Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu
sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk
mencapai tujuan kegiatan(Usman, 2002:70).
Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan
dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang
efektif(Setiawan, 2004:39).
Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari
politik ke dalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu
program(Harsono, 2002:67).
Komnas HAM melaksanakan empat fungsi, yaitu pengkajian, penelitian, penyuluhan, dan
mediasi tentang hak asasi manusia. Keempat fungsi tersebut selanjutnya dirinci menjadi 22 tugas
dan kewenangan. Lebih lanjut tugas dan kewenangan tersebut dapat dibaca dalam UU No. 39
tahun 1999 Pasal 89.
Komnas HAM berkedudukan di ibukota negara RI. Anggota Komnas HAM terdiri atas
tokoh-tokoh masyarakat yang profesional, berdedikasi dan berintegritas tinggi, menghayati cita-
cita negara hukum dan negara kesejahteraan yang berintikan keadilan, menghormati hak asasi
manusia dan kewajiban dasar manusia.
2. Pengadilan HAM
Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 26 tahun 2000. Sebagai
pengadilan khusus, pengadilan HAM berada di bawah lingkup peradilan umum dan berkedudukan
di tingkat kabupaten/kota. Pengadilan HAM dibentuk khusus untuk mengadili pelanggaran HAM
berat. Kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan (Pasal 7) merupakan contoh
pelanggaran HAM berat.
Setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan
seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama disebut kejahatan
genosida (Pasal 6). Hal tersebut dilakukan dengan cara:
Pengadilan ad hoc HAM, yaitu pengadilan khusus untuk kasus-kasus HAM yang terjadi
sebelum diberlakukannya Undang-Undang No. 2A tahun 2000.
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, yaitu lembaga yang bertugas mencari kejelasan kasus
HAM di luar pengadilan.
Implementasi merupakan bentuk tindak lanjut atau penerapan, jadi tujuan dari Implementasi
Hak Asasi Manusia adalah :
1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan
Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
2. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi
manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai bidang
kehidupan.
3. Untuk mempertahankan hak-hak warga negara di Indonesia sewenang-wenang aparat negara
dan mendorong tumbuh/berkembangnya pribadi manusia yang Multidimensional.
A. Undang-undang yang mengatur implementasi HAM
Pengaturan HAM dalam ketatanegaraan Republik Indonesia terdapat dalam perundang-
undangan yang dijadikan acuan normatif dalam pemajuan dan perlindungan HAM. Empat hukum
tertulis yang menyatakan tentang HAM.
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Hak atas persamaan keududukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 Ayat
1)
Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27 Ayat 2)
Hak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
(Pasal 28)
Hak memeluk dan beribadah sesuai dengan ajaran agama (Pasal 29 Ayat 2)
Hak dalam usaha pembelaan negara (Pasal 30)
Hak mendapat pengajaran (Pasal 31)
Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah (Pasal 32)
Hak di bidang perekonomian (Pasal 33)
Hak fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara (Pasal 34)
b) Ketetapan MPR
Pengaturan HAM dalam ketetapan MPR dapat dilihat dalam TAP MPR Nomor
XVII Tahun 1998 tentang Pelaksanaan dan Sikap Bangsa Indonesia terhadap HAM
dan Piagam HAM Nasional.
c) Pengaturan HAM dalam Undang-Undang
1. Kasus Munir
Meninggalnya Munir yang merupakan aktivis HAM Indonesia, pada tanggal 7 September 2004.
Munir meninggal dunia dalam perjalanan udara dari Jakarta ke Amsterdam. Hasil otopsi
menyatakan Munir tewas akibat racun Arsenik. Dalam kasus ini, vonis terhadap
pelakumengalami beberapa perubahan. Pada awalnya Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
menetapkan vonis 14 tahun penjara, tetapi putusan kasasi Mahkamah Agung menyatakan Pelaku
tidak terbukti mumbunuh. Ia hanya dihukum dua tahun penjara atas penggunaan surat palsu.
Kemudian Tim Pengacara Munir mengajukan Peninjauan Kembali (PK) atas putusan Mahkamah
Agung tersebut, akhirnya pelaku dihukum 20 tahun penjara karena terbukti dan meyakinkan telah
melakukan pembunuhan terhadap Munir.
2. Tragedi Semanggi
Tragedi Semanggi I pada tanggal 13 November 1998. Dalam kasus ini lima orang tewas.
Kemudian terjadi lagi tragedy semanggi II yang memakan lima orang korban meninggal.
3. Peristiwa Tanjung Priok
Kerusuhan Tanjung Priok tanggal 12 September 1984. Dalam kasus ini 24 orang tewas, 36 orang
luka berat, dan 19 orang luka ringan. Peristiwa ini ditandai dengan penyerangan terhadap masa
yang berunjuk rasa. Keputusan majelis hakim kasus ini menetapkan 14 terdakwa seluruhnya
dinyatakan bebas.
4. Penculikan Aktivis
Penculikan aktivis, pada bulan April 1997 April 1999. Dalam kasus ini 20 orang aktivis
dinyatakan hilang (9 orang diantaranya telah bebas dan 11 orang dinyatakan hilang). Peristiwa
ini ditandai dengan penghilangan secara paksa oleh pihak Militer terhadap para aktivis pro-
demokrasi. Mahkamah Militer memvonis komandan Tim Mawar Kopassus dengan 20 22 bulan
penjara dan dipecat dari TNI, empat orang terdakwa dipecat dan divonis 20 bulan penjara, tiga
orang terdakwa divonis 16 bulan penjara, dan tiga orang terdakwa divonis 12 bulan penjara.
5. Penembakan Mahasiswa Trisakti
Penembakan mahasiswa Universitas Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998. Dalam kasus ini 5 (lima)
orang tewas. Peristiwa ini tidandai dengan penembakan aparat terhadap mahasiswa yang sedang
berunjuk rasa. Mahkamah Militer yang menyidangkan kasus ini memvonis dua terdakwa dengan
hukuman 4 (empat) bulan penjara, empat terdakwa divonis 2 - 5 bulan penjara dan 9 orang
anggota Brimob dipecat dan dipenjara 3 6 tahun.
6. Kerusuhan Timor-Timur Pasca Jajak Pendapat
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1999 dengan jumlah korban sebanyak 97 orang. Peristiwa ini
ditandai dengan Agresi Militer dan penyelesaiannya sudah dilakukan di Pengadilan HAM ad hoc
Jakarta pada tahun 2002 hingga 2003.
7. Peristiwa Abepura,Papua
Kasus pelanggaran HAM ini terjadi pada tahun 2000 dengan jumlah korban sebanayak 63 orang.
Peristiwa ini ditandai dengan penyisiran secara membabi buta terhadap pelaku yang diduga
menyerang Mapolsek Abepura. Penyelesaian kasus ini sudah dilakukan di Pengadilan HAM di
Makassar.
8. Penyerbuan Kantor Partai Demokrasi
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Juli 1996. Dalam kasus ini limaorang tewas, 149 orang luka-
luka, dan 23 orang hilang. Keputusan majelis hakim kasus ini menetapkan empat terdakwa
dinyatakan bebas dan satu orang terdakwa divonis penjara 2 (dua) bulan 10 hari.
Daftar Pustaka
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Kelas XI. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Endri