Anda di halaman 1dari 9

Implementasi HAM di Indonesia

Pengertian Implementasi menurut beberapa ahli

Menurut Nurdin Usman

Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu
sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk
mencapai tujuan kegiatan(Usman, 2002:70).

Menurut Guntur Setiawan

Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan
dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang
efektif(Setiawan, 2004:39).

Menurut Hanifah Harsono

Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari
politik ke dalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu
program(Harsono, 2002:67).

Pressman dan Wildavsky (1973)

Implementasi sebagai ..accomplishing, fulfilling, carrying out, producing and completing a


policy.

Lembaga Penegakkan HAM di Indonesia

1. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)


Komnas HAM pertama kali dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 tahun 1993
tanggal 7 Juni 1993 atas rekomendasi Lokakarya I Hak Asasi Manusia yang diselenggarakan oleh
Departemen Luar Negeri RI dengan sponsor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Berdasarkan UU No.39 tahun 1999, lembaga tersebut telah dikuatkan kedudukan dan
fungsinya sebagai lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya
dan berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak
asasi manusia. Komisi Penyelidik Pelanggaran (KPP) HAM dapat dibentuk oleh Komnas HAM
untuk kasus-kasus tertentu.
Keberadaan Komnas HAM diatur dalam Pasal 75 sampai dengan Pasal 99 UU No. 39 tahun
1999. Pembentukan Komnas HAM bertujuan untuk:

meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna mengembangkan


pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan memampukannya berpartisipasi dalam berbagai
bidang kehidupan;
mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

Komnas HAM melaksanakan empat fungsi, yaitu pengkajian, penelitian, penyuluhan, dan
mediasi tentang hak asasi manusia. Keempat fungsi tersebut selanjutnya dirinci menjadi 22 tugas
dan kewenangan. Lebih lanjut tugas dan kewenangan tersebut dapat dibaca dalam UU No. 39
tahun 1999 Pasal 89.
Komnas HAM berkedudukan di ibukota negara RI. Anggota Komnas HAM terdiri atas
tokoh-tokoh masyarakat yang profesional, berdedikasi dan berintegritas tinggi, menghayati cita-
cita negara hukum dan negara kesejahteraan yang berintikan keadilan, menghormati hak asasi
manusia dan kewajiban dasar manusia.

2. Pengadilan HAM
Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 26 tahun 2000. Sebagai
pengadilan khusus, pengadilan HAM berada di bawah lingkup peradilan umum dan berkedudukan
di tingkat kabupaten/kota. Pengadilan HAM dibentuk khusus untuk mengadili pelanggaran HAM
berat. Kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan (Pasal 7) merupakan contoh
pelanggaran HAM berat.
Setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan
seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama disebut kejahatan
genosida (Pasal 6). Hal tersebut dilakukan dengan cara:

memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah adanya kelahiran di dalam


kelompok,
membunuh anggota kelompok,
menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara
fisik baik seluruh atau sebagiannya,
mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok, dan
memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.

Bentuk-bentuk penegakan HAM tersebut juga meliputi lembaga-lembaga:

Pengadilan ad hoc HAM, yaitu pengadilan khusus untuk kasus-kasus HAM yang terjadi
sebelum diberlakukannya Undang-Undang No. 2A tahun 2000.
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, yaitu lembaga yang bertugas mencari kejelasan kasus
HAM di luar pengadilan.

Tujuan Implementasi Hak Asasi Manusia

Implementasi merupakan bentuk tindak lanjut atau penerapan, jadi tujuan dari Implementasi
Hak Asasi Manusia adalah :

1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan
Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
2. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi
manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai bidang
kehidupan.
3. Untuk mempertahankan hak-hak warga negara di Indonesia sewenang-wenang aparat negara
dan mendorong tumbuh/berkembangnya pribadi manusia yang Multidimensional.
A. Undang-undang yang mengatur implementasi HAM
Pengaturan HAM dalam ketatanegaraan Republik Indonesia terdapat dalam perundang-
undangan yang dijadikan acuan normatif dalam pemajuan dan perlindungan HAM. Empat hukum
tertulis yang menyatakan tentang HAM.
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Hak atas persamaan keududukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 Ayat
1)
Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27 Ayat 2)
Hak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
(Pasal 28)
Hak memeluk dan beribadah sesuai dengan ajaran agama (Pasal 29 Ayat 2)
Hak dalam usaha pembelaan negara (Pasal 30)
Hak mendapat pengajaran (Pasal 31)
Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah (Pasal 32)
Hak di bidang perekonomian (Pasal 33)
Hak fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara (Pasal 34)
b) Ketetapan MPR

Pengaturan HAM dalam ketetapan MPR dapat dilihat dalam TAP MPR Nomor
XVII Tahun 1998 tentang Pelaksanaan dan Sikap Bangsa Indonesia terhadap HAM
dan Piagam HAM Nasional.
c) Pengaturan HAM dalam Undang-Undang

UU Nomor 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Anti Penyiksaan,


Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi dan
Merendahkan Martabat.
UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyatakan Pendapat.
UU Nomor 11 Tahun 1998 tentang Amandemen terhadap UU Nomor 25
Tahun 1997 tentang Hubungan Perburuhan.
UU Nomor 8 Tahun 1998 tentang Perlindungan Konsumen.
UU Nomor 19 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 105
tentang Penghapusan Pekerja secara Paksa.
UU Nomor 20 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 138
tentang Usia Minimum Bagi Pekerja.
UU Nomor 21 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 11
tentang Diskriminasi dalam Pekerjaan.
UU Nomor 26 Tahun 1999 tentang Pencabutan UU Nomor 11 Tahun 1993
tentang Tindak Pidana Subversi.
UU Nomor 29 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi.
UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
d) Pengaturan HAM dalam Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden
Adapun pengaturan HAM dalam peraturan pemerintah dan keputusan presiden,
sebagai berikut.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 1999
tentang Pengadilan HAM.
Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 181 Tahun 1998 tentang Pendirian
Komisi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Wanita.
Keputusan Presiden Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi
Nasional Hak Asasi Manusia Tahun 1998-2003, yang memuat rencana
ratifikasi berbagai instrumen hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-
Bangsa serta tindak lanjutnya.
Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Pengadilan Hak Asasi Manusia pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,
Pengadilan Negeri Surabaya, dan Pengadilan Negeri Makassar.
Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan
Hak Asasi Manusia Ad Hoc pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang
diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2001.
Keputusan Presiden Nomor 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti
Kekerasan terhadap Perempuan.
Keputusan Presiden No. 50 Tahun 1993 tentang Komnas HAM.

B. Penerapan implementasi HAM di Indonesia


Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Jika dilihat dari kehidupan sehari
hari Hak Asasi Manusia di Indonesia hanya berupa kebebasan hidup dan jaminan hidup dari
siksaan dan dari kekerasan fisik saja. Sedangkan hal hal lain tentang yang membahas HAM
tersebut tidak diperhatikan seperti contoh; penderitaan kaum tidak mampu, pendidikan dan tentang
kepercayaan seseorang atau keyakinan yang dianutnya.
1. Kaum kurang mampu
Untuk kaum tidak mampu seperti penderitaan mereka kurang ada yang memperhatikan seperti
yang ada pada undang undang bahwa mereka dilindungi oleh Negara, menurut saya Negara dan
pemerintah itu mempunyai kesibukan sendiri jadi tidak terlalu memperhatikan UUD tersebut maka
tidak ada yang mengurusi orang tidak mampu tadi jangankan Negara sesama masyarakat saja masa
bodo bertindak acuh tak acuh, rata rata pergaulan masyarakat di Indonesia setara maksudnya,
orang kaya hanya bergaul pada orang kaya dan orang miskin hanya bergaul pada orang miskin.
Meskipun mayoritas selalu seperti itu tetapi ada juga dari sebagian kecil mau berbagi dengan
saudara-saudara yang tidak mampu seperti memberikan sumbangan atau fasilitas. Akan tetapi bagi
orang yang tidak mampu kebanyakan memafaatkan kebaikan orang tersebut sebagai biaya hidup
sehari hari tidak memikirkan cara agar hidupnya bisa berkembang.
2. Pendidikan
Dalam hak asasi manusia ini juga membahas tetang setiap orang berhak memiliki atau
mendapatkan pendidikan sama seperti yang lain, untuk di Indonesia dalam penerapan HAM untuk
pendidikan masih kurang umumnya dalam pendidikan diluar daerah, khususnya di luar kota kota
besar di Indonesia banyak anak anak yang ingin bersekolah tetapi tidak cukup biaya atau tidak
adanya sekolah didaerah tersebut. Kebanyakan orang tua di daerah terpencil mengiginkan anaknya
dapat menghasikan uang saja tanpa adanya pendidikan atau sekolah, sedangkan pada kota kota
besar HAM dalam pendidikan ini banyak dilanggar oleh institut pendidikan itu sendiri seperti pada
peneriamaan calon siswa atau mahasiswa yang pas-pasan, mereka pandai tetapi tidak bisa masuk
pada sekolah negeri atau perguruan tinggi negeri karena banyak diantara badan pendidikan tadi
lebih memihak pada uangnya saja sedangkan kualitas bagi orang yang kurang mampu mereka
hanya menjadi cadangan saja.dan karena adanya tunjangan pendidikan dari sekolah negeri yang di
gratiskan, banyak orang tua yang memaksakan anaknya masuk ke sekolah negeri dengan cara cara
yang tidak benar.

