Anda di halaman 1dari 23

Nuremberg Trial dan

Tokyo Trial
Fakultas Hukum
PENDAHULUAN

• Hadirnya sebuah peradilan pidana internasional di latarbelakangi oleh keinginan untuk mengadili
para penjahat kemanusiaan.
• Sebelum adanya pengadilan pidana internasional beberapa peradilan sudah pernah didirikan
untuk mengadili penjahat perang terkhusus setelah perang duniakedua terjadi.
• Nuremberg Trial dan Tokyo Trial  dibentuk untuk
mengadili para pelaku kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yangterjadi pada
perang dunia kedua saat itu.
• Nuremberg Triaatau disebut juga proses Pengadilan Nurembergmerupakan sebuah pengadilan
militer internasional yang dibentuk olehempat kekuatan besar sekutu, yaitu Amerika Serikat,
Inggris Raya, UniSoviet, dan Perancis.
• Nuremberg Trial sendiri adalah hasil dari gagasan pemimpin negara-negara sekutu untuk
“menyeret” petinggi Nazi Jerman ke hadapan pengadilan militer internasional. Gagasan dan
proses pembentukan mahkamah ini berlangsung ketika perang masih berkecamuk. Bersamaan
dengan situasi perang yang sudah mulai berbalik,dimana Jerman mengalami kekalahan di banyak
front pertempuran, padasaat itu juga pemimpin negara-negara sekutu mulai mempersiapkan
suatumekanisme hukum untuk menuntut dan mengadili para penjahat perang.
• Jika merujuk pada proses pembentukannya, Pengadilan Nurembergsebetulnya sudah digagas sejak
Oktober 1943, dimana ketika itu MajelisInternasional London berhasil menyusun draf konvensi
untuk mengadilikejahatan perang yang terjadi di dalam yurisdiksinya berdasarkan hukum positif
Inggris.
Lanjutan

• Perkembangan yang terpenting dalam proses pembentukan


Pengadilan Nuremberg, terjadi pada bulan Juni 1945.
• Pada saat itu pemerintah negara AS, Inggris, Perancis, dan Uni Soviet bersepakat
untuk mengadakankonferensi di London guna membahas dan membentuk
pengadilan militerinternasional yang akan mengadili penjahat perang dari pihak
Jerman.
• Puncaknya, yaitu pada tanggal 8 Agustus 1945, keempat negara sekutu tersebut
menandatangani London Charter of the International MilitaryTribunal , atau yang
lebih dikenal dengan sebutan London Charter.
• Untuk penjahat perang Jepang selama Perang Dunia II,
gagasan pembentukan pengadilan internasional muncul pada bulan Desember194
5 oleh empat negara sekutu yang berkepentingan atas Jepang pascaPerang Dunia
II, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Uni Soviet, dan China mengadakan pertemuan
di Moskow.
• Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan untuk mengambil langkah-langkah atas
kejahatan perangyang telah dilakukan oleh Jepang selama perang berlangsung.
Lanjutan

• Berbeda dengan Pengadilan Nuremberg yang dibentuk melalui London


Charter  yang di tandatangani 8 Agustus 1945, Pengadilan
Tokyo justru dibentuk melalui proklamasi Komandan Tertinggi Pasukan Sek
utudi Timur Jauh, Jenderal Douglas Mac Arthur.
• Dalam Pasal 1 proklamasi itu, Jendral Douglas Mac Arthur menyatakan “
There shall be establishedan International Military Tribunal for the Far East for
the trial of
those person charged individually, or as members of organization, or in theboth
capacities, with offences which includes crimes against peace.”
• Artinya: "Harus dibentuk suatu Pengadilan Militer Internasional
untukTimur Jauh guna mengadili orang yang dituduh secara individual,
atausebagai anggota organisasi, atau dalam kapasitas keduanya,
atas pelanggaran yang menyangkut kejahatan terhadap perdamaian”
Lanjutan

• Statuta Pengadilan Nuremberg dan Tokyo tahun 1945 lah


yang pertama kali menguraikan kejahatan-
kejahatan yang hingga saat inidianggap sebagai tindak kejahatan
internasional, yaitu kejahatan terhadap perdamaian (crimes against peace),
kejahatan perang (war crimes), dan kejahatan terhadap kemanusiaan(crimes
against humanity).
• Selain itu,dalam pengadilan Nuremberg dan Tokyo inilah pertama kali
dikenal konsep individual criminal responsibility
• Dari latar belakang tersebutmaka penulis tertarik untuk membahas lebih
lanjut tentang NurembergTrial dan Tokyo Trial itu sendiri.
Pelaksanaan Dari Nuremberg Trial dan Tokyo Trial

• 1.Nuremberg Trial
• Setelah Perang Dunia Ke-II berakhir, pihak sekutu
membentuk pengadilan militer internasional pertama yang bertujuan untukmenghuku
m pejabat senior politik dan militer dengan dakwaan
kejahatan perang dan kejahatan serius lainnya. Empat negara sebagai kekuatanutama
sekutu antara lain Perancis, Uni Soviet, Inggris, dan AmerikaSerikat membentuk
International Military Tribunal (IMT) di Nuremberg(atau dalam ejaan lain disebut
Nürnberg ), Jerman untuk menghukum penjahat perang dari “European Axis.
• IMT (selanjutnya dikenal jugadengan Nuremberg Tribunal) melaksanakan
persidangan baik
terhadap pemimpin politik dan militer Nazi, maupun terhadap Organisasi sayap Nazi
dan Afiliasinya.
• Pembentukan Pengadilan Nuremberg, menurut Geoffrey didasarkan bahwa tidak ada
hak-hak tanpa pemulihan kembali. Sama halnya bahwa tidak ada hak-
hak asasi manusia tanpa pemulihan untuk setiap pelanggarannya.
• Pendekatan inilah yang dipergunakan sebagai dasar untukmenghukum mereka yang
bersalah atas kejahatan terhadap kemanusiaan.
Lanjutan

• Tribunal ini mempunyai kewenangan untuk mengadili danmenghukum para pelaku baik
secara individual maupun sebagai suatuorganisasi yang telah melakukan kejahatan
sebagaimana disebut dalamStatuta. 
• Adapun jenis kejahatan tersebut adalah:
(a)Kejahatan terhadap perdamaian (crimes against peace);
(b)Kejahatan perang (war crime);
(c)Kejahatan terhadap Kemanusiaan(crimes against humanity).
• Peradilan yang berlangsung dari tanggal 14 November 1945 sampai dengan 1Oktober 1946 ini
mengatur beberapa hal, yaitu :
1)Setiap orang yang melakukan suatu perbuatan yang merupakansuatu kejahatan internasional
bertanggung jawab atas perbuatannyadan harus dihukum;
2)Fakta bahwa hukum internal (nasional) tidak mengancam
dengan pidana atas perbuatan yang merupakan suatu kejahatan menuruthukum internasional
tidaklah membebaskan orang yang melakukan perbuatan itu dari tanggung jawab menurut
hukum internasional;
3)Fakta bahwa orang tersebut melakukan perbuatan yang merupakansuatu kejahatan menurut
hukum internasional bertindak sebaga Kepala Negara atau pejabat pemerintah yang
bertanggung jawab,tidak membebaskan dia dari tanggung jawab menurut hukuminternasiona
Lanjutan

4)Fakta bahwa orang tersebut melakukan perbuatan itu untukmelaksanakan


perintah dari Pemerintahnya atau dari atasannyatidaklah membebaskan dia dari
tanggung jawab menurut hukuminternasional, asal saja pilihan moral (moral
choice) yang bebasdimungkinkan olehnya;
5)Setiap orang yang didakwa melakukan kejahatan menurut hukuminternasional
mempunyai hak untuk mendapatkan peradilan yangadil berdasarkan fakta dan
hukum;
6)Kejahatan-kejahatan tersebut di bawah ini dapat dihukum menurut hukum
internasional
a.Kejahatan terhadap perdamaian (jus ad bellum):
 b.Kejahatan Perang ( jus in bello);
i.Merencanakan, menyiapkan, memulai ataumenggerakkan perang yang bersifat
agresi yangmelanggar treaty, persetujuan (agreements), atau jaminan (assurances)
internasional;
ii.Turut serta dalam menyusun rencana umum atau berkonspirasi untuk
melaksanakan perbuatan apa sajayang tercantum dalam (i).
Lanjutan

• Pelanggaran terhadap hukum atau kebiasaan perang meliputi, tapi tak


terbatas kepada pembunuhan, perlakuantidak manusiawi (illtreatment ) atau
deportasi ke tempat kerja paksa sebagai budak untuk tujuan apapun, juga
terhadap penduduk sipil dari atau yang berasal dari wilayah yang dikuasai;
pembunuhan atau perlakuan yang tidakmanusiawi terhadap tawanan
perang, orang-orang di lautan(kapal), membunuh tawanan, merampok milik
umum atau pribadi, perusakan yang berkelebihan atau tidak diperlukanatas
kota-kota, desa-desa atau pemusnahan yang secaramiliter tidak dianggap
perlu.
• Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
Pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, deportasi
dan perbuatan yang tidak manusiawi terhadap penduduk  sipil atau
penyiksaan tersebut berdasarkan politik, ras, atauagama, apabila perbuatan-
perbuatan tersebut dilakukan
atau penyiksaan tersebut diambil dalam pelaksanaan atau berkaitan dengan k
ejahatan terhadap perdamaian ataukejahatan perang apa saja.
Lanjutan

7)Keterlibatan dalam pelaksanaan suatu kejahatan terhadap perdamaian,


suatu kejahatan perang, atau suatu kejahatan terhadapkemanusiaan seperti
disebutkan dalam Prinsip VI adalah suatukejahatan menurut hukum internasional.
• Ketujuh hal tersebut di atas, kemudian diformulasikan menjadi prinsip-
prinsip hukum internasional, yang kemudian pada tanggal 29 Juli1950 oleh
International Law Commission dikenal sebagai Nuremberg Principles
• Prinsip-prinsip inilah kemudian yang menjiwai peradilan HAMyang dibentuk
pada masa berikutnya, seperti International Criminal Tribunal For
Yugoslavia (ICTY),International Criminal Tribunal For Rwanda(ICTR) dan
International Criminal Court  (ICC).
• Beberapa hal baru yang diberlakukan dan dilaksanakan di peradilan Nuremberg,
adalah:
(1) tanggung jawab pribadi yang secara jelastercantum dalam Pasal 6 Statuta;
(2) keberlakuan hukum pidana secararetroaktif, di mana statuta yang dibuat pada
tahun 1945 ini diberlakukansecara retroaktif untuk kejahatan yang dilakukan
sebelumnya, yaitu selamaPerang Dunia II dan berlangsung di mana saja
Lanjutan

• Pemberlakuan secara retroaktif ini, dalam persidangan telah ditolak dan


mendapatkan tantangan dari para pengacara terdakwa
karena bertentangan dengan prinsip hukum pidana yang berlaku. 
• Bantahan ini ditolak oleh Majelis Hakim IMT Nuremberg dengan alasan
bahwa prinsipnon retroaktif hanya berlaku:
(a) bagi kejahatan biasa (ordinary crimes),dan
(b) yang terjadi di wilayah hukum nasional, di mana yang berlaku adalah
hukum nasional.
• Para terdakwa di Pengadilan Nuremberg tidak dapat membantah lagi,
meskipun mereka tetap mencoba berdalih bahwa adalah merupakan
pelanggaran terhadap aturan bila mereka diajukan
ke pengadilan atas pelanggaran yang tidak memiliki kesepadanan dalam
hukum Nazi Jerman.
• Pelanggaran tersebut terdapat dalam hukum internasional
Lanjutan

2.Tokyo Tria
• Setahun setelah dibentuknya IMT Nuremberg, pada tanggal 19Januari 1946,
Komandan Militer Tertinggi pihak sekutu Jenderal Douglas MacArthur
dengan mendapatkan persetujuan dari negara-negara sekutu lainnya yang
memenangkan peperangan, mengeluarkan piagam yang dikenal sebagai
Charter of the International Military Tribunal for the Far East(IMTFE) di
Tokyo, (selanjutnya dikenal juga denganTokyoTribunal ).
• Charter ini merupakan dasar untuk pembentukan pengadilan yang
ditujukan untuk mengadili para pelaku pencetus Perang Dunia II,yang
mereka sebut sebagai para penjahat perang, di wilayah Timur Jauh.
Lanjutan

• Pengadilan Tokyo justru dibentuk melalui proklamasi KomandanTertinggi


Pasukan Sekutu di Timur Jauh, Jenderal Douglas Mac Arthur.Dalam Pasal 1
proklamasi itu, Jendral Douglas Mac Arthur menyatakan“There shall be
established an International Military Tribunal for the
Far East for the trial of those person charged individually, or as members oforg
anization, or in the both capacities, with offences which includescrimes against
peace”
•  Artinya: "Harus dibentuk suatu Pengadilan Militer Internasional untuk
Timur Jauh guna mengadili orang yang dituduh secara individual, atau
sebagai anggota organisasi, atau dalam kapasitaskeduanya, atas pelanggaran
yang menyangkut kejahatan terhadap perdamaian.
Lanjutan

• Pengadilan mempunyai wewenang untuk mengadili dan menghukum para penjahat perang
di Timur Jauh sebagai individu maupunsebagai anggota dari organisasi.
• Jika seseorang didakwa dalam posisinya sebagai anggota organisasi tertentu maka yang
dikenakan atasnya adalahdakwaan/tuntutan atas tindakan yang termasuk dalam kejahatan
terhadap perdamaian. 
• Pengadilan yang berkedudukan di Tokyo ini, memilikiyurisdiksi pengadilan terhadap
beberapa kejahatan (Pasal 5) statuta, yaitu :
a.kejahatan terhadap perdamaian: perencanaan, persiapan, pencetusan,dan pelaksanaan
perang sebagai tindakan agresi baik yangdideklarasikan maupun tidak; atau perang yang
melanggar hukumatau perjanjian internasional; atau ikutserta dalam suatu
rencana bersama atau konspirasi demi terlaksananya salah satu bentukkejahatan di atas. 
b.Kejahatan perang konvensional: pelanggaran atas hukum dankebiasaan perang.
c.Kejahatan terhadap kemanusiaan: pembunuhan,
pemusnahan, perbudakan, deportasi, dan tindakan tidak manusiawi lainnya yangdilakukan
terhadap populasi sipil manapun, sebelum dan selama masa perang, atau persecution berdasar
politik atau ras, sebagai bagian atau dilakukan sehubungan dengan bentuk kejahatan lainnya
yang masuk dalam yurisdiksi pengadilan, baik tindakan tersebut dianggap sebagai kejahatan
atau tidak menurut hukum domestic dimana tindakan tersebut dilakukan.
Lanjutan

• Pengadilan Tokyo mayoritas berpendapat bahwa nullum crimensinus lege bukanlah


suatu pembatasan kedaulatan yang akan
mencegah pemberlakuan secara retroaktif, tetapi hanyalah merupakan prinsip
keadilan.
• Sementara itu, Pengadilan Militer Internasional di Tokyo yang diselenggarakan
antara Mei 1946 hingga November 1948 juga telah menghukum lebih banyak lagi
para penjahat perang yang berasal dari Jepang.
• Tribunal ini memuat klasifikasi bagi tiga jenis kelompokterdakwa, yakni kelas A
untuk mereka yang didakwa melakukan‘kejahatan terhadap perdamaian’,
termasuk di sini adalah para pemimpin dan tokoh-tokoh kunci yang merancang dan
memimpin perang.
• Dua puluhdelapan orang di antara mereka adalah para pejabat tinggi Jepang. Kelas
Bdan C adalah mereka yang didakwa melakukan “kejahatan perang konvensional”
• Para terdakwa kelas A diadili oleh Tribunal Tokyo sementara Kelas B dan C oleh
Komisi Militer, yakni pengadilan-
pengadilan militer lainnya seperti Pengadilan Militer Angkatan Laut ASyang
ditempatkan di berbagai kawasan Pasifik.
Lanjutan

• Secara keseluruhan,Tribunal Tokyo ataupun Komisi Militer telahmemidana ribuan anggota


