Anda di halaman 1dari 5

l.

Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat


dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi melaksanakan
pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi
manusia. Hal ini disebutkan di Pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia.

HAM merupakan hak yang ada dalam diri seseorang sebagai makhluk
ciptaan Tuhan YME, baik sebagai makhluk individu maupun sosial. Oleh
sebab itu, pelanggaran HAM dapat dikategorikan merupakan
pelanggaran hukum yang sifatnya struktural, artinya pelanggaran itu
bukan merupakan pelanggaran biasa melainkan suatu pelanggaran
yang sifatnya mengurangi eksistensi keberadaan manusia yang memiliki
harkat dan martabat.
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja
atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan/atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang
yang dijamin oleh undang-undang dan tidak didapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang
berlaku. Dengan demikian, pelanggaran HAM merupakan tindakan
pelanggaran kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh
institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain
tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi
pijakan.

Rumusan m

b1
pembahasan

Pada awalnya, Komnas HAM didirikan dengan Keputusan Presiden


Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Sejak
1999 keberadaan Komnas HAM didasarkan pada Undang-undang, yakni
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 yang juga menetapkan
keberadaan, tujuan, fungsi, keanggotaan, asas, kelengkapan serta tugas
dan wewenang Komnas HAM.

Disamping kewenangan tersebut, menurut UU No. 39 Tahun 1999,


Komnas HAM juga berwenang melakukan penyelidikan terhadap
pelanggaran hak asasi manusia yang berat dengan dikeluarkannya UU
No. 26 Tahun 2000 tantang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Berdasarkan
Undang-undang No. 26/2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia,
Komnas HAM adalah lembaga yang berwenang menyelidiki pelanggaran
hak asasi manusia yang berat. Dalam melakukan penyelidikan ini
Komnas HAM dapat membentuk tim ad hoc yang terdiri atas Komisi Hak
Asasi Manusia dan unsur masyarakat.

Komnas HAM berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008


tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, mendapatkan
tambahan kewenangan berupa pengawasan. Pengawasan adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Komnas HAM dengan maksud
untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah
yang dilakukan secara berkala atau insidentil dengan cara memantau,
mencari fakta, menilai guna mencari dan menemukan ada tidaknya
diskriminasi ras dan etnis yang ditindaklanjuti dengan rekomendasi.

Sejak didirikan pada 1993, Komnas HAM telah mengalami enam kali
periodisasi keanggotaan, yaitu 1993-1998, 1998-2002, 2002-2007, 2007-
2012, 2012-2017, dan 2017-2022.

Tujuan

Di dalam Pasal 75 Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia,


disebutkan bahwa tujuan dari Komnas HAM adalah:
1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak
asasi manusia sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB
serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
2. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia
guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan
kemampuan berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.

Alat Kelengkapan Lembaga

Alat kelengkapan Komnas HAM terdiri atas Sidang Paripurna dan


Subkomisi. Disamping itu, Komnas HAM mempunyai Sekretariat Jenderal
sebagai unsur pelayanan.

Sidang Paripurna

Sidang Paripurna adalah pemegang kekuasaan tertinggi di Komnas


HAM, yang terdiri atas seluruh anggota Komnas HAM. Sidang Paripurna
menetapkan Tata Tertib, Program Kerja dan Mekanisme Kerja Komnas
HAM.

Sub-komisi

Pada periode keanggotaan 2017-2022, Sub-komisi Komnas HAM terdiri


atas:

1. Subkomisi Pemajuan HAM, yang terdiri atas fungsi Pengkajian dan


Penelitian dan fungsi Penyuluhan,
2. Subkomisi Penegakan HAM, yang terdiri atas fungsi
pemantauan/penyelidikan dan fungsi mediasi.
Instrumen Hak Asasi Manusia

Dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang guna mencapai


tujuannya Komnas HAM menggunakan sebagai acuan intrumen-
instrumen yang berkaitan dengan HAM, baik nasional maupun
internasional.

Instrumen Nasional :

1. UUD 1945 beserta amandemenya;


2. Tap MPR No. XVII/MPR/1998;
3. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
4. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM;
5. UU No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan
Etnis;
6. UU No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial;
7. Peraturan perundang-undangan nasional lainnya yang terkait.

Instrumen Internasional :

1. Piagam PBB 1945;


2. Deklarasi Universal HAM 1948;
3. Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik;
4. Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya;
5. Instrumen HAM internasional lainnya.

Komnas HAM menyimpulkan bahwa penegakan hak asasi manusia di


Indonesia pada 2019 belum mengalami kemajuan yang berarti. Berbagai
komitmen dan agenda perbaikan kondisi HAM yang dimandatkan
Nawacita, Rencana Pembangunan Jangka Mengengah Nasional (RPJMN),
dan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) belum
menunjukkan pencapaian yang signifikan.

Pemicunya adalah perbedaan tingkat kekayaan atau jabatan yang


dimiliki. Apabila hal tersebut dibiarkan akan menimbulkan terjadinya
pelanggaran HAM, misalnya perbudakan, pelecehan, perampokan
bahkan pembunuhan.

Anda mungkin juga menyukai