3. Dalam hal keyakinan


Dalam hal keyakinan disini membahas tentang kebebasan seseorang dalam beragama dan
menjalani agamanya masing masing khususnya di Indonesia yang memiliki 5 agama yang diakui
secara resmi oleh negara. Mayoritas penduduk indonesia adalah beragama muslim, disini perlu
diperhatikan bahwa mayoritas bukanlah yang mempunyai atau berkuasa. Di Indonesia banyak
sekali khasus dalam hal keyakinan yang dilakukan sebagian kelompok kelompok yang tidak
bertanggung jawab dan tidak memiliki etika yang menistakan agama seseorang dan mengangap
remeh orang tersebut. Pada hal ini menurut saya setiap orang berhak memeluk agamanya masing
masing seperti dalam UUD yang membahas tentang kebebasan memeluk agamanya masing
masing. dan bagi seseorang maupun kelompok kelompok yang menjadikan hukum agamanya
harus di jalankan dalam kehidupannya tanpa mempertimbangkan ada hukum yaitu negara, lebih
baik orang orang ini atau kelompok ini dibuatkan pulau sendiri atau diberikan hak pindah
kewarganegaraan.

Pelanggaran Implementasi HAM

1. Kasus Munir
Meninggalnya Munir yang merupakan aktivis HAM Indonesia, pada tanggal 7 September 2004.
Munir meninggal dunia dalam perjalanan udara dari Jakarta ke Amsterdam. Hasil otopsi
menyatakan Munir tewas akibat racun Arsenik. Dalam kasus ini, vonis terhadap
pelakumengalami beberapa perubahan. Pada awalnya Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
menetapkan vonis 14 tahun penjara, tetapi putusan kasasi Mahkamah Agung menyatakan Pelaku
tidak terbukti mumbunuh. Ia hanya dihukum dua tahun penjara atas penggunaan surat palsu.
Kemudian Tim Pengacara Munir mengajukan Peninjauan Kembali (PK) atas putusan Mahkamah
Agung tersebut, akhirnya pelaku dihukum 20 tahun penjara karena terbukti dan meyakinkan telah
melakukan pembunuhan terhadap Munir.
2. Tragedi Semanggi
Tragedi Semanggi I pada tanggal 13 November 1998. Dalam kasus ini lima orang tewas.
Kemudian terjadi lagi tragedy semanggi II yang memakan lima orang korban meninggal.
3. Peristiwa Tanjung Priok
Kerusuhan Tanjung Priok tanggal 12 September 1984. Dalam kasus ini 24 orang tewas, 36 orang
luka berat, dan 19 orang luka ringan. Peristiwa ini ditandai dengan penyerangan terhadap masa
yang berunjuk rasa. Keputusan majelis hakim kasus ini menetapkan 14 terdakwa seluruhnya
dinyatakan bebas.
4. Penculikan Aktivis
Penculikan aktivis, pada bulan April 1997 April 1999. Dalam kasus ini 20 orang aktivis
dinyatakan hilang (9 orang diantaranya telah bebas dan 11 orang dinyatakan hilang). Peristiwa
ini ditandai dengan penghilangan secara paksa oleh pihak Militer terhadap para aktivis pro-
demokrasi. Mahkamah Militer memvonis komandan Tim Mawar Kopassus dengan 20 22 bulan
penjara dan dipecat dari TNI, empat orang terdakwa dipecat dan divonis 20 bulan penjara, tiga
orang terdakwa divonis 16 bulan penjara, dan tiga orang terdakwa divonis 12 bulan penjara.
5. Penembakan Mahasiswa Trisakti
Penembakan mahasiswa Universitas Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998. Dalam kasus ini 5 (lima)
orang tewas. Peristiwa ini tidandai dengan penembakan aparat terhadap mahasiswa yang sedang
berunjuk rasa. Mahkamah Militer yang menyidangkan kasus ini memvonis dua terdakwa dengan
hukuman 4 (empat) bulan penjara, empat terdakwa divonis 2 - 5 bulan penjara dan 9 orang
anggota Brimob dipecat dan dipenjara 3 6 tahun.
6. Kerusuhan Timor-Timur Pasca Jajak Pendapat
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1999 dengan jumlah korban sebanyak 97 orang. Peristiwa ini
ditandai dengan Agresi Militer dan penyelesaiannya sudah dilakukan di Pengadilan HAM ad hoc
Jakarta pada tahun 2002 hingga 2003.
7. Peristiwa Abepura,Papua
Kasus pelanggaran HAM ini terjadi pada tahun 2000 dengan jumlah korban sebanayak 63 orang.
Peristiwa ini ditandai dengan penyisiran secara membabi buta terhadap pelaku yang diduga
menyerang Mapolsek Abepura. Penyelesaian kasus ini sudah dilakukan di Pengadilan HAM di
Makassar.
8. Penyerbuan Kantor Partai Demokrasi
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Juli 1996. Dalam kasus ini limaorang tewas, 149 orang luka-
luka, dan 23 orang hilang. Keputusan majelis hakim kasus ini menetapkan empat terdakwa
dinyatakan bebas dan satu orang terdakwa divonis penjara 2 (dua) bulan 10 hari.

Daftar Pustaka
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Kelas XI. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Endri

http://www.gurupendidikan.com/9-pengertian-implementasi-menurut-para-ahli/. Diakses pada


tanggal: 9 November 2016

Endri. 2014. IMPLEMENTASI PENGATURAN PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA


DI INDONESIA. http://law.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/JURNAL-SELAT-3-
Endri.pdf. Diakses pada tanggal: 10 November 2016

Anda mungkin juga menyukai