HUKUM INTERNASIONAL
Dosen Pengampu
Farouq (L1A021042)
UNIVERSITAS MATARAM
2022
Daftar Isi
Daftar Isi..................................................................................................................2
Latar Belakang........................................................................................................3
KESIMPULAN.....................................................................................................22
2
3
Latar Belakang
Hak Asasi Manusia (HAM) masih menjadi masalah yang sering kali dibahas
di dalam dunia internasional. Pelanggaran-pelanggaran HAM masih sangat sering
terjadi, bahkan di sekeliling kita pada kehidupan sehari-hari. Ada 2 faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya suatu pelanggaran HAM. Ada factor internal dan
factor eksternal, factor internal merupakan factor yang berasal dari dalam diri
pelanggar HAM tersebut. Factor internal ini dapat disebabkan karena kurangnya
kesadaran akan HAM itu sendiri. Sedangkan factor eksternal banyak terjadi terkait
dengan masalah perbedaan ras, politik, agama, gender, dan lain sebagainya.
4
system PBB dan melakukan pengawasan terhadap jalannya fungsi dari Dewan
HAM PBB yang bepusat di Jenewa, Swiss. Sedangkan beberapa serangkaian
kelompok kerja tidak resmi dibentuk guna mempersiapkan rancangan-rancangan
istrumen internasional, seperti Deklarassi Intoleransi Beragama, Konvensi
Menentang Penyiksaan dan instrument tentang anak serta hak-hak anak.
Kelompok kerja ini dibentuk oleh United Nations Economic and Social Council
(ECOSOC).
Selain yang telah disebutkan di atas, aejumlah komite ahli juga telah
dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian tertentu. Komite-komite ini disebut
'Organ Perjanjian PBB. Komite-komite ini terdiri dari Komite Penghapusan
Diskriminasi Rasial, Komite Hak Asasi Manusia, Komite Penentang Penyiksaan,
Komite Hak Anak, Komite Perlindungan Buruh Migran, Komite Perlindungan
Hak Asasi Masyarakat Disabilitas, dan Komite Penghilangan Paksa. Penjelasan
lanjut mengenai Komite-komite ini akan dibahas pada pembahasan materi.
5
BADAN POLITIK (POLITICAL BODIES)
6
prosedur yang dirahasiakan dan hasil yang tidak dapat memenuhi ekspektasi awal
yang tinggi, serta sifatnya yang sangat politis yang menghancurkan harapan-
harapan. Meskipun komisi hak asasi manusia ini bekerja baik pada perumusan
penetapan standar hak asasi manusia, namun komisi ini ini semakin menuai
kritikan terutama pada masalah kinerja yang bersifat politis dan kegagalannya
dalam meninjau situasi di negara-negara tertentu (Shaw, 2017). Pada akhirnya
dibentuklah Dewan HAM PBB untuk menggantikan Komisi tersebut pada 15
Maret 2006 (Roska, et al., 2006).
Dewan HAM PBB sebagai pengganti Komisi HAM PBB memiliki fungsi
pokok yaitu sebagai pengawas dan membongkar kasus-kasus pelanggaran hak
asasi manusia di muka bumi, serta membantu negara-negara anggota dalam
menyusun undang-undang tentag HAM (Hadi, 2016).
Perjanjian ini pertama kali dibuat pada tahun 1966 dan baru di implementasikan
oleh PBB pada tahun 1976. Perjanjian ini berisikan sebuah keputusan-keputusan
dari negara-negara yang ikut serta di dalam organisasi PBB untuk berpartisipasi
atau berkontribusi secara maksimal terhadap pemberdayaan sumber daya yang
tersedia untuk mencapai sebuah progres realisasi hak-hak yang diakui di dalam
perjanjian ini. Program tersebut dapat berkembang jika terdapat sebuah
pertimbangan didasarkan pada sumber daya yang dimiliki sekaligus upaya atau
niat baik dari suatu negara, daripada kewajiban hukum yang mengikat secara
langsung bagi hak-hak warga negara pada negara yang bersangkutan. Hak-hak
tersebut dimulai dari hak untuk membuat keputusan sendiri atau menentukan nasib
sendiri (pasal 1), hak atas pekerjaan (pasal 6 dan 7), hak atas jaminan sosial (pasal
9), hak untuk memperoleh standar hidup yang layak (pasal 11), dan hak atas
pendidikan (pasal 13), serta hak atas berpartisipasi di dalam kehidupan berbudaya
dan menikmati manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan penerapannya (pasal
15). Hak-hak tersebut tercantum didalam pasal-pasal yang terdapat di dalam
perjanjian internasional yang diputuskan oleh PBB.
