Anda di halaman 1dari 9

Pemerintah memiliki tanggung jawab utama untuk melindungi hak asasi

manusia setiap warganya oleh karena itu OHCHR memberikan bantuan kepada

pemerintah, seperti keahlian dan teknis pelatihan di bidang administrasi dan

kebijakan atau perundangan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan standar

internasional hak asasi manusia di dunia. Office of the High Commissioner for

Human Rights juga membantu entitas lain seperti NGO, Universitas dan media

yang bertanggung jawab melindungi dan Mempromosikan hak asasi. Setiap

organisasi internasional dibentuk untuk melaksanakan peran peran dan fungsinya

sesuai dengan tujuan pendirian organisasi internasional tersebut dalam kaitannya

dengan keberadaan OHCHR.

Office of the High Commissioner for Human Rights diamanatkan oleh

Majelis Umum PBB untuk mempromosikan dan melindungi kenikmatan dan

realisasi penuh, oleh semua orang, dari semua hak asasi manusia. Piagam

Perserikatan Bangsa-Bangsa, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, serta

undang-undang dan perjanjian hak asasi manusia internasional menetapkan hak-

hak tersebut. Hak Asasi Manusia PBB dibentuk oleh Majelis Umum pada tahun

1993 melalui resolusi 48/141 yang juga merinci mandatnya.

Hak Asasi Manusia PBB diamanatkan:

a. Mempromosikan dan melindungi semua hak asasi manusia untuk semua

b. Merekomendasikan agar badan-badan sistem PBB meningkatkan promosi dan

perlindungan semua hak asasi manusia

c. Mempromosikan dan melindungi hak atas pembangunan

d. Memberikan bantuan teknis kepada Negara untuk kegiatan hak asasi manusia
e. Mengkoordinasikan program pendidikan hak asasi manusia dan informasi

publik PBB

f. Bekerja secara aktif untuk menghilangkan hambatan terhadap realisasi hak

asasi manusia dan untuk mencegah berlanjutnya pelanggaran hak asasi

manusia

g. Terlibat dalam dialog dengan Pemerintah untuk mengamankan penghormatan

terhadap semua hak asasi manusia

h. Meningkatkan kerja sama internasional untuk promosi dan perlindungan semua

hak asasi manusia

i. Mengkoordinasikan kegiatan promosi dan perlindungan hak asasi manusia di

seluruh sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa

j. Merasionalisasi, mengadaptasi, memperkuat, dan merampingkan mesin hak

asasi manusia PBB

Untuk menjalankan tugasnya sebagai salah satu lembaga naungan PBB yang

berfokus pada isu HAM tentu saja OHCHR memiliki beberapa program

diantaranya

1.  Universal Periodic Review ( UPR)

Universal periodic review adalah sebuah program OHCHR yang

bertujuan untuk membahas masalah-masalah HAM di negara-negara PBB

yang dilaksanakan setiap 4,5 tahun sekali titik dalam up Rini setiap negara

akan menyampaikan masalah HAM di negaranya masing-masing serta

melaporkan Apa saja kegiatan atau tindakan yang sudah mereka lakukan
untuk melindungi Masyarakat negaranya dari tindakan pelanggaran HAM

serta tentang yang mereka hadapi selama menjalankan kegiatan tersebut.1

Setiap melaksanakan upaya kegiatan akan digelar selama tiga kali

dan akan ada 40 negara yang di review. HR akan mereview hasil dari

rekomendasi-rekomendasi seperti penerapan resolusi PBB dalam

menangani masalah HAM di negaranya dan diharapkan dapat diterapkan

sebanyak 75% dari rekombinasi yang telah dibuat Selain itu negara-negara

tersebut bisa mengajukan permintaan untuk teknik asisten yang bertugas

untuk membantu negara lain dalam penerapan program untuk

meningkatkan kualitas HAM di negaranya negara yang menjadi technical

assistant ini biasanya negara-negara yang dianggap lebih baik dalam

menerapkan rekomendasi yang telah dibuat untuk meningkatkan

keefektivitasan dalam menangani masalah HAM di negaranya.2

2. Spesial Prosedur 

Spesial prosedur adalah salah satu magnet yang dibuat untuk

mengutus para spesial reporter yaitu seseorang atau kelompok yang terdiri

dari 5 ahli yang diutus oleh. Tugasnya di pare-pare ini adalah melakukan

kunjungan ke beberapa negara yang diindikasikan memiliki permasalahan

HAM di dalamnya. Selain itu, Para reporter bertugas secara individu untuk

melakukan komunikasi kepada petinggi atau pemerintah suatu negara.

tugas mereka juga adalah mengajukan standar HAM bagi negara-negara

yang memang belum Memiliki standar yang sama dengan dunia

1
Human Right Council Booklite, hlm. 5
2
iIbid, hl. 8-9
internasional atau PBB Oleh karena itu seringkali Para reporter ini terlibat

dalam kegiatan advokasi HAM serta menyediakan atau membantu dalam

melaksanakan kegiatan HAM Para reporter ini setidaknya akan

melaporkan hasil dari kunjungan dan kegiatan yang telah mereka lakukan

setidaknya satu kali dalam setahun bukan hanya kepada OHCHR tetapi

juga kepada majelis umum PBB.3

3. Advisory Commite

OHCHR memiliki wadah yang fokusnya hanya pada penelitian terkait

kasus utama HAM secara global. tim ini terdiri dari 18 ahli yang dipilih

oleh a c h r yang mana tugas mereka adalah selama 3 tahun bisa dipilih

kembali dengan ketentuan Hanya Satu Kesempatan pertemuan dari

advisory committee ini dimulai pada 2008 dan dilaksanakan dua kali

dalam satu tahun tepatnya pada bulan Februari dan Agustus. komite sangat

menekankan pada praktik penerapan program secara langsung serta sudah

melakukan berbagai penelitian dan kajian tentang bantuan internasional,

korupsi, pemerintah lokal situasi pasca bencana dan pasca konflik teroris

hak terhadap pangan kehilangan serta kebebasan individu.4

4. Complaint prosedur

Dalam OHCHR divisi ini memiliki kerja yang fokus pada korban

kekerasan dalam segala bentuk kritik komponen tersebut ini lebih

menekankan pada laporan dari individu kelompok atau organisasi non

pemerintah yang Yang menjadi di korban seperti korban kekerasan atau

3
Ibid, hlm. 11
4
Ibid, hlm. 13
mengancam keberadaan mereka sejak dibentuknya program ini pada 2007

sudah diterbitkan sebanyak 1503  prosedur dalam menangani kasus HAM

dan 3408 yang masuk.5

5. Commission of Inquiry

Commission of inquiry adalah salah satu komisi yang dibentuk oleh

Oh yang bertugas untuk melakukan investigasi ke suatu negara yang

dianggap memiliki masalah HAM yang sulit untuk diselesaikan komisi ini

dibentuk Biasanya karena program sebelumnya kurang efektif dalam

menyelesaikan isu HAM di suatu negara misalnya program spesial

prosedur yang mengutus para reporter di suatu negara yang sulit masuk

karena kebijakan pemerintah yang tidak memperbolehkan pihak mereka

masuk akhirnya jalan keluarnya OHCHR mencoba membentuk CoI agar

regulasi terhadap pihak yang bersangkutan bisa lebih efektif sehingga para

anggota CoI bisa masuk dan melakukan investigasi secara langsung ke

negara bersangkutan. Meskipun pada akhirnya tidak semua negara dengan

mudah memperbolehkan CoI ini masuk contohnya Korea Utara tetap

melarang CoI masuk dan akhirnya harus melakukan investigasi dari luar

melalui pihak ketiga.

