PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Internasional tidak terlepas dari latar belakang historis yang cukup panjang,
Magna Charta pada tahun 1215 dan Bill of Rights pada tahun 1689 di
Perancis. 2
tanpa surat perintah yang dikeluarkan oleh Pejabat sah. Beberapa hak seperti
kepemilikan, dan hak dasar lainnya kemudian diatur lebih lanjut dan
1
Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, Kencana, Jakarta,
2005, hal. 50-51.
2
AV. Dicey, An Introduction to the Study of the Law of the Constitution, McMillan,
London, 1973, hal. 202-203.
2
ruang lingkup hak-hak yang diprioritaskan pada satu kurun waktu tertentu
1. Generasi Pertama5
dan Politik. Hak-hak ini muncul dari tuntutan untuk melepaskan diri dari
3
Majda El –Muhtaj, Op. cit., hal. 53.
4
PUSHAM UII Yogyakarta & Norwegian Center for Human Rights (NCHR, Hukum
Hak Asasi Manusia, ) Norwegia, 2015, hal. 11.
5
Ibid. hal. 12.
3
diskriminasi.
2. Generasi Kedua6
budaya, dan ekonomi. Hak-hak ini muncul dari tuntutan agar negara
bertindak lebih aktif, agar hak-hak tersebut dapat terpenuhi atau tersedia.
Karena itu hak-hak generasi kedua ini dirumuskan dalam bahasa yang
positif: hak atas (right to), bukan dalam bahasa negatif: bebas dari
dan standar hidup yang memadai termasuk pangan, sandang, dan papan,
6
Ibid. hal. 13.
4
3. Generasi Ketiga7
pembangunan, hak atas perdamaian, hak atas sumber daya alam sendiri,
hak atas lingkungan hidup yang baik, dan hak atas warisan budaya
sendiri.
atau harta benda. Negara atau pejabat negara mempunyai kewajiban untuk
7
Muladi, Tanggapan Pendidikan Tinggi Dalam Bidang Hukum Menghadapi Era
Pasar Bebas: Bidang Hak Asasi Manusia, Makalah, Semarang, 1986.
8
Harkristuti Harkrisnowo, dkk., Hukukm Dan Hak Asasi Manusia, Universitas
Terbuka, Tangerang Selatan, 2015, hal. 7.
5
bidang yang luas dari hukum internasional publik dan tidak hanya hukum
Sebagai salah satu dari ketujuh organ yang diserahi tugas dalam hal
HAM, Dewan HAM PBB merupakan badan yang memiliki tanggung jawab
dunia dan untuk mengatasi situasi pelanggaran hak asasi manusia.10 Dalam
KTT PBB tahun 2005 disepakati penggantian Komisi HAM PBB dengan
Dewan HAM PBB yang dituangkan dalam dokumen akhir KTT PBB.
Selain itu, disepkati beberapa isu utama yang menjadi dasar pembentukan
9
PUSHAM UII Yogyakarta, Op. cit., hal. 171.
10
United Nations Human Rights Council, Background information on the Human
Rights Council, http://www.ohchr.org, Diakses pada 28 Januari 2020.
11
A. Masyhur Effendi dan Taufani S. Evandri, HAM dalam Dimensi/Dinamika Yuridis,
Sosial, Politik : Dan Proses Penyusunan/Aplikasi Hak-ham (Hukum Hak Asasi Manusia)
dalam Masyarakat, Ghalia Indonesia, Bogor , 2010, hal. 170.
6
Majelis Umum PBB. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 7 ayat (1) Piagam PBB
baru dan menetapkan cara kerja yang lebih efektif. Yakni sebuah kelompok
kerja untuk pemerintah yang dibentuk secara transparan bagi semua dalam
12
Pasal 7 ayat (1) Piagam PBB.
13
United Nations Human Rights Council, Background Information - Human Rights
Council Review, http://www.ohchr.org, Diakses pada 28 Januari 2020.
14
C. de Rover, To Serve & to Protect – Acuan Universal Penegakan HAM,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2000, hal. 67.
7
kembali. 15
pada ketentuan Piagam PBB sebagai landasan yuridis tugas pokok serta
penegakan HAM pada situasi dan kondisi dunia yang modern ini, Dewan
dan tidak hanya terbatas pada aspek-aspek individual, tetapi juga dilihat
dalam skala yang lebih besar yang berkaitan dengan suatu entitas yakni
Untuk dapat menjamin HAM suatu negara, hal yang sangat penting
berarti luas yakni segala bentuk campur tangan negara asing dalam urusan
satu negara, melainkan berarti sempit yaitu suatu campur tangan negara
asing yang bersifat menekan dengan alat kekerasan (force) atau dengan
15
Knut D. Asplund, Suparman Marzuki, dan Eko Riyadi, Hukum Hak Asasi Manusia,
PUSHAM UII, Yogyakarta, 2008, hal. 203.
16
Harkristuti Harkrisnowo, Op. cit., hal. 12.
17
Wirjono Prodjodikoro, Azaz-azaz Hukum Publik Internasional, Pembimbing Masa,
Jakarta, 1967, hal. 149-150.
8
dilarang untuk ikut campur atau mengintervensi urusan dalam negeri negara
lain. Hal ini mencakup segala urusan negara tersebut baik politik, hukum,
sosial, budaya, ekonomi, dan urusan lainnya. Prinsip non-intervensi ini juga
negara lain;
tersebut;
tidak ada cara lain (leaving no means), tidak ada waktu untuk
18
Pasal 2 ayat (7) Piagam PBB.
19
J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 1988, hal. 137.
9
lain yang lebih kuat. Negara protektorat tidak dianggap sebagai negara
nasionalnya;
suatu negara.
Piagam PBB. Izin di dapat melalui Dewan Keamanan PBB dalam bentuk
merupakan suatu salah satu dari beberapa sanksi yang digunakan dalam
embargo yang dilakukan oleh suatu negara pada negara lain ternyata
20
Bab VII Piagam PBB Pasal 39, 41, dan 51.
21
Kofi A. Annan, Common Desnity, New Resolve, Annual Report on the Work on the
Organization, The United Nations Departement of Public Information, New York, 2000, hal. 34.
10
melanggar ketentuan yang telah diatur dalam Piagam. Salah satu contoh
Venezuela yang melibatkan rezim oposisi yang dipimpin oleh Juan Guaido
dan rezim penguasa yang di pimpin oleh Nicholas Maduro. Maduro yang
pada hasil pemilihan umum dan tidak bersedia mundur dari jabatannya,
oleh beberapa negara terhadap suatu negara, akan tetapi hanya dilakukan
22
Motif Intervensi Amerika Di Venezuela, https://www.qureta.com, Diakses pada 29
Januari 2020.
23
Amerika Serikat Berlakukan Embargo Total Pada Venezuela,
https://www.gatra.com, Diakses pada 29 Januari 2020.
11
sepihak oleh Amerika Serikat. Hal ini juga jelas bertentangan dengan
negara yang diatur dalam Piagam PBB. Dengan kasus tersebut, Dewan
PBB terkait proses intervensi yang dilakukan oleh Amerika Serikat sehingga
internasional.
B. Rumusan Masalah
embargo?
C. Tujuan Penulisan
2. Untuk mengkaji dan mengetahui upaya hukum yang dapat dilakukan oleh
D. Manfaat Penelitian
Dewan HAM PBB terhadap kebijakan embargo sepihak suatu negara dan
E. Kerangka Konseptual
hukum dalam arti materiil dan sumber hukum dalam arti formil. Sumber
hukum internasional terbagi menjadi dua yaitu sumber hukum dalam arti
24
Heliarta, Mengenal Hukum Internasional, Sindur Press Semarang, Semarang, 2010,
hal. 1.
13
materiil dan sumber hukum dalam arti formil. Sedangkan Sumber hukum
formal adalah sumber hukum yang membahas bentuk nyata dari hukum
itu sendiri. Dalam bentuk atau wujud apa sajakah hukum itu tampak dan
berikut:26
internasional tambahan.
25
Ibid. hal. 10.
26
Burhan Tsani, Hukum dan Hubungan Internasional, Liberty, Yogyakarta, 1990, hal.
14.
27
Heliarta, Op. cit., hal. 11.
14
hati nurani, walaupun saat ini hal ini belum pernah dilakukan oleh
Mahkamah Internasional. 28
2. Konsep HAM
teori hak kodrati (natural rights theory). Hugo de Groot atau Grotius,
28
Ibid.
15
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang
kodrati. Hak ini sifatnya sangat mendasar (fundamental) bagi hidup dan
kehidupan manusia dan merupakan hak kodrati yang tidak bisa terlepas
dari dan dalam kehidupan manusia, sehingga tidak ada otoritas yang
dapat mencabutnya. 30
asasi manusia adalah tuntutan (claim) akan hak terhadap negara dan
seperangkat hak yang melekat pada diri manusia sebagai suatu anugerah
29
PUSHAM UII Yogyakarta, Op. cit., hal. 8.
30
Masyhur Effendi, Dimensi Dan Dinamika Hak Asasi Manusia Dalam Hukum
Nasional Dan Internasional, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994, hal. 3.
31
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu,
Surabaya, 2010, hal. 61.
32
Tim ICCE UIN Jakarta, Op. Cit., hal. 201.
16
3. Konsep Intervensi
d. Intervensi.
campur tangan secara diktator oleh suatu negara terhadap urusan dalam
33
Ali Sastroamidjojo, Pengantar Hukum Internasional, Batara, Jakarta, 1971, hal. 108.
34
Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, West Group, ST. Paul, Minn, 1999, hal. 8.
17
yang dilakukan sebuah Negara dalam urusan luar negeri sebuah Negara
Negara terhadap Negara lain sebagai balasan atas kerugian yang diderita
intervensi. 36
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
yang diteliti.
2. Tipe Penelitian
35
J. G Starke, Loc. Cit.
36
Pasal 2 (1) dan Pasal 2 (4) Piagam PBB.
18
pengajuan saran.
hasil olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang
materi yang ada di dalam buku, jurnal hukum dan beberapa referensi
lainnya.
4. Pendekatan Masalah
19
berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabnya.
untuk memeperoleh informasi yang objektif dan akurat, baik dari buku-
37
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta
2009, hal. 93.
20