Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ni Kadek Gita Yuliawati

NIM : 2104551483

Kelas : Y (Reguler Sore)

Mata Kuliah : Hukum Hak Asasi Manusia Lanjutan

RESUME SPECIAL RAPPORTEUR

Pelapor Khusus Hak Asasi Manusia adalah seorang ahli independen yang ditunjuk
oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Mandat tersebut dibuat pada tahun 1999 oleh Komisi
Hak Asasi Manusia, berdasarkan resolusi 1999/44 . Sejak saat itu, mandat Pelapor Khusus
diperpanjang melalui resolusi Komisi Hak Asasi Manusia 2002/62 dan 2005/47 ; dan
resolusi Dewan Hak Asasi Manusia 8/10 , 17/12 , 26/19 , 34/21 , dan terakhir 43/6 ,
masing-masing untuk jangka waktu tiga tahun.

Mandat Pelapor Khusus mencakup semua negara, terlepas dari apakah suatu Negara
telah meratifikasi Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran
dan Anggota Keluarganya, tertanggal 18 Desember 1990 .

Prosedur khusus bagi individu (disebut Special Rapporteur atau Pelapor


Khusus,Special Representative of the Secretary-General atau Wakil Khusus Sekretaris
Jenderal atau Independent Expert atau Pakar Independen) atau kelompok kerja biasanya
terdiri dari lima anggota (satu dari masing-masing wilayah regional). Mandat Prosedur
Khusus Ditetapkan dan ditentukan oleh resolusi yang mereka keluarkan.

Pemegang mandat juga melakukan kunjungan ke negara negara untuk menyelidiki


situasi HAM di tingkat nasional.Mereka Biasanya mengirimkan surat kepada Pemerintah
negara yang bersangkutan untuk melakukan kunjungan jika pemerintah tersebut setuju
undangan untuk mengunjungi diperpanjang. Beberapa negara pada prinsipnya siap untuk
menerima kunjungan dari setiap pemegang mandat. Setelah Kunjungan, pemegang mandat
akan melaporkan segala permasalahan yang mereka temukan dan rekomendasi-rekomendasi
sesuai misi yang dilakukan.

Era baru Dewan HAM PBB saat ini telah memberikan kewenangan untuk dapat
melakukan tindakan yang tegas sekalipun terhadap setiap pelanggaran HAM di seluruh dunia.
Sebagai bagian dari mandat mereka, prosedur-prosedur khusus memeriksa, memberi
nasihat dan melaporkan secara terbuka tentang isu-isu dan situasi-situasi hak asasi manusia.
Mereka melakukan studi tematik dan mengadakan konsultasi ahli, berkontribusi pada
pengembangan standar hak asasi manusia internasional, terlibat dalam advokasi dan
memberikan nasihat untuk kerjasama teknis. Atas undangan dari Pemerintah, mereka
mengunjungi negara atau wilayah tertentu untuk memantau situasi di lapangan. Prosedur-
prosedur khusus juga bertindak atas kasus-kasus individual dan keprihatinan yang lebih luas,
bersifat struktural dengan mengirimkan komunikasi ke Negara-negara dan entitas-entitas lain
di mana mereka membawa dugaan pelanggaran atau penyalahgunaan untuk diperhatikan.
Terakhir, mereka meningkatkan kesadaran publik tentang topik tertentu melalui siaran pers
atau pernyataan publik lainnya. Prosedur khusus melapor setiap tahun kepada Dewan Hak
Asasi Manusia.

Peran Special Rapporteur adalah untuk mempromosikan dan melindungi hak asasi
manusia, termasuk hak-hak kelompok khusus seperti masyarakat adat. Mereka memiliki
mandat untuk meningkatkan kesadaran, mengumpulkan informasi, menyelidiki dugaan
pelanggaran hak asasi manusia, dan memberikan rekomendasi kepada negara-negara dan
komunitas internasional. Berikut adalah ringkasan cara kerja Special Rapporteurs dalam
rangka penegakan hak asasi manusia:

Sistem pemantauan hak asasi manusia terbagi menjadi dua mekanisme utama:
mekanisme berdasarkan piagam (charter-based mechanism) dan mekanisme
berdasarkan perjanjian (treaty-based mechanism).

1. Mekanisme berdasarkan perjanjian:

Mekanisme ini dibentuk melalui perjanjian hak asasi manusia di bawah naungan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Badan-badan utama dalam mekanisme ini adalah
komite-komite yang memiliki wewenang untuk memeriksa dan mengevaluasi praktik hak
asasi manusia negara-negara anggota sesuai dengan tugas yang ditetapkan dalam konvensi-
konvensi hak asasi manusia. Metode kerja mereka didasarkan pada dokumen-dokumen
pendirian mereka yang membuat badan-badan ini memiliki sifat legalistik. Contoh badan-
badan ini adalah Komisi Hak Asasi Manusia, Komite Hak Asasi Manusia, dan Komite
Hak Perempuan.
2. Mekanisme berdasarkan piagam:

Mekanisme ini dibentuk melalui piagam PBB. Badan-badan ini termasuk Dewan
Ekonomi dan Sosial, Majelis Umum, Dewan Keamanan, dan Dewan Perwalian. Selain
badan-badan utama ini, terdapat juga subkomite dan submekanisme seperti Komisioner
Tinggi Hak Asasi Manusia, Pelapor Khusus, Kelompok Kerja, dan Diskusi Negara. Metode
kerja badan-badan ini lebih bersifat politik dan kurang bersifat hukum dibandingkan
mekanisme berdasarkan perjanjian.

Selain mekanisme global di bawah sistem PBB, terdapat juga mekanisme regional untuk
Eropa, Afrika, dan Kawasan Amerika. Dewan Eropa memiliki konvensi dan mekanisme
berdasarkan perjanjian yang terkenal seperti Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia dan
Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa. Di Afrika dan Kawasan Amerika, terdapat organisasi
dan mekanisme serupa dalam Uni Afrika dan Organisasi Negara-Negara Amerika. Namun, di
Asia belum terdapat mekanisme regional hak asasi manusia.

Selain badan-badan pemantauan hak asasi manusia yang spesifik, terdapat juga berbagai
organisasi internasional yang menangani hak asasi manusia sebagai bagian dari tugas mereka.
Contohnya adalah Organisasi Perdagangan Dunia, Organisasi Pertanian dan Pangan,
Organisasi Perburuhan Internasional, dan banyak lagi. Penting untuk dicatat bahwa meskipun
mekanisme pemantauan internasional memiliki peran penting, pemantauan hak asasi manusia
pada tingkat nasional merupakan tanggung jawab utama negara-negara. Badan-badan
internasional dapat terlibat jika negara tidak memenuhi kewajibannya dalam menghormati
dan melindungi hak asasi manusia di dalam yurisdiksinya.

1Selain itu, cara kerja Special Rapporteurs dalam rangka penegakan hak asasi manusia
yaitu: Special rapporteurs adalah bagian dari sistem pemantauan yang digunakan untuk
penegakan Hak Asasi Manusia (HAM). Mereka adalah individu yang ditunjuk oleh PBB atau
organisasi regional yang memiliki mandat khusus untuk menyelidiki, melaporkan, dan
mengawasi pelanggaran HAM di berbagai negara. Cara kerja special rapporteurs dan sistem
pemantauan dalam rangka penegakan HAM dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penunjukan Special Rapporteurs


Special rapporteurs dipilih berdasarkan keahlian dan integritas mereka dalam bidang
HAM. Mereka biasanya memiliki latar belakang akademik atau profesional yang
relevan. Setelah ditunjuk, mereka bertugas untuk memantau situasi HAM di negara-
negara tertentu atau topik-topik tertentu.
2. Penelitian dan Investigasi
Special rapporteurs melakukan penelitian dan investigasi yang mendalam tentang
situasi HAM di negara-negara yang mereka tinjau. Mereka mengumpulkan informasi
melalui kunjungan lapangan, pertemuan dengan pemerintah, kelompok masyarakat
sipil, korban, dan saksi mata, serta melalui pengumpulan bukti-bukti dan laporan.
3. Melaporkan Pelanggaran
Setelah melakukan penelitian, special rapporteurs menyusun laporan yang
menggambarkan temuan mereka. Laporan ini mencakup analisis mendalam tentang
pelanggaran HAM yang terjadi, penyebabnya, dan rekomendasi untuk meningkatkan
perlindungan HAM. Laporan tersebut disampaikan kepada badan-badan PBB atau
organisasi regional terkait.
4. Interaksi dengan Pemerintah
Special rapporteurs berinteraksi dengan pemerintah negara yang sedang mereka
tinjau. Mereka memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai tindakan yang
harus diambil untuk memperbaiki situasi HAM. Pemerintah diminta untuk
memberikan tanggapan atau tindakan perbaikan terhadap rekomendasi tersebut.
5. Diplomasi dan Advokasi
Special rapporteurs berperan dalam diplomasi dan advokasi untuk meningkatkan
kesadaran tentang pelanggaran HAM yang terjadi. Mereka berbicara di forum
internasional, konferensi, dan pertemuan tingkat tinggi untuk mengadvokasi
perlindungan HAM. Mereka juga berusaha memobilisasi dukungan dan kerjasama
internasional dalam upaya penegakan HAM.
6. Tindak Lanjut
Special rapporteurs terus memantau pelaksanaan rekomendasi mereka oleh
pemerintah dan melaporkan kemajuan atau kegagalan dalam perlindungan HAM.
Mereka dapat memperbarui laporan mereka atau membuat laporan tambahan jika
situasi berubah atau pelanggaran berlanjut.
7. Kunjungan ke negara
Special Rapporteur dapat melakukan kunjungan ke negara untuk menilai situasi hak
asasi manusia secara langsung. Selama kunjungan ini, mereka bertemu dengan pejabat
pemerintah, organisasi masyarakat sipil, korban, dan pihak terkait lainnya untuk
mengumpulkan informasi dan mengevaluasi implementasi standar hak asasi manusia.
8. Analisis dan rekomendasi
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, Special Rapporteur menganalisis situasi
hak asasi manusia dan mengidentifikasi masalah atau pelanggaran yang ada. Mereka
kemudian merumuskan rekomendasi dan proposal untuk mengatasi masalah ini,
termasuk reformasi hukum dan kebijakan, praktik terbaik, dan langkah-langkah
lainnya yang diperlukan untuk melindungi dan mempromosikan hak asasi manusia.

Anda mungkin juga menyukai