7
Sesuai dengan perjanjian tersebut, negara-negara partisipasi wajib secara berkala
menyampaikan laporan mengenai sumber daya dan keadaan sosial di dalam negara
kepada ECOSOC (Economic and Social Council) atau komisi perekonomian dan
sosial yang dibentuk oleh organ PBB. ECOSOC pertama kali dibentuk pada tahun
1945 yang dimana memiliki tugas untuk menjadi badan pengawas dan
penyelidikan, serta menyusun laporan terhadap keadaan ekonomi, sosial, dan
budaya, pendidikan, dan kesehatan yang ada di setiap negara-negara. Pada tahun
1978, ECOSOC memilih 15 anggota yang merupakan perwakilan dari negara-
negara yang bersangkutan atau berpartisipasi di dalam perjanjian internasional
PBB. 15 anggota ini akan mengalami sebuah perubahan anggota secara bertahap
yaitu 3 tahun sekali. Akan tetapi, badan ini tidak berhasil melaksanakan tugasnya
dikarenakan ketidakefektifan dalam kinerjanya. Oleh karena itu, pada tahun 1985,
PBB memutuskan untuk membuat sebuah badan baru yang berisikan 18 anggota
komite yang terdiri dari, ahli-ahli independen. Badan ini dinamakan Komite Hak-
hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. Baru beroperasi pada tahun 1987 yang tidak
secara langsung bertanggung jawab kepada negara, melainkan kepada organ utama
PBB. Badan ini berbeda dengan badan-badan lainnya seperti, badan yang berfokus
pada urusan rasialisme, HAM, dan juga badan eksekutor yang beroperasi pada tiap
negara.
Komite yang baru ini diharapkan dapat mengimplementasikan isi dalam perjanjian
internasional secara efektif. Akan tetapi, komite ini juga mengalami kesulitan
dikarenakan terdapat banyaknya mispersepsi terhadap prinsip-prinsip yang ada di
dalamnya, relatif kurangnya teks hukum dan keputusan yudisial, pertentangan dari
banyak negara terhadap urusan hak ekonomi, sosial dan budaya, serta sumber
informasi yang kurang relevan dan tepat.
Komite ini melaksanakan pertemuan di Jenewa setiap tahun sebanyak dua kali.
Pertemuan ini ditujukan untuk mengkoordinasi serta mendiskusikan laporan-
laporan mengenai keadaan perekonomian, sosial dan budaya di masing-masing
negara yang berpartisipasi. Masalah keterlambatan laporan dari suatu negara juga
berlaku seperti halnya pada komite hak asasi manusia. Komite perekonomian juga
membuat keputusan yang didasarkan pada sesi keenam perjanjian internasional.
Salah satu dari keputusan tersebut yaitu mengenai prosedur yang memperbolehkan
suatu negara tidak memberikan sebuah laporan dalam waktu yang lama, tetapi
8
didasarkan pada pertimbangan situasi di negara tersebut. Sehingga dari keputusan
tersebut diperoleh sebuah solusi yang efektif bagi negara yang kurang
partisipasinya di dalam PBB, sekaligus memperoleh informasi tambahan jika
dirasa perlu. Komite ini juga membuka General Comments atau Komentar Umum,
serta mengadakan Diskusi Umum yang didasarkan pada perjanjian internasional
PBB yang sekaligus bersifat promosi dan aspirasional. Komite juga menekankan
bahwa kerjasama internasional ini berfungsi untuk pembangunan masing-masing
negara serta untuk merealisasikan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya yang
merupakan kewajiban bagi negara-negara yang berkontribusi pada perjanjian
internasional.
