Anda di halaman 1dari 18

PERKEMBANGAN SEJARAH Dept.

HTN FH UGM
PEMIKIRAN ILMU NEGARA
FASE PERKEMBANGAN PEMIKIRAN
ILMU NEGARA BERKEMBANG MELALUI BERBAGAI FASE:

Zaman Yunani Zaman Hukum Zaman


Kuno Alam Abad Berkembangnya
XVIII Teori Kekuatan

Zaman Romawi Zaman Hukum Zaman


Kuno Alam Abad XVII Positivisme

Zaman Abad Zaman


Pertengahan Renaisance
ZAMAN YUNANI KUNO (1)
 Kapan Pemikiran tentang Negara dimulai?
 Lebih dahulu negara atau pemikiran negara dan hukum?
 Pemikiran negara dan hukum tidak bersamaan dengan adanya
negara.
 Negara telah lama ada (Abad XVII Sebelum Masehi).
 Pemikiran negara dan hukum baru muncul Abad V SM oleh
Bangsa Yunani Kuno.
 Raja-raja memerintah absolut, menentukan hidup matinya seseorang,
semua rakyat tunduk dan tidak mempersoalkan pembatasan
kekuasaan
 Ilmu yang memikirkan negara belum berkembang karena tidak
adanya kebebasan.
ZAMAN YUNANI KUNO (2)
 Geografis Yunani mempertemukan bangsa Yunani dengan
pendatang daerah lain.
 Bentuk negaranya Republik Demokrasi, sehingga rakyat
memerintah sendiri dengan tanggung jawab sendiri  Kesadaran
Bangsa Yunani sebagai kesatuan
 Tidak mengenal ajaran Tuhan sebagai kaidah  Bangsa Yunani
menjadi bangsa yang berpikir dan bernegara
 Awal mula sejarah pemikiran negara dan hukum: 429 SM berkuasa
paham radikalisme demokrasi jadi bermasalah  timbul
pemuda-pemuda yang ingin solusi  muncul filsuf-filsuf tapi
solusi itu ternyata dimanfaatkan hanya untuk kepentingan pribadi
masing-masing orang (Kaum Sofist)  bertentangan dengan cita-
cita filsuf Yunani  muncul pemikiran mengenai negara dan hukum
 Tokoh pada zaman ini: Socrates, Plato, Aristoteles, Epicurus, Zeno.
ZAMAN ROMAWI KUNO (1)
 Ilmu pengetahuan kurang berkembang karena:
 Bangsa Romawi lebih suka praktik dibandingkan berpikir.
 Bangsa Romawi dimulai dari keadaan pecah-belah.
 Pemerintahan pertama kali Romawi berbentuk monarki. Pada
waktu itu terjadi pertentangan antara kaum Patricia (kaum ningrat)
dan kaum Plebian (kaum rakyat jelata)  diselesaikan dengan
Undang-Undang 12 meja sistem pemerintahannya berganti dari
monarki menjadi demokrasi.
 Walaupun demokrasi, tapi saat keadaan tertentu yang genting
misalnya perang, pemegang kekuasaan adalah satu orang
diktator.
ZAMAN ROMAWI KUNO (2)
 Perbedaan Yunani dan Romawi:
 Zaman Yunani semua rakyat tunduk pada raja,
sehingga tidak memiliki hak apapun untuk menggugat
raja karena rakyat adalah bagian negara.
 Zaman Romawi rakyat bebas menggugat raja/negara.
 Hubungan rakyat diatur, jika terkait hubungan dengan
sesama warga negara maka memakai hukum privat. Jika
terkait hubungan antara rakyat dengan negara maka
memakai hukum publik.
 Romawi berkembang menjadi imperium (kerajaan) dunia.
ZAMAN ROMAWI KUNO (3)
 Sehubungan dengan berkembangnya Romawi, maka kekuasaan
tidak dapat disentralkan lagi, sehingga dibagilah wilayah Romawi
ke dalam provinsi dengan pusat pemerintahan berupa ibukota dan
dipimpin seorang Praetor.
 Ingat! Ciri utama Zaman Romawi adalah adanya pemisahan
antara negara dengan warganya.
 Negara dapat sewaktu-waktu digugat warganya karena
warganya telah menyerahkan kekuasaan kepada pemimpin
negara untuk memimpin dengan baik.
 Oleh Polybius, Romawi disebut menggabungkan demokrasi,
aristokrasi, dan oligarki.
 Para tokoh pada zaman ini: Polybius, Cicero, Seneca.
ZAMAN ABAD PERTENGAHAN (1)
 Setelah jatuhnya Imperium Romawi, maka masuk Abad
Pertengahan.
 Abad Pertengahan orang kurang berpikir kritis, semua
