Nim : 11000121140502
Mata Kuliah : Hukum Dan Hak Asasi Manusia – K
Dosen Pengampu : Dr. Elfia Farida, S.H., M.Hum.
TUGAS 2
RESUME MATERI
Mekanisme Penyelesaian Pelanggaran HAM Yang Berat
I. Pengadilan HAM
Penegakan dan perlindungan HAM merupakan tanggung jawab pemerintah sebagaimana
yang diamanatkan sebagaimana yang diamanatkan oleh Pasal 28 A – J UUD 1945 dan
dipertegas lagi pada Pasal 71 – 72 UU No. 39 Tahun 1999. Pemerintah wajib dan
bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan HAM yang
diatur dalam UU tersebut serta peraturan lain baik nasional maupun internasional tentang
HAM yang diakui di Indonesia.
Salah satu upaya pemerintah untuk menegakkan dan melindungi HAM melalui
Pengadilan HAM. Mekanisme penyelesaian Pelanggaran HAM Berat didasarkan pada
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Undang – Undang ini
merupakan hukum formil dari Undang – Undang No. 39 Tahun 1999. Undang-undang ini
mengatur bahwa penyelesaian pelanggaran HAM dilakukan dengan Pengadilan HAM.
Lembaga pengadilan hak asasi manusia merupakan pengadilan khusus yang selanjutnya
disebut dengan pengadilan HAM yang berada dalam lingkungan Peradilan Umum.
Pembentukan pengadilan hak asasi manusia merupakan wujud nyata yang dilakukan
pemerintah Indonesia dalam rangka perlindungan terhadap hak asasi manusia dari segala
ancaman mengingat bahwa hak asasi manusia merupakan hak asasi yang bersifat
fundamental yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Perlindungan terhadap hak
asasi manusia yang dimiliki oleh warga negara indonesia merupakan kewajiban
konstitusional negara. sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia yang mengatur bahwa Negara wajib melindungi hak asasi
seluruh warganya guna terciptanya ketentraman, keadilan serta mewujudkan negara hukum
yang sesungguhnya. Pengadilan Hak Asasi Manusia merupakan pengadilan yang memeriksa
dan mengutus segala bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang berat, pelanggaran hak
asasi manusia terdiri dari genosida dan kejahatan kemanusiaan.
Pasal 8 Undang - Undang Nomor 26 tahun 2000, Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia
memberikan definisi tentang kejahatan genosida. Genosida adalah setiap perbuatan yang
dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian
kelompok bangsa, ras, kelompok etnis kelompok agama, dengan cara:
a. Membunuh anggota kelompok;
b. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggotaanggota
kelompok;
c. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara
fisik baik seluruh maupun sebagian.
d. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran didalam kelompok;
atau
e. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000 memberikan definisi terhadap kejahatan
kemanusiaan kejahatan terhadap kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan
sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan
tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa :
a. Pembunuhan;
b. Pemusnahan;
c. Perbudakan;
d. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
e. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenangwenang
yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional.
f. Penyiksaan;
g. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang
setara;
h. Penganiyaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau
alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional;
i. Penghilangan orang secara paksa; atau
j. Kejahatan appertheid.
Berdasarkan subtansi Undang- Undang No. 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM di
tentukan bahwa tidak semua pelanggaran HAM yang berat dapat diselesaikan melalui
pengadilan HAM. Akan tetapi, pengadilan HAM hanya terbatas memeriksa dan memutus
perkara pelanggarah HAM yang berat (pasal 4). Pengadilan HAM juga tidak berwenang
memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM yang berat yang dilakukan oleh
seseorang yang berumur 18 tahun pada saat kejahatan dilakukan.
Cara menyelesaikan Pelanggaran HAM Berat berdasarkan peraturan yang berlaku yaitu
melalui Pengadilan yang berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM.
Untuk menyatakan bahwa perbuatan hukum merupakan suatu tindak pidana pelanggaran
HAM berat perlu adanya penyelidikan terlebih dahulu. Melihat Pasal 18 ayat (1), lembaga
yang memiliki wewenang untuk melakukan penyelidikan atas pelanggaran HAM berat
adalah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM). Mekanisme penyelesaian
berawal dari Penyelidikan yang dilakukan oleh KOMNAS HAM. Selanjutnya, merujuk Pasal
19 ayat (1) huruf b KOMNAS HAM dapat menerima laporan atau pengaduan seseoarang
atau kelompok orang tentang terjadinya suatu peristiwa pelanggan HAM berat.
Setelah KOMNAS HAM menentukan bahwa terjadi pelanggaran HAM Berat, KOMNAS
HAM membentuk Komisi Penyelidikan Pelanggaran (KKP) HAM. Selanjutnya melihat pasal
21 ayat (1) jo. Pasal 23 ayat (1), bahwa proses penyidikan dan penuntutan dilakukan oleh
Jaksa Agung. Proses selanjutnya melalui tahap Pengadilan.
Mekanisme proses penyelesaian pelanggaran HAM berat menurut UU No. 26 Tahun
2000 adalah sebagai berikut :
1. Penyelidikan
Penyelidikan dilakukan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
Hal ini bertujuan adanya objektifitas hasil penyelidikan, apabila dilakukan oleh lembaga
independen. Dalam penyelidikan, penyelidik berwenang :
1) Melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul dalam
masyarakat yang berdasarkan sifat atau lingkupnya patut diduga terdapat
pelanggaran berat HAM.
2) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang atau kelompok orang tentang
terjadinya pelanggaran berat HAM serta mencari keterangan dan barang bukti.
3) Memanggil pihak pengadu, korban atau pihak yang diadukan untuk diminta dan
didengar keterangannya.
4) Memanggil saksi untuk dimintai kesaksiannya.
5) Meninjau dan mengumpulkan keterangan di tempat kejadian dan tempat lainnya
jika dianggap perlu.
6) Memanggil pihak terkait untuk melakukan keterangan secara tertulis atau
menyerahkan dokumen yang diperlukan sesuai dengan aslinya.
7) Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa pemeriksaan surat,
penggeledahan dan penyitaan, pemeriksaan setempat, mendatangkan ahli dalam
hubungan dengan penyelidikan.
2. Penyidikan
Penyidikan pelanggaran berat HAM dilakukan oleh Jaksa Agung. Dalam
pelaksanaan tugasnya Jaksa Agung dapat mengangkat penyidik ad hoc yang terdiri
atas unsur pemerintah dan masyarakat. Sebelum melaksanakan tugasnya,
penyidik ad hoc mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya masing- masing.
Prof. Dr. Rahayu, S. M. (2009). Hukum Hak Asasi Manusia. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Mahrus Ali & Syarif Nurhidayat, Penyelesaian Pelanggaran HAM BERAT In Court System &
Out Court System, Gramata Publishing, Jakarta, 2011.
Fadli Andi Natsif, Perspektif Keadilan Transisional Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi
Manusia Berat, Jurisprudentie, Vol. 3 No. 2 Desember 2016.