militer Jepang. 900-an orang di antaranyadipidana mati, sedangkan 400-an dipidana
seumur hidup.
• Khusus yangdiadili olehTribunal Tokyoyang mengadili para terdakwa utama, 25 orang
dipidana; tujuh di antaranya dipidana mati dan 16 orang dipidana seumur hidup.
• Piagam Numberg ataupun Tokyo merupakan tonggak penting yang menandai terjadinya
perkambangan bidang hukum intenasional yan gdijustifikasi oleh PBB, serta diadopsi oleh
hukum pidana internasional.
• Salah satu prinsip yang dirumuskan dan ditarik dari pengalaman tribunal.
• Nurnberg dan Tokyo itu adalah diberlakukannya asas tanggung
jawab ‘individu’ sebagai subjek hukum internasional; juga diberlakukannya ‘asas
retroaktif’ terhadap kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
• Mulai dikenal juga rumusan-rumusan delik yang di kemudian hari dikenal sebagai
kejahatan luar biasa(extraordinary crimes)dan/atau pelanggaran HAM serius.
• Pengalaman Nurnberg dan Tokyo menjadi cikal-
bakal dikembangkannya prinsip- prinsip baru dalam hukum internasional yang diterapkan 
lebih lanjut melalui berbagai praktik yudisial seperti yang diberlakukan
dalam berbagai pengadilan ad hoc, seperti di Yugoslavia (1993) dan Rwanda(1995).
Dampak Nurenberg Trial dan Tokyo Trial Bagi
Perkembangan Peradilan Pidana Internasional
• Setelah Perang Dunia II usia, lalu diikuti dengan
adanya perkembangan keadaan yang menyebabkan pada akhirnya disusunlah
suatu perjanjian untuk menuntut dan mengadili terhadap pelaku kejahatanselama
berlangsungnya perang tersebut.
• Perjanjian London 1945 tentangPenuntutan dan Pemidanaan terhadap para
penjahat perang utama(majorwar criminals), dan kemudian disusul dengan
penyusunan Charter of The International Military Tribunal Nuremberg , 1945.
• Mahkamah ini berkedudukan di Nuremberg (Jerman), di manadinyatakan adanya
pertanggungjawaban pidana individu terhadap pelanggaran hukum internasional,
hal ini terdapat antara lain diatur dalam Pasal 6 dan Pasal 7.
• Ketentuan di atas, terdapat juga di wilayah Asia, yaitu denganadanya Deklarasi
Panglima Tertinggi Tentara Sekutu untuk Timur Jauhdan Piagam Mahkamah
Militer Internasional untuk Timur Jauh–Tokyo,1946.
• Mahkamah ini berkedudukan di Tokyo (Jepang)
Lanjutan

• Mahkamah penjahat perang di Nuremberg telah


menetapkan prinsip yang tegas, bahwa seseorang yang memberikan perintah
  untuk melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang,
makaorang yang melaksanakan perintah tersebut keduanya sama-sama
bersalah melakukan kejahatan.
• Selain itu, seorang komandan yang
bertanggung jawab dapat diadili sekalipun ia tidak memerintahkan kejahata
n tersebut,tetapi mengetahui atau mesti harus mengetahui tindakan yang
melanggar hukum itu dan gagal untuk mengambil tindakan yang
semestinya(reasonable action) untuk mencegah, menindak dan
menghukumnya.
• Prinsip ini berlaku baik terhadap atasan militer dari angkatan bersenjata
regular maupun pasukan gerilyawan (irregular armed forces) dan
terhadap penguasa sipil.
Lanjutan

• Seseorang yang melakukan suatu kejahatan perang berdasarkan perintah dari atasan


militer atau atasan sipil, tidak melepaskan pelaku dari tanggung jawabnya menurut
hukum internasional.
• Tanggung jawab timbul bila perintah yang diberikan nyata-
nyata bertentangan dengan hukum(unlawful) dan orang yang menerima perintah
mengetahui atau harus mengetahui (should know) sifat melawan hukum dari perintah
tersebut menurut hukum internasional.
• Keputusan hukum yang diambil dalam Mahkamah Nuremberg telah meletakkan
landasan bagi pengembangan hukum pidanainternasional. Pengakuan secara
internasional terhadap pentingnya international criminal law pertama kali terjadi pada
tanggal 21 November1947 melalui Majelis Umum PBB yang telah mengeluarkan
Resolusi Nomor 177 (II) yang secara langsung membentuk Komisi HukumInternasional
(International Law Commission) PBB yang dimaksudkanuntuk:
 a.merumuskan prinsip-prinsip hukum internasional yangdiakui dalam Piagam Pengadilan
Nuremberg dan dalam penilaian Pengadilan. 
b.Persiapkan draf kode pelanggaran terhadap perdamaian dankeamanan umat manusia,
yang dengan jelas menunjukkantempat yang harus diberikan pada prinsip-prinsip
yangdisebutkan dalam sub-ayat (a) di atas.
Lanjutan

• Sedangkan pada Tokyo Trial, Putusan Mahkamah Yamashita pascaPerang


Dunia II telah meletakkan prinsip tanggung jawab komandanterhadap
pelanggaran hukum perang atau kejahatan perang.
• Komandoharus bertanggung jawab atas tindakan anak buahnya jika
terpenuhi unsur-unsur:
 1.Komandan mengetahui anak buahnya akan melakukansuatu kejahatan
perang tetapi ia tidak mencegahnya;
2.Komandan mengetahui anak buahnya telah melakukansuatu kejahatan
perang tetapi ia tidak menghukumnya;
3.Komandan seharusnya mengetahui anak buahnya akanmelakukan suatu
kejahatan tetapi ia tidak mencegahnya;
4.Komandan seharusnya mengetahui anak buahnya telahmelakukan suatu
kejahatan tetapi suatu kejahatan perangtetapi ia tidak menghukumnya.
Lanjutan

• Dampak dari Putusan Mahkamah ini bagi peradilan pidanainternasional


merupakan suatu pertanggungjawaban pidana komandantelah diatur dalam
berbagai instrumen hukum internasional, khususnya Hukum Humaniter
Internasional baik dalam Konvensi Jenewa 1949,maupun dalam Protokol
Tambahan I tahun 1977 ( Additional Protocol ),demikian juga dalan Statuta
Mahkamah Pidana Internasional( International Criminal Court/ICC ),
dimana seorang komandan militerdapat dipertanggungjawabkan secara
pidana atas kejahatan yang
dilakukan pasukan yang berada dibawah komando dan kendalinya secara ef
ektif.
• Bahkan Prinsip tanggung jawab komandan telah diterapkam
dalam beberapa Mahkamah Pidana Internasional yang bersifat sementara (a
dhoc)yang pernah mengadili para penjahat perang, terutama
mereka/individu yang melakukan kejahatan diwaktu perang, baik
dalam Mahkamah Nurenberg dan Tokyo Trial.
INTINYA

• Setelah berakhirnya Perang Dunia Ke-II, pihak sekutu


membentuk pengadilan militer internasional pertama yang bertujuan untuk menghukum 
pejabat senior politik dan militer dengan dakwaan kejahatan perang dan kejahatanserius
lainnya, dikenal dengan Nuremberg Tribunal.
• PembentukanPengadilan Nuremberg, menurut Geoffrey di dasarkan bahwa tidak ada 
hak-hak tanpa pemulihan kembali. 
• Pada tanggal 19 Januari 1946, Komandan Militer Tertinggi pihak sekutu mengeluarkan pi
agam yang dikenal sebagai Charter of
the International Military Tribunal for the Far East (IMTFE) di Tokyo (selanjutnya dikenal
juga denganTokyo Tribunal ).
• Pengadilan Tokyo dibentuk melalui proklamasi Komandan Tertinggi Pasukan Sekutu di
Timur Jauh. Piagam Numbergataupun Tokyo merupakan tonggak penting yang menandai
terjadinya perkembangan bidang hukum intenasional yang dijustifikasi oleh PBB, serta
diadopsi oleh hukum pidana internasional.
• Mahkamah penjahat perang
di Nuremberg telah menetapkan prinsip yang tegas, bahwa seseorang yang memberikan
perintah dan yang melaksanakan perintah untuk melakukan kejahatan terhadap
kemanusiaan dan kejahatan perang, keduanya sama-sama bersalah.
Lanjutan

• Keputusan hukum yang diambil dalam Mahkamah Nuremberg


telahmeletakkan landasan bagi pengembangan hukum pidana internasional.
Sedangkan pada Tokyo Trial, Putusan Mahkamah Yamashita pasca Perang Du
nia II telahmeletakkan prinsip tanggung jawab komandan terhadap
pelanggaran hukum perang atau kejahatan perang.
• Dampak dari Putusan Mahkamah ini bagi
peradilan pidana internasional merupakan suatu pertanggungjawaban pidana 
komandan yang telah diatur dalam berbagai instrumen hukum internasional,
khususnya Hukum Humaniter Internasional baik dalam Konvensi Jenewa
1949, maupundalam Protokol Tambahan I tahun 1977(Additional Protocol ),
demikian juga dalam Statuta Mahkamah Pidana Internasional
(International CriminalCourt/ICC ), dimana seorang komandan militer dapat
dipertanggungjawabkansecara pidana atas kejahatan yang dilakukan pasukan
yang berada dibawahkomando dan kendalinya secara efektif.
• Bahkan Prinsip tanggung jawab komandan telah diterapkam dalam beberapa
Mahkamah Pidana Internasional yang bersifat sementara.

Anda mungkin juga menyukai