Anda di halaman 1dari 13

Nama : Mieta Hammalah Khairiyah Supit

Nim : 11000121140502
Mata Kuliah : Hukum Dan Hak Asasi Manusia – K
Dosen Pengampu : Dr. Elfia Farida, S.H., M.Hum.

TUGAS 1
RESUME MATERI

I. Mekanisme Pemantauan HAM Internasional


HAM internasional ditetapkan dan dikembangkan melalui kerjasama multilateral di PBB
dan organisasi internasional lainnya yang dibentuk melalui berbagai perjanjian internasional
tentang HAM. Ada 2 cara berbeda mempelajari mekanisme internasional pemantauan HAM,
yaitu :

1. Berdasar hasil penyelidikan dan komentar atas kasus – kasus secara sendiri - sendiri →
mempelajari putusan pengadilan, hasil penyelidikan dan komentar atas kasus - kasus
tersebut.

2. Dengan melihat badan atau lembaga internasional yang berbeda-beda dengan segala
mandatnya.

Terdapat 3 (tiga) mekanisme internasional, yaitu :

A. Mekanisme berdasarkan Piagam (the Charter based mechanism)


Mekanisme pemantauan HAM melalui organ – organ yang berada dibawah system PBB.
→ badan - badan yang dibentuk melalui Piagam PBB, seperti ECOSOC, HR Council, GA
(MU), SC (DK), dll.
• General Assembly (Majelis Umum PBB).
• Security Council (Dewan Keamanan PBB).
• ECOSOC (Dewan Ekonomi dan Sosial PBB)
• Human Rights Council (Dewan HAM PBB)
• Trusteeship Council (Dewan Perwalian PBB)
• International Court of Justice - ICJ (Mahkamah Internasional)
• Secretariat General (Sekretariat Jendral PBB).
PBB DALAM MENANGANI HAM
1. Periode pembentukan sistem (1945-1948) → UDHR
2. Peride perbaikan sistem (1949-1966) → pembentukan berbagai instrumen HAM
Internasional (ICCPR, ICESCR).
3. Periode pelaksanaan sistem (1967-1993) → pengesahan instrumen internasional
tentang HAM hingga Konferensi Dunia tentang HAM di Wina tahun 1993.
4. Periode perluasan sistem (1993-1995) → pelaksanaan tindak lanjut.
5. Periode menuju perlindungan HAM baru (pasca 1996).
MEKANISME PEMANTAUAN HAM SEBELUM DEWAN HAM PBB
1. Kelompok kerja (Working Group).
2. Sub Komisi Pemajuan HAM.
3. Sub Komisi Perlindungan HAM.
4. Prosedur Pengaduan :
a. Prosedur 1235 → Resolusi ECOSOC No. 1235 tgl 6 Juni 1967.
b. Prosedur 1503 → prosedur pengaduan individual (Resolusi ECOSOC 1503 tanggal
27 Mei 1970 yang kemudian direvisi dengan Resolusi ECOSOC tanggal 16 Juni
2000 dan revisi tahun 2007).
HUMAN RIGHTS COUNCIL (DEWAN HAM PBB)
 Latar Belakang :
→ Tahun 2004 dibentuk High Level Panel on Threat, Challenges and Change oleh
Sekjen PBB utk memberikan masukan bagi proses reformasi PBB → ‘A more secure
world : Our shared responsibility’.
 Strengthen Human Rights Committee.
 2005: In Larger Freedom:
 Agar PBB dapat memenuhi harapan semua orang
 Agar PBB menangani HAM secara lebih serius, sebagaimana halnya keamanan dan
pembangunan.
 Committee harus diganti dengan Council yang lebih kuat
 HAM sebagai pilar ketiga PBB, disamping pembangunan dan keamanan.
 Majelis Umum PBB : Res. 60/251 (15 March 2006).
 Menggantikan UN High Commission on Human Rights (UNCHR) di bawah ECOSOC
→dibubarkan 16 Juni 2006.
 Memperkuat pemajuan dan perlindungan HAM.
 Mengakhiri double standards.
 Paling sedikit sidang 3x setahun.
 Dapat melakukan sidang khusus.
 Mekanisme :
1. Universal Periodic Review (UPR): membahas report HAM semua negara.
2. Special Procedure.
 Upaya preventif & responsive.
 Sidang pertama : 19 Juni 2006.
 sebagai badan utama PBB, Dewan HAM (Human Rights Council) sejajar dengan
Dewan Keamanan & ECOSOC.
 Kendala : harus mengamandemen Piagam PBB yg memerlukan persetujuan 2/3 negara
anggota → membutuhkan waktu cukup lama.
 Solusi sementara : kedudukan HRC sebagai subsidiary MU PBB → bertanggung jawab
kpd MU (status ini akan ditinjau dlm waktu 5 tahun).
 Tugas :
1. Menyusun norma dan standar HAM dunia (fungsi standar setting).
2. Melaksanakan standar (fungsi standar implementation).
ANGGOTA DEWAN HAM PBB
 47 Negara: (3 tahun)
 13 Afrika
 13 Asia
 6 Eropa Timur
 8 Amerika Latin & Karibia
 7 Eropa Barat & Negara lain
 Pemilihan competitive:
 Universality, impartiality, objectivity, and non-selective
UNIVERSAL PERIODIC REVIEW
 Mekanisme pemantauan yang secara berkala melihat performa HAM negara - negara
anggota PBB.
 Dilakukan 4 (empat) tahun sekali → secara bertahap, setahun 48 negara anggota.
 Tujuan : memperbaiki situasi HAM di negara - negara anggota PBB.
 UPR di desain untuk :
1. Mendukung dan mengembangkan promosi dan perlindungan HAM negara
anggota.
2. Memberikan bantuan teknis dan meningkatkan kapasitas setiap negara anggota.
3. Berbagi pengalaman dalam penanganan masalah HAM.

B. Mekanisme berdasarkan perjanjian (the treaty based mechanism)


Mekanisme yang dibentuk melalui perjanjian - perjanjian HAM yang berada di bawah
sistem PBB.
→ berupa komite/komisi untuk memeriksa dan mengevaluasi praktek HAM negara
anggota sesuai dengan konvensi.
• Terdiri dari komite - komite / komisi - komisi di bawah:
a. ICCPR – 18 orang.
b. CESCR – 18 orang.
c. CERD – 18 orang.
d. CEDAW – 23 orang.
e. CAT – 10 orang.
f. CRC – 10 orang.
• Komite sebagai subsidiary organ di bawah Dewan HAM PBB.
• Periodic report.
• Recommendation.
MEKANISME PENGAWASAN – CHR
 Masing - masing konvensi/kovenan memiliki badan pengawasan sendiri.
 Misal untuk ICCPR ada Komite HAM (Human Rights Committee - CHR), bertugas
mengawasi pelaksanaan ICCPR di negara pihak.
 Terdiri dr 18 orang, dipilih dari warga negara yang menjadi pihak dalam Kovenan,
diusulkan oleh negara pihak, dengan pemungutan suara secara tertutup, 4 tahun sekali.
 Anggota HRC tidak dalam kapasitas mewakili negaranya.
 Pemilihan dilakukan dengan mempertimbangkan keterwakilan budaya & hukum,
memperhatikan distribusi geografis & perwakilan berbagai bentuk peradaban & sistem
hukum di dunia.
 Fungsi pengawasan yg dilakukan Komite :
1. Mekanisme wajib melalui laporan berkala.
2. Pengaduan antar negara (opsional / fakultatif)
3. Pengaduan individual (opsional)
MEKANISME PENGADUAN
1. Pengaduan antar negara.
2. Pengaduan perorangan.
PENGADUAN ANTAR NEGARA
 ICCPR, CERD, CAT.
 Menyelesaikan sengketa secara damai.
 Dilakukan negara peserta yang mengakui kompetensi Committee.
 Membahas komunikasi dengan pihak terkait.
 Jika gagal dengan cara damai, Committee memberikan jasa baik untuk penyelesaian.

PENGADUAN PERORANGAN
 Perlu pengakuan kompetensi Committee (ICCPR Protocol 1, CAT, CERD).
 Upaya sungguh2: exhaustion of local remedies.
 Tdk ada komunikasi mufakat & penyalahgunaan.
 Kesesuaian dengn konvensi.
 Tidak sedang diproses.
 Pengaduan dibahas, diterima, diteruskan ke negara yang bersangkutan untuk
ditindaklanjuti.

C. Mekanisme regional yang berlaku untuk Kawasan tertentu (Eropa, Afrika, Amerika,
ASEAN).
1. Wilayah Eropa
• Dilakukan oleh Dewan Eropa (Council of Europe) yang dibentuk oleh 10 Negara
Eropa Barat pada tanggal 5 Mei 1949.
• Dewan Eropa melahirkan Konvensi HAM Eropa (The European Convention for
the Protection for Human Rights and Fundamental Rights atau European
Convention on Human Rights : ECHR) pada 4 November 1950 dan mulai berlaku
pada tanggal 3 September 1953.
• Untuk mengimplementasikan Konvensi HAM Eropa maka dibentuk “European
Commission of Human Rights” dan “European Court of Human Rights” yang
kemudian dilebur menjadi “Mahkamah HAM Eropa” (sejak 11 Mei 1994).
• Wewenang Mahkamah HAM Eropa lebih tinggi daripada wewenang pengadilan
nasional negara anggotanya.
• Setiap warga Eropa, yang merasa hak-haknya dilanggar, bisa memasukkan gugatan
ke Mahkamah ini, juga gugatan terhadap sebuah negara.
• Mahkamah HAM Eropa berhak memutuskan sanksi, termasuk pembayaran ganti
rugi bagi korban pelanggaran HAM (Berdasarkan Protokol 11 tanggal 11 Mei 1994
yg berlaku mulai tahun 1998).
• Dewan Eropa sekarang beranggotakan 47 negara, termasuk Rusia dan Turki.

KONVENSI HAM EROPA


 Merupakan instrumen hukum terpenting di Uni Eropa terkait sistem perlindungan
HAM.

 Menciptakan tatanan baru dlm Hukum Internasional, antara lain :

1. Konvensi menggunakan prinsip penegakan HAM secara kolektif → utk


mencegah pelanggran HAM, mereka harus tunduk pada pengawasan eksternal.
Tanggung jawab perlindungan HAM tidak lagi mutlak milik negara.

2. Mengakui hak pengaduan individual.

3. Memiliki mekanisme lembaga pengawasan yang berwenang


menginteprestasikan, menjalankan & menegakkan Konvensi, yaitu : Komisi
HAM Eropa, Mahkamah HAM Eropa, dan Komite Para Menteri → pada
tanggal 1 Nov 1998 melalui Protokol No. 11 Konvensi HAM Eropa direformasi
dng membubarkan Komisi HAM Eropa.
2. Wilayah Afrika
• Mekanisme pemantauan HAM di Afrika dilaksanakan oleh Organization of African
Unity (OAU) yang dibentuk berdasarkan Piagam OAU di Adis Ababa-Ethiopia
pada 25 Mei 1963.
• Diperbaharui dengan disetujuinya Constitutive Act of the African Union (AU) di
Lome, Togo pada 11 Juli 2000 oleh 53 Pemimpin Negara Negara Afrika.
• Instrumen Pokok HAM Region Afrika adalah “The African Charter on Human
Rights and Peoples Rights”, yang diadopsi di Nairobi-Kenya pada tahun 1981 dan
menjadi dasar dibentuknya Mahkamah HAM Afrika yaitu “The African Comission
on Human and Peoples Rights” yang berkedudukan di Banjul-Gambia.
 “The African Comission on Human and Peoples” ini terdiri dari sebelas orang
anggota independen yang dipilih Uni Afrika, bersidang dua kali setahun.
 Tiga fungsi utama dari Komisi ini adalah :
(1) memajukan penghormatan hak asasi manusia di Afrika;
(2) memastikan perlindungan hak-hak tersebut; dan
(3) menafsirkan ketentuan-ketentuan Piagam Uni Afrika.
Disamping itu komisi tersebut harus melaksanakan tugas lain yang diminta oleh
Uni Afrika.
 Komisi ini beranggotakan 53 Negara di Afrika.
3. Wilayah Amerika (ORGANIZATION OF AMERICAN STATES (OAS))
• Mekanisme pemantauan HAM di Amerika diawali pada Kongres Panama Tahun
1826 dan baru terealisasikan di Konferensi OAS di Bogota tahun 1948 dengan
dideklarasikan Piagam OAS.
• Piagam ini sebagai bukti bahwa negara-negara di Amerika memiliki komitmen
yang sangat tinggi terhadap HAM.
• Sistem Hak Asasi Manusia Inter-Amerika mempunyai dua mekanisme
pelaksanaan, yaitu Inter-American Commission on Human Right sbg Badan non-
juridiksional, dan Mahkamah Inter-Amerika HAM sbg Badan Yuridiksional.
• Dalam beberapa hal kedua institusi ini memiliki fungsi yang sejajar.
• Inter-American Commission on Human Right berkedudukan di Washington, D.C.
- Amerika Serikat, terdiri dari tujuh ahli independen yang dipilih Organisasi
Negara- Negara Amerika.
• Sedangkan Mahkamah Inter-Amerika HAM berkedudukan di San Jose, Costa Rica,
dan terdiri dari tujuh ahli independen yang dipilih oleh Organisasi Negara-Negara
Amerika.
4. Wilayah ASEAN
• Pada ASEAN Summit ke-13 di Singapura tanggal 20 November 2007
ditandatangani Asean Charter.
• Memberikan kerangka hukum & kelembagaan dalam proses institusionalisasi
organisasi.
• Kesepakatan penting, antara lain :
→ perdamaian & keamanan kawasan
→ pasar tunggal ASEAN yang kompetitif
→ demokrasi & good governance.
→ penegakan hukum dan HAM
ASEAN DAN HAK ASASI MANUSIA
 Perjalanan panjang & langkah besar
 Didorong oleh 2 hal :
1. Internal dari dalam ASEAN sbg dampak proses demokratisasi di negara –
negara anggotanya.
2. Kesadaran yang kuat bahwa pelanggaran HAM dapat mengancam stabilitas
kawasan.
 Proses panjang :
→ HAM di Asean mulai dibicarakan pada AMM ke-26 di Singapura tahun 1993
yang setuju mulai mempertimbangkan mekanisme HAM regional.
→ pembicaraan & konsultasi intensif.
 Dicantumkan dalam Pasal 14 ASEAN Charter
II. HAM Dalam Konstitusi / UUD NRI Tahun 1945
Perjuangan untuk memasukkan ketentuan tentang HAM di dalam UUD 1945 adalah
perjuangan Panjang dan berliku. Upaya tersebut telah dilakukan sejak tahun 1945 yaitu pada
perdebatan antara beberapa anggota PPKI, dilanjutkan oleh Badan Konstituante, oleh MPRS
dan baru berhasil pada tahun 2000 melalui amandemen UUD yang dilakukan oleh anggota
MPR hasil Pemilu Tahun 1999.
MPR sepakat untuk melakukan amandemen terhadap berbagai pasal dalam UUD 1945
yang dianggap sebagai sumber kesewenang – wenangan dan tidak memihak pada HAM.
Dalam kaitannya dengan HAM, maka telah dimasukkan pasal – pasal yang mengatur tentang
HAM, khususnya pada Bab XA, Pasal 28 A – 28 J. Pasal – pasal ini secara normative menjamin
HAM sebagai berikut :
1. Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya (Pasal 28 A)
2. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(Pasal 28 B ayat 1)
3. Hak untuk kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta ha katas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28 B ayat 2)
4. Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar (Pasal 28 C ayat 1).
5. Hak untuk mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya (Pasal 28 Cayat 1).
6. Hak untuk mengajukan diri dalam memperjuangkan haknya secara kolektif (Pasal 28 C
ayat 2).
7. Hak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil dan perlakuan
yang sama di depan hukum (Pasal 28 D ayat 1).
8. Hak untuk bekerja dan mendapat imbalan serta perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja (Pasal 28 D ayat 2).
9. Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan (Pasal 28 D ayat 3).
10. Hak atas status kewarganegaraan (Pasal 28 D ayat 4).
11. Hak kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah menurut agamanya (Pasal 28 E ayat
1).
12. Hak memilih pekerjaan (Pasal 28 E ayat 1).
13. Hak memilih kewarganegaraan (Pasal 28 E ayat 1).
14. Hak memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkan-nya, serta berhak untuk
kembali (Pasal 28 E ayat 1).
15. Hak kebebasan untuk meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati
nuraninya (Pasal 28 E ayat 2).
16. Hak kebebasan untuk berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat (Pasal 28 E ayat
3).
17. Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi (Pasal 28 F).
18. Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda (Pasal
28 G ayat 1).
19. Hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang rnerupakan hak asasi manusia (Pasal 28 G ayat 1).
20. Hak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang merendahkan derajat martabat
manusia (Pasal 28 G ayat 2).
21. Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat (Pasal 28 H ayat 1).
22. Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan (Pasal 28 H ayat 1).
23. Hak untuk mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus guna mencapai persamaan dan
keadilan (Pasal 28 H ayat 2).
24. Hak atas jaminan sosial (Pasal 28 H ayat 3).
25. Hak atas milik pribadi yang tidak boleh diambil alih sewenang-wenang oleh siapa pun
(Pasal 28 H ayat 4).
26. Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut (Pasal 28 1 ayat 1).
27. Hak untuk bebas dari perlakuan diskriminasi atas dasar apa pun dan berhak mendapat
perlindungan dari perlakuan diskriminatif tersebut (Pasal 28 I ayat 2).
28. Hak atas identitas budaya dan hak masyarakat tradisional (Pasal 28 I ayat 3).
Pencantuman secara normatif hak-hak asasi manusia dalam UUD Negara Republik
Indonesia tahun 1945 sebagai hasil amandemen yang berhasil ditetapkan pada 18 Agustus
2000 merupakan prestasi gemilang yang berhasil dicapai Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) pasca Orde Baru sekaligus mengakhiri perjalanan panjang Bangsa ini dalam
memperjuangkan perlindungan konstitusional hak asasi manusia. Dengan amandemen itu pula
semakin jelas tanggung jawab negara, terutama Pemerintah dalam upaya perlindungan,
pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia yang harus dilakukan sesuai dengan
prinsip negara hukum yang demokratis dimana pelaksanaan-nya dijamin, diatur dan tuangkan
dalam peraturan perundang-undangan
Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. Segala sesuatu
yang berkenaan dengan pelaksanaan sendi-sendi kehidupan bernegara di negara ini harus tidak
bertentangan dengan nilai-nilai, norma-norma dan kaidah-kaidah yang ada dalam kegiatan-
kegiatan bernegara, Indonesia yang menyatakan dalam pedoman dasar konstitusi bahwa
Indonesia adalah negara hukum, berarti tiada kebijakan ataupun wewenang dan amanah tanpa
berdasarkan hukum.
Indonesia memiliki kepekaan dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan nilai-nilai
kemanusiaan yang ada di dalam pancasila tentu tidak dapat diam dengan seribu bahasa
berkenaan dengan pelaksanaan Hak Asasi Manusia di wilayah Indonesia. Indonesia sebagai
negara yang memiliki kultur nilai-nilai yang begitu menghormati dan menghargai arti dasar
manusia yang telah di buktikan oleh historis Indonesia yang panjang, bahwa Indonesia suatu
wilayah yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dengan ke khasan yang beraneka
ragam budayanya tetapi dengan sesuai nilai-nilai budaya nusantara telah melaksanakan dalam
kehidupan sehari-harinya dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara dengan bermartabat
tanpa harus menghilangkan nilai-nilai budaya nusantara yang telah menempatkan posisi
manusia di dalam bingkai yang harmonis dan kesetaraan yang sesuai dengan masyarakat
Indonesia.
Negara Indonesia, pengadilan mengenai masalahberkaitan dengan pelanggaran, pelecehan,
dan kejahatan Hak Asasi Manusia telah ada dan di atur namun hukum yang mengatur tentang
pelanggaran ataupun kejahatan Hak Asasi Manusia masih bersifat umum yaitu terdapat dalam
Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia. Namun dalam pelaksanaannya
peraturan hukum yang mengatur tentang itu belum mampu mengakomodir segala
permasalahan-permasalahan Hak Asasi Manusia yang kian hari kian berkembang dengan
seiring era globalisasi dan peradaban manusia di dunia ini.Undang-Undang Dasar 1945 yang
telah diamandemen perihal tentang pengadilan yaitu termasuk dalam kekuasaan kehakiman
yang mana kekuasaan itu merdeka terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah, harus ada
jaminan Undang-undang tentang kedudukan para hakim.
Lembaga yang dapat mengadili pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia ada empat
lingkungan peradilan sesuai dengan Undang-Undang yaitu : Pengadilan Umum, Pengadilan
Militer, Pengadilan Agama, dan Pengadilan Niaga.
Pengadilan Hak Asasi Manusia Indonesia mulai digelar untuk pertama kalinya pada
tanggal 14 Maret 2002 yang mengadili perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat di
Timor-Timur pasca jejak pendapat, yang akan disusul dengan kasus terhadap pelanggaran
berat Hak Asasi Manusia lain di tanah air. Terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia berat
yang dilakukan sebelum Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 dilakukan oleh Pengadilan
Hak Asasi Manusia (HAM) permanen.
Di Indonesia terdapat Komisi nasional Hak Asasi Manusia adalah lembaga mandiri yang
kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi untuk melaksanakan
pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi Hak Asasi Manusia.Peran
komisi nasional Hak Asasi Manusia sebagai mana yang diamanahkan dalam UndangUndang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Akan tetapi kerapkali tidak dapat memaksa
pemerintah untuk menjalankan rekomendasinya atau melakukan langkah-langkah konkirt
untuk menindak pelaku pelanggaran HAM.
Bahwa Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mempunyai tujuan untuk
mengembangkan kondisi yang kondusif bagi terciptanya penegakan Hak Asasi Manusia di
Indoneisa tidak terlepas dari pancasila, UndangUndang Dasar 1945, piagam PBB dan
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Kemudian daripada itu juga meningkatkan
perlindungan dan penegakan Hak Asasi Manusia agar secara pribadi manusia berkembang
seutuhnya.
Landasan hukum komnas HAM, pada awalnya, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
dilahirkan dengan keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia. Sejak 1999 keberadaan Komnas HAM di dasarkan pada Undang-undang yakni
Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 yang juga menetapkan keberadaan, tujuan fungsi,
keanggotaan, asas kelengkapan, serta tugas dan wewenang Komnas HAM. Disamping
kewenangan menurut Undang- Undang Nomor 39 tahun 1999, juga berwenang melakukan
penyelidikan terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat dengan dikeluarkannya
Undang- Undang No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak Asasi Manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Rahayu, S. M. (2009). Hukum Hak Asasi Manusia. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai