Anda di halaman 1dari 5

Revolusi Perancis yang berkobar dalam akhir abad 18 adalah menjadi awal perjuangan untuk

menjebol peme-rintahan yang berbentuk feodal untuk dirombak menjadi pemerintahan


rakyat. Dengan doktrin Liberty, Egalite danFratemite, Revolusi Perancis menggelora
danmenggelora-kan seluruh dunia, merombak pemerintahan feodal di Eropa Barat yang juga
menjalar ke seluruh dunia. Peristi-wa politik yang begitu fundamental terjadi tentulah ada
sebab-sebab fundamental yang mendorong atau menjadi landasan bagi kejadian tersebut.

feodalisme adalah sistim politik, kenegaraan dan pemerintahan di mana kekuasaan ada di
tangan raja atau sistem kerajaan. Di dalam sistem feodal, negara dan isinya adalah milik raja
khususnya tanah sebagai sumber kehidupan dan penghidupan nega-ra dan nega-rakyat. Raja
sebagai pusat penguasa dan kekuasa-an tersebut mendelegasikkekuasa-an kekuasakekuasa-an
kepada pengua-sa-penguasa wilayah-wilayah bawahannya dengan sank-si loyal kepada raja
dan untuk itu harus menyetor upeti-upeti serta membela kekuasaan raja, apabila ada yang
menantang atau menentang raja dan kekuasaanya.

Prinsip feodal ini menetapkan juga bahwa pergantian raja selalu atas dasar keturunan,
sedangkan pergantian penguasa wilayah yang dilimpahkan oleh raja didasarkan kepada
loyalitas kepada raja dan keturunannya yang sah. Dengan demikian itu maka kita bisa
simpulkan atau tan-daskan bahwa feodalisme adalah sistem di mana kekua-saan politik:
negara dan pemerintah, adalah monopoli di tangan raja dan bawahan raja yang loyal, (yang
terkait erat dengan penguasaan wilayah yang menjadi sumber penghidupan bangsa dan rakyat
dalam negara tersebut). Pergantian-pergantian penguasa tersebut didasarkan pada
keturunannya yang sah. Sistem feodal tersebut ten-tulah mencakupi kekuasaan di bidang
ekonomi, karena penguasaan wilayah tidak lepas dari pengelolaan-penge-lolaan kekayaan
alam di dalam wilayah-wilayah yang bersangkutan, dengan demikian feodalisme juga meru-
pakan monopoli kekuasaan atas penghidupan rakyat dan masyarakat yang mengelola dan
menggarap tanah-tanah dan kekayaan-kekayaan alam di wilayah-wilayah terse-but. Jadi
feodalisme juga merupakan monopoli kekuasa-an di bidkekuasa-ang perekonomikekuasa-an
oleh raja dkekuasa-an bawahkekuasa-an-ba- bawahan-ba-wahan raja (para penguasa
wilayah), yang justru harus setor upeti dari kekayaan-kekayaan dan hasil perekono-mian
wilayahnya kepada raja sebagai salah satu bukti loyalitas kepada raja.

Kita tentu juga memaklumi bahwa asal mulanya sese-orang bisa menjadi raja dan
memperoleh tahta kekuasaan tentulah karena mempunyai dukungan kekuatan ter-utama
kekuatan fisik dan kekuatan bersenjata yang cukup untuk mengalahkan pesaing-pesaingnya,
dan menjaga kelestarian kekuasaannya. Di samping itu juga harus ada dukungan aparatur
pemerintahan yang bisa mengelola pemerintahan dengan baik. Untuk kesemua-nya itu
tentulah sangat dibutuhkan dana dan harta yang cukup untuk pembiayaan-pembiayaannya.
Demikianlah usaha-usaha pengerahan dana dan harta dalam berbagai upeti, pungutan, pajak,
dan sebagainya perlu dilaksana-kan. Kadang-kadang malah dilakukan peperangan de-ngan
negara lain justru untuk memperebutkan sumber dana bagi kepentingan kerajaan.

Dalam abad XVII dan XVIII kompetisi antara negara-negara barat untuk merebut
superioritasnya, masing-masing Negara berlomba untuk meraih keuntungan yang paling
besar dari perdagangan internasionalnya, yang terkenal dengan doktrin Merkantilisme. Dalam
perlom-baan atau kompetisi dagang tersebut akhimya masing-masing ingin menemukan
sumber-sumbemya dari ba-rang-barang dagangan yang paling menguntungkan, yaitu rempah-
rempah dari Asia. Dengan armada-armada dagang yang tangguh dan berpengalaman berlayar
jarak jauh dengan dikawal kekuatan-kekuatan bersenjata akhirnya sampai di Asia Tenggara
termasuk Indonesia. Pedagang-pedagang dari Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris dan
Perancis aktif berebut mendapatkan rempah-rempah anatara lain: pala, lada, cengkeh, kayu
manis, se-reh dan sebagainya yang sangat menguntungkan itu membawa munculnya
kekuatan masyarakat baru yang tak kalah pentingnya bagi kerajaan dibandingkan para ningrat
dan bangsawan yang memegang monopoli kekuasaan.

Justru dari golongan-golongan pedagang besar inilah dana dan harta yang cukup besar bagi
kepentingan raja dan pemerintahannya diperoleh. Di dalam kalangan pe-dagang-pedagang
besar ini tentulah ada kegiatan-kegiatan dagang intemasional tersebut, juga pengalaman
dalam kegiatan perdagangan internasional tersebut telah juga menjalin kekuatan-kekuatan
bersenjata yang dike-rahkan dan dibiayai untuk pengawalan armada-armada dagang, maupun
untuk penguasaan wilayah di daerah untuk menguasai barang-barang dagang yang sangat
menguntungkan. Pengusaha-pengusaha dagang Belanda dengan nama V.O.C menduduki
Jakarta tahun 1601 dan mengganti nama Jakarta menjadi Batavia tahun 1609.

Kekuatan-kekuatan baru inilah yang mulai menantang dan menyaingi para bangsawan dan
ningrat dalam meme-gang monopoli kekuasaan dalam negara (politik). Kenya-taannya
memang bahwa kekuatan baru ini kaum borjuis sangat berpengaruh bagi kemakmuran dan
kebesaran Negara waktu itu ingatlah semboyan: The Flag Follows The Trade.

Ekses-ekses pemerintahan feodal telah menyakiti dan menindas rakyat dan masyarakat di luar
para ningrat dan bangsawan puluhan tahun lamanya, karena otoriter dan kesewenang-
wenengannya, karena pajak dan pungutan-pungutan yang berat, hidup bermewah-mewah
para bangsawan di atas penderitaan dan kesengsaraan rakyat, dan sebagainya maka iklim ini
sangat subur bagi gerakan perjuangan melawan monopoli kekuatan raja dan para ningrat.

Demikianlah gerakan-gerakan dengan panji-panji Demokrasi–Kekuasaan Rakyat–untuk


menjebol mono-poli kekuasaan raja dan para bangsawan menjadi sangat menggelora.
Walaupun demikian perjuangan menegak-kan pemerintahan di tangan rakyat memamenegak-
kan waktu yang lama, walaupun Revolusi Perancis serta merta dapat menggulingkan
kekuasaan raja, namun pemerintahan republik yang demokratis yang berbentuk Republik
Perancis dengan sarana lembaga-lembaga yang demo-kratis tidak bisa dibangun langsung
dengan munculnya Napoleon Bonaparte yang memegang pemerintahan militer dan otoriter
dikarenakan merajalelanya ekses-ekses daripada Revolusi Perancis yang menjadi anarki.

Di dalam menerapkan prinsip demokrasi, kekuatan rakyat dalam kehidupan politik: Negara
dan pemerin-tahan di Eropa Barat, ternyata terdapat berbagai variasi bentuk dan
mekanismenya. Negara ada yang berbentuk republik dan ada yang masih berbentuk kerajaan,
di ma-na kepala negara yaitu raja, pergantiannya berdasarkan keturunan bukan pemilihan
oleh rakyat. Sedangkan repu-blik, kepala negara dipilih oleh rakyat. Dalam bentuk kerajaan
tersebut memang ditetapkan bahwa raja tidak berkuasa, yang berkuasa adalah perdana
menteri (kabi-net) yang dibentuk oleh perwakilan rakyat. Pada kerajaan Inggris ada istilah,
“The King/The Queen can do no wrong, the prime minister is responsible”. (Raja/Ratu tidak
bisa disalahkan, yang bertanggung jawab adalah perdana menteri/kabinet).

Perwakilan rakyat yang dipilih memalui pemilihan umum, yang akan membentuk
pemerintahan yang ber-kuasa, ada yang berisikan wakil-wakil dari banyak partai politik
(sistem multipartai) dan ada negara yang pewakil-an rakyatnya hpewakil-anya dibatasi oleh
wakil-wakil dari dua partai. Berdasarkan demokrasi negara ada yang berben-tuk negara
kesatuan dan negara federal, sehingga benberben-tuk lembaga-lembaga perwakilan rakyatnya
juga berbeda: negara kesatuan punya satu lembaga perwakilan rakyat, sedangakan negara
federal punya dua perwakilan rakyat, yaitu perwakilan dari partai hasil pemilu dan
perwakilan dari negara bagian. Dalam hal pemilihan wakil-wakil rakyatpun (PEMILU) ada
yang memakai sistim distrik, dan ada yang pemilihan sistim proporsionil.

Dari pengamatan dan penghayatannya, demokrasi yang lahir dan berkembang di Eropa Barat,
sebagaimana diungkapkan di atas, maka jelaslah bahwa peranan ke-kuatan-kekuatan yang
menguasai kehidupan dan peng-hidupan perekonomian di negara-negara tersebut sangat-lah
kuat dalam pelaksanaan demokrasinya, yang menca-kupi pengorganisasian masyarakat dalam
parati piltik untuk bias aktif dalam menggalang suara dalam pemilih-an umum untuk
membeentuk perwakilpemilih-an rakyat dpemilih-an pemerintah.

Jadi, kekuatan-kekuatan ekonomi sangatlah besar pe-ranannya dalam kehidupan


danpenghidupan demokrasi dan pemerintahan demokratis. Tentulah ini sangat nayat, karena
negara-negara di Eropa Barat yang melahirkan dan mengembangkan pemerintahan demokrasi
tidaklah lepas dari kepentingan-kepentingan pengembangan usaha dan kepentingan-
kepentingan ekonomi mereka. Coba re-nungkan, negara-negara Eropa Barat yang
mendengung-kan demokrasi justru negara-negara yang melakumendengung-kan penjajahan
atas bangsa lain, yang merupakan kelanjutan dari merkantilisme, yaitu menguasai dan
mengeruk keka-yaan alam negara atau bangsa lain bagi kepentingan dan kemakmuran bangsa
dan negara sendiri (kolonialisme) yang mana mereka adalah penguasa-penguasa pemerin-
tahan yang menjajah tersebut.

Barat adalah individualisme, prinsip kepentingan perorangan, sehingga kepantingan orang


peroranglah yang menetukan.

Dengan demikian, keputusan-keputusan rapat diam-bil berdasarkan suara terbanyak, yaitu


50% ditambah 1 saja sudah menjadi penentu, mengalahkan yang 49% (suara yang 49% sama
sekali tidak dihargai). Dari sinilah kita bisa simpulkan dengan tegas bahwa bukan kebersa-
maan yang diutamakan tetapi kepentingan orang per orangnya. Memang roh demokrasi barat
adalah indivi-dualisme sebagai rohnya kapitalisme, dilahirkan impe-rialisme, mengejar
keuntungan maksimal bagi modal bukan keuntungan bagi kepentingan masyarakat. Dari
kesemua ungkapan tersebut, maka jelaslah prin-sip kekuasaan politik, kekuasaan rakyat di
bidang kene-garaan dan pemerintah di Eropa Barat adalah dipelopori dan dikendalikan oleh
penguasa-penguasa kekuatan-kekuatan ekonomi (Business Corporation). Dengan de-mikian
tidak mengherankan bahwa negara-negara dan pemerintahan-pemerintahan tersebut
berambisi untuk menguasai bangsa dan negara lain bagi kepentingan-ke-pentingan
ekonominya.
Jadi demokrasi di Eropa Barat adalah dilandasi oleh budaya dan peradaban untuk mengejar
kepentingan dari penguasa-penguasa kekuatan ekonomi (kaum kapitalis) yang beroperasi
global. Memang kebebasan berbicara, kebebasn berserikat, kebebasan berfikir, kebebasan
pers, dan sebagainya dibiarkan karena kendali sudah dikuasai penguasa kekuatan-kekuatan
ekonomi tersebut. Kebe-basan-kebebasan tersebut dijadikan vebtilasi maupun petunjuk iklim
dan arah angina (opini publik).

https://123dok.com/article/sejarah-ringkas-demokrasi-barat-amerika-serikat-apakah-
cocok.zp1w530z

Revolusi Perancis yang berkobar dalam akhir abad 18 adalah menjadi awal perjuangan untuk
menjebol peme-rintahan yang berbentuk feodal untuk dirombak menjadi pemerintahan rakyat.
Fratemite, Revolusi Perancis menggelora dan menggelora-kan seluruh dunia, merombak
pemerintahan feodal di Eropa Barat yang juga menjalar ke seluruh dunia. Raja sebagai pusat
penguasa dan kekuasa-an tersebut mendelegasikkekuasa-an kekuasakekuasa-an kepada
pengua-sa-penguasa wilayah-wilayah bawahannya dengan sank-si loyal kepada raja dan untuk
itu harus menyetor upeti-upeti serta membela kekuasaan raja, apabila ada yang menantang atau
menentang raja dan kekuasaanya.

