Anda di halaman 1dari 8

PRESENTASI TENTANG HAM

PENGERTIAN HAM

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak-hak yang melekat pada semua individu, hanya
karena mereka manusia, dan yang diakui dan dilindungi oleh hukum dan norma-norma internasional.
HAM adalah hak-hak yang mendasar dan universal yang diberikan kepada setiap orang tanpa
memandang ras, agama, jenis kelamin, warna kulit, kebangsaan, atau status sosial dan ekonomi.
Konsep HAM bertujuan untuk melindungi martabat, kebebasan, dan kesejahteraan individu.

Hak Asasi Manusia mencakup berbagai hak, termasuk:

1. Hak sipil dan politik, seperti hak untuk hidup, kebebasan berpendapat, kebebasan beragama, dan
hak untuk tidak disiksa.

2. Hak ekonomi, sosial, dan budaya, seperti hak atas pekerjaan yang layak, pendidikan, perumahan,
dan kesehatan.

3. Hak-hak kolektif, seperti hak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan, hak untuk memperoleh
informasi, dan hak untuk berserikat dan berorganisasi.

Konsep HAM telah menjadi dasar penting dalam hukum internasional dan telah dinyatakan dalam
berbagai dokumen, termasuk Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB yang diadopsi pada tahun
1948. Tujuan utama dari HAM adalah untuk melindungi dan memastikan kesejahteraan individu dan
mencegah pelanggaran terhadap hak-hak tersebut oleh negara atau pihak-pihak lain. Pelanggaran
terhadap HAM sering kali menjadi perhatian masyarakat internasional dan dapat menghasilkan
tindakan hukum dan diplomasi untuk menegakkan dan memulihkan hak-hak yang dilanggar.

SEJARAH HAM

Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM) dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno, tetapi konsep modern
tentang HAM, seperti yang kita kenal saat ini, telah berkembang selama berabad-abad. Di bawah ini
adalah beberapa momen penting dalam sejarah HAM:

1. Pemikiran Klasik: Konsep-konsep awal tentang hak individu dapat ditemukan dalam pemikiran
filsuf-filsuf klasik Yunani dan Romawi, seperti Sokrates, Plato, dan Aristoteles, yang membahas
tentang ide-ide seperti keadilan dan martabat manusia.

2. Abad Pencerahan: Abad ke-17 dan ke-18 adalah periode penting dalam perkembangan HAM.
Filosof-filosof seperti John Locke, Jean-Jacques Rousseau, dan Voltaire mengembangkan gagasan
tentang hak asasi manusia, kedaulatan rakyat, dan persamaan di mata hukum. Locke, misalnya,
berbicara tentang hak-hak alamiah yang melekat pada individu, termasuk hak atas kebebasan,
properti, dan hak untuk melawan pemerintah yang melanggar hak-hak tersebut.

3. Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat (1776): Dokumen ini yang menggambarkan bahwa "semua
orang diciptakan setara dan diberi hak-hak yang tidak dapat dicabut seperti hak atas kehidupan,
kebebasan, dan hak untuk mengejar kebahagiaan."
4. Revolusi Prancis (1789): Deklarasi Hak-Hak Manusia dan Warga Negara (Déclaration des droits de
l'homme et du citoyen) diadopsi selama Revolusi Prancis, menyatakan hak-hak dasar individu dan
prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan.

5. Abolisi Perbudakan: Gerakan untuk mengakhiri perbudakan dan perdagangan budak membantu
mempromosikan kesadaran tentang hak-hak manusia. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB
pada tahun 1948 secara khusus mengutuk perbudakan sebagai pelanggaran hak asasi manusia.

6. Pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB): Setelah Perang Dunia II, PBB didirikan pada
tahun 1945 dengan tujuan untuk mencegah konflik internasional dan mempromosikan perdamaian
dan kerjasama. Pada tahun 1948, PBB mengadopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal
Declaration of Human Rights), yang menguraikan hak-hak dasar yang harus dihormati oleh semua
negara.

7. Konvensi HAM Internasional: Selain Deklarasi Universal, banyak konvensi dan perjanjian
internasional lainnya telah disepakati untuk melindungi hak asasi manusia, seperti Konvensi tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (1965), Konvensi tentang Hak Sipil dan Politik (1966),
dan Konvensi tentang Hak-hak Anak-anak (1989).

8. Perjuangan HAM Modern: Perjuangan untuk melindungi dan mempromosikan HAM terus
berlanjut hingga saat ini, dengan berbagai organisasi non-pemerintah (NGO) dan aktivis HAM yang
berperan penting dalam mengadvokasi dan memantau pelanggaran HAM di seluruh dunia.

Sejarah HAM adalah cerita tentang evolusi konsep-konsep tentang martabat manusia dan hak-hak
individu dalam masyarakat manusia, serta upaya untuk menerapkan dan melindungi hak-hak
tersebut di tingkat nasional dan internasional.

PERAN HAM

Peran HAM adalah singkatan dari "Hak Asasi Manusia." Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang
melekat pada semua individu hanya karena mereka manusia, tanpa memandang ras, agama, jenis
kelamin, kebangsaan, status sosial, atau faktor lainnya. Peran HAM mencakup berbagai aspek,
termasuk melindungi, menghormati, dan memastikan pemenuhan hak-hak ini bagi semua orang.

Beberapa peran utama Hak Asasi Manusia adalah sebagai berikut:

1. Perlindungan: Melindungi individu dari penyalahgunaan, diskriminasi, dan tindakan yang


melanggar hak-hak mereka. Ini termasuk melindungi hak-hak seperti kebebasan berpendapat,
kebebasan dari penyiksaan, dan hak atas kehidupan.

2. Penghormatan: Menghormati dan mengakui hak asasi manusia sebagai hak yang melekat pada
setiap individu. Hal ini melibatkan pemerintah, institusi, dan masyarakat untuk menghormati hak-hak
tersebut dalam tindakan dan kebijakan mereka.

3. Promosi: Memastikan bahwa hak asasi manusia diakui, dipromosikan, dan diadvokasi dalam
masyarakat. Ini mencakup pendidikan tentang hak-hak ini serta advokasi untuk perubahan kebijakan
yang mendukung hak asasi manusia.
4. Penegakan: Menjamin bahwa hukum dan mekanisme penegakan hukum ada untuk melindungi
hak asasi manusia. Ini melibatkan sistem peradilan yang adil dan efektif untuk menangani
pelanggaran hak asasi manusia.

5. Partisipasi: Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang
memengaruhi hak asasi mereka. Ini melibatkan akses terhadap informasi, kebebasan berorganisasi,
dan kebebasan berpendapat.

6. Pengawasan: Memantau pelanggaran hak asasi manusia dan melaporkannya kepada pihak yang
berwenang atau lembaga internasional. Ini termasuk pekerjaan organisasi non-pemerintah dan
badan pemantau hak asasi manusia.

Pentingnya peran HAM adalah untuk memastikan bahwa semua individu memiliki hak yang diakui
dan dihormati, serta untuk mencegah penyalahgunaan dan pelanggaran hak-hak tersebut.
Perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia merupakan dasar bagi masyarakat yang adil,
damai, dan beradab.

LANDASAN HUKUM HAM

Landasan hukum untuk Hak Asasi Manusia (HAM) dapat ditemukan dalam berbagai dokumen hukum
internasional dan nasional. Berikut adalah beberapa landasan hukum utama untuk HAM secara rinci:

1. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB (Universal Declaration of Human Rights, UDHR):
Diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948, UDHR adalah dokumen yang
mendefinisikan hak-hak dasar yang melekat pada semua individu. Ini mencakup hak-hak sipil, politik,
ekonomi, sosial, dan budaya. UDHR bukanlah perjanjian hukum internasional yang mengikat, tetapi
menjadi pedoman penting dalam pengembangan perjanjian HAM lainnya.

2. Konvensi HAM Internasional: Ada berbagai konvensi yang mengikat secara hukum untuk
melindungi HAM, seperti:

- Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (International Convention on the
Elimination of All Forms of Racial Discrimination, ICERD): Diadopsi pada tahun 1965, ini melarang
diskriminasi rasial dalam segala bentuk dan mewajibkan negara-negara yang meratifikasi konvensi ini
untuk melaksanakan tindakan-tindakan efektif untuk menghindari dan menghapus diskriminasi
rasial.

- Konvensi tentang Hak Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Political Rights, ICCPR):
Diadopsi pada tahun 1966, ICCPR mengakui hak-hak sipil dan politik individu, seperti kebebasan
berpendapat, kebebasan beragama, dan hak untuk tidak disiksa.

- Konvensi tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (International Covenant on Economic, Social
and Cultural Rights, ICESCR): Juga diadopsi pada tahun 1966, ICESCR mengakui hak-hak ekonomi,
sosial, dan budaya, seperti hak untuk pendidikan, perumahan yang layak, dan upah yang adil.

- Konvensi tentang Hak-hak Anak-anak (Convention on the Rights of the Child, CRC): Diadopsi pada
tahun 1989, CRC menetapkan hak-hak anak-anak dan mendorong perlindungan khusus bagi anak-
anak.
3. Konvensi ILO (International Labour Organization): Organisasi ini telah mengadopsi berbagai
konvensi yang melindungi hak-hak pekerja, termasuk Konvensi tentang Hukum Buruh Terpaksa atau
Wajib dan Konvensi tentang Penghapusan Bentuk-Bentuk Kerja Terburuk pada Anak-anak.

4. Konvensi-Konvensi Tambahan: Selain konvensi utama, terdapat banyak konvensi tambahan yang
mengatasi isu-isu khusus dalam HAM, seperti Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Wanita (CEDAW), Konvensi tentang Hak-hak Penyandang Disabilitas, dan
lainnya.

5. Konstitusi dan Hukum Nasional: Banyak negara juga memiliki konstitusi dan hukum nasional yang
melindungi HAM. Contohnya, Konstitusi Amerika Serikat mencakup Bill of Rights, yang melindungi
hak-hak sipil dan politik warga negara AS.

6. Hakim dan Pengadilan Internasional: Pengadilan Internasional, seperti Mahkamah Internasional


(International Court of Justice) dan Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court),
memiliki yurisdiksi untuk menangani pelanggaran HAM di tingkat internasional.

Penting untuk diingat bahwa perjanjian dan konvensi internasional tentang HAM biasanya
memerlukan negara-negara untuk mengadopsi undang-undang dan kebijakan domestik yang sesuai
untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan tersebut. Selain itu, organisasi hak asasi manusia dan
aktivis berperan penting dalam pemantauan dan advokasi untuk melindungi HAM.

LANDASAN HAM DI INDONESIA (UUD 1945)

Di Indonesia, Hak Asasi Manusia (HAM) diatur oleh beberapa undang-undang dan peraturan yang
mengikat.

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945): Pasal 28A hingga 28J
UUD 1945 mengatur tentang hak asasi manusia di Indonesia. Ini mencakup hak atas hidup, hak untuk
tidak disiksa, hak atas kebebasan pribadi, hak untuk tidak dipenjara tanpa alasan yang jelas, dan hak
atas kebebasan beragama.

ISI PASAL 28 A – 28 J
Pasal 28A hingga 28J dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur
tentang hak asasi manusia. Berikut adalah isi lengkap dari pasal-pasal tersebut:

Pasal 28A:

(1) Setiap orang berhak hidup, berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas komunikasi dan informasi
yang baik untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup dan untuk meningkatkan mutu hidupnya, serta
berhak atas perlindungan atas kebebasan dan haknya dari perlakuan yang bersifat diskriminatif, serta
berhak mendapatkan perlindungan hukum yang adil.

(2) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.
Pasal 28B:

Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda
yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas komunikasi dan informasi yang baik untuk memenuhi
kebutuhan dasar hidup dan untuk meningkatkan mutu hidupnya, serta berhak atas perlindungan dari
kejahatan terhadap hak-hak tersebut.

Pasal 28C:

(1) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

(2) Setiap warga negara berhak atas pendidikan.

Pasal 28D:

(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.

(2) Setiap orang berhak untuk tidak disiksa, dihukum secara kejam, atau diperlakukan secara tidak
manusiawi.

Pasal 28E:

(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih dan mengganti
agama, meyakini tuhan sesuai dengan agamanya, serta beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.

(2) Setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat dan mengeluarkan pendapatnya.

Pasal 28F:

(1) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

(2) Setiap orang berhak atas kebebasan mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Pasal 28G:

Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda
yang di bawah kekuasaannya.

Pasal 28H:

(1) Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan.

(2) Setiap warga negara berhak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan.

Pasal 28I:

(1) Setiap orang berhak atas kebebasan bergerak dan tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, serta meninggalkan wilayah itu.

(2) Setiap orang berhak meninggalkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan berdasarkan izin
dari pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 28J:

Setiap orang berhak atas perlindungan atas hak atas dirinya.

ISI UU HAM

Di Indonesia, Hak Asasi Manusia (HAM) diatur oleh beberapa undang-undang dan peraturan yang
mengikat. Berikut beberapa undang-undang utama yang mengatur HAM di Indonesia:

1. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM): UU HAM ini
menegaskan komitmen Indonesia untuk melindungi dan memajukan HAM. Ini mencakup berbagai
hak, termasuk hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

2. Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM (UU Pengadilan HAM): Undang-
Undang ini membentuk Pengadilan HAM sebagai lembaga yang berwenang untuk mengadili
pelanggaran HAM berat di Indonesia.

3. Undang-Undang No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (UU Otsus
Papua): Undang-undang ini mengakui hak-hak khusus bagi masyarakat Papua, termasuk hak atas hak
asasi manusia dan hak otonomi yang lebih besar.

4. Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU
KDRT): Undang-undang ini melindungi hak perempuan dan anak-anak dari kekerasan dalam rumah
tangga.

5. Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
(UU TPPOT): Undang-undang ini melindungi korban perdagangan orang dan menghukum pelaku
perdagangan orang.

6. Undang-Undang No. 17 Tahun 2016 tentang Peraturan Perundang-undangan (UU Peraturan


Perundang-undangan): Undang-undang ini mencakup prinsip-prinsip pembuatan peraturan
perundang-undangan yang harus memperhatikan hak asasi manusia.

Selain undang-undang di atas, Indonesia juga menjadi anggota berbagai konvensi internasional
tentang HAM, seperti Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (ICERD),
Konvensi tentang Hak Sipil dan Politik (ICCPR), dan Konvensi tentang Hak-hak Penyandang Disabilitas.
Keterlibatan Indonesia dalam konvensi ini juga memengaruhi kerangka hukum nasional terkait HAM.

Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun ada undang-undang yang mengatur HAM di
Indonesia, tantangan nyata dalam melaksanakan dan menjaga HAM sering kali muncul, dan
pengawasan serta perlindungan HAM yang efektif merupakan bagian penting dari proses ini.

CONTOH PELANGGARAN HAM

Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dapat beragam dan terjadi di berbagai konteks, baik oleh
individu, kelompok, atau pemerintah. Hukuman untuk pelanggaran HAM dapat bervariasi tergantung
pada tingkat pelanggaran, yurisdiksi, dan lembaga penegak hukum yang terlibat. Berikut ini adalah
beberapa contoh pelanggaran HAM yang sering terjadi beserta beberapa contoh hukuman yang
mungkin diberikan:

1. Penyiksaan atau perlakuan kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat: Pelanggaran ini
bisa terjadi di tangan aparat keamanan atau petugas penjara. Hukuman dapat berupa pemecatan,
penuntutan hukum, atau tuntutan ganti rugi kepada korban.

2. Pelanggaran Kebebasan Berpendapat: Ini termasuk penyensoran media, penahanan atau


penindasan aktivis, atau pembungkaman opini kritis terhadap pemerintah. Hukuman dapat berupa
penjara bagi pelaku atau pembebasan bagi tahanan politik, serta reformasi hukum dan kebijakan
yang melindungi kebebasan berpendapat.

3. Diskriminasi Rasial atau Etnis: Diskriminasi terhadap kelompok ras atau etnis tertentu melanggar
hak asasi manusia. Hukuman dapat berupa sanksi hukum, kampanye anti-diskriminasi, atau
pengembangan program untuk memerangi rasisme.

4. Pelanggaran Hak Anak-Anak: Ini bisa termasuk pekerja anak, pemaksaan anak untuk bergabung
dalam kelompok bersenjata, atau perdagangan anak. Hukuman bisa berupa rehabilitasi bagi anak-
anak pelaku atau penuntutan terhadap pelaku dewasa yang terlibat.

5. Pelanggaran Hak Perempuan: Termasuk kekerasan dalam rumah tangga, mutilasi genital
perempuan, atau perdagangan perempuan dan anak perempuan. Hukuman melibatkan penuntutan
pelaku, perlindungan korban, dan edukasi masyarakat tentang hak-hak perempuan.

6. Eksploitasi Buruh: Ini termasuk kerja paksa, pekerja anak, atau kondisi kerja yang tidak manusiawi.
Hukuman dapat berupa sanksi terhadap pengusaha yang melanggar hukum tenaga kerja,
pembebasan buruh yang dieksploitasi, dan perubahan kebijakan untuk melindungi buruh.

7. Pelanggaran HAM dalam Konflik Bersenjata: Ini termasuk pembunuhan warga sipil, pengusiran
paksa, atau penggunaan senjata kimia. Hukuman bisa berupa pengadilan di tingkat nasional atau
internasional, sanksi internasional, atau penyelesaian damai konflik.

Penting untuk dicatat bahwa pelanggaran HAM seringkali kompleks dan konteksnya dapat berbeda-
beda. Hukuman tergantung pada tingkat keparahan pelanggaran, bukti yang tersedia, dan kemauan
politik untuk menegakkan hukum. Pengadilan internasional seperti Pengadilan Kejahatan
Internasional (misalnya, Pengadilan Pidana Internasional atau Pengadilan Kriminal Internasional
untuk bekas Yugoslavia) juga dapat menangani kasus pelanggaran HAM tingkat tinggi.

CONTOH PELANGGARAN HAM DI KAMPUS


Berikut adalah beberapa contoh kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang telah terjadi di
berbagai kampus di seluruh dunia:

1. Pelecehan Seksual: Kasus pelecehan seksual oleh dosen, staf, atau sesama mahasiswa terhadap
mahasiswa lainnya. Pelanggaran semacam ini mencakup pelecehan verbal, pelecehan fisik, dan
pemerkosaan.

2. Pembatasan Kebebasan Berpendapat: Kampus yang membatasi kebebasan mahasiswa untuk


menyatakan pendapat mereka atau mengorganisir protes damai terhadap kebijakan kampus atau isu-
isu sosial dan politik.
3. Ketidaksetaraan Gender dan Diskriminasi: Diskriminasi terhadap mahasiswa atau staf berdasarkan
jenis kelamin atau orientasi seksual, seperti ketidaksetaraan dalam gaji, promosi, atau perlakuan
yang tidak adil.

4. Penangkapan dan Penahanan Tanpa Alasan yang Jelas: Kampus yang melibatkan keamanan
kampus dalam penangkapan atau penahanan mahasiswa tanpa alasan yang jelas atau tanpa
prosedur yang adil.

5. Pengusiran atau Pemecatan yang Tidak Adil: Mahasiswa atau staf yang dipecat atau diusir dari
kampus tanpa proses yang adil atau alasan yang sah.

6. Kekerasan Fisik: Kasus kekerasan fisik oleh anggota keamanan kampus terhadap mahasiswa atau
staf dalam situasi yang tidak sah atau berlebihan.

7. Pengintaian atau Pemantauan Rahasia: Pemantauan rahasia terhadap aktivitas mahasiswa atau
staf tanpa izin atau alasan yang sah, yang sering kali melibatkan penyadapan komunikasi pribadi.

8. Diskriminasi dalam Penerimaan Mahasiswa: Praktik diskriminatif dalam proses penerimaan


mahasiswa, seperti penolakan berdasarkan ras, agama, atau kebangsaan.

9. Ketidaksetaraan Akses ke Fasilitas dan Sumber Daya: Ketidaksetaraan dalam akses mahasiswa
terhadap fasilitas, sumber daya, atau layanan kampus, seperti fasilitas perpustakaan atau akomodasi
yang tidak sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dengan disabilitas.

10. Ketidaksetaraan dalam Perlakuan Akademik: Perlakuan yang tidak adil dalam proses akademik,
seperti penilaian yang tidak objektif atau pembatasan dalam mengikuti mata kuliah tertentu.

11. Pelarangan Organisasi atau Aktivitas Mahasiswa: Kampus yang melarang atau menghentikan
aktivitas organisasi mahasiswa atau pertemuan yang sah tanpa alasan yang jelas.

12. Pelanggaran Kebebasan Beragama: Pembatasan atau diskriminasi terhadap kebebasan beragama
mahasiswa, seperti pelarangan penggunaan simbol-simbol agama tertentu atau penekanan terhadap
agama tertentu.

Penting untuk dicatat bahwa setiap kasus pelanggaran HAM harus ditangani dengan serius dan sesuai
dengan hukum dan prosedur yang berlaku. Pengungkapan dan penanganan kasus semacam ini
sangat penting untuk menjaga integritas dan nilai-nilai kampus yang inklusif dan adil.

Anda mungkin juga menyukai