9
sangat terlambat. Berdasarkan pasal 11, satu negara pihak dapat mengajukan
keluhan terhadap negara pihak lain dan Komite akan berusaha menyelesaikan
keluhan tersebut. Selain mendengarkan laporan negara bagian dan keluhan antar
negara bagian, Komite juga dapat mendengarkan petisi individu berdasarkan
prosedur pasal 14. Namun, ini tunduk pada negara yang dikeluhkan karena telah
membuat pernyataan yang mengakui kompetensi Komite untuk menerima dan
mempertimbangkan komunikasi tersebut. Jika pernyataan tersebut tidak
diberitahukan oleh suatu negara, maka Komite tidak berwenang untuk
mendengarkan petisi yang menentang negara. Komite mulai mendengarkan
komunikasi individu pada tahun 1984 dan sejumlah kasus penting telah
diselesaikan.
Komite secara teratur bertemu dua kali setahun dan telah menafsirkan
pasal-pasal Konvensi, membahas laporan yang diserahkan kepadanya, mengadopsi
keputusan dan rekomendasi umum, memperoleh informasi lebih lanjut dari
negara-negara pihak dan bekerja sama erat dengan Organisasi Perburuhan
Internasional dan UNESCO. Banyak negara bagian telah memberlakukan undang-
undang sebagai konsekuensi dari kerja Komite dan catatan ketidakberpihakannya
sangat baik. Komite, untuk mempercepat pertimbangan laporan negara, telah
melembagakan praktik penunjukan pelapor negara, yang fungsinya untuk
menyiapkan analisis laporan negara pihak.
10
Komite bertemu tiga kali setahun (di Jenewa dan New York) dan beroperasi
melalui konsensus. Biara ini terutama dilaksanakan melalui sistem pelaporan, di
mana negara-negara pihak memberikan informasi tentang langkah-langkah yang
diambil untuk memberlakukan hak-hak yang diakui dalam Kovenan. Informasi
dapat diterima dari banyak sumber termasuk dari organisasi non-pemerintah yang
disebutkan. Komite juga dapat mencari informasi tambahan dari negara yang
bersangkutan. Misalnya, pada bulan Oktober 1992, Komite mengadopsi keputusan
yang meminta pemerintah Republik Federal Yugoslavia (Serbia dan Montenegro),
Kroasia dan Bosnia-Herzegovina untuk menyerahkan laporan singkat mengenai
langkah-langkah untuk mencegah antara lain pembersihan etnis dan pembunuhan
sewenang-wenang. Laporan-laporan semacam itu akan datang dan didiskusikan
dengan perwakilan negara bagian yang bersangkutan dan komentar-komentarnya
diadopsi. Komite kemudian mengadopsi amandemen aturan prosedurnya yang
memungkinkannya untuk meminta laporan setiap saat yang dianggap tepat. (Shaw,
2017)
Komentar khusus ini dalam format umum dan mengacu pada 'aspek positif'
dari laporan dan 'subyek utama untuk diperhatikan', serta 'saran dan rekomendasi'.
Komite juga telah mengadopsi praktik, di mana laporan yang tepat belum datang,
darimempertimbangkan langkah-langkah yang diambil oleh negara pihak yang
bersangkutan untuk memberlakukan hak-hak di Perjanjian dengan tidak adanya
11
laporan tetapi di hadapan perwakilan negara dan dari mengadopsi pengamatan
kesimpulan sementara. Komite juga telah mengadopsi berbagai Komentar Umum.
