Anda di halaman 1dari 39

ILMU NEGARA

UNIVERSITAS DIRGANTARA MARSEKAL SURYADARMA


TEORI TUJUAN NEGARA
Plato
Negara timbul karena adanya kebutuhan dan keinginan
yang beraneka ragam, yang menyebarkan masing-masing
orang secara sendiri-sendiri tidak mampu memenuhinya.
Untuk memenuhi itu harus bekerjasama.
Jadi tujuan negara adalah agar kebutuhan manusia yang
beraneka ragam dapat terpenuhi.
EPICURUS
 Negara merupakan hasil perbuatan manusia yang diciptakan untuk
menyelenggarakan kepentingan anggota-anggotanya, untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
 Jadi tujuan negara selain menyelengarakan ketertiban dan keamanan,
juga menyelenggarakan kepentingan pribadi.
 Kalau kepentingan individu dipenuhi, maka ia akan kuat dan demikian
juga keadaan negara yang diciptakannya.
THOMAS AQUINAS

Kalau ingin tahu tujuan negara, ia harus


lebih dulu tahu apa yang jadi tujuan
manusia.
Tujuan manusia adalah kemuliaan abadi,
kemuliaan sesudah mati.
NICOLLO MACHIAVELLI
 Tujuan negara ada 2, tujuan antara dan tujuan akhir.
 Tujuan
antara: mengusahakan terselenggaranya ketertiban,
keamanan, dan ketentraman.
 Tujuan
akhir: tujuan antara hanya merupakan sarana
mencapai tujuan akhir yang lebih tinggi, yaitu kemakmuran
bersama.
Sifat Hakekat Negara

1. Memaksa  Mempunyai kekuasaan memakai kekerasan fisik secara legal.


 Untuk apa? Untuk mencapai ketertiban supaya hukum ditaati
 Misal: Memungut pajak, mematuhi aturan, membawa senjata  ada alat
pemaksa
Sifat Hakekat Negara
2. Sifat Monopoli:
 Mempunyai monopoli dlm menetapkan tujuan bersama dari
masyarakat
 Mempunyai monopoli thp alat-alat kekuasaan negara : militer,
polisi, kejaksaan
3. Sifat Mencakup semua aturan yang dibuat negara berlaku
untuk semua orang tanpa kecuali.
Pertanyaan: mengapa negara diberi wewenang memaksa?  karena
memiliki dasar penghalalan hukum atau souvereinitiet.
 JELLINEK DALAM ALLGEMEINE SETELAH MENGKAJI
NEGARA:
1. SEBAGAI GEJALA SOSIAL
2. DARI ASPEK YURIDIS
Sosial  
   disebut ZWEISEITEN THEORIE
   Yuridis

 Sedangkan HAN KELSEN melihat NEGARA dari satu aspek yaitu SEGI YURIDIS
 Kajian dalam ALLGEMEINE SOZIALE STL :

  Perkataan / nama Negara


 Sifat Hakekat Negara ( Hetwezen van de Staats)
 Dasar Penghalalan hukum suatu negara (Rechtvaardiging grond VS)
 Tujuan Negara ( Doel van de staats)
 Pertumbuhan Negara (Wording van de staats)
 Type-type pokok sejarah dari pada negara (Historische hoofdtypen vs)
 Kajian dalam Allgemeine Staatsrechtslehre:
 Perbedaan Hukum Publik dan Hukum Privat
 Elemen/unsur negara  penduduk., wilayah, pemerintah
 Sifat kekuasaan negara  kedaulatan
 Konstitusi negara
 Alat-alat perlengkapan negara
 Fungsi negara
TIPE NEGARA
Tipe-tipe pokok negara dapat dibagi menjadi lima yaitu:
1. Tipe Negara Timur Purba/Kuno
2. Tipe Negara Yunani Purba/Kuno
3. Tipe Negara Romawi Purba/Kuno
4. Tipe Negara Abad Pertengahan
5. Tipe Negara Menuju Hukum
Tipe Negara Timur Purba/Kuno
Menurut para ahli barat Negara Timur Purba
adalah Tiranie atau Despotie. Negara Timur Purba
itu diperintah oleh raja-raja yang berkuasa mutlak
dan sewenang-wenang. Namun, faktanya tidak
semua negara timur purba itu tiranie, dan di negara
barat tidak sedikit rajanya bertindak sewenang-
wenang.
Tipe Negara Yunani Purba/Kuno
Negara Yunani Kuno mempunyai tipe sebagai
negara kota atau polis. Warga negaranya
terbagi menjadi 3 golongan: golongan budak
(tidak dianggap subjek hukum), golongan
pendatang (tidak punya hak terlibat dalam
pemerintahan), dan golongan asli.
Tipe Negara Romawi Purba/Kuno
Kerajaan Romawi awalnya berbentuk monarki/kerajaan.
Pemerintahan monarki didampingi badan perwakilan yang
anggotanya kaum ningrat. Sudah ada benih-benih
demokrasi, sampai akhirnya raja terakhir diusir dari
tahtanya. Suatu waktu pernah terjadi pertentangan antara
kaum ningrat dan rakyat jelata, kemudian dapat diselesaikan
melalui “Undang-Undang Dua Belas Meja”. Kemudian
pemerintah dipegang oleh dua konsul bersama dengan
pemerintah menjalankan pemerintahan dan undang-
undang.
Tipe Negara Romawi Purba/Kuno
Akulturasi terjadi kala Yunani menjadi daerah jajahan Romawi, khususnya
mengenai ajaran demokrasi dan kedaulatan rakyat. Namun tidak serta-merta
merubah susunan pemerintahan Romawi yang dipimpin seorang Caesar, yang
memiliki kekuasaan besar sekali dan bertindak sekehendak hatinya (tiran).
Ajaran “Kedaulatan Rakyat” dikonstruksi menjadi paham Caearismus (Caesar
menerima seluruh kekuasaan rakyat berdasarkan kepercayaan rakyat
kepadanya).
Kekuasaan rakyat yang diserahkan kepada penguasa/raja, sifatnya tidak
turun temurun. Setiap pengangkatan raja baru, rakyat menyerahkan kekuasaan
kepada raja yang baru diangkat. Sehingga memberi alasan penguasa bertindak
diktator. Perjanjian penyerahan kekuasaan itu diletakkan dalam Lex Regia, yaitu
suatu undang-undang yang memberi hak kepada Caesar untuk memerintah.
Tipe Negara Abad Pertengahan
Setelah imperium Romawi jatuh, pemikiran tentang negara dan hukum
menuju zaman abad pertengahan. Sistem ketatanegaraan menjadi
menurut ketentuan gereja (Kristen), dimana tidak ada kekuasaan di
dunia ini yang harus ditaati secara patuh, perintah penguasa hanya
boleh ditaati apabila tidak bertentangan dengan perintah Tuhan, maka
agama Kristen mendirikan organisasi yang dikepalai oleh seorang paus,
sebagai wakil Tuhan untuk memerintah dunia.

Ada dua hak yang menjadi daar terbentuknya negara, yakni:

1. Hak raja untuk memerintah ( Rex);


2. Hak rakyat ( Regnum ).
Tipe Negara Abad Pertengahan
Tipe negara feodalistis berdasarkan hak perseorangan yang mutlak.
Kemudian berkembang bahwa hak milik tidak lagi mutlak, namun juga
ada kewajiban untuk mengabdi kepada kepentingan umum. Lalu timbul
hak-hak rakyat yang dapat membatasi kekuasaan raja (aliran
monarchomachen), yang mencegah tindakan sewenang-wenang raja.

Perjanjian antara raja dan rakyat yang saling membatasi diletakkan


dalam Leges Fundamentalis, yang menentukan hak-hak dan kewajiban-
kewajiban dari kedua pihak. Jika raja melampau hak-haknya, maka rakyat
dapat memberontak. Namun bila rakyat tidak mematuhi
pemerintahannya.
Tipe Negara Menuju Negara Hukum
Tipe negara ditinjau dari sisi hukum adalah penggolongan negara-negara dengan
melihat hubungan antara penguasa dan rakyat.

 Tipe Negara Polisi.


Negara polisi ialah negara yang menyelenggarakan keamanan dan kemakmuran
atau perekonomian Pada tipe ini negara bertugas menjaga tata tertib saja atau
negara penjaga malam. Pemerintahan bersifat monarchie absolut.
Ciri tipe negara Polisi:
(1) Penyelenggaraan negara positif (bestuur);
(2) Penyelenggaraan negatif (menolak bahasa yg mengancam negara/keamanan).
Slogan Negara Polisi: “Sallus publica supreme lex” ( kepentingan umum sebagai
yang harus diutamakan), “L’etat c’est moi” (negara adalah aku-raja-)
Tipe Negara Hukum
Pemikiran tentang negara hukum muncul kembali pada abad XVII dan populer pada
abad XIX.
Cita negara hukum baru pertama kali dikemukakan oleh Plato, lalu dipertegas oleh
Aristoteles. Plato berpendapat bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang baik ialah
diatur oleh hukum. Sedang Aristoteles berpendapat, suatu negara yang baik ialah negara
diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum, yang memerintah dalam negara
bukanlah manusia melainkan pikiran yang adil, dan kesusilaanlah menentukan baik
buruknya suatu hukum.
Manusia perlu dididik menjadi warga baik, bersusila, pada akhirnya akan
menjelmakan manusia bersikap adil. Apabila keadaan semacam itu telah terwujud, maka
terciptalah suatu “negara hukum”, karena tujuan negara adalah kesempurnaan warganya
berdasarkann atas keadilian. Jadi, keadilanlah memerintah dalam kehidupan bernegara.
Agar manusia bersikap adil itu dapat dilakukan dalam kehidupan bernegara, maka
manusia harus dididik menjadi warga baik dan bersusila.
Tipe Negara Hukum
Negara hukum merupakan terjemahan dari rechtsstaat ( abad XIX). Konsep rechtsstaat
lahir suatu perjuangan menentang absolutisme sehingga sifatnya revolusioner, sebaliknya
konsep the rule of law (1885- Albert Venn Dicey-dlm buku Introduction to the Study of Law
of the Contitution).
Konsep rechtsstaat bertumpu atas sistem hukum kontinental disebut civil law, sedangkan
konsep the rule of law bertumpu atas sistem hukum disebut common law. Karakteristik
civil law adalah administratif, sedangkan karakteristik common law adalah judicial.
Ciri-ciri rechtsstaat anatara lain:
1. Adanya UUD/konstitusi memuat ketentuan tertulis tentang hubungan antara penguasa
dan rakyat;
2. Adanya pembagian kekuasaan negara;
3. Diakui dan dilindunginya hak-hak kebebasan rakyat
Tipe Negara Hukum
Negara hukum merupakan terjemahan dari rechtsstaat ( abad
XIX). Konsep rechtsstaat lahir dari suatu perjuangan menentang
absolutisme sehingga sifatnya revolusioner, sebaliknya konsep the
rule of law (1885- Albert Venn Dicey dalam buku Introduction to the
Study of Law of the Contitution).
Konsep rechtsstaat bertumpu atas sistem hukum kontinental
yang disebut civil law, sedangkan konsep the rule of law bertumpu
atas sistem hukum yang disebut common law. Karakteristik civil law
adl administratif, sedangkan karakteristik common law adalah
judicial.
CIRI NEGARA HUKUM
 Ada UUD sebagai peraturan tertulis yang mengatur hubungan antara
pemerintah dan warganya
 Ada pembagian kekuasaan (machtensheiding) yang secara khusus
menjamin suatu kekuasaan kehakiman yang merdeka;
 Ada pemencaran kekuasaan negara/pemerintah (spreiding van de
staatsmacht);
 Ada jaminan terhadap hak asasi manusia;
 Ada jaminan persamaan di muka hukum dan jaminan perlindungan
hukum;
 Ada asas legalitas
 Negara Hukum
a. konsep rechtsstaat
b. rule of law
 Rechtstaat

a. lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme sehingga


sifat revolusioner,
b. bertumpu atas sistem hukum continental yang disebut civil law
c. Tujuan hukum kepastian
Lanjutan konsep rechtstaat

