Anda di halaman 1dari 6

Pada dasarnya semua masyarakat memiliki gagasan akan hukum, keadilan, martabat

dan rasa hormat. Hak asasi manusia sebagai jalan untuk melaksanakan konsep keadilan sosial
memiliki gagasan bahwa semua umat masnusia, semata-mata karena mereka manusia,
memiliki hak yang melekat yang bisa mereka ajukan terhadap masyarakat dan penguasa
mereka. Sejarah pengakuan hak asasi manusia sebenarnya sudah ada sejak 1215 pada saat
masa kepemimpinan Raja Henry I. yang mulai memimpin Inggris pada 1154 yang ditandai
dengan penandatanganan Magna Charta yaitu tentang hubungan antar warga negara dengan
kekuasaan negara, dianggap sebagai perlindungan hak asasi manusia yang pertama.1
Magna Charta merupakan cermianan dari kehendak warga agar setiap tindakan dan
kebijakan negara tidak berjalan sewenang-wenang, karena pada saat itu terjadi pertikaian
antara warga negara Inggris dengan tuan tanah dan kalangan gereja terhadap kekuasaan raja
dan anggota kerajaan Inggris pada abad ke-13. 2
Perkembangan selanjutnya ditandai dengan terbentuknya Declaration of Human
Rights pada 12 Juni 1779 oleh wakil-wakil rakyat Virginia berisi 16 pasal pengakuan dan
jaminan hak asasi manusia dan kewajiban pemerintah sebagai pemegang amanah rakyat
untuk memberikan perlindungan kepada setiap individu. Kemudian pada 14 Juli 1776
kemerdekaan Amerika Serikat diproklamasikan melalui Declaration of Independence of
Thirteen United of States of America.
Pada 1780, empat belas tahun setelah Declaration of Human Rights, lahirlah
Declaration of Massachussetts yang isinya merumuskan hak-hak alamiah dan merealisasikan
hak-hak dalam keadaan aman dan tentram. Kemudian pada 1917, Woodrow Wilson dan
Vladimir Illich Lenin, menyikapi kolonialisasi dengan mencetuskan nasib sendiri. Pada tahun
1919 terbentuklah ILO atau International Labour Organization dibawah Liga Bangsa-Bnagsa.
Setelah itu pada tahun 1914, Presiden Amerika Serikat ke-32 Franklin Delani Roosevelt
mengemukakan fafasan The four freedoms, yaitu berisi kebebasan berbicara dan berekspresi
atau freedom of speech, kebebasan beragama atau freedom of worship, kebebasan dari
kemelaratan atau freedom of want, dan kebebasan dari rasa takut atau freedom of fear.
Gagasan tersebut memberikan pengaruh yang cukup besar bagi dunia untuk
melindungi hak asasi manusia bagi warga, yang kahirnya dijadikan argumentasi penting
dalam proses pembentukan PBB. Dapat dikatakan bahwa PBB dengan Piamagm The United

1
Inggrid Widiya, Perlindungan Hak ASASI Manusia di Korea Utra dalam Prespektif Hukum
Internasional, Skripsi, 2016

2
Nations Charter pada 1945 telah menyerukan upaya untuk menjunjung tinggi HAM, dan hak-
hak yang mendasar meskipun hak tersebut belum terumuskan secara sistematik.
Setelah Perang Dunia II, disusunlah rancangan piagam hak-hak asasi manusia oleh
organisasi kerja sama untuk sosial ekonomi Perserikatan bangsa-Bangsa (PBB) yang terdiri
dari 18 anggota. PBB membentuk komisi hak asasi manusia atau commiccion of humsn right.
Sidangnya dimulai pada bulan Januari 1947 dibawah pimpinan Ny. Elanor Roosevelt.
Tanggal 10 Desmber 11948 Sidang Umum PBB yang diselenggarakan di Istana Chaillot,
Paris menerima baik hasil kerja panitia tersebut. Karya tersebut berupa Universal Declaration
of Human Rihgts atau Pernyataan Sedunia tentang Hak-Hak Asasi Manusia, yang terdiri dari
30 pasal. Dari 58 negara yang terwakili dalam sidang umum tersebut, 48 negara menyatakan
persetujuannya, 8 negara abstain dan 3 negara lainnya ansen. Oleh karena itu setiap tanggal
10 Desember diperingatis sebagai hari Hak Asasi Manusia.3
Dalam Deklarasi Universal tentnag hak-hak asasi manusia yang dideklarasikan oleh
PBB tersebut, sesungguhnya keselarasan konsep hak asasi manusia tersebut telah tercakup di
dalamnua secara utuh seperti adanya hak ekonomi, sosial dan budaya, sosial dan politik.
Ketentuan-ketentuan dalam Declaration of Human Rights terdditi dari fundamental human
rights dan fundamental freedoms serta hak-hak terkait.
Hak hidup, hak kebebasan, dan hak ekmanan pribadi merupakan contoh dari
fundamental human rights. Kebebasan berfikir, beragama, berbicara, dan bebas dari
ketakutan dan kesengsaraan, merupakan bagian dari fundamental freedoms.
Declaration of Human Rights ditindaklanjuti oleh PBB dengan pembentukan dua
kovenan dan satu protokol seluruhnya dinamakan International Bill of Human Rights, yaitu:
1. Universal Declaration of Human Rights 1948 atau Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia.
2. International Covenant on Economi, Social and Cultural 1966
3. Internarional Covenant on Cilvil and Political Rights anf Optional Protocol fot the
Covenant on Civil and Political Rights 1976