Prinsip feodal ini menetapkan juga bahwa pergantian raja selalu atas dasar
keturunan, sedangkan pergantian penguasa wilayah yang dilimpahkan oleh raja didasarkan
kepada loyalitas kepada raja dan keturunannya yang sah. Jadi feodalisme juga merupakan
monopoli kekuasa-an di bidkekuasa-ang perekonomikekuasa-an oleh raja dkekuasa-an
bawahkekuasa-an-ba- bawahan-ba-wahan raja , yang justru harus setor upeti dari kekayaan-
kekayaan dan hasil perekono-mian wilayahnya kepada raja sebagai salah satu bukti loyalitas
kepada raja.

Kita tentu juga memaklumi bahwa asal mulanya sese-orang bisa menjadi raja dan memperoleh
tahta kekuasaan tentulah karena mempunyai dukungan kekuatan ter-utama kekuatan fisik dan
kekuatan bersenjata yang cukup untuk mengalahkan pesaing-pesaingnya, dan menjaga
kelestarian kekuasaannya.

Dalam abad XVII dan XVIII kompetisi antara negara-negara barat untuk merebut
superioritasnya, masing-masing Negara berlomba untuk meraih keuntungan yang paling besar
dari perdagangan internasionalnya, yang terkenal dengan doktrin Merkantilisme. Pedagang-
pedagang dari Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris dan Perancis aktif berebut mendapatkan
rempah-rempah anatara lain: pala, lada, cengkeh, kayu manis, se-reh dan sebagainya yang
sangat menguntungkan itu membawa munculnya kekuatan masyarakat baru yang tak kalah
pentingnya bagi kerajaan dibandingkan para ningrat dan bangsawan yang memegang monopoli
kekuasaan.
Justru dari golongan-golongan pedagang besar inilah dana dan harta yang cukup besar bagi
kepentingan raja dan pemerintahannya diperoleh. Pengusaha-pengusaha dagang Belanda
dengan nama V.O.C menduduki Jakarta tahun 1601 dan mengganti nama Jakarta menjadi
Batavia tahun 1609.

Ekses-ekses pemerintahan feodal telah menyakiti dan menindas rakyat dan masyarakat di luar
para ningrat dan bangsawan puluhan tahun lamanya, karena otoriter dan kesewenang-
wenengannya, karena pajak dan pungutan-pungutan yang berat, hidup bermewah-mewah para
bangsawan di atas penderitaan dan kesengsaraan rakyat, dan sebagainya maka iklim ini sangat
subur bagi gerakan perjuangan melawan monopoli kekuatan raja dan para ningrat.
Demikianlah gerakan-gerakan dengan panji-panji Demokrasi–Kekuasaan Rakyat–untuk
menjebol mono-poli kekuasaan raja dan para bangsawan menjadi sangat menggelora. Negara
ada yang berbentuk republik dan ada yang masih berbentuk kerajaan, di ma-na kepala negara
yaitu raja, pergantiannya berdasarkan keturunan bukan pemilihan oleh rakyat. Sedangkan repu-
blik, kepala negara dipilih oleh rakyat. Perwakilan rakyat yang dipilih memalui pemilihan
umum, yang akan membentuk pemerintahan yang ber-kuasa, ada yang berisikan wakil-wakil dari
banyak partai politik dan ada negara yang pewakil-an rakyatnya hpewakil-anya dibatasi oleh
wakil-wakil dari dua partai.

Dari pengamatan dan penghayatannya, demokrasi yang lahir dan berkembang di Eropa


Barat, sebagaimana diungkapkan di atas, maka jelaslah bahwa peranan ke-kuatan-kekuatan
yang menguasai kehidupan dan peng-hidupan perekonomian di negara-negara tersebut sangat-
lah kuat dalam pelaksanaan demokrasinya, yang menca-kupi pengorganisasian masyarakat
dalam parati piltik untuk bias aktif dalam menggalang suara dalam pemilih-an umum untuk
membeentuk perwakilpemilih-an rakyat dpemilih-an pemerintah. Tentulah ini sangat
nayat, karena negara-negara di Eropa Barat yang melahirkan dan mengembangkan
pemerintahan demokrasi tidaklah lepas dari kepentingan-kepentingan pengembangan usaha
dan kepentingan-kepentingan ekonomi mereka. Coba re-nungkan, negara-negara Eropa Barat
yang mendengung-kan demokrasi justru negara-negara yang melakumendengung-kan
penjajahan atas bangsa lain, yang merupakan kelanjutan dari merkantilisme, yaitu menguasai
dan mengeruk keka-yaan alam negara atau bangsa lain bagi kepentingan dan kemakmuran
bangsa dan negara sendiri yang mana mereka adalah penguasa-penguasa pemerin-tahan yang
menjajah tersebut. Dengan de-mikian tidak mengherankan bahwa negara-negara dan
pemerintahan-pemerintahan tersebut berambisi untuk menguasai bangsa dan negara lain bagi
kepentingan-ke-pentingan ekonominya.

Anda mungkin juga menyukai