Menempatan rechts pada staat (negara), yaitu :


a. Sebagai alat perlindungan HAM individu
b. Pengaturan kekuasaan negara secara pasif 
memelihara ketertiban dan keamaan
CIRI-CIRI RECHTSTAAT

Pengakuan dan perlindungan HAM


Pemisahan kekuasan dengan prinsip trias politika
Penyelenggaraan negara menurut UU (wet matig
bestuur)
Peradilan administrasi negara
Teori Trias Politika
Pengertian Trias Politika adalah teori yang membagi kekuasaan pemerintahan negara
menjadi tiga jenis kekuasaan, yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif.

Eksekutif
Kekuasaan eksekutif merupakan lembaga yang melaksanakan undang-undang.
Kekuasaan eksekutif dipimpin oleh seorang kepala negara, bisa berupa presiden, perdana
menteri, atau raja. Selain menjalankan undang-undang, kekuasaan eksekutif juga memiliki
kewenangan di bidang diplomatik, yudikatif, administratif, legislatif, dan militer.
Dalam menjalankan kekuasaan eksekutif ini, presiden selaku kepala negara dibantu
oleh wakil presiden, para pejabat dan menteri-menteri dalam kabinet, sesuai yang diatur
dalam undang-undang.
Legislatif
Kekuasaan legislatif merupakan lembaga yang berwenang dalam
membuat dan menyusun undang-undang. Kekuasaan legislatif dipegang
oleh parlemen yang menjadi perwakilan rakyat. Selain kekuasaan
membuat undang-undang, kekuasaan legislatif berwenang mengawasi
dan meminta keterangan pada kekuasaan eksekutif.
Adanya kekuasaan legislatif juga berfungsi untuk membatasi
kekuasaan eksekutif atau presiden, sehingga presiden tidak bisa
sewenang-wenang memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi
atau kelompok tertentu.(MPR, DPR, dan DPD)
Yudikatif
Kekuasaan yudikatif merupakan lembaga yang memiliki kekuasaan
dan kewenangan untuk mengontrol seluruh lembaga negara yang
menyimpang atas hukum yang berlaku pada negara tersebut. Lembaga
yudikatif dibentuk sebagai alat penegakan hukum, hak penguji material,
penyelesaian penyelisihan, hak mengesahkan peraturan hukum atau
membatalkan peraturan apabila bertentangan dengan dasar negara.
Fungsi kekuasaan yudikatif penting untuk memutus pelanggaran
hukum yang terjadi dalam struktur ketatanegaraan, termasuk juga
menyelesaikan sengketa dan perselisihan lainnya.
(MA, MK, dan KY)
Konsep Rule of Law
a. berkembang secara evolusioner
b. bertumpu pada sistem hukum yang disebut
common law.
c. Tujuan hukum keadilan
CIRI-CIRI RULE OF LAW
Supremacy of law
Hukum berada pada tingkatan tertinggi atau kekuasaan tertinggi

Equality before the law


Setiap orang sama di depan hukum tanpa memilih status dan kedidikannya, baik bagi
rakyat mauput pejabat

The constitution based on Human rights


Apa yang telah dituang ke dalam kosntitusi itu haruslah dilindungi keberadaannya
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN
RECHTSSTAAT DENGAN RULE OF LAW
 Persamaan :
Landasan filosofisnya  liberalistik-individualistik  mengedepankan jaminan
dan perlindungan HAM sebagai dasar utama pembentukan dan pembatasan
penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan
UU (wet matig bestuur)
 Perbedaan :
Rechtsstaat : Pengadilan Administrasi Negara unsur utama yang bersifat otonom
Rule of law : Pengandilan Administrasi Negara secara otomatis dipandang tidak
perlu, karena peradilan umum dianggap berlaku bagi semua orang
Beberapa Tipe/Konsep Negara Hukum
Konsep Negara Hukum Liberal
Ditulis Immanuel Kant bukunya Methaphysiche Ansfangsgrunde de
Rechtslehre. Orang-orang yang bereaksi terhadap negara polizei adalah
orang-orang kaya dan pandai, disebut sebagai kaum borjuis liberal (disebut
juga konsep Negara Hukum Liberal). Negara dikehendaki berstatus pasif,
negara harus tunduk pada peraturan-peraturan negara, antara penguasa dan
yang dikuasai ada suatu persetujuan dalam bentuk hukum. Penyelenggara
perekonomian/kemakmuran diserahkan rakyat, sedang negara sebagai
penjaga tata-tertib dan keamanan (Secherheit Polizei). Sehingga negara
hukumnya disebut sebagai Negara Hukum Penjaga Malam (Nachtwachter
Staat). Penyelenggaraan perekonomian berasaskan persaingan bebas, laise
faire laise passer (siapa yang kuat dia yang menang).
Konsep Negara Hukum Formal
Negara hukum yang mendapat pengesahan dari rakyat, segala tindakan
penguasa memerlukan bentuk hukum tertentu, harus berdasarkan UU, disebut
juga negara demokratis berlandaskan negara hukum.
Pengaruh paham liberal dr Rousseau, F.J.Stahl menyusun negara hukum formal
dengan unsur-unsur utamanya sebagai berikut: 1/ Adanya jaminan terhadap
HAM; 2 / Penyelenggaraan negara berdasarkan trias politika; 3/ Pemerintahan
didasarkan pd UU; 4/ Adanya peradilan administrasi.
Berbeda dengan konsep Kant adalah konsep dari Robert von Mohl, dalam
karya ilmiahnya Polizei Wissenschaftslehre, bahwa negara hukum adalah
negara yang diperintah oleh hukum. Kant hanya memperhatikan siapa
pembuat hukum itu. Padahal negara totaliter juga negara yang diatur oleh
hukum yang dibuat sang diktator atau tiran.
Konsep Negara Hukum Materiil
Negara hukum materiil merupakan perkembangan dari negara hukum
formal. Dalam negara hukum formal tindakan dari penguasa harus
berdasarkan UU (asas legalitas), dalam negara hukum materiil tindakan dari
penguasa dalam hal mendesak demi kepentingan warga negaranya
dibenarkan bertindak menyimpang dari UU atau berlaku asas oportunitas.
Hal ini dimungkinkan dengan adanya delegasi dari kekuasaan pembentuk
UU kepada pemerintah dalam membuat peraturan pelaksan, dan adanya
freies ermessen, yang memungkinkan pemerintah menjamin ketertiban
lebih adil dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebebasan
bertindak pemerintah untuk menyelenggarakan negara kesejahteraan.
Konsep Negara Hukum Materiil
Perkembangan dlm praktik negara hukum di negara barat telah mengubah
pengertian asas legalitas yg semula diartikan sbg pemerintahan berdasar atas UU
(wetmatigheid van het bestuur) menjadi pemerintahan berdasarkan atas hukum
(rechtmatigheid van het bestuur), kemudian menjadi lebih longgar lagi menjadi
doelmatigheid van het bestuur.
Pada konsep negara kesejahteraan/kemakmuran/wohlfaartstaats/welfaarstaats,
negara mengabdi sepenuhnya kpd masyarakat. Negara adl alat satu-satunya utk
menyelenggarakan kemakmuran rakya. Negara aktif dlm menyelenggarakan
kemakmuran wargana utk kepentingan seluruh rakyat dan negara. Jd tugas
negara adl semata-mata menyelenggarakan kemakmuran rakyat yg semaksimal
mungkin.
Konsep Negara Hukum Menurut Al-qur’an dan Sunnah
Ibnu Khaldun berpendapat, bahwa dalam mulk siyasi
ada dua macam bentuk negara hukum, yaitu (1) siyasah
diniyah dan (2) siyasah ‘aqliyah.
Nomokrasi Islam adl suatu negara hukum yg memiliki
prinsip-prinsip umum bahwa kekuasaan sbg: (1)
Amanah; (2) Musyawarah; (3) Keadilan; (4) Persamaan;
(5) Pengakuan dan perlindungan thd HAM; (6) Peradilan
bebas; (7) Perdamaian; (8) Kesejahteraan; (9) Ketaatan
Rakyat.
Konsep Negara Hukum Menurut Al-qur’an dan Sunnah
Ada salah pemahaman dari para sarjana barat, bahwa konsep negara dalam Islam sebagai
Teokrasi. Negara menurut ajaran Islam antara lain:

1. Negara Ideologi (Daulatul Fikrah): negara berasas cita-cita terlaksananya ajaran-ajaran Al-
ur’an dan Sunah Rasul dalam kehidupan masyarakat, demi kebahagiaan dunia dan akhirat;
2. Negara Hukum (Daulat Qanuniyah): Negara (penguasa dan rakyat) yang tunduk kepada
aturan-aturan hukum Al-Qur’an dan Sunah Rasul.
3. Negara Teo-demokrasi: negara yang berasaskan ajaran-ajaran Tuhan dan Rasulnya, dalam
realisasinya berlandaskan prinsip musyawarah.
4. Negara Islam (Darul Islam): predikat negara Islam dalam kitab-kitab fiqih dipergunakan
untuk membedakan dengan negara-negara bukan Islam, yaitu negara sahabat atau negara
perjanjian (Darul ‘Ahdi) dan negara perang atau negara musuh (Darul Harbi), dalam rangka
pembahasan hubungan antarnegara.
Negara Hukum Indonesia
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Indonesia
adalah negara hukum. Prinsip ini semula dimuat dlm penjelasn, yg berbunyi: “Negara Indonesia
berdasar atas hukum (rechtsstaat) tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machtsstaat)”. Materi
penjelasan tersebut kemudian diangkat dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 ( perubahan ketiga) berbunyi:
“Negara Indonesia adalah negara hukum”. Istilah rechtsstaat tidak lagi dimuat dlm UUD 1945. Demikian
pula tentang kekuasaan kehakiman yang mandiri diangkat dari penjelasan menjadi muatan UUD 1945
Pasal 24 ayat (1). Hal ini akan menguatkan konsep negara hukum Indonesia.
Menurut Mahfud MD, penghilangan istilah rechtsstaat dari UUD 1945 tersebut bukanlah masalah
semantik atau gramatik semata, melainkan juga menyangkut masalah yang substantif dan
paradigmatik. Istilah rechtsstaat lebih menekankan pada pentingnya hukum tertulis (civil law) dan
kepastian hukum. Kebenaran dan keadilan hukum di dalam rechtsstaat lebih berpijak atau
menggunakan ukuran formal, artinya yang benar dan adil itu adalah apa yang tertulis dalam hukum
tertulis, hakim adalah corong UU.
Negara Hukum Indonesia
Sedangkan the rule of law lebih menekankan pada pentingnya hukum tak tertulis
(common law) demi tegaknya keadilan substansial. Kebenaran dan keadilan hukum
lebih berpijak pada substansi keadilan daripada kebenaran formal-prosedur semata;
artinya benar dan adil itu belum tentu tercermin dalam hukum tertulis melainkan bisa
yang tumbuh di dalam hidup di masyarakat; dan karenanya hukum tertulis (UU) dapat
disimpangi oleh hakim jika UU itu dirasa tidak adil. Karena titik berat the rule of law
adalah keadilan, maka dalam membuat putusan hakim tidak harus tunduk pada bunyi
hukum tertulis melainkan dapat membuat putusan sendiri dengan menggali rasa dan
nilai-nilai keadilan dalam masyarakat.
Menurut Mahfud, sejak perubahan ketiga UUD 1945, konstitusi kita sudah
mengarahkan negara penegakan hukum di Indonesia secara prinsip menganut secara
seimbang segi-segi baik dari konsep rechtsstaat dan the rule of law sekaligus, yakni
menjamin kepastian hukum dan menegakkan keadilan substansial.

Anda mungkin juga menyukai