Anda di halaman 1dari 46

HUKUM ACARA

PENGADILAN
HAK ASASI MANUSIA

Oleh :

SUDHARMAWATININGSIH
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
Pasal 104
1.Untuk mengadili pelanggaran hak asasi manusia
yang berat dibentuk Pengadilan Hak Asasi Manusia di
lingkungan Peradilan Umum.
2.Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dibentuk dengan undang-undang dalam jangka waktu
paling lama 4 (empat) tahun.
3.Sebelum terbentuk Pengadilan Hak Asasi Manusia
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka kasus-
kasus pelanggaran hak asasi manusia sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diadili oleh pengadilan yang
berwenang.
Penjelasan Pasal 104
Ayat (1) Yang dimaksud dengan "pelanggaran hak asasi manusia
yang berat“ adalah pembunuhan massal (genocide), pembunuhan
sewenang-wenang / diluar putusan pengadilan (arbitrary/extra
judicial killing), penyiksaan, penghilangan orang secara paksa,
perbudakan, atau diskriminasi yang dilakukan Secara sistematis
(systematic discrimination).

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Yang dimaksud dengan "pengadilan yang berwenang“


meliputi empat lingkungan peradilan sesuai dengan Undang-
undang Nomor 14 Tahun 1970 ttg Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999.
LATAR BELAKANG
PASCA JAJAK PENDAPAT di TIMTIM Tahun 1999:
-Pembunuhan masal,
-penyiksaan dan penganiayaan,
-penghilangan paksa,
-kekerasan berbasis gender,
-pemindahan penduduk scr paksa dan
-pembumi-hangusan
RESOLUSI DK PBB No 164 Tahun 1999
- mengecam
- pertanggungjawaban pelaku di pengadilan

PENGADILAN HAM UU No 26 Tahun 2000


Pelaksanaan Ps. 104 paragraf () UU N0. 9 Tahun 1999
KETENTUAN UMUM HUKUM
MATERIIL
• Bab IX Pasal 104 UU No.39 Tahun 1999, ayat (1):
“Untuk mengadili pelanggaran hak asasi manusia yang
berat dibentuk Pengadilan Hak Asasi Manusia di
lingkungan peradilan umum”.

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM


Tgl 23 Nop 2000
Pengertian
• Hak Asasi Manusia :
Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan YME & merupakan anugerah yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi & dilindungi oleh Negara, Hukum, Pemerintah
& tiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat & martabat

• Pelanggaran hak asasi manusia


adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk
aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian,
membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak
mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang
berlaku.
YURISDIKSI PENGADILAN HAM(1)
• Material jurisdiction (rationae materiae):
Jenis pelanggaran HAM yang berat yang bisa
diadili oleh pengadilan HAM, meliputi: Kejahatan
genosida dan Kejahatan terhadap kemanusiaan
(Pasal 4 jo. Pasal 7 UU No. 26 Tahun2000)
• Temporal jurisdiction (rationae temporis).
Berlakunya UU No. 26 Tahun 2000 adalah sejak
undang-undang ini diundangkan, atau pada
23 Nopember 2000. Namun, pasal 43 ayat (1),
dinyatakan bahwa:Pelanggaran hak asasi manusia
yang berat yang terjadi sebelum diundangkannya
Undang-undang ini, diperiksa dan diputus oleh
Pengadilan HAM ad hoc.
YURISDIKSI PENGADILAN HAM (2)
• Personal jurisdiction (rationae personae).
Berdasarkan Pasal 6, pengadilan HAM tidak
berwenang memeriksa dan memutus perkara
pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang
dilakukan oleh seseorang yang berumur dibawah 18
(delapan belas) tahun pada saat kejahatan dilakukan
• Territorial jurisdiction (rationae loci). Pasal 5
UU No. 26 Tahun 2000 menyatakan bahwa
Pengadilan HAM berwenang juga memeriksa dan
memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia
yang berat yang dilakukan di luar batas teritorial
wilayah negara Republik Indonesia oleh warga
negara Indonesia.
PASAL 43
(1) Pelanggaran hak asasi manusia yang berat yg
terjadi sebelum diundangkannya UU ini,diperksa
dan diputus oleh Pengadilan HAM ad hoc.
(2)Pengadilan HAM ad hoc dibentuk atas usul DPR
RI berdasarkan peristiwa tertentu dengan
Keputusan Presiden.
(3)Pengadilan HAM ad hoc berada di lingkungan
Peradilan Umum.
Put MK NO.18/PUU-V/2007
Pasal 43 ayat (2)
•sepanjang mengenai kata ”dugaan” bertentangan dengan
UUD’45 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
•ia menjadi konstitusional apbila ditafsirkan bahwa
dugaan tlah terjadinya pelanggaran hak asasi manusia yang
berat, yang locus dan tempus delicti-nya telah ditentukan itu,
bukan semata-mata keputusan DPR melainkan hasil
penyelidikan dari institusi independen yng khusus
dibentuk oleh DPR dan diberi kewenangan untuk
melakukan
penyelidikan.
HUKUM ACARA
PENGADILAN HAM
• Bab IV Pasal 10-33 UU No. 26 Tahun 2000. Namun, prinsip
secara umum, hukum acara yang berlaku dalam pengadilan
HAM masih dominan bersandarkan pada KUHAP atau
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

 Pasal 10 UU No. 26 Tahun 2000:


• Dalam hal tidak ditentukan lain dalam Undang-undang ini,
hukum acara atas perkara pelanggaran hak asasi manusia yg
berat dilakukan berdsrkn ketentuan hukum acara pidana.
PENANGKAPAN (PASAL 11)
Jaksa Agung sebagai penyidik berwenang melakukan
penangkapan untuk kepentingan penyidikan terhadap
seseorang yg diduga keras melakukan pelanggaran
hak asasi manusia yang berat berdasarkan bukti
permulaan yang cukup (ayat 1)

PENANGKAPAN
1.Oleh Jaksa Agung sebagai Penyidik
2.Kepada yang diduga keras berdasarkan bukti permulaan yg
cukup
3.Tertangkap tangan (tanpa surat perintah) - Max 1 hari
4.Masa penangkapan dikurangkan dari pidana yang dijatuhkan
PENAHANAN (PASAL 12-17)
• Jaksa Agung sebagai penyidik dan penuntut
umum berwenang melakukan penahanan
atau penahanan lanjutan untuk kepentingan
penyidikan dan penuntutan (pasal 12 ayat 1).

• Kekhususan dalam UU No. 26 Tahun 2000


adalah alasan penahanan.
Alasan penahanan dalam hukum acara ini
didasarkan atas alasan subyektif dari penyidik
atau majelis hakim atas kondisi yang
disyaratkan tersebut.
SYARAT & LAMA PENAHANAN
SYARAT - ADA KEKHAWATIRAN :
- Melarikan diri
- Merusak atau mengulangi
pelanggaran HAM Berat

LAMA PENAHANAN
•Penyidik:
90 hari dpt diperpanjang KPHam:9060
•Penuntun umum
30 hari dpt diperpanjang KPHam2020
•PN: 90 hari dpt diperpanjang KPHam30
•Banding:60hari dpt diperpanj KPTHam30
•KASASI :60 hari dpt diperpanj KMA30
PENYELIDIKAN HAM BERAT
PENYELIDIKAN :
Serangkaian tindakan penyelidik untuk
mencari & menemukan ada tidaknya
suatu peristiwa yang diduga
merupakan pelanggaran HAM yang
berat guna ditindaklanjuti dengan
penyidikan sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam UU.
PENYELIDIKAN (PASAL 18-20)
• Penyelidikan terhadap pelanggaran hak
asasi manusia yang berat dilakukan oleh
Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia(Komnas HAM).
• Komnas HAM dalam melakukan penyelidikan
dapat membentuk tim ad hoc yang terdiri ats
anggota Komnas HAM dan unsur masyarakat
(Pasal18)
• Wewenang penyelidik diatur dalam Pasal 19
PENYIDIKAN (PASAL 21-22)
• Penyidikan perkara pelanggaran hak asasi manusia
yang berat dilakukan oleh Jaksa Agung (Pasal 21 ayt.1)

• Penyidikan wajib diselesaikan paling lambat 90 (sembilan


puluh) hari terhitung sejak tanggal hasil penyelidikan diterima
dan dinyatakan lengkap oleh penyidik. Dan dapat
diperpanjang untuk waktu paling lama 90 (sembilan puluh)
hari oleh Ketua Pengadilan HAM sesuai dengan daerah
hukum-nya. Bila dalam batas waktu tersebut penyidikan
belum dapat diselesaikan, penyidikan dapat diperpanjang
paling lama 60 (enam puluh) hari oleh Ketua Pengadilan
HAM sesuai dengan daerah hukumnya (Pasal 22 ayat 3).
PENYIDIKAN
 Jaksa Agung
 Tidak termasuk terima laporan atau pengaduan
 Jaksa Agung angkat Penyidik Ad Hoc :
Pemerintah & atau Masyarakat disumpah dan
memenuhi syarat-syarat tertentu.
 Penghentian penyidikan oleh Jaksa Agung :
~ Tidak cukup bukti
~ Dapat dibuka lagi jika ada alasan dan bukti
untuk melengkapi penyidikan yang
digunakan untuk melakukan penuntutan.
~ Pra peradilan : Korban, Keluarga derajat III)
KEWENANGAN PENYELIDIK (PS 19 UU No. 26 Tahun
2000)
 Penyelidikan
 Menerima laporan pengaduan
 Memanggil pihak pengadu,korban (yg diadukan).
 Memanggil saksi
 Tinjau & kumpulkan keterangan di tempat
kejadian dan yang dianggap perlu
 Memanggil pihak terkait
 Atas perintah Penyidik dapat melakukan tindakan
berupa :
~ Memeriksa surat
~ Penggeledahan & Penyitaan
~ Pemeriksaan setempat terhadap rumah,
pekarangan, bangunan dan tempat-tempat lain.
~ Mendatangkan ahli
PENUNTUTAN (PASAL 23-25)
• Penuntutan perkara pelanggaran hak
asasi manusia yang berat dilakukan oleh
Jaksa Agung (Pasal 23 ayat 1).

• Penuntutan wajib dilaksanakan paling


lambat 70 (tujuh puluh) hari terhitung sejak
tanggal hasil penyidikan diterima
(Pasal 24).
Pemeriksaan di Sidang
Pengadilan HAM
• Perkara pelanggaran HAM yang berat:
1.Kejahatan genosida dan
2.Kejahatan terhadap kemanusiaan
• Majelis hakim Pengadilan HAM yang
berjumlah 5 (lima) orang, terdiri atas 2(dua)
orang hakim pada Pengadilan HAM ybs
dan 3(tiga) orang hakim ad hoc 2 Hakim
Karier + 3 Hakim Adhoc
Lama Pemeriksaan
• Perkara pelanggaran HAM yang berat, diperiksa dan diputus oleh
Pengadilan HAM dalam waktu paling lama 180 (seratus delapan
puluh) hari terhitung sejak perkara dilimpahkan ke Pengadilan HAM

• Dalam hal perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat


dimohonkan banding ke Pengadilan Tinggi, maka perkara tersebut
diperiksa dan diputus dalam waktu paling lama 90 (sembilan puluh)
hari terhitung sejak perkara dilimpahkan ke Pengadilan Tinggi.

• Dalam hal perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat


dimohonkan kasasi ke Mahkamah Agung, perkara tersebut
diperiksa dan diputus dalam waktu paling lama 90 (sembilan puluh)
hari terhitung sejak perkara dilimpahkan ke Mahkamah Agung.
Pengadilan HAM
Kedudukan :
•Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang
berada di lingkungan Peradilan Umum. (Pasal 2 UU No.46
Tahun 2000)

Tempat Kedudukan (Pasal 3 UU No.46 Tahun 2000)


1)Pengadilan HAM berkedudukan di daerah kabupaten
atau daerah kota yg daerah hukumnya meliputi daerah
hukum Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
2) Untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Pengadilan HAM
berkedudukan di setiap wilayah Pengadilan Negeri yang
bersangkutan.
BAGAN MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA
MAHKAMAH AGUNG
UU No. 3 Tahun 2009
ttg Perubahan Ke2 Atas Undang-Undang Nomor 14 TH 1985
tentang Mahkamah Agung.

LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN


PERADILAN UMUM PERADILAN TUN PERADILAN AGAMA PERADILAN MILITER
UU 51 TAHUN 2009 Perub ke2
UU No.49 Th 2009 ttg Perub ke2
Atas .
 UU No.50 Th 2009 TTG Perub UU no.31 th 1997
Atas UU No.2 th 1986 KE2 atas
UU No.5 th 1986 UU No.7 th 1989

PENGADILAN PENGADILAN
ANAK PAJAK
PENGADILAN
NIAGA
PENGADILAN
HAM
PENGADILAN
HUB. INDUSTRIAL
PERADILAN
KORUPSI
PENGADILAN
PERIKANAN
Pengadilan HAM
 JKT Pusat
Jabar, Banten, Sumsel, Lampung,
Bengkulu, Kalbar & Kalteng
 Surabaya
Jatim, Jateng, DIY, Bali, Kalsel, Kaltim,
NTT & NTB
 Makasar
Sulsel, Sultengg, Sulteng, Sulut, Maluku
Utr & Irja
 Medan
Sumbar, NAD, Riau, Jambi & Sumbar
PENGERTIAN
PELANGGARAN BERAT HAM
1.KEJAHATAN GENOSIDA
2.KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN

Adopsi Ps 6 dan 7 Statuta Roma
- Dsr ICC – INT CRIMINL COURT(1998)
- efektif 1 juli 2002–diratifikasi 60 negara
KEJAHATAN GENOSIDA
“..setiap perbuatan yg dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan
seluruh atau sebagian kelompok bangsa,ras,
kelompk etnis dan kelopompok agama,dg cara:
a. membunuh anggota kelompok.
b. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yg
berat terhadap anggota-anggota kelp.
c. menciptakan kondisi & kehdpan kelmpok yg
akan mengakibatkan kemusnahan sear fisik baik
seluruh atau sebagian.
d. memaksakan tindakan-tindakan yang bertu- juan
mencegah kelahiran dalam kelompok.
e. memindahkan secara paksa anak-anak dari
kelompok tertentu ke Kelpompok lain .
KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN
• “…salah satu perbuatan yg dilakukan sbg bagian dari
serangan yg meluas dan sistemik yg diketahuinya bahwa
serangan tsb ditujukan scr langsung thd penduduk sipil berpa
a. Pembunuhan,
b. Pemusnahan ,
c. Perbudakan
d. Pengusiran atau pemindahan penduduk secra paksa,
e. Perampasan kemerdekaan atau perampasan secara fisik lain scr
sewenang-wenang yg melanggar (asas-asas ketentuan pokok HI,
f. Penyiksaan,
g. perkosaan,perbudaan seksual,pelacuran scr paksa,pemaksaan
kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secra paksa atau bentuk2
kekerasan seksual lain yg setara.
h. Penganiayaan thd suatu kelp ttt atau perkumpulan yg didasari
persamaan paham politk,ras, kebangsaan, etnis,
budaya,agama,jenis kelamin atau alasan lain yg telah diakui scr
universal sbg hal yang dilarang menurut Hukum Internasional,
i. penghilangan orang secara paksa,
j. kejahatan apartheid.
PENGADILAN HAM : Komisi
 P. KHUSUS Kebernaran
 LINGK.PER UMUM &
Rekonsiliasi
Pasal 47
TETAP AD HOC

TEMPOS DELICTI Yurisdiksi TEMPOS DELICTI


Gar Ham Berat (Absolut) Gar Ham Berat
"SETELAH" 1.kejahatan Genosida "SEBELUM"
UU 26/2000 2.Kejahatn thd Kemanusiaan UU 26/2000

LOCUS DELICIT
LOCUS DELICIT :
Ps:45 ay 1,2 HUKUM ACARA PERISTIWA
WIL P HAM JAKPUS - Khusus : Bab IV-VI TERTENTU
WIL P HAM SBY UU 26/2000
WIL P HAM MKS - Umum : KUHAP BERLAKU
Tidak ditentukan lain SURUT
WIL P HAM MEDAN
Dalam UU 26/2000
Berlaku KUHAP
TIDAK BERLAKU
SURUT TUJUAN
1.PERLINDUNGAN.
2.KEPASTIAN
3.KEADILAN
4.RASA AMAN
5.MENIADAKAN IMPUNITY
KOMPENSASI RESTITUSI & REHABILITASI
 Korban atau A.W.
 Dicantumkan dalam Amar Putusan Pengadilan HAM
 Ketentuan restitusi : PP RI No.3 Tahun 2002-->PP 7 Tahun
2018
Genosida (Pasal 8) Ketentuan Pidana
Perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan
seluruh atau sebagian kelompok bangsa,
RAS, POK ETNIS, POK AGAMA dengan cara
:
a. Membunuh anggota kelompok Pasal 36 :
b. Mengakibatkan penderitaan fisik/mental Pidana mati atau
yang berat terhadap anggota kelompok pidana penjara
c. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok seumur hidup
yang akan memusnahkan secara fisik Seumur hidup atau
d. Memaksa tindakan2 yang bertujuan paling lama 25 tahun
mencegah kelahiran dalam kelompok atau paling singkat
tertentu 10 tahun.
e. Memindahkan secara paksa anak2 dari
kelompok tertentu ke kelompok lain
KEJAHATAN TERHADAP KETENTUAN
KEMANUSIAAN (Pasal 9) PIDANA
Perbuatan yang dilakukan sebagai
bagian dari serangan yang meluas
atau sistematis yang diketahuinya
bahwa serangan tersebut ditujukan
secara langsung terhadap
penduduk sipil berupa :
a. Pembunuhan Pasal 37 :
b. Pemusnahan Pidana Mati atau
c. Perampasan kemerdekaan pidana penjara
seumur hidup atau
d. Sewenang-wenang berlawanan
asas pokok hukum Internasional paling lama 25
tahun atau paling
e. APARTHEID singkat 10 tahun
PERBUDAKAN Pasal 38 :
Pidana penjara paling
lama 15 tahun atau
paling singkat 5 tahun

PENYIKSAAN Pasal 39 :
Pidana penjara paling
lama 15 tahun atau
paling singkat 5 tahun
 Pemerkosaan, perbudakan seksual, Pasal 40 :
pelacuran scr paksa, pemaksaan Pidana penjara
Kehamilan, pemandulan atau paling lama 20
sterilisasi scr paksa, atau bentuk- tahun atau
bentuk kekerasan seksual lain yang paling singkat
setara 10 tahun
 Penganiayaan terhadap suatu
kelompok tertentu atau perkumpl. yg
didasari persamaan paham Pol, Ras,
Kebangsaan, Etnis, Budaya, Agama,
Jenis Klmin, yg berlawanan dg
Hukum Internasional.

Percobaan, Permuf atau Pembantuan Ps. 36, 37, 38,


untuk melakukan pelanggaran 39 & 40
Genosida & Kejhtn thd Kemanusiaan
Pertanggungjawaban atau Subjek Hukum
• Komandan Militer  Menyeret, Mencegah,
Menghentikan
~ Pasukan yg berada di bawah komando &
pengendalian yg efektif di bawah kekuasaan
atau pengendalian yg efektif tp merupakan
akibat dari T' di pengendalian scr patut.
• Atasan : Polisi + Sipil mengetahui,mencegah,
menghentikan
~ Bawahan yg berada di bawah kekuasaan &
pengendalian yg efektif : Ps. 36, 37, 38, 39,
& 40.
Ketentuan Lain
 Tidak Kadaluwarwa
 Pelanggaran HAM berat sblm berlaku UU ini
– diselesaikan oleh Komisi Kebenaran –
diselesaikan oleh Komisi Kebenaran &
Rekonsiliasi  dibentuk dgn UU.
 Peny, Penuntut yg sdh /sdng dilaks.
berdsrkan Perpu No. 1/1999 (Pengad HAM)
– tetap berlaku.
 Kewenangan atasan yg berhak menghkm &
perwira penyerah perkara (Ps. 74 & 123 UU
No. 31 Th 1997 ttg Peradilan Militer) T'
berlaku.
 Perpu No. 1/1999 dinyatakan T' berlaku.
PEMERIKSAAN DI SIDANG
1. Di Tingkat Pertama/P. HAM Max 180 hari
2. Di Tingkat Banding/PT. HAM 90 hari
3. Di Tingkat Kasasi/MA Max 90 hari

Sejak Dilimpahkan
Komposisi Majelis Hakim:
2 Hakim karier + 3 Hakim Ad Hoc

PERMA No.4 Tahun 2020


“Administrasi dan Persidangan
Perkara Pidana Secara Elektronik”
PERSIDANGAN PERKARA PIDANA DI PENGADILAN
SECARA ELEKTRONIK

A B

D Tempat
C Lain
Terdakwa
Yg Tdk Ditahan
Disetujui
Kantor
oleh
Penuntut Majelis
Hakim
dengan
• Semua peserta sidang harus terlihat di layar monitor dengan terang dan suara jelas
Penetapan
• PP melaporkan kesiapan persidangan dan memastikan terkoneksinya peserta sidang
dengan Hakim
• Hakim, Panitera/PP, Penuntut dan Penasihat Hukum menggunakan atribut sidang
Lanjutan….
• Setiap Dokumen Elektronik yang disampaikan harus berbentuk
PDF.
• Dokumen keberatan/eksepsi, tanggapan, tuntutan, pembelaan,
replik, dan duplik harus dikirim ke alamat pos-el Pengadilan
sebelum dibacakan.
• Setiap Dokumen Elektronik yang dikirim, harus diunduh dan
diverifikasi antara yang dibacakan dengan yang diunduh.
• Sesaat setelah keberatan/eksepsi, tanggapan, tuntutan,
pembelaan, replik, dan duplik dibacakan, Pengadilan
meneruskan Dokumen Elektronik ke alamat pos-el
Penuntut/Terdakwa dan /atau ke alamat pos-el Penasihat
Hukum.
Pemeriksaan
Saksi dan
Ahli
Ketua Pengadilan tempat saksi dan/atau Ahli
Kantor yang didengar keterangannya menyediakan
Penuntut fasilitas Persidangan secara Elektronik serta
menunjuk 1 orang Hakim dan 1 orang
Pengadilan tempat Saksi dan/atau Ahli
Panitera/PP tanpa menggunakan atribut
berada
persidangan untuk mengawasi ketertiban
jalannya pemeriksaan
Kedutaan/Konjen RI atas Kedutaan/Konjen RI menyediakan fasilitas
persetujuan/ rekomendasi Persidangan secara Elektronik dan menunjuk 1
Menlu pegawai kedutaan untuk mengawasi ketertiban
jalannya pemeriksaan
Tempat
lain

Khusus pemeriksaan Saksi yang identitasnya wajib dirahasiakan, Panitera/PP


mematikan fitur video dan Saksi hanya memberikan keterangan dalam format
audio yang disamarkan suaranya atau mendengarkan keterangan Saksi tanpa
dihadiri oleh Terdakwa
Pemeriksaan
Terdakwa

a. Tempat Terdakwa
ditahan

b. Kantor Penuntut, jika tempat Terdakwa ditahan tidak memiliki fasilitas


untuk sidang secara elektronik.
c. Pengadilan, Kantor Penuntut, atau tempat lain, apabila
Terdakwa tidak ditahan.

Ketua/kepala Pengadilan tempat Terdakwa didengar keterangannya,


menyediakan fasilitas Persidangan secara Elektronik serta menunjuk 1
orang Hakim dan 1 orang Panitera/PP tanpa menggunakan atribut
persidangan untuk mengawasi ketertiban jalannya pemeriksaan.
CONTOH PUTUSAN

No Perkara P. HAM Banding KASASI PK

01/PID.B/HAM AD.HOC/2002/ 3 Tahun dikuatkan Menolak Bebas


PN Jkt Pst Kasasi
(Abilio Jose Osorio Soares)
Ham Berat – Kej thd Kmns

11/PID.B/HAM AD.HOC/2002/ Bebas - Tidak -


PN Jkt Pst menerima
(Kol. Yayat sudrajat) Kasasi JPU

06/PID.B/HAM AD.HOC/2002/ Bebas - Tidak -


PN Jkt Pst menerima
(Kol. Asep Kuswani dkk) Kasasi JPU
PERLINDUNGAN KORBAN DAN SAKSI

• Perlindungan fisik & mental dari ancaman,


gangguan, teror, dan kekerasan
• Perlindungan wajib dilaksanakan oleh
aparat penegak hukum dan aparat
keamanan secara cuma-Cuma
• Korban pelanggaran HAM yang berat dan /
ahli warisnya dpt memperoleh
kompensasi,restitusi, dan rehabilitasi yang
dicantumkn dalam amar putusan.
Hak-Hak Korban
1. Kompensasi
•adalah ganti kerugian yang diberikan oleh Negara
karena pelaku tidak mampu memberikan gantikerugian
sepenuhnya yang menjadi tanggung jawabnya kepada
Korban atau Keluarganya.

2.Restitusi
•adalah ganti kerugian yang diberikan kepada Korban
atau Keluarganya oleh pelaku atau pihak ketiga.

3. Bantuan
•adalah layanan yang diberikan kepada Saksi dan/atau
Korban oleh LPSK dalam bentuk Bantuan medis serta
Bantuan rehabilitasi psikososial dan psikologis.
Mekanisme Pemberian Kompensasi
• Pengajuan permohonan Kompensasi dapat dilakukan
pada saat dilakukan penyelidikan atau sebelum
dibacakan tuntutan oleh Penuntut Umum
• Disampaikan oleh LSPK kpd Jaksa Agung untuk
diperiksa bersama-sama pokok perkara pelanggaran
HAM yang berat.
• Jaksa Agung mencantumkan permohonan Kompnsasi
beserta keputusan&pertimbangn LPSK dlam
tuntutannya.
Lanjutan…
• Pengadilan HAM dalam melkukan pemeriksaan permohonan
Kompensasi dapat meminta keterangan kepada Korban, Keluarga,
kuasanya, LPSK,KOMNAS HAM, atau pihak lain yang terkait.
• Pengadilan HAM memeriksa dan memutus kompensasi sesuai
peraturan per_UU dan dilaksanakan olehJaksa Agung dengan
menyampaikan salinan putusan kpd LPSK paling lambat 7 hari
sejak salinan putusan diterima.
• LPSK meLaksanakan pemberian Kompensasi berdasarkan putusan
pengadilan paling lambat 30 hari setelah menerima salinan putusan.
• Pelaksanaannya dilaporkan LPSK kpd Ketua Pengadilan HAM dan
Jaksa Agung disertai bukti pelaksanaannya.
• Pengadilan HAM setelah menerima tanda bukti mengumumkan
pelaksanaan pemberian Kompensasi baik melalui mediaelektronik
maupun nonelektronik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai