Anda di halaman 1dari 6

REVIEW MATERI FEODALISME

Dosen Pengampu: Zulkarnain, MA.

Disusun Oleh:

NAMA :FAROUQ

NIM : L1A021042

UNIVERSITAS MATARAM

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

PRODI HUBUNGAN INTERNASIONAL

2021
FEODALISME

Sistem feodal, atau disebut juga sebagai feodalisme adalah sistem yang
merujuk pada kondisi sosial, ekonomi, dan politik di Eropa Barat selama
awal Abad Pertengahan, dalam rentang waktu yang panjang antara abad
ke-5 dan ke-12. Dilansir dari laman britannica.com, sistem feodal dan
istilah yang terkait dengan feodalisme adalah label yang ditemukan lama
setelah periode penerapannya sendiri. Sistem ini mengacu pada apa yang
dianggap sebagai karakteristik yang paling signifikan dan khas dari awal
dan tengah abad pertengahan.

Ekspresi féodalité dan sistem feodal diciptakan pada awal abad ke-17, dan


kata Inggris feodalité dan feodalisme (serta piramida feodal) digunakan
pada akhir abad ke-18. Kata feodalisme sendiri berasal dari kata Latin
feudum, yang artinya "wilayah kekuasaan" dan feodalitas (layanan yang
berhubungan dengan wilayah tersebut). Kedua kata tersebut digunakan
selama Abad Pertengahan untuk merujuk pada bentuk kepemilikan
properti.

Dari laman differencebetween.com dijelaskan, dalam sistem feodalisme,


rakyat biasa bekerja sebagai pengikut di tanah para bangsawan dan
menerima sebagian dari hasil tanah yang mereka garap, sementara
sebagian lainnya menjadi milik para bangsawan. Para bangsawan akan
memberikan perlindungan kepada para rakyat tersebut, tetapi
menggunakannya untuk memberikan layanan militer kepada raja dengan
imbalan hak atas tanah. Feodalisme adalah sistem yang dicirikan sebagai
prinsip pertukaran, di mana hak atas tanah dipegang oleh para bangsawan
dengan imbalan layanan militer yang mereka berikan kepada raja,
sedangkan rakyat biasa memegang sebidang kecil tanah sebagai pengganti
layanan yang mereka berikan kepada bangsawan.
Mereka dapat mempertahankan sebagian dari hasil pertanian, dan mereka
mendapat perlindungan dari tuan tanah sebagai pengganti ketaatan yang
mereka tunjukkan kepada raja. Dalam sistem feodal, masyarakat terbagi
secara vertikal dengan raja berada di atas dan bangsawan di antaranya
dengan petani yang membentuk kelas bawah. Feodalisme adalah tentang
hubungan dan kewajiban antara raja, tuan dan pengikut. Seiring
berjalannya waktu, ada kemajuan dalam sarana komunikasi yang
menghancurkan benteng para raja karena orang-orang tidak menyetujui
kekuasaan yang terkonsentrasi di tangan raja. Sistem pengendalian dan
pengelolaan sumber daya berubah dalam masyarakat dan dunia melihat
munculnya sistem sosial kapitalisme.

Bagi para pejuang-pejuang kemerdekaan bangsa, istilah feodalisme tentu


sangat akrab bagi mereka. Sebut saja R.A. Kartini, Pramodeya Ananta
Toer, dan beberapa tokoh lainnya. Sejarah telah menyimpan berbagai
peristiwa yang menyangkut tentang rekam jejak adanya budaya tersebut.
Sebuah transformasi nilai sosial yang meniadakan prinsip kemanusiaan
dan keadilan. Semasa penjajahan, kita mengenal istilah kaum priayi atau
bangsawan, dan orang-orang yang berkedudukan tinggi lainnya, seperti
bupati. Yang selebihnya adalah rakyat jelata. Satu hal yang menjadi ciri
khas dari feodalisme sebagai sistem sosial-politik adalah adanya bentuk
pengistimewaan (privillage) bagi mereka yang menduduki jabatan
terhormat. Baik golongan priayi atau bangsawan, maupun bupati.

Dalam budaya feodalisme, mereka menempati posisi yang lebih berkuasa


atas segala tindakan. Meski sering memprioritaskan kehendak pribadi yang
menguntungkan bagi diri sendiri, tidak untuk yang lain. Dan
pengistimewaan adalah sebuah keharusan yang wajib dilakukan kepada
mereka yang bermuara pada pertanyaan: menolak kesetaraan.
Feodalisme berasal dari kata feodum yang artinya tanah.Dalam tahapan
masyarakat feodal ini terjadi penguasaan alat produksi oleh kaum pemilik
tanah, raja dan para kerabatnya. Ada antagonisme antara rakyat tak
bertanah dengan para pemilik tanah dan kalangan kerajaan. Kerajaan,
merupakan alat kalangan feodal untuk mempertahankan kekuasaan atas
rakyat, tanah, kebenaran moral, etika agama, serta seluruh tata nilainya.
Pada perkembangan masyarakat feodal di Eropa, dimana tanah dikuasai
oleh baron-baron (tuan2 tanah) dan tersentral. Para feodal atau Baron
(pemilik tanah dan kalangan kerabat kerajaan) yang memiliki tanah yang
luas mempekerjakan orang yang tidak bertanah dengan jalan diberi hak
mengambil dari hasil pengolahan tanah yang merupakan sisa upeti yang
harus dibayar kepada para baron. Tanah dan hasilnya dikelola dengan alat-
alat pertanian yang kadang disewakan oleh para baron (seperti bajak dan
kincir angin). Pengelolaan tersebut diarahkan untuk kepentingan
menghasilkan produk pertanian yang akan dijual ke tempat-tempat lain
oleh pedagang-pedagang yang dipekerjakan oleh para baron.   

Di atas tanah kekuasaannya, para baron adalah satu-satunya orang yang


berhak mengadakan pengadilan, memutuskan perkawinan, memiliki senjata
dan tentara, dan hak-hak lainnya yang sekarang merupakan fungsi negara.
Para baron sebenarnya otonom terhadap raja, dan seringkali mereka
berkonspirasi menggulingkan raja. Kondisi pada masa feodalisme di
Indonesia bisa diambil contoh pada masa kerajaan-kerajaan kuno macam
Mataram kuno, kediri, singasari, majapahit. Dimana tanah adalah milik
Dewa/Tuhan, dan Raja dimaknai sebagai titisan dari dewa yang berhak
atas penguasaan dan pemilikan tanah tersebut dan mempunyai wewenang
untuk membagi-bagikan berupa petak-petak kepada sikep-sikep, dan
digilir pada kerik-kerik (calon sikep-sikep), bujang-bujang dan numpang-
numpang (istilahnya beragam di beberapa tempat) dan ada juga tanah
perdikan yang diberikan sebagai hadiah kepada orang yang berjasa bagi
kerajaan dan dibebaskan dari segala bentuk pajak maupun upeti.

Sebenarnya sudah muncul perlawanan dari kalangan rakyat tak bertanah


dan petani. Kita bisa melihat adanya pemberontakan di masa pemerintahan
Amangkurat I, pemberontakan Karaeng Galengsong, pemberontakan
Untung Suropati, dan lain-lain. Hanya saja, pemberontakan mereka
terkalahkan. Tapi kemunculan gerakan-gerakan perlawanan pada setiap
jaman harus dipandang sebagai lompatan kualitatif dari tenaga-tenaga
produktif yang terus berkembang maju (progresif) berhadapan dengan
hubungan-hubungan sosial yang dimapankan (konservatif). Walaupun
kepemimpinan masih banyak dipegang oleh bangsawan yang merasa
terancam karena perebutan aset yang dilakukan oleh rajanya. Embrio
kapitalisme mulai bersentuhan dengan masyarakat di Nusantara di awal
abad ke-15, melalui merkantilisme Eropa.  
DAFTAR PUSTAKA

merdeka.com

https://www.merdeka.com/jabar/feodalisme-adalah-sistem-yang-
memberi-kekuasaan-pada-bangsawan-berikut-penjelasannya-kln.html?
page=all

radarbanyuwangi.jawapos.com

https://radarbanyuwangi.jawapos.com/read/2021/01/06/233902/feodalis
me-masihkah

jdih

https://jdih.jogjakota.go.id/index.php/articles/read/136

Anda mungkin juga menyukai