Anda di halaman 1dari 3

A.

SEJARAH HAK ASASI MANUSIA

HAM adalah hak yang dimiliki setiap manusia karena tanpa HAM, manusia tidak bisa hidup sebagai
manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan oleh masyarakat atau hukum positif suatu
negara, tetapi berdasarkan dari martabatnya sebagai manusia. Syarat untuk mempunyai HAM hanya
satu, ialah dia adalah manusia karena HAM ada sejak manusia ada.

Persoalan mengenai HAM selalu dikaitkan oleh 2 teori yaitu teori hukum alam dan teori positivisme.
Dalam hukum alam, HAM dimaksudkan bersifat universal dan tidak terbatas ruang atau waktu, yang
artinya bisa berlaku kapan saja dan di mana saja. Menurut paham positivisme, hukum adalah kehendak
penguasa, sehingga dalam hal HAM, HAM dianggap sebagai kehendak penguasa, sehingga regulasi
sangat tergantung pada penguasa. Dalam kajian teoretis, seperti halnya utilitarianisme, positivisme
merupakan aliran yang telah “menyerang” paham hak-hak dasar yang digagas oleh teori hukum kodrat
berdasarkan teori hukum kodrat (natural law) Jeremy Bentham, seorang filosof utilitarian dari Inggris
dengan sinis mengejek teori hak kodrati dengan menyatakan bahwa hak adalah anak kandung hukum.
Hak nyata lahir dari hak nyata; tetapi dari hukum imajiner (hukum alam) yang dikandung dan diciptakan
oleh penyair, orator, dan pedagang dalam bentuk racun moral dan intelektual, lahirlah hak-hak mereka.

Hak-hak alami adalah omong kosong yang bodoh: Hak-hak alami dan tidak dapat dicabut adalah omong
kosong retoris atau puncak dari omong kosong yang berbahaya. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa hak
kodrati adalah anak yang tidak pernah memiliki ayah, kaum positivis berpendapat bahwa keberadaan
dan isi hak hanya dapat disimpulkan dari hukum negara. Satu-satunya hukum yang sah adalah peraturan
penguasa.

Deklarasi Kemerdekaan Amerika tahun 1776 juga dianggap sebagai tonggak pengakuan hak asasi
manusia. Pada 1789, rakyat Amerika memperjuangkan RUU yang disebut Bill of Rights, yang menjadi
bagian dari Konstitusi AS pada 1791. Sebelumnya, di Prancis, terjadi agitasi hak asasi manusia di
kalangan rakyat melawan rezim lama, yang diakhiri dengan penyelesaian hukum. Dokumen yang disebut
Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara (Decleration des Droits l'home et du Citoyen (1789).
Dianggap sebagai salah satu poin tinggi perjuangan hak asasi manusia, deklarasi ini menegaskan sebagai
berikut: Semua manusia dilahirkan bebas dan sama di depan hukum; perbedaan masyarakat hanya
didasarkan pada penggunaan umum; tujuan negara adalah perlindungan hak (pribadi) yang alami dan
tidak dapat dicabut (bebas dari penindasan). Hak yang umumnya diperjuangkan adalah hak politik,
seperti hak atas kesetaraan, hak atas kebebasan dan hak untuk memilih.

Gagasan mengenai HAM menerima ekspansi dalam abad ke-20, berdasarkan sekadar hak-hak politik ke
arah hak-hak lain, seperti:

a) Hak kebebasan beragama (freedom of religion).


b) Hak kebebasan berbicara & menyatakan pendapat.
c) Hak kebebasan berdasarkan rasa takut (freedom from fear).
d) Hak kebebasan berdasarkan kemelaratan (freedom from want).
Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Roosevelt, dalam permulaan Perang Dunia II merumuskan pulang
hak-hak asasi tadi menggunakan sebutan The Four Freedom menjadi bentuk reaksi terhadap tekanan
humanisme yg dilakukan oleh Nazi-Jerman. Pada tahun 1946, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)
mendirikan Komisi Hak-hak Asasi Manusia (Commission on Human Rights). Pada tahun 1948 Komisi ini
membuat dokumen aturan mengenai HAM yg monumental, yg disebut Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia (Universal Decleration of Human Rights).

Deklarasi ini menjadi cikal bakal beberapa instrumen hak asasi manusia kemudian, seperti Konvensi Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya (Convention on Economic, Social and Cultural Rights) dan Konvensi Hak Sipil
dan Politik (Convention on Civil and Political Rights) dan Konvensi Hak Sipil dan Politik (Convention on
Civil and Political Rights) Hak) (1966), yang kemudian berkembang menjadi berbagai perjanjian
internasional, baik regional maupun universal. Saat dikembangkan, diketahui terjadi pergeseran hak
asasi manusia. Karel Vasak, seorang ahli hukum dari Perancis, menggunakan istilah “generasi” untuk
merujuk pada isi dan ruang lingkup hak yang diprioritaskan dalam suatu periode tertentu. Vasak
membuat kategori generasi berdasarkan moto terkenal Revolusi Prancis, yaitu: "Liberty, Equality and
Fraternity".

B. Definisi HAM

Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki orang hanya karena mereka adalah manusia. Hak asasi
manusia bersifat universal, hak-hak ini juga tidak dapat dicabut. Ini berarti bahwa tidak peduli seberapa
buruk atau kejamnya seseorang telah diperlakukan, mereka tidak akan berhenti menjadi manusia dan
karena itu akan terus memiliki hak-hak itu. Menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) bahwa: “Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. . Hak asasi
manusia adalah karunia Anda untuk dihormati, dipertahankan, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah, dan semua demi kehormatan dan perlindungan martabat manusia. 1“. Konsep Hak Asasi
Manusia (HAM) John Locke menyatakan: “Semua manusia diciptakan sama dan memiliki hak kodrat
yang tidak dapat dicabut. Hak-hak kodrati tersebut meliputi hak untuk hidup, hak untuk merdeka, hak
atas harta benda, dan hak atas kebahagiaan. Pemikiran John Locke diketahui memiliki dampak besar
pada perkembangan hak asasi manusia di berbagai belahan dunia.”

C. Hak Sipil

Inti dari penegakan hak-hak sipil dan politik adalah untuk melindungi masyarakat dari penyalahgunaan
kekuasaan oleh penguasa. waspada terhadap fungsi kesejahteraan warga negara (welfare state).
Campur tangan pemerintah secara terbuka membutuhkan adanya semacam tatanan hukum untuk
melindungi perlakuan sewenang-wenang terhadap warga negara oleh negara.

Pada prinsipnya setiap negara demokrasi memuat jaminan hak asasi manusia, termasuk hak sipil dan
politik setiap orang atau penduduk, dalam konstitusi negara. Namun semuanya sangat tergantung pada
kemauan politik penguasa untuk memperhitungkan keberadaan hak-hak sipil dan politik tersebut. Pada
tataran ini diperlukan upaya dari kedua belah pihak agar tidak terjadi tindakan penindasan atau
pemaksaan dalam pemenuhan hak sipil dan politik bagi seluruh orang atau warga negara. Kesadaran
akan konsep hak asasi manusia, termasuk hak sipil dan politik, muncul justru karena hak-hak tersebut
sering dilanggar. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak, baik
negara maupun masyarakat beserta elemen-elemennya, untuk memberdayakan masyarakat agar
menyadari kebutuhan hak asasinya sekaligus mencari cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut

Anda mungkin juga menyukai