NIM : 11000121130435
Kelas : Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kelas I)
Majelis Umum PBB (General Assembly) merupakan lembaga tertinggi dalam sistem PBB yang
merupakan subjek hukum internasional. Dibawah sistem PBB ini terdapat berbagai macam
lembaga yang bekerja untuk HAM. Dewan Hak Asasi manusia (Human Rights Council)
merupakan lembaga di bawah Majelis Umum PBB yang dibentuk berdasar Resolusi Majelis
Umum PBB 60/251 tanggal 15 Maret 2006. Secara umum, tugas lembaga ini adalah memantau
dan memajukan HAM secara internasional melalui empat prosedur, yaitu kelompok kerja,
subkomisi tentang pemajuan HAM, subkomisi tentang perlindungan HAM, dan prosedur
pengaduan. Dewan HAM bekerja melalui empat prosedur tersebut dan melaporkan hasilnya
kepada Majelis Umum PBB.
1. Komite HAM (Human Rights Committee)
Dibentuk berdasarkan Pasal 28 hingga Pasal 45 ICCPR. Tugasnya adalah menerima dan
membahas laporan negara (State Reports) atas pelaksanaan ICCPR di negaranya
masing-masing. Komite ini juga berwenang menerima pengaduan individu atas
pelanggaran HAM yang ia terima.
2. Komite Hak Ekonomi Sosial dan Budaya (Committee for Economic, Social and Culturan
Rights)
Dibentuk berdasarkan Bagian IV Pasal 16 hingga Pasal 25 ICESCR. Ada dua hal yang
menjadi tugas komite ini, yaitu:
a. Menerima laporan negara atas pelaksanaan ICESCR oleh negara yang
meratifikasinya
b. Membahas laporan negara dan mendistribusikan laporan tersebut kepada
badan-badan khusus PBB serta Komite HAM yang lain agar mendapat perhatian
dan tanggapan khusus
MPR sepakat untuk melakukan amandemen terhadap berbagai pasal dalam UUD 1945 yang
dianggap sebagai sumber kesewenag-wenangan dan tidak memihak pada HAM. Dalam
kaitannya dengan HAM, maka telah dimasukkan pasal-pasal yang mengatur tentang HAM,
khususnya pada Bab X A, Pasal 28A hingga Pasal 28J, yakni:
Mekanisme pengawasan dan penegakkan HAM sesuai kewenangan KOMNAS HAM, adalah
sebagai berikut:
1. Setiap orang yang mengetahui atau memiliki alasan kuat bahwa telah terjadi pelanggaran
hak asasi atau hak asasinya telah dilanggar dapat mengajukan laporan dan pengaduan
lisan atau tertulis kepada Komnas HAM.
2. Apabila pengaduan dilakukan oleh pihak lain, pengaduan tersebut terlebih dahulu
mendapat persetujuan orang yang dirugikan atau yang berkepentingan, kecuali
pelanggaran HAM tertentu berdasarkan pertimbangan Komnas HAM.
3. Dalam rangka mencari kejelasan tentang adanya pelanggaran HAM, pemeriksaan atas
pelanggaran tersebut harus dilakukan secara tertutup. Oleh karena itu, bagi pengadu,
korban, dan saksi atau pihak lainnya yang terkait, apabila dipanggil oleh Komnas HAM
wajib memenuhi permintaan/panggilan tersebut. Apabila kewajiban tersebut dilalaikan
atau menolak memberikan keterangan, Komnas HAM dapat meminta bantuan ketua
pengadilan untuk pemenuhan panggilan secara paksa sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku
4. Melakukan pemeriksaan atas pelanggaran HAM, Komnas HAM menunjuk/membentuk
tim sebagai mediator. Tugas mediator selain mengadakan pemeriksaan, juga mencari
penyelesaian secara damai, berupa kesepakatan antara pihak-pihak yang bersengketa
yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan ditandatangani oleh para pihak serta
dikukuhkan oleh mediator yang telah ditunjuk. Apabila kesepakatan tersebut telah
tercapai, keputusan itu akan mengikat secara hukum dan berlaku sebagai alat bukti yang
sah.
5. Dalam hal keputusan tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak dalam jangka waktu yang
telah ditentukan dalam keputusan yang telah dibuat, pihak lainnya dapat meminta kepada
pengadilan negeri setempat agar keputusan yang telah disepakati, dinyatakan dapat
dilaksanakan dengan membubuhkan kalimat: "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa". Atas permohonan ini, pengadilan harus mengabulkan atau tidak dapat
menolaknya.
6. Dalam rangka melaksanakan kewajibannya atau tugas-tugasnya, Komnas HAM wajib
menyampaikan laporan tahunan tentang pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenangnya
serta kondisi HAM serta perkara-perkara yang ditanganinya kepada DPR dan presiden
dengan tembusan kepada Mahkamah Agung.
Referensi
Prof. Dr. Rahayu, S.H., M.Hum. (2015). “Hukum Hak Asasi Manusia Edisi Revisi 2015”.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.