Komentar ini adalah umumnya tidak kontroversial. Misalnya pada bulan April
1989, Komite mengadopsi General Mengomentari hak-hak anak, sebagai proses
adopsi Konvensi Hak-hak Anak mendekati klimaksnya. Ini mencatat pentingnya
langkah-langkah ekonomi, sosial dan budaya, seperti: sebagai kebutuhan untuk
menurunkan angka kematian bayi dan mencegah eksploitasi.
Namun, perlakuan yang sama dalam setiap kasus tidak dituntut. Hukuman
mati tidak bisa, berdasarkan pasal 6(5) Kovenan, dikenakan pada orang-orang
yang berusia di bawah delapan belas tahun atau lebih wanita hamil. Juga dicatat
bahwa prinsip kesetaraan terkadang membutuhkan negara pihak untuk mengambil
tindakan afirmatif untuk mengurangi atau menghilangkan kondisi yang
menyebabkan atau membantu untuk melanggengkan diskriminasi yang dilarang
oleh Kovenan. Selain itu, ditunjukkan bahwa tidak setiap diferensiasi merupakan
diskriminasi, jika kriteria untuk diferensiasi tersebut adalah masuk akal dan
objektif dan jika tujuannya adalah untuk mencapai suatu tujuan yang sah
berdasarkan Perjanjian. Komentar Umum Penting tentang Minoritas dan Reservasi
diadopsi pada tahun 1994.
12
Pada tahun 1997, Komite mencatat dalam Komentar Umum 26 bahwa hak-
hak dalam Kovenan adalah milik orang-orang yang tinggal di wilayah negara
pihak yang bersangkutan dan hukum internasional itu tidak mengizinkan suatu
negara yang telah meratifikasi atau mengaksesi atau menggantikan Kovenan untuk
membatalkannya atau menarik diri darinya, sementara dalam Komentar Umum 28
Komite menunjukkan bahwa hak yang dinikmati oleh orang-orang yang termasuk
minoritas berdasarkan pasal 27 Kovenan sehubungan dengan bahasa, budaya, dan
agama tidak memberi wewenang kepada negara, kelompok, atau orang mana pun
untuk melanggar hak untuk penikmatan yang sama oleh perempuan atas setiap hak
Kovenan, termasuk hak atas perlindungan yang sama atas hukum.
13
kerja yang meningkat, bagaimanapun, mulai menimbulkan kesulitan karena
jumlah pihak yang Protokol Opsional meningkat. Untuk menghadapi pertumbuhan
aplikasi, Komite memutuskan pada sesi ketiga puluh lima untuk menunjuk Pelapor
Khusus untuk memproses komunikasi baru seperti yang diterima (yaitu antara sesi
Komite), dan ini termasuk meminta negara atau individu yang bersangkutan untuk
memberikan informasi tertulis tambahan atau pengamatan yang relevan untuk
pertanyaan tentang diterimanya komunikasi.
14
dari wanita Mauritius dapat dideportasi sedangkanistri asing pria Mauritius tidak
akan.
15
Komite Penghapusan Diskriminasi pada Wanita (The Committee on the
Elimination of Discrimination Against Women)
Kemudian komite pengahupasan tindak diskriminasi terhadap perempuan,
komisi status perempuan ini didirikan pada tahun 1946 yang dimana merupakan
salah satu bagian dari komisi ECOSOC yang telah berperan dengan baik dalam
penetapam standar maupun penjabaran. Kemudian komite penghapusan segala
bentuk tindakan diskriminasi terhadap perempuan telah ditetapkan pada pasal atau
konvensi 22 tahun 1979, pada konvensi ini terdapat 23 orang yang melayani pada
kapasitas indivudu dalam jangka waktu 4 tahun yang dimana tahap pertama itu
dilakukan pada bulan oktober tahun 1982 yang bertujuna untuk memberitahukan
kepada PBB melalui ECOSOC. Kemudian komite ini memberikan hak kepada
negara untuk membuat laporan serta mengajukan laporan, adapun beberapa
masukan laporan, antara lain, yang pertama laporan atau masukan ataua general
recommendation No.5 yang berbunyi bahwa negara harus mementingkan langkah-
langkah khusus untuk mementingkan integritas terhadap perempuan seperti
pendidikan, ekonomi, hingga tenagakerjaan atau bisa disebut sebagai peningkatan
kuota untuk kemajuan integritas peremupuan, kemudian No.8, negara harus
mengambil tindakan atau langkah yang lebih lanjut terhadap kesetaraan antara
perempuan dengan laki-laki dengan tanpa adanya tindak diskriminasi, selanjutnya
No.12, negara harus memasukan laporan atau informasi tentang menangani
tindakan kekerasan terhadap perempuan, kemudian rekomendasi No.14
menekankan terhadap langkah-langkah dalam memberantasi praktek sunat atau
khitan perempuan, kemudian No.19, membahas kekerasan terhadap perempuan
secara khusus dan umum, selanjutnya No.21 yang membahasa kesetaraan terhadap
pernikahan perempuan dengan hubungan keluarga, kemudian pada tahun 1999
komite mengambil rekomendasi No.24 tentang kesehatan perempuan, dan pada
tahun 2004 mengambil No,25 tentang tindakan khusus terhadap perempuan. Sejak
tahun 1997 komite melakukan 2 kali pertemuan atau 2 tahap pertemuan dalam
kurung waktu setahun, yang dimana pada pertemuan tersebut membahas tentang
protokol prosedur penyelidikan terhadap pelanggaran berat atau sistematis hak-hak
perempuan yang telah ditetapkan dalam konvensi. Pada tahun terakhir pengakuan
terhadap hak-hak penting perempuan telah diterima, program aksi dan deklarasi
wina pada tahun 1993 menekankan bahwa hak asasi terhadap perempuan harus
dibawa ke arus PBB. Majelis umum pada PBB mengambil deklarasi tentang
16
penghapusan kekerasan terhadap perempuan pada bulan februari tahun 1994 serta
pelapor khusus tentang kekerasan terhadap perempuan dan konsekuensi diangkat
pada tahun 1994 tentang masalah hak anak. (Shaw, 2017)
17
melibatkan lebih dari ratusan negara secara global dan mengharuskan mereka
untuk mencegah serta mengawasi dan menghukum apabila sebagaimana bagian
dari tindakan penyiksaan terhadap manusia yang meliputi hak asasi manusia secara
kejam, tidak manusiawi dan memperlakukan manusia tidak semestinya atau
merendahkan derajat manusia (Shaw, 2017). Komite Menentang Penyiksaan
dalam prosedur mekanisme kerjanya yaitu terkait negara-negara pihak yang berada
pada bagian dari deklarasi Konvension tahun 1975 merupakan mutlak dibawah
naungannya (The Convension), sehingga mengharuskan negara pihak terkait turut
mengambil aksi dengan cara mencegah, dan mengawasi wilayah negaranya
apabila terjadi aksi penyiksaan. Apabila penyiksaan dalam suatu negara pihak
terkait terjadi, maka negara pihak konvensi atau komite terkait ini dalam
pelaksanannya berhak untuk dapat melaksanakan tindak pidana sesuai dengan
hukum internasional yang berlaku dan dibuat, serta dapat menuntut atau
mengekstradisi orang atau pihak terdakwa akibat melakukan penyiksaan terhadap
korban baik secara individu, kelompok atau organisasi suatu wilayah negara.
