Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulisan makalah tentang Keanggotaan Dalam
Organisasi Internasional dapat terselesaikan. Shalawat dan salam penulis
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari
alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulisan makalah ini sebagai panduan bagi mahasiswa dalam memahami
bagaimana suatu keanggotaaan dalam organisasi internasional. Makalah ini
merupakan referensi bagi para mahasiswa untuk lebih mengetahui bagaimana
masalah tentang keanggotaan suatu organisasi internasional.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, Dan semoga para mahasiswa bisa dapat memahami apa yang
disampaikan penulis dalam makalah ini.
Pembaca yang budiman! Penulis juga membutuhkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Atas perhatian pembaca, penulis mengucapkan terima kasih. Wassalam!
DAFTAR ISI
Daftar isi................................................................................................................................... ii
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai
berikut :
a. Apa saja yang menjadi hal penting dalam suatu keanggotaan organisasi
internasional?
b. Bagaimana tahapan keanggotaa suatu organisasi internasional?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu diantaranya sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui tentang masalah keanggotaan suatu organisasi internasional
b. Untuk memahami bagaimana tahapan terkait masalah keanggotaan suatu
organisasi internasional
BAB II
PEMBAHASAN
A. Organisasi Internasional
Sesuai dengan amanat UUD 1945, salah satu tujuan pembangunan nasional adalah
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial. Upaya mewujudkan tujuan negara tersebut dilaksanakan melalui
proses bertahap, terencana, terpadu dan berkesinambungan.
B. Penggolongan Keanggotaan
Keanggotaan penuh (full members), artinya anggota akan ikut serta dalam
semua keanggotaan organisasi dengan segala hak-haknya.
Selain penggolongan diatas, dapat juga dibedakan menjadi: Anggota asli (original
members), yaitu anggota yang diundang pada saat konfrensi-konfrensi yang membicarakan
rancangan anggaran dasar.Anggota lainnya (admitted members), yaitu anggota yang masuk
dalam organisasi internasional setelah organisasi tersebut berdiri sesuai ketentuan tentang
keanggotaan yang ada dalam anggaran dasar organisasi internasional.
Keanggotaan dalam Organisasi Internasional;
1) penentuan kriteria negara serta hak-haknya, yaitu apa kriteria suatau negara
disebut negara kecil dan apakah dalam pemberian suara mendapat hak yang sama
seperti halnya negara besar,
2) siapakah yang berhak mewakili suatu negara dalam organisasi internasional. Dalam
organisasi internasional keanggotan suatu negara tