Pada masa itu warga negaranya terbagi menjadi tiga golongan yaitu golongan budak,
golongan orang pendatang, dan golongan penduduk asli.
1. Golongan budak yaitu golongan yang tidak dianggap sebagai subjek hukum, karena itu
tidak mempunyai hak hukum, tidak memiliki apa-apa bahkan merekalah yang dimiliki.
Meski demokrasi berlaku, perbudakan dibenarkan dan dianggap sebagai kenyataan
sosial atau proses alami.
2. Golongan pendatang yaitu golongan yang dianggap ada tetapi tidak memiliki hak turut
campur tangan dalam pemerintahan.
3. Golongan penduduk asli yaitu golongan yang berhak mengendalikan pemerintahan.
Dalam susunan pemerintahannya rakyat langsung ikut serta dalam pemerintahan dan
pemerintahan ini merupakan pemerintahan demokrasi langsung. Pemerintahan itu
diselenggarakan dengan mengumpulkan rakyat di satu tempat yang disebut ecclesia. Dalam
rapat itu dikemukakan kebijakan pemerintahan, kesulitan yang dihadapi pemerintah untuk
dipecahkan bersama, mengadakan perbaikan yang perlu diselenggarakan bersama. Dengan
demikian, rakyat dapat ikut serta memecahkan kesulitan yang dialami oleh pemerintah
dengan mengajukan usul-usul dan lain sebagainya.
Salah satu kebiasaan orang Yunani Kuno adalah membicarakan berbagai persoalan hidup,
termasuk masalah-masalah politik dan negara. Hal itu disebabkan beberapa faktor, yaitu:
Tipe dari negara Romawi Kuno digambarkan sebagai suatu imperium yang memiliki wilayah
yang luas sekali karena jajahan-jajahannya. Pada saat itu di Romawi terdapat suatu ajaran
yang diperolehnya dari Yunani sebagai hasil daripada proses akulturasi. Proses akulturasi ini
timbul karena Yunani pada waktu itu menjadi daerah jajahan dari Romawi. Kedaulatan
rakyat yang mereka terima dari kebudayaan Yunani di konstruksi menjadi paham
Caesarismus yaitu suatu paham di mana Caesar menerima seluruh kekuasaan daripada
rakyat berdasarkan kepercayaan rakyat kepadanya.
Kekuasaan rakyat yang diserahkan kepada penguada, yaitu raja, sifatnya tidak turun
temurun, jadi setiap pengangkatan raja baru rakyat menyerahkan kekuasaannya kepada raja
yang baru diangkat tersebut, lalu rakyat tidak dapat mencabut kembali.
Menurut penganut agama Kristen, tidak ada kekuasaan di dunia ini yang harus ditaati secara
patuh, karena hal pertama yang harus ditaati adalah perintah Tuhan. Perintah penguasa
hanya boleh ditaati apabila perintah tidak itu bertentangan dengan perintah Tuhan. Dan
sebagai akibat daripada pengakuan ini, maka agama Kristen mendirikan suatu organisasi
yang kuat, yaitu organisasi gereja yang dikepalai oleh seorang Paus, sebagai wakil Tuhan
untuk memerintah dunia. Sebagai akibat lebih lanjut ialah orang, juga pemeluk-pemeluk
agama Kristen itu sendiri tidak memiliki kebebasan berpikir, oleh karena segala-galanya
harus tunduk kepada perintah Tuhan. Dan jika ada perintah-perintah Tuhan yang tidak
terang, yang boleh menafsirkan hanyalah pemimpin-pemimpin geraja, khususnya Paus.
Negara-negara pada abad pertengahan sudah merupakan country state yang sifatnya
mendua. Dualisme itu disebabkan oleh adanya dua macam hak yang menjadi dasar bagi
terbentuknya negara, yaitu :
1. Hak raja untuk memerintah yang disebut Rex
2. Hak rakyat yang disebut Regnum
Tipe negara abad pertengahan ialah feodalistis berdasarkan hak perseorangan yang mutlak.
Tetapi dalam perkembangannya hak milik tidak lagi mutlak, tetapi hak milik memiliki
kewajiban untuk mengabdi kepada kepentingan umum. Akibat kewajiban tersebut, maka
timbullah hak-hak rakyat yang dapat membatasi kekuasaan dari raja yang dikemukakan oleh
aliran Monarchomachen yang akan mencegah tindakan sewenang-wenang raja. Perjanjian
antara raja dan rakyat yang saling membatasi diletakkan dalam leges fundamentalis. Di
dalam leges fundamentalis itu ditentukan hak-hak dan kewajiban dari kedua belah pihak.
Jika raja melampaui batas hak-haknya maka rakyat dapat memberontak, demikian pula
sebaliknya jika rakyat tidak mematuhi pemerintahannya, ia bisa menghukumnya.