Di dalam buku Marcolm Shaw pada bagian articles (pasal-pasal) yang telah
tercantum dalam Konvensi dan Komite tersebut, salah satunya yaitu article 20
berisikan dan mencoba menjelaskan apabila komite terkait menemukan tindakan
penyiksaan disuatu wilayah negara terkait dan menerima bukti yang cukup kuat
dan dapat ditangguhkan (Shaw, 2017). Artinya bahwa kejadian yang melibatkan
penyiksaan terhadap manusia itu sendiri sebagai korban atau bahkan pihak
terdakwa, maka negara pihak terkait berserta komite dapat mengundang negara
pihak lainnya untuk bekerjasama dalam memeriksa barang bukti tersebut untuk
agar dapat disegerakan, diatasi dan ditindak pidanakan oleh pelaku kejahatan
penyiksaan ini. Alasan negara pihak terkait untuk dapat mengundang atau
membuka pintu kerjasama dalam hal memeriksa serta mencari barang bukti atas
penyiksaan yang terjadi pada suatu wilayah negara, meliputi korban atau terdakwa
adalah agar dapat memudahkan dalam pengambilan dan pencarian barang bukti
sebagai bukti-bukti kuat dan terpercaya sehingga memudahkan komite untuk
menjatuhkan hukuman, sanksi, dakwaan dan berujung tindak pidana. Selain itu
juga pihak komite memiliki wewenang untuk dapat memiliki pilihan atau option
lainnya sebelum menentukan barang bukti terkuat dengan cara membentuk tim
yaitu memilih anggota lain untuk melaksanakan penyelidikan rahasia dan
18
diantaranya juga bekerjasama dengan negara pihak bersangkutan meliputi
kunjungan langsung ke wilayah-wilayah terjadinya dugaan penyiksaan.
19
Komite Perlindungan Buruh Migran (The Committee on the protection of
Migrans Worker)
Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak-Hak Semua Pekerja
Migran dan Anggota Keluarganya diadopsi oleh Majelis Umum dan dibuka untuk
ditandatangani pada bulan Desember 1990 dan mulai berlaku pada tanggal 1 April
2003. Konvensi mendefinisikan seorang migran pekerja sebagai 'seseorang yang
akan terlibat, terlibat, atau telah terlibat dalam upah' kegiatan dalam keadaan di
mana dia bukan warga negara (pasal 2). Sebagai contoh, pekerja perbatasan dan
musiman, pekerja di instalasi lepas pantai dan pekerjaan tertentupekerja, tetapi
tidak termasuk karyawan organisasi internasional atau pegawai resmi negara di
luar negeri, pengungsi, orang tanpa kewarganegaraan, pelajar dan pekerja pada
instalasi lepas pantai yang memiliki tidak diizinkan untuk bertempat tinggal dan
melakukan kegiatan yang dibayar di negara bagian ketenagakerjaan (pasal 3).
Pekerja migran berhak atas kesetaraan perlakuan dengan warga negara di bidang-
bidang seperti di hadapan pengadilan dan tribunal (pasal 18), persyaratan kerja
(pasal 25), kebebasan untuk bergabung dalam perdagangan serikat pekerja (pasal
26), perawatan medis (pasal 28), akses pendidikan untuk anak-anak mereka
(pasal30) dan penghormatan terhadap identitas budaya (pasal 31). Pekerja migran
dilindungi dari kolektif pengusiran (pasal 22). Ketentuan lebih lanjut mengatur
tentang hak tambahan bagi pekerja migran dan anggota keluarga mereka dalam
situasi yang terdokumentasi atau biasa (Bagian IV). Konvensi mengatur
pembentukan Komite yang terdiri dari empat belas ahli independent (Bagian VII).
Negara-negara pihak diharuskan untuk memberikan laporan tentang tindakan yang
diambil untuk memberikan efek pada ketentuan Konvensi (pasal 73). rosedur
pengaduan antar negara bagian disediakan untuk dalam pasal 76, dengan syarat
bahwa negara-negara yang bersangkutan telah membuat pernyataan secara tegas
mengakui kompetensi Komite untuk mendengarkan pengaduan tersebut, sementara
berdasarkan pasal 77 prosedur pengaduan individu dapat digunakan sehubungan
dengan negara-negara yang telah membuat deklarasi yang mengakui kompetensi
Komite dalam hal ini 300 Komite Hak Penyandang Disabilitas Konvensi Hak-hak
Penyandang Disabilitas diadopsi pada bulan Desember 2006 dan mulai berlaku
pada tanggal 3 Mei 2008. Konvensi mengatur larangan diskriminasi terhadap
penyandang disabilitas dan untuk kesetaraan kesempatan dan aksesibilitas. Negara
pihak adalah untuk melakukan tindakan segera, efektif dan tepat untuk
20
meningkatkan kesadaran dan memerangi prasangka dan praktik berbahaya (pasal
5–9). Sebuah Komite dua belas orang disediakan untuk memeriksa laporan negara-
negara tentang tindakan yang diambil untuk memberlakukan kewajiban
berdasarkan Konvensi.
21
penandatanganan atau ratifikasi Protokol Opsional, dapat menyatakan bahwa tidak
menerima kompetensi penyelidikan Komite.
22
KESIMPULAN
Hak Sosial dan Budaya yang dibahas di atas mengharuskan negara pihak
untuk membuat laporan berkala. Sembilan memiliki kompetensi untuk
mempertimbangkan komunikasi individu, tujuh dapat mempertimbangkan
pengaduan antar negara, sementara enam orang memiliki kompetensi untuk
menyelidiki tuduhan-tuduhan serius atau pelanggaran sistematis. Proliferasi
komite menimbulkan masalah yang berkaitan dengan sumber daya dan dengan
konsistensi. Pertanyaan tentang sumber daya adalah kesulitan yang serius dan
berkelanjutan. Wina Deklarasi dan Program Aksi, 1993 menekankan perlunya
peningkatan sumber daya untuk program hak asasi manusia PBB dan khususnya
disebut agar tersedia dana yang cukup untuk Pusat Hak Asasi Manusia PBB,
artinya memberikan dukungan administratif untuk organ dan komite hak asasi
manusia dibahas dalam bab ini. Berbagai komite hak asasi manusia sendiri telah
menunjuk untuk masalah sumber daya. Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial
dan Komite Menentang Penyiksaan mengubah sistem pembiayaan mereka
sehingga, sejak Januari 1994, mereka telah dibiayai di bawah anggaran reguler
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Komite tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mencari sumber daya
tambahan dari Ekonomi dan Dewan Sosial. Namun demikian, faktanya tetap
bahwa aktivitas hak asasi manusia di dalam PBB sistem sangat kekurangan dana
Pertanyaan tentang konsistensi mengingat semakin banyaknya badan-badan hak
asasi manusia di dalam sistem PBB sebagian telah diatasi dengan pembentukan
sistem tahunan pertemuan antara ketua badan perjanjian. Masalah yang menjadi
perhatian adalah dibahas, mulai dari perlunya mendorong negara untuk
meratifikasi semua perjanjian hak asasi manusia, kekhawatiran tentang reservasi
yang dibuat untuk perjanjian hak asasi manusia, upaya untuk menetapkan bahwa
negara penerus secara otomatis terikat oleh kewajiban di bawah hak asasi manusia
internasional perjanjian sejak tanggal kemerdekaan terlepas dari konfirmasi,
perumusan perjanjian baru norma dan instrumen serta pemajuan pendidikan hak
asasi manusia, dengan mempertimbangkan masalah berkelanjutan dari laporan
yang terlambat dan peran organisasi non-pemerintah.
23
Pengembangan prosedur peringatan dini dan pencegahan oleh komite harus
secara khusus dicatat. Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial, misalnya, di
bawah prosedur mendesaknya dapat, sejak 1994, meninjau situasi hak asasi
manusia di negara-negarapihak-pihak yang menimbulkan perhatian khusus,
sedangkan Komite Hak Asasi Manusia mampu meminta negara-negara pihak
untuk menyerahkan laporan mendesak khusus. Sebuah proses berkelanjutan untuk
memperkuat badan-badan perjanjian hak asasi manusia sedang berlangsung. Perlu
juga dicatat bahwa Badan Khusus PBB tertentu memiliki mekanisme hak asasi
manusia, khususnya Organisasi Perburuhan Internasional dan UNESCO (UN
Educational, Scientific dan Organisasi Kebudayaan).
24