Anda di halaman 1dari 25

Mata Kuliah Hukum Perdata

Semester Genap 2020-2021


Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Aria Caesar Kusuma Atmaja, S.H., M.H.


14aria07@gmail.com
Materi perkuliahan..
Pertemuan I (perkenalan) Pertemuan 2 (subyek Pertemuan 3 (Hukum Pertemuan 4 (Hukum
hukum perdata) Perkawinan) Keluarga)

1. Asas-asas Perkawinan 1. Hubungan Keluarga dan


1.Konsep dan Lingkup Hukum 1.Hukum Perorangan
2. Pengertian dan Tujuan Hubungan Darah
Perdata 2.Orang Sebagai Subyek Hukum Perkawinan 2. Hubungan antara Suami
2.Sejarah Hukum Perdata 3.Kecakapan, Pendewasaan dan 3. Syarat-syarat Perkawina dan Istri
4. Tata Cara Melangsungkan 3. Hubungan antara Orang
3.Sumber Hukum Perdata Pengampuan serta kedudukan
Perkawinan Tua dan Anak
4.Sistematika Hukum Perdata wanita dalam hukum 5. Akibat Hukum adanya 4. Hubungan Hukum antara
4.Badan Hukum sebagai subyek Perkawinan wali dan Anak
Hukum 6. Perkawinan Campuran
7. Harta Benda dalam
5.Tempat tinggal/ domisili
Perkawinan
8. Putusnya Perkawinan
Materi perkuliahan.
Pertemuan 5 (Hukum Pertemuan 6 (Hak Pertemuan 7 (Hak Milik)
Benda) Kebendaan)

1. Pengertian Benda 1. Hak Perdata 1. Pengertian Hak Milik


2. Pengaturan Hukum 2. Hak Kebendaan 2. Pembatasan Penggunaan Hak
Benda 3. Pembedaan Hak-hak Milik
3. Pembedaan Macam- Kebendaan 3. Ciri-ciri Hak Milik
macam Benda 4. Asas-asas Hak Kebendaan 4. Hak Milik Bersama
4. UUPA No. 5 Tahun 1960 5. Cara Memperoleh Hak
dan Buku II KUHPdt Kebendaan
 
PERTEMUAN PERTAMA

• Konsep dan Ruang Lingkup Hukum Perdata


Sifat hukum ada 2 jenis : Hukum public dan hokum Privat
1.Hukum public : Hukum yang mengatur tentang kepentingan umum.
(Contoh hukum pidana)
2.Hukum privat : Hukum yang mengatur tentang kepentingan pribadi.
(Contoh hukum perdata)

Mengapa hukum perdata merupakan hukum privat?


Karena hanya mengganggu 1 nilai saja yaitu nilai ketentraman yang
merupakan nilai kepentingan pribadi atau bersifat pribadi.
• Prof. Subekti menyatakan bahwa “Hukum Perdata di Indonesia Beraneka Ragam”
Faktornya: Bermacam-macam golongan penduduk Indonesia.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda berlaku golongan2 (pasal 131 jo pasal 163 Indische Staatsregeling):
1.Bagi Gol. Eropa dan Timur Asing Tionghoa
Pasal 163 ayat (2) I.S yang termasuk gol. Eropa adalah :
o Semua warga Negara Belanda
o Orang yang berasal dari Eropa
o Semua warga Negara Jepang
o Orang2 yang berasal dari Negara lain yang hukum keluarganya sama dengan hukum Belanda.
o Keturunan mereka yang disebut di atas.
2.Golongan Pribumi
Pasal 163 ayat (3) I.S yang termasuk gol. Pribumi:
o Orang2 Indonesia asli yang tidak pindah ke golongan lain
o Mereka yang awalnya golongan lain, lalu membaurkan dirinya ke golongan Indonesia asli
3.Golongan Timur Asing
Menurut Pasal 163 ayat (4) I.S yang termasuk Golongan Timur Asing adalah mereka yang tidak termasuk
ke dalam golongan Eropa atau Indonesia Asli. (gol.Timur Asing Tionghoa dan Timur asing bukan
Tionghoa)
• Sejarah Hukum Perdata
Belanda Perancis  Romawi.

1. Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia Berasal dari Hukum Perdata Belanda
(Burgerlijk Wetboek)
2. Hukum Perdata Belanda Berasal dari Hukum Perdata Perancis (Code civil) Kemudian
diundangkan lagi dengan nama (Code Napoleon)
3. Code Napoleon disusun berdasarkan hukum Romawi. (Corpus Juris Civilis)
21 maret 1804, 1807 = Kodifikasi Hukum perdata Perancis
1 Oktober 1838 = Kodifikasi KUHPerdata (BW) dan juga KUHD (WvK)
30 April 1847 = Kodifikasi KUHPerdata (BW)di Indonesia
1 Januari 1848= Mulai berlakunya KUHPerdata di Indonesia

Kaisar Justinianus, Raja Lodewijk Napoleon, Mr. J.M. Kemper, NICOLAI.


• Berlakunya KUHPerdata di Indonesia

KODIFIKASI
• KUHPerdata/BW dan KUHD milik Belanda Asas konkordasiPemerintahan Hindia
Belanda
Asas Konkordasi = Asas persamaan berlakunya system hukum. ( Pasal 75 Regerings
Reglement jo. Pasal 131 Indische Staatsregeling )
• 1 Januari 1848 mulai berlaku KUHPerdata dan KUHD berdasarkan asas konkordasi yaitu
system hukum Belanda sama dengan system hukum di Indonesia.

SEBELUM KEMERDEKAAN
• Pada masa penjajahan jepang UU No. 1 Tahun 1942 (pasal 3) ”Semua badan
pemerintahan dan uu dari pemerintahan terdahulu tetap diakui sah untuk sementara waktu
asal tidak bertentangan dengan peraturan pemerintahan militer Jepang”.
SETELAH KEMERDEKAAN
• Indonesia merdeka Pasal 2 aturan peralihan UU Dasar 1945 ”Segala badan Negara dan
peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut UU
Dasar ini (naskah asli)”
• Pengertian Hukum Perdata Menurut Para Ahli
1.Prof. R. Subekti, S.H
Hukum Perdata dalam arti luas meliputi semua hukum privat materiil yaitu segala hukum
pokok yang mengatur kepentingan perseorangan.
2.Prof. H.R Sardjono
Hukum perdata ialah hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang atau badan
hukum dalam pergaulan kemasyarakatan mereka.
3.Gerhardus (Gerard) Diephuis
Hukum perdata adalah suatu bagian dari hukum privat, yang mengatur kedudukan
hukum, hak-hak dan hubungan2 hukum dari manusia pribdi mengenai kekeluargaan, harta
benda dan pergaulan masyarakat.
4.Van Apeldoorn
Peraturan2 hukum yang objeknya ialah kepentingan2 khusus dan soal dipertahankan atau
tidaknya diserahkan kepada yang berkepentingan.

Maka perumusan hukum perdata adalah


“Segala ketentuan yang mengatur Kepentingan Pribadi dan juga mengatur Hubungan antar
pribadi yang satu dengan Pribadi yang lain”
• Ruang Lingkup Hukum Perdata
1. Dalam arti luas
Mencakup semua hukum privat materiil
2. Dalam arti sempit
Mencakup seluruh peraturan yang ada di KUHPerdata

• Prinsip Hukum Perdata :


1.Hukum perdata materiil
Keseluruhan yang mengatur hak-hak dan kewajiban perdata.
2.Hukum Perdata Formil
Ketentuan yang mengatur tentang tata cara mempertahankan hukum
perdata materiil yaitu disebut Hukum Acara Perdata.
• Sumber Hukum Perdata
Sumber hukum menurut Vollmar yaitu Tertulis dan tidak tertulis.. Hukum tidak tertulis yaitu Kebiasaan. Hukum Tertulis meliputi yaitu:

1.Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB)


2.KUHPerdata (Burgerlijk Wetboek)
3.KUHD (Wetboek van Koophandel)
4.Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria
5.Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
6.Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda2 yang Berkaitan
dengan Tanah.
7.Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
8.Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Jaminan Simpanan
9.Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI)
10.Traktat
11.Yurisprudensi
• Sistematika Hukum Perdata
KUHPerdata/BW Doktrin (Pendapat Ahli Hukum)
1. Buku 1 Tentang Orang(19 bab) 1. Hukum Pribadi
2. Buku 2 Tentang Benda(21 bab) 2. Hukum Keluarga
3. Buku 3 Tentang Perikatan (19 bab) 3. Hukum Harta kekayaan
4. Buku 4 Tentang Pembuktian dan - Absolut (Hukum Benda)
Daluarsa(7 bab) - Relatif (Hukum Perikatan)
4. Hukum waris

• Hukum Pribadi termasuk Buku 1


• Hukum Keluarga termasuk Buku 1
• Hukum Harta kekayaan termasuk Buku 2 sepanjang yang bersifat absolut, dan
yang bersifat relative termasuk buku 3.
• Hukum waris termasuk Buku 2 karena mengatur tentang benda.
PERTEMUAN KEDUA
(subyek hukum perdata)
• Hukum perorangan
Definisi Hukum Perorangan
Hukum perorangan : Segala ketentuan yang mengatur manusia sebagai “Subyak Hukum”
Menurut pakar sarjana Hukum, hukum perorangan adalah :
a)Prof. Subekti : Hukum tentang diri seseorang adalah peraturan2 tentang manusia
sebagai subyek hukum , peraturan2 perihal kecakapan untuk memiliki hak2 dan
kecakapan untuk bertindak sendiri melaksanakan hak2nya itu serta hal2 yang
mempengaruhi kecakapan2 itu.
b)Van Apeldoorn : Hukum Perusa adalah seluruh peraturan tentang orangvatau
subyek2 hukum. Hukum perorangan memuat peraturan kewenangan hukum dan
kewenangan bertindak.
c)Prof. Soediman Kartohadiprodjo: Hukum Pribadi adalah Semua Kaidah hukum
yng mengatur siapa2 yang dapat membawa hak, yang jadi pembawa hak dan
kedudukannya dalam hukum.
• Orang sebagai Subyek Hukum
• Subyek hukum =pendukung hak dan kewajiban
Yang memiliki Hak dan sekaligus pelaksana Kewajiban= Cakap Hukum
• Kedudukan orang menurut hukum adalah pemilik hak dan pelaksana kewajiban.
Hak yang didapat Misal : Hak waris, hak hibah. Dan dapat dilimpahkan kewajiban di
dalamnya.
• Menikmati hak perdata tidaklah tergantung kepada hak kenegaraan (pasal 1 KUHPerdata)
• Berlakunya orang subyek hukum saat dilahirkan dan berakhir saat dia meninggal (pasal 2
KUHPerdata)
• Anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan, dianggap telah dilahirkan, bilamana
kepentingan si anak menghendakinya. (pasal 2 ayat1 KUHPerdata)
a.hal perwalian oleh Bapak atau Ibu (Pasal 348 KUH Perdata),
b.mewarisi harta peninggalan (Pasal 836 KUH Perdata),
c.menerima wasiat (Pasal 899 KUH Perdata),
d.menerima hibah (Pasal 1679)
• Apabila ia mati sewaktu dilahirkan, ia dianggap tdk pernah ada. (Pasal 2 ayat 2
KUHPerdata)
• Bahwa tiada suatu hukum pun yang mengakibatkan kematian perdata atau kehilangan
segala hak kewarganegaraan. (Pasal 3 KUHPerdata)
Hak Perdata dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1.Hak mutlak : hak yang tidak dapat diganggu guat oleh siapapun serta dapat
dipertahankan terhadap siapapun.
a.Hak kepribadian Misal : Hak atas nama, kehormatan, hak untuk hidup,
kemerdekaan dll
b.Hak dalam hukum keluarga yaitu hak dan kewajiban suami dan istri,
hubungan orang tua dan anak.
c.Hak mutlak atas suatu benda misal hak milik atas tanah
d.Hak atas benda tak berwujud missal hak cipta
2.Hak relative/nisbi/perseorangan : Hak yang memberikan wewenang kepada
seorang atau beberapa orang tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang
atau beberapa orang lain tertentu memberikan sesuatu, melakukan sesuatu
atau tidak melakukan sesuatu. misal : perjanjian jual beli (hak penjual untuk
menerima pembayaran dan kewajibannya untuk menyerahkan barang kepada
pembeli. Hak pembeli untuk menerima barang dari penjual.
• Kecakapan, Pendewasaan dan Pengampuan dan kedudukan wanita dalam
hukum
a.Kecakapan bertindak dalam Hukum
Pasal 1330 KUHPerdata menyatakan tentang “Tidak Cakap Hukum”
• Orang yang Belum Dewasa
Orang yang belum dewasa hanya dapat menjalankan hak dan
kewajibannya dengan perantara orang lain, atau sama sekali dilarang.
Menurut Pasal 330 KUHPerdata, orang yang dikatakan belum dewasa
apabila belum mencapai 21 tahun dan tidak lebih dahulu kawin. Untuk
melangsungkan perkawinan :
I. Pasal 29 KUHPerdata Laki2 18 tahun wanita 15 tahun.
II. Pasal 7 uu no. 1 tahun 1974 laki2 19tahun dan perempuan 16 tahun
III.Pasal 897 KUHPerdata seseorang yang belum mencapai 18 tahun
tidak dapat membuat testamen
IV.Pasal 19 UU no. 8 Tahun 2012 tentang pemilu. Seseorang harus
berusia 17 Tahun.
• Pendewasaan (handlichting)
Pendewasaan atau perlunakan adalah suatu daya upaya hukum untuk menempatkan seseorang yang belum dewasa menjadi
sama dengan orang yang telah dewasa, baik tindakan tertentu maupun untuk semua tindakan (pasal 424 KUHperdata).
Misal : dalam mengurus waris, melakukan perkawinan.
Bentuk pendewasaan ada 2 macam yaitu :
a.Pendewasaan terbatas
prosedurnya ialah ybs mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang dilampiri dengan
akta kelahiran atau surat bukti lainnya. Pengadilan Negeri setelah mendengar keterangan orang tua atau wall
ybs memberikan ketetapan pernyataan dewasa dalam perbuatan2 hukum tertentu saja sesuai dgn yg dimohonkan,
misalnya perbuatan mengurus & menjalankan perusahaan, membuat surat wasiat. Akibat hukum pernyataan dewasa
terbatas ialah status hukum ybs sama dgn status hukum orang dewasa untuk  perbuatan2 hukum tertentu (pasal 426
s/d 430 KUHPdt).
b. Pendewasaan penuh
prosedurnya ialah ybs mengajukan permohonan kpd Presiden R.I. dilampiri dgn akta kelahiran atau surat bukti lain­nya
(Psl. 421 BW). Selanjutnya MA memberikan nasehatnya atau pertimbangannya kpd presiden, setelah mendengar atau
memanggil dgn sah kedua orang tua ybs atau seorang diantara mereka yg hidup terlama sekira nya anak itu berada
dibawah perwalian, setelah mendengar dan memanggil dgn sah pula walinya, wali pengawas & para keluarga sedarah
dan semenda (Psl. 422 BW). Apabila kedua orang tua, wali dan wali pengawas yg bertempat tinggal atau berdiam
diluar kabupaten dimana MA mempunyai kedudukannya maka dilakukan oleh pegawai yg diwajibkan melakukan
pemeriksaan yg dibuat dlm BA, dan pegawai yg diwajibkan melakukan pemeriksaan tsb hrs memberikan pula segala
keterangan yg dipandangnya perlu. BA itu beserta keterangan tadi hrs dilampirkan pd nasehat yg MA berikan kpd
Presiden (Psl. 423 BW).  Presiden setlh mendengarkan pertimbangan MA, memberikan keputusan nya
Keputusan pernyataan dewasa ini disebut "venia aetatis". Akibat hukum adanya pernyataan dewasa penuh (venia
aetatis) ialah status hukum ybs sama dgn status hukum orang dewasa. Tetapi apabila ingin melangsungkan
perkawinan, izin orang tua masih diperlukan (pasal 420 s/d 424 KUHPdt).
• Pengampuan (Curatele)
i. "Setiap orang dewasa, yang selalu berada dalam keadaan dungu, gila atau mata gelap dan juga boros,
harus ditempatkan di bawah pengampuan, sekalipun ia kadang-kadang cakap menggunakan pikirannya.
Seorang dewasa boleh juga ditempatkan di bawah pengampuan karena keborosan“ (pasal 433
KUHPerdata).
ii. Pasal 462 KUHPerdata mengatur tentang anak yang belum dewasa namun dalam keadaan dungu, gila
atau gelap mata.
iii.Ketentuan mengenai pengampuan diatur dalam ketentuan2 :
a. Seseorang yang karena ketidaksempurnaan akal, telah mengikatkan diri dalam perkawinan maka
dapat batal demi hukum (pasal 88 ayat 1 KUHPerdata)
b. Untuk dapat membuat atau mencabut suatu surat wasiat, seorang harus mempunyai akal budinya
( pasal 895 KUHPerdata)
c. Mereka yang ditaruh dalam pengampuan dianggap tdk cakap membuat suatu perjanjian ( pasal 1330
KUHPerdata)
iv.Pengajuan permohonan Pengampuan
a. Keluarga sedarah terhadap keluarga sedarahnya. (pasal 434 ayat 1 KUHPerdata)
b. Keluarga sedarah dalam garis lurus dan oleh keluarga semenda dalam garis menyimpang sampai
dengan derajat keempat dalam hal keborosan (pasal 434 ayat 3 KUHPerdata)
c. Suami atau istri meminta pengampuan terhadap suami atau istrinya (Pasal 434 ayat 4 KUHPerdata)
d. Diri sendiri (Pasal 434 ayat 4 KUHperdata)
e. Kejaksaan (pasal 435 KUHPerdata)
v. Akibat hukum Pengampuan
Akibat hukum orang yang berada di pengampuan:
a.Ia sama dengan orang yang belum dewasa (pasal 452 ayat 1 KUHPerdata)
b.Segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh orang yang ditaruh di
bawah pengampuan maka batal demi hukum (pasal 466 ayat 2
KUHPerdata)
Pengecualian atas keadaan diatas adalah :
c.Orang yang ditaruh dibawah pengampuan karena boros, masih boleh
membuat surat wasiat (Pasal 446 ayat 3 KUHPerdata)
d.Orang yang ditaruh dibawah pengampuan Karen boros, ,masih bias
melangsungkan perkawinan dan membuat perjanjian kawin yang dibantu
oleh pengampunya (Pasal 452 ayat 2 KUHPerdata)
vi.Berakhirnya Pengampuan
Pengampuan berakhir apabila sebab-sebab yang mengakibatkannya telah hilang
(pasal 460 KUHPerdata). Pengampuan juga berakhir jika curandus meninggal.
Catatan : Curandus adalah orang yang ditaruh dibawah pengampuan, Curator
adalah pengampu dan Curatele adalah Pengampuannya.
• Kedudukan Wanita Dalam Hukum
Perempuan dinyatakan tidak cakap dalam hukum dalam melakukan
perbuatan :
a.Membuat perjanjian, memerlukan bantuan atau izin dari suami (pasal 108
KUHperdata)
b.Menghadap di muka hakim harus dengan bantuan suami (pasal 110
KUHPerdata)
Untuk Masa sekarang, ketentuan pasal2 tersebut telah dicabut dengan SEMA
No. 3 Tahun 1963 pertanggal 4 Agustus 1963.
Ditegaskan lagi dalam UU perkawinan pasal 31 yaitu hak dan kedudukan
suami dan istri adalah seimbang dalam kehidupan rumah tangga dan
pergaulan hidup bersama dalam masyarakat dan masing2 berhak melakukan
perbuatan hukum.
Pada pasal 36 ayat 2 mengenai harta bawaan masing2. Suami istri berhak
sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya.
Namun berbeda dengan harta bersama, harus tetapdengan persetujuan
kedua belah pihak.
• Badan Hukum sebagai subyek Hukum
Subjek hukum terdiri atas manusia pribadi (natuurlijk persoon) dan badan hukum (rechtspersoon).
Mengapa ada 2 subyek hukum? Karena manusia disamping mempunyai kepentingan perorangan (individual), juga
mempunyai kepentingan bersama yang diwujudkan melalui badan hukum. Pada hakikatnya, badan hukum adalah manusia
namun lebih dari satu orang.
Berkenaan dengan badan hukum, terdapat beberapa teori yang dikemukakan para ahli tentang badan hukum, yaitu:
1) Teori fiksi
Badan hukum di anggap buatan negara saja, sebenarmya badan hukum itu tidak ada, hanya orang menghidupkan
bayangannya sebagai subjek hukum yang dapat melakukan perbuatan hukum seperti manusia. Teori ini di kemukakan F. Carl
Von Savigny.
2) Teori harta kekayaan bertujuan (Doel vermogenstheorie)
Hanya manusia saja yang dapat menjadi subjek hukum. Adanya badan hukum di beri kedudukan sebagai orang disebabkan
badan ini mempunyai hak dan kewajiban, yaitu hak atas harta kekayaan dan dengannya itu memenuhi kewajiban-kewajiban
kepada pihak ke tiga. Penganut teori ini ialah Brinz dan Van der Heijden dari Belanda.
3) Teori organ (Organnen theory)
Badan hukum ialah sesuatu yang sungguh-sungguh ada dalam pergaulan yang mewujudkan kehendaknya dengan
perantaraan alat-alatnya (organ) yang ada padanya (pengurusnya). Jadi bukanlah sesuatu fiksi tapi merupakan makhluk yang
sungguh-sungguh ada secara abstrak dari konstruksi yuridis. Teori ini dikemukakan oleh Otto von Gierke dan Z. E. Polano.
4) Teori milik bersama (Propriete collectif theory)
Hak dan kewajiban pada badan hukum pada hakikatnya adalah hak dan kewajiban para anggota secara bersama-sama.
Kekayaan badan hukum adalah kepunyaan bersama para anggota. Pengikut teori ini adalah Star Busmann dan Kranenburg.
5) Teori kenyataan yuridis (Juridische realiteitsleer)
Badan hukum merupakan suatu realitet, konkret, riil, walaupun tidak bisa di raba, bukan khayal, tetapi kenyataan yuridis.
Teori ini di kemukakan oleh Mejers.
• Badan hukum sebagai subjek hukum layaknya manusia, yaitu :
1.melakukan perbuatan hukum seperti mengdakan perjanjian,
2.manggabungkan diri dengan perusahaan lain (merger),
3.melakukan jual beli, dan lain sebagainya.
Dengan demikian badan hukum diakui keberadaannya sebagai pendukung hak dan
kewajiban (subjek hukum) karena turut serta dalam lalu lintas hukum.
• Untuk dapat ikut serta dalam lalu lintas hukum dan diakui sebagai subjek hukum, ada
sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh badan hukum. Syarat-syarat tersebut adalah:
1.Dibentuk dan didirikan secara resmi sesuai dengan ketentuan hukum yang
mengatur perihal pembentukan/pendirian badan hukum. Syarat pembentukan
badan hukum ini sesuai dengan bentuk/jenis badan hukum yang akan didirikan.
2.Memiliki harta kekayaan yang terpisah dari harta kekayaan anggotanya.
3.Hak dan kewajiban hukum yang terpisah dari hak dan kewajiban anggotanya.
Pasal 1654 KUHPerdata : “semua badan hukum yang berdiri dengan sah, begitu pula
orang-orang swasta, berkuasa untuk melakukan perbuatan2 perdata, tanpa
mengurangi perundang2an yang mengubah kekuasaan itu, ,membatasinya dan
menundukannya kepada tata cara tertentu. (tidak semua perkumpulan merupakan
badan hukum)
• Dalam hukum dikenal adanya dua macam badan hukum, yaitu:
1.Badan hukum publik: yaitu badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum publik dan bergerak
di bidang publik/yang menyangkut kepentingan umum. Badan hukum ini merupakan  badan
negara yang dibentuk oleh yang berkuasa berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang
dijalankan oleh pemerintah atau badan yang ditugasi untuk itu. Contoh:
a.Negara Indonesia, dasarnya adalah Pancasila dan UUD 1945
b.Daerah Provinsi dan daerah Kabupaten/Kota, dasarnya adalah Pasal 18, 18 A, dan 18 B UUD
1945 dan kemudian dielaborasi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
c.Badan Usaha Milik Negara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003
d.Pertamina, didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971
2. Badan Hukum Privat; yaitu badan hukum yang didirkan berdasarkan hukum perdata dan beregrak
di bidang privat/yang menyangkut kepentingan orang perorangan. Badan hukum ini merupakan
badan swasta yang didirikan oleh sejumlah orang untuk tujuan tertentu, seperti mencari laba,
sosial/kemasyarakatan, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain sebagainya. Contoh:
a.Perseroan terbatas (PT), pendiriannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas
b.Koperasi, pendiriannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi
c.Partai Politik, pendiriannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perpol
jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2008.
• Tempat tinggal/ Domisili
1.Menurut Prawirohamidjojo dan Pohan,
domisili adalah tempat seseorang harus dianggap selalu hadir dalam hubungannya
dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban, juga apabila pada suatu waktu ia
benar-benar tidak dapat hadir di tempat tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa : Domisili hukum disamakan dengan tempat tinggal yang
sah dari seseorang yang melakukan perbuatan atau hubungan hukum.
2.Dalam hukum, domisili berkaitan dengan kepastian hukum terkait hal-hal sebagai
berikut:Kepastian untuk menentukan dimana seseorang harus melakukan perkawinan.
hal ini berhubungan dengan suatu peraturan bahwa perkawinan harus dilaksanakan di
tempat salah satu pihak ( Pasal 76 KUH Perdata ).
3.Kepastian untuk menentukan dimana subjek hukum harus dipanggil dan ditarik di
muka pengadilan.
4.Kepastian untuk menentukan pengadilan mana yang berkuasa terhadap subjek hukum
tersebut. Dalam HIR, pengadilan yang berwenang mengadili seseorang dalam perkara
perdata adalah pengadilan dalam wilayah hukum dimana penggugat/tergugat
berdomisili (Pasal 118 ayat 1 dan 2 H.I.R )
5.Kepastian rumah kematian. Penentuan rumah kematian berkaitan erat dengan
ketentuan hukum waris
• Jenis-Jenis Domisili Hukum
Dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu domisili sesungguhnya (Eigenlijke Woonplaats) dan domisili
yang dipilih (Gezoken Woonplaats).
1.Domisili sesungguhnya (Eigenlijke Woonplaats)
Domisili sesungguhnya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:
a.Domisili sukarela atau mandiri, yaitu tempat tinggal yang tidak terikat atau tidak
tergantung pada orang lain. Ia bebas untuk menentukan tempat tinggalnya sendiri.
Domisili sukarela atau mandiri ini sebagaimana diatur dalam Pasal 17 dan 18 KUH Perdata.
Domisili ini biasanya dapat dibuktikan dengan KTP.
b.Domisili wajib atau Domisili terikat, merupakan tempat tinggal yang tergantung atau
mengikuti tempat tinggal orang lain. Orang yang dapat dikatakan mempunyai domisili
wajib, yaitu:
Seorang istri, dengan catatan tidak dalam keadaan pisah meja dan pisah ranjang,
maka hukum menentukan bahwa domisili seorang istri adalah sesuai dengan domisili
suaminya (Pasal 21 KUH Perdata)
Anak-anak yang masih minderjarig (minor, kecil), mengikuti tempat tinggal orang
tuanya atau walinya (Pasal 21 KUH Perdata).
Orang yang berada di bawah pengampuan (curatele), tempat tinggalnya adalah di
tempat tinggal kurator atau pengampunya (Pasal 21 KUH Perdata)
Buruh, dianggap berdomisili di rumah majikannya, apabila tinggal di rumah
majikannya (Pasal 22 KUH Perdata)
2.Domisili yang dipilih atau Pilihan (Gezoken Woonplaats)
Domisili yang dipilih (pilihan) dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
Domisili yang dipilih berdasarkan ketentuan UU (dipilihkan oleh ketentuan
dalam UU)
 Domisili yang dipilih secara bebas dalam melakukan perbuatan hukum tertentu
Domisili bebas adalah sesuai dengan ketentuan Pasal 24 KUH Perdata, di mana
untuk suatu urusan tertentu (hubungan hukum), pihak-pihak yang
berkepentingan atau salah satu dari mereka secara bebas berhak memilih
tempat tinggal yang lain dari tempat tinggal mereka melalui suatu akta.
(pemilihan pengadilan negeri untuk penyelesaian sengketa)
3.Domisili bagi orang meninggal dalam KUH Perdata. Pasal 23 KUH Perdata mengatur
bahwa rumah kematian seseorang yang meninggal dunia adalah rumah tempat
tinggalnya yang terakhir.
4.Domisili Hukum Yang Tetap Dan Tidak Dapat Diubah (Pasal 24 ayat 1 KUH Perdata)
Tempat tinggal yang dipilih oleh kedua belah pihak yang akan menentukan
pengadilan negeri manakah yang berwenang memeriksa dan mengadili pihak-pihak
tersebut, jika kemudian hari terjadi sengketa.
Apakah domisili hukum yang seperti dalam perjanjian itu bisa diubah secara sepihak?
Lihat Pasal 25 KUHPerdata.

Anda mungkin juga menyukai