Tengah. Meskipun pencoretan Baiq Sumarni dari Daftar Calon Tetap
GOLKAR pada pemilihan 2019 adalah sah, Pengadilan Tata Usaha Negara Mataram
tidak memiliki kewenangan untuk mengadili dikarenakan tidak dilakukan upaya
administratif yang dilakukan terlebih dahulu di Badan Pengawas Pemilihan Umum
Kabupaten Lombok Tengah.
Dalam analisa putusan tersebut, Pengadilan diharapkan mempertimbangkan
bukti dari kedua pihak, menilai konsistensi tindakan KPU dengan peraturan yang
berlaku, dan memastikan keputusan tersebut tidak melanggar hak calon secara melawan
hukum. Substansi hukum dan konstitusionalitas tindakan KPU kunci dalam keputusan
PTUN Mataram. Persidangan akan menilai apakah pencoretan calon oleh KPU
Kabupaten Lombok Tengah sesuai dengan hukum dan konstitusi. Keputusan PTUN
akan bergantung pada argumen dan bukti dari kedua pihak serta kemampuan mereka
meyakinkan pengadilan tentang keabsahan tindakan yang diambil. Dan dengan
demikian berdasarkan keseluruhan pertimbangan hukum dari majelis hakim, khususnya
fakta-fakta hukum mengenai belum adanya putusan Bawaslu Kabupaten Lombok
Tengah dalam perkara a quo, sebagaimana pendapat Majelis Hakim yang telah
dibuktikan dalam pertimbangan hukum sebelumnya dan norma dalam Pasal 471 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 juncto Pasal 2 ayat (1) PERMA Nomor 5 Tahun
2017, maka cukup alasan hukum bagi Majelis Hakim untuk mengabulkan eksepsi
Tergugat dan menyatakan Pengadilan Tata Usaha Negara Mataram tidak berwenang
mengadili perkara a quo. Sebagai Hakim mengabulkan eksepsi Tergugat mengenai
kewenangan mengadili dalam pokok perkara menyatakan gugatan Penggugat tidak
diterima dan menghukum Penggugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara
ini sejumlah Rp. 644.000,00 (enam ratus empat puluh empat ribu rupiah).

23
3.2. Saran
Adapun saran-saran tentang hasil diskusi yang dapat kelompok kami berikan, yaitu:
1. Untuk memastikan bahwa sebelum mengajukan gugatan ke pengadilan, pihak
terkait harus melakukan upaya administratif sesuai dengan prosedur yang
berlaku, seperti mengajukan keberatan ke lembaga yang berwenang, dalam hal
ini Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten Lombok Tengah.
2. Dalam konteks sengketa pemilu ini, penting untuk mempertimbangkan
argumen dan bukti yang disajikan oleh kedua belah pihak, serta memastikan
bahwa keputusan tersebut tidak melanggar hak-hak calon secara melawan
hukum. Serta Menekankan pentingnya keadilan proses dalam pengambilan
keputusan. Pastikan bahwa seluruh pihak memiliki hak yang sama untuk
menyampaikan argumen dan bukti, serta memastikan kejelasan dan keadilan
dalam seluruh proses persidangan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Basah, Syahran. 1985. Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi di
Indonesia. Bandung: PT. Alumni
Rahardjo, Satjipto. 2012. Ilmu Hukum. Bandung: PT. Alumni

Jurnal dan Makalah:


Atmosudirjo, Prajudi. 1977. Masalah Organisasi Peradilan Administrasi Negara
(Makalah) BPHN Simposium Peradilan Tata Usaha Negara. Bandung: Bina
Cipta
Erick, Benni, M. Ikhwan. 2022. “Mekanisme Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum
di Indonesia”. Jurnal Analisis Hukum 5. (2): 203-219.
Lestari, Putri Diah, Hananto Widodo. 2023. “Disharmoni Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilu dan Pilkada di .Indonesia”. Jurnal Hukum 1. (1): 186-197.
Yanti. Herma. 2014. “Sengketa Tata Usaha Negara Pemilu dan Penyelesaiannya Oleh
Peradilan Tata Usaha .Negara”. Jurnal Legalitas 6. (1): 75-93.

Putusan:
Direktori Putusan Mahkamah Agung, Putusan Nomor 22/G/Sppu/2019/Ptun.Mtr

Perundang-Undangan:
UUD NRI Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
PERMA Nomor 5 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilihan Umum di Pengadilan Tata Usaha Negara.

25
LAMPIRAN

Progres Kerja Kelompok di Google Documents

26

Anda mungkin juga menyukai