dikembalikan kepada Tuhan, sehingga tidak perlu ada pemikiran
tentang negara dan hukum.
 Penguasa gereja punya kekuasaan lebih tinggi daripada penguasa
negara karena kekuasaan negara harus sejalan dengan kekuasaan
agama aliran scholastic
 Agama Kristen diakui sebagai agama resmi sehingga berimplikasi
Paus sebagai wakil Tuhan memimpin dunia.
 Tapi ada juga pandangan yang mengatakan bahwa raja yang
memimpin dunia.
 Pertentangan kaum legist (pembela raja) dan canonist (pembela
Tuhan).
ZAMAN ABAD PERTENGAHAN (2)
 Pertentangan itu menimbulkan 2 hukum dan 2 kodifikasi hukum.
 2 Hukum: Hukum dunia dan hukum keagamaan
 2 Kodifikasi Hukum: Kodifikasi hukum yang dibuat Raja (Corpus
Juris) dan kodifikasi yang dibuat Paus (Corpus Juris Canonici)
 4 Bagian Corpus Juris:
 Instituten: Ajaran, tapi memiliki kekuatan mengikat
 Pandecten: Penafsiran pendeta terhadap peraturan
 Codex: Undang-undang yang ditetapkan raja
 Novellen: Tambahan peraturan atau undang-undang
 INGAT! Ciri utama zaman pertengahan adalah pertentangan
negara dan gereja.
ZAMAN ABAD PERTENGAHAN (3)
 Electicisme: gabungan aliran pikiran yg berkembang
pada masa Yunani Kuno  Neo-Platonisme dari filsafat
Yunani ke teokratis, ajaran ini sukar dipahami rakyat
(kontemplasi tinggi).
 Pandangan ini mengambil esensi dari berbagai teori
yang ada, memadukannya, tidak menganggap satu
teori adalah yang paling benar.
 Kuncinya adalah memadukan yang sudah ada untuk
menciptakan harmoni baru.
ZAMAN RENAISANCE (1)
 Sebelum gereja mempunyai peran penting dalam pemerintahan, golongan
ksatria hidup dalam kemewahan, kemegahan, keperkasaan dan kemasyuran.
 Ketika dominasi gereja mulai berpengaruh, maka hal seperti itu tidak mereka
peroleh sehingga timbullah semangat renaissance.
 Menurut Ernst Gombrich, munculnya Renaissance sebagai suatu gerak kembali
di dalam seni, artinya bahwa renaissance tidak dipengaruhi oleh ide-ide baru.
 Pandangan ketuhanan (teokrasi) mulai ditinggalkan, diganti dengan
pandangan-pandangan rasional yang berdasarkan akal manusia.
 Dipengaruhi oleh paham-paham:
 Yunani Kuno: Berkembangnya pengaruh zaman yunani karena adanya
perang salib. Perang ini membuat masy. Tidak lagi menganut teokrasi dari
zaman pertengahan namun sudah mengedepankan rasio.
 Romawi: Paham kebudayaan romawi menyebabkan masyarakat berpikir
feodalisme  hak pribadi adalah yang utama, mereka yang kehilangan
haknya menjadi tugas pemilik itu sendiri untuk mendapatkannya.
ZAMAN RENAISANCE (2)
 Akibat berkembangnya paham feodalisme, maka
bangsawan dan rakyat jelata tidak punya hak apa apa.
 Tapi dalam waktu negara mengalami bahaya, raja tetap
meminta bantuan bangsawan dan rakyat jelata.
 Barangsiapa yang berjasa membantu raja, raja memberikan
penghargaan berupa pinjaman sebidang tanah.
 Raja yang meminjamkan tanah disebut leenheer, sedangkan
orang yang mendapatkan hadiah disebut leenman.
 Lama-kelamaan, raja bergantung pada bantuan leenman 
leenman merasa dibutuhkan  kekuasaan absolut.
ZAMAN HUKUM ALAM ABAD XVII
 Masih menganut paham teologis (Tuhan pemilik kekuasaan),
perbedaaanya adakah di zaman ini kepercayaan tersebut
dilandasai alasan/rasio logis.
 Manusia hidup secara individual di alam bebas namun
terikat peraturan.
 Bagaimana caranya masyarakat yang biasa hidup di alam
bebas kemudian terikat dengan peraturan?
 Dalam keadaaan alam bebas yang punya rasio 
manusia berpikir bahaya apabila tinggal di alam bebas
tanpa aturan akan kacau dibuatlah undang-undang 
dibentuk perjanjian masyarakat  ada pemimpin yang
diserahi kekuasaan memimpin
ZAMAN HUKUM ALAM ABAD XVIII
 Zaman Hukum Alam Abad XVIII adalah zaman dimana
rasio memiliki peranan lebih penting dan pemikiran
mengenai negara dan hukum mendapatkan tempat
lebih besar.
 Zaman hukum alam abad XVII para pengemuka ajaran
tidak hanya MENERANGKAN namun juga MENILAI dan
PROPAGANDA.
 Di zaman ini, lahir teori-teori tentang negara dan hukum
yang penting, seperti teori pembagian kekuasaan John
Locke menjadi teori pemisahan kekuasaan negara
Montesquieu; teori kedaulatan rakyat; dll.
PERBEDAAN HUKUM ALAM ABAD XVII & XVIII
 Ciri Hukum Alam Abad XVII yang membedakan dengan Hukum Alam
Abad XVIII adalah:
 Hukum Alam Abad XVII membuat orang sadar akan absolutism dan
bahayanya, lalu kemudian banyak orang mengemukakan
pemikirannya. Namun, sifat pemikirannya hanya MENERANGKAN.
 Sementara Hukum Alam Abad XVIII sampai kepada tahap MENILAI
dan PROPAGANDA.
ABAD XVII ABAD XVIII
Pemikirannya bersifat konstruktif, menilai, propagandis, dan politis.
membangun dan menerangkan.
memberi dasar-dasar shg tak karena dasarnya rasio, maka sistem
berakibat apapun. absolut tidak sesuai rasio.
ZAMAN BERKEMBANGNYA TEORI
KEKUATAN (KEKUASAAN)
 Menolak dengan tegas ajaran hukum alam yang menyatakan
bahwa manusia hidup secara bebas di alam dalam keadaan
terpisah-pisah.
 Menurut para tokoh di zaman berkembangnya teori kekuatan, saat
hukum alam manusia tetaplah hidup berkelompok di alam bebas.
 Ciri utama teori kekuatan: SIAPA KUAT, DIA BERKUASA.
 Kelompok kekuasaan terkecil adalah keluarga, lalu keluarga
berkembang menjadi masyarakat, dan akhirnya menjadi negara.
 Perkembangan keluarga menjadi negara ini melalui beberapa
fase: mungkin peperangan, mungkin penggabungan sukarela, atau
perkawinan.
 Asal mula kekuatan menurut teori ini adalah keunggulan kekuatan
orang yang satu terhadap yang lain.
ZAMAN BERKEMBANGNYA TEORI
POSITIVISME (1)
 Tiga zaman yang telah berkembang sebelumnya dengan teori: teokrasi, hukum
alam, dan kekuatan.
 Tiga zaman tersebut dengan teorinya dianggap TIDAK MEMBERIKAN
KEPUASAN MENGENAI PENEMUAN ASAL MULA NEGARA.
 Negara selayaknya tidak perlu diselidiki, namun hanya dianggap sebagai
kenyataan yang harus ada saja.
 Keberatan terhadap teori teokrasi: Segala sesuatu yang bersifat
kepercayaan akan sulit dianalisis berdasarkan rasio.
 Keberatan terhadap teori hukum alam: manusia pada kenyataannya tidak
mungkin hidup sendirian di alam bebas. Ia pasti hidup menjadi makhluk
sosial.
 Keberatan terhadap teori kekuatan: seolah-olah manusia hanya memiliki
sisi jahat/ kejam saja. Padahal manusia dalam bertindak pasti disertai
berbagai pertimbangan-pertimbangan selain pertimbangan kekuatan,
seperti pertimbangan moral, agama, politik, dan kebudayaan.
ZAMAN BERKEMBANGNYA TEORI
POSITIVISME (2)
 Teori positivisme menyatakan bahwa negara tidak perlu diselidiki
karena hal tersebut bersifat abstrak dan kita tidak mengalaminya
sendiri.
 Negara hanya perlu diterima apa adanya, dan hukum dijalankan
sesuai undang-undang (positivism).
 Suatu norma (hukum) adalah valid ketika sudah ditetapkan
(authorized) menjadi hukum dan diterima oleh masyarakat.
 Suatu norma yang belum ditetapkan bukanlah merupakan suatu
hukum yang berlaku sekalipun norma itu mengandung nilai yang
baik.
 Yang menjadi poin utama adalah penetapan (formalisasi) dan
bukan nilai (substansi) dari suatu norma.

Anda mungkin juga menyukai