Office of the High Commissioner for Human Rights sudah bertugas di

beberapa negara dimulai dari negara-negara berkonflik seperti Timur

Tengah hingga negara yang sedikit tertutup perihal itu HAM seperti Korea

Utara dari 2006 hingga 2014 sudah ada 12 komisi yang dibentuk.6

5
Ibid, hlm. 16
6
Ibid, hlm. 18
6. Forum

Selain memiliki paruh untuk membahas isu-isu Global dari berbagai

aspek seperti sosial ekonomi budaya agama yang tentunya berkaitan

dengan saham misalnya export mekanisme on the Rights of indigenous

peoples yaitu sebuah forum yang mempromosikan dialog dan koperasi

mengenai isu isu lokal atau etnik agama dan kelompok-kelompok

minoritas. warung ini mengidentifikasi dan menganalisis program

tantangan, kesempatan-kesempatan serta inisiatif dalam penerapan

Declaration of the Rights of present the longing to National or Ethnic,

religious and linguistic Miniority . Diharapkan nilai-nilai tersebut tetap

terjaga dan tidak tersakiti oleh hal-hal yang dapat merusak nilai-nilai

HAM titik perumahan yang belakangan menjadi sangat menjadi perhatian

dunia dalam perubahan iklim yang mempengaruhi kehidupan manusia

termasuk nilai-nilai HAM. Forum seperti ini dilaksanakan sesuai dengan

keadaan di salah satu atau beberapa negara yang manakah sangat

berpengaruh terhadap ketertiban dunia internasional.7

Setahun berlalu sejak ledakan itu, kasus investigasi internasional semacam itu

semakin menguat. Office of the High Commissioner for Human Rights memiliki

kesempatan untuk membantu Lebanon untuk memenuhi kewajiban hak asasi

manusianya dengan mengamanatkan misi investigasi ke ledakan 4 Agustus 2020

untuk mengidentifikasi penyebab dan tanggung jawab ledakan, dan langkah-

7
Ibid, hlm. 22
langkah apa yang perlu diambil untuk memastikan pemulihan yang efektif bagi

para korban.8

Orang-orang yang selamat dari ledakan dan keluarga para korban telah aktif

menyerukan penyelidikan internasional, mengungkapkan kurangnya kepercayaan

mereka pada mekanisme domestik. Mereka juga berpendapat bahwa langkah-

langkah yang diambil oleh otoritas Lebanon sejauh ini sepenuhnya tidak memadai

untuk mencapai akuntabilitas karena mereka bergantung pada proses cacat yang

tidak independen atau tidak memihak.

8
OHCHR, tersedia di https://www.ohchr.org/EN/AboutUs/Pages/WhoWeAre.aspx ,
diakses pada 20 Oktober 2022
GENEVA (3 August 2022) – UN experts* called on the Human Rights
Council to launch an international investigation into the massive explosion
in Beirut two years ago that killed more than 200 people and decimated a
vast swath of the Lebanese capital city, saying victims must have justice
and accountability.

The powerful blast – in which a stockpile of ammonium nitrate stored in a


port warehouse exploded on 4 August 2020 – destroyed 77,000
apartments, wounded 7,000 people, displaced over 300,000 more and
least at least 80,000 children homeless.

“This tragedy marked one of the largest non-nuclear blasts in recent


memory, yet the world has done nothing to find out why it happened," the
experts said. "On the second anniversary of the blast, we are disheartened
that people in Lebanon still await justice, and we call for an international
investigation to be initiated without delay."

Shortly after the explosion, 37 UN human rights experts issued a joint


statement calling on the Government and the international community to
respond effectively to calls for justice and restitution.

Instead, the national investigation process has been blocked several


times. Families of the victims have therefore appealed to the international
community to establish an independent investigation under the Human
Rights Council, hoping that an inquiry mandated through this multilateral
system would give them the answers the Lebanese authorities have failed
to provide.

The explosion and its aftermath have brought into focus systemic
problems of negligent governance and widespread corruption, the experts
said. Human rights experts who recently visited Lebanon found that
responsibility for the explosion has yet to be established, affected areas
remain in ruins and reconstruction funds from the international community
have barely begun to reach beneficiaries.

Access to food is under serious threat. Lebanon imports up to 80 percent


of its food, and the explosion damaged the nation's main entry point and
grain silo, which partially collapsed a few days ago after catching fire
earlier in July.
The tragedy has unfolded as the country descends into what the World
Bank has described as a prolonged and "deliberate depression" caused by
authorities themselves. People in Lebanon are struggling to access fuel,
electricity, medicine and clean water; the currency has lost more than 95
per cent of its value over the past two years and the average inflation rate
in June was about 210 per cent.

Some countries have promised to assist people in Lebanon after the blast
but have not done enough to deliver justice and initiate an international
investigation, the experts said.

ENDS

*The experts: Mr. Michael Fakhri,  Special Rapporteur on the right to food;
Mr. Olivier De Schutter,  Special  Rapporteur  on  extreme poverty and
human rights;
Mr. Morris Tidball-Binz, Special Rapporteur on extrajudicial, summary or
arbitrary executions; Mr.  Obiora Okafor, Independent Expert on human
rights and international solidarity; Mr. David Boyd,  Special Rapporteur on
human rights and the environment; Mr. Balakrishnan Rajagopal,Special
Rapporteur on the right to adequate housing.

The Special Rapporteurs, Independent Experts and Working Groups are part
of what is known as the  Special Procedures  of the Human Rights Council.
Special Procedures, the largest body of independent experts in the UN
Human Rights system, is the general name of the Council’s independent
fact-finding and monitoring mechanisms that address either specific
country situations or thematic issues in all parts of the world. Special
Procedures’ experts work on a voluntary basis; they are not UN staff and do
not receive a salary for their work. They are independent from any
government or organization and serve in their individual capacity.

Anda mungkin juga menyukai