3
Hlm. 18
1. Instrumen HAM dalam hukum internasional
Instrumen HAM internasional merupakan alat yang berupa standar-standar
pembatasan pelaksanaan dan mekanisme kontrol terhadap kesepakatan-
kesepakatan antar negara tentang jaminan HAM yang berupa undang-undangn
internasional HAM (International Bill of Rights). Undang-undang internasional
HAM tersebut bentuknya berupa kovenan dan protokol. Kovenan atau covenant,
yang juga mengandung arti yang sama dengan piagam merupakan perjanjian yang
mengikat bagi negara yang menandatanganinya. Protokol merupakan kesepakatan
dari negara-negara penandatanganannya yang memiliki fungsi untuk lebih lanjut
mancapai tujuan-tujuan suatu konvenan.4
Ketika Majelis Umum PBB mengadopsi atau menyetujui sebuah konvensi
atau protokol, maka akan tercipta standar internasional, dan negara-negara yang
meratifikasi konvensi secara umum wajib menegakkan isi konvvensi tersebut.
Terdapat 30 kovenan yang telah diratifikasi sejak DUHAM dideklarasikan 50
tahun yang lalu. Pemerintah yang melanggar standar yang telah ditentukan
konvensi kemudian dapat digugat oleh PBB.5
Dalam Piagam PBB, komitmen untuk memenuhi, melindungi HAM serta
menghormati kebebasan pokok manusia secara universal ditegaskan secara
berulang-ulang, diantaranya dalam Pasal (3):

“Untuk memajukan kerjasama internasional dalam memecahkan masalah-


masalah internasional dibidang ekonomi, sosial, budaya, dan kemanusiaan, dan
menggalakkan serta meningkatkan penghormatan bagi hak asasi manusia dan kebebasan
fundamental bagi semua orang tanpa pembedaan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama…”

Komitmen ini kemudian ditindaklanjuti oleh PBB melalui pembentukan


instrumen-instrumen yang mengatur tentang HAM. Instrumen-instrumen tersebut
adalah sebagai berikut:6
a. Instrumen hukum yang mengikat

4
Staff Pengajar Jurusan PPKn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, Instrumen
Internasional HAM, Disamapaikan pada ToT Nasional Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
SMP/MTs, Diselenggarakan Oleh Direktorat PLP Dirjen Dikdasmen Dikas, di Asrama Haji Surabaya tanggal 3
Mei – 17 Mei 2015 (Tahap I ) dan tanggal 6 – 20 Mei (Tahap II), diakses melalui
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131474282/penelitian/INSTRUMEN+INTERNASIONAL+HAM,
+TOT+SURABAYA+2005.pdf, 25 Maret 2021, pukul 12:37, hlm. 3

5
Staff Pengajar Jurusan PPKn…, loc.cit
1) Universal Declaration of Human Rights 1948 (Deklarasi Universal Hak-
Hak Asasi Manusia/DUHAM)

DUHAM merupakan langka besar yang diambil masyarakat


internasional pada 1948. DUHAM merupakan kerangka tujuan HAM
yang dirancang dalam bentuk umum dan merupakan sumber utama
pembentukan dua intstrumen HAM, yaitu: Konvenan Internasional
tentang Hak Sipil dan Politik serta Kovenan Internasional tentang Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya.

Hak-hak yang terdapat dalam DUHAM merupakan relaisasi dari


hak-hak dasar yang terdapat dalam Piagam PBB, misalnya (yang terkait
dengan penegakan hukum) Pasal 3, 5, 9, 10, dan 11. Pasal-pasal tersebut
secara berturut-turut menetapkan hak untuk hidup; hak atas kebebasan dan
keamanan diri; pelarangan penyiksaan perlakuakn penghukuman lain yang
kejam, tidak manusasi, dan merendahkan martabat manusia; pelarangan
penangkapan sewenang-wenang; hak atas praduga tak bersalah sampai
terbukti bersalah; serta pelanggaran hukuman berlaku surut. Secara
keseluruhan, DUHAM merupakan pedoman bagi penegak hukum dalam
melakukan pekerjaannya.
2) Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik 1966 (The
International Covenant on Civil and Political Rights/ICPPR)
Hak-hak dalam DUHAM diatur secara lebih jelas dan rinci dalam
Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, yang mulai berlaku
secara internasional sejak Maret 1976. Kovenan in telah diratifikasi oleh
lebih dari 100 negara di dunia. Kovenan ini menegaskan ketentuan Pasal 3
sampai 21 dari DUHAM.
Hak sipil dan politik harus segera diwujudkan. Ini merupakan sifat
hak sipil dan politik yang paling mendasar. Pasal 2 ayat (2) Kovenan
Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (KIHSP) memuat ketentuan
yang relevan sebagai berikut:

6
Harkristuti Hakrinowo, Hadi Rahmat Purnama, Pengantar Hak Asasi Manusia dan Humaniter,
Universitas Terbuka, Tanggerang Selatan, 2015, hlm. 1.12
”Dalam hal belum ditentukan oleh tindakan legislatif atau tindakan
lainnya yang sudah ada, setiap Negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk
mengambil langkah-langkah yang perlu, sesuai dengan proses konstitusionalnya
dan ketentuan Kovenan ini, untuk menetapkan hukum atau tindakan lainnya yang
mungkin perlu bagi pelaksanaan hak yang diakui dalam Kovenan ini”.

Ayat (3):

”Setiap Negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk:


(a) Memastikan bahwa setiap orang yang hak atau kebebasannya sebagaimana
diakui dalam Kovenan ini dilanggar, akan mendapatkan pemulihan yang
efektif, meskipun pelanggaran itu dilakukan oleh orang yang bertindak dalam
kapasitas resmi;
(b) Memastikan bahwa bagi setiap orang yang menuntut pemulihan demikian,
hak atas perbaikan tersebut akan ditetapkan oleh lembaga peradilan,
administratif, atau legislatif yang berwenang, atau oleh lembaga lain yang
berwenang, yang ditentukan oleh sistem hukum Negara tersebut, dan untuk
mengembangkan kemungkinan pemulihan yang bersifat hukum;
(c) Memastikan bahwa pejabat yang berwenang akan melaksanakan pemulihan
tersebut apabila dikabulkan.”
Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (KIHSP)
mengandung hak-hak demokratis yang esendisal, kebanyakan hak-hak itu
terkait dengan fungsinya suatu negara dan hubungan negara tersebut
dengan penduduknya.7
3) Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (
Hak dan kebebasan yang tercantum dalam ICESR merupakan hak-
hak dan kebebasan yang termuat dibagian akhir dari DUHAM. Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya diperlakukan secara berbeda dengan Hak
Sipil dan Politik. Perbedaan itu dibuat karena semua hak bersifat saling
tergantung dan tidak terbagi-bagi. Pasal 2 adalah ketentuan paling penting
untuk memahami sifat hak ekonomi, sosial, dan budaya. Kovenan ini
bersifat netral dan prinsip-prinsipnya tidak dapat secara memadai

7
Ibid, hlm. 1.13
digambarkan hanya didasarkan semata-mata pada kebutuhan dan
keinginan sistem sosialis atau kapitalis atau ekonomi campuran. 8

4.

8
Instrumen Internasional Hak Asasi Manusia, dikutip dari
https://pusham.uii.ac.id/ham/9_Chapter3.pdf, 25 Maret 2020, pukul 17:40, hlm. 127

Anda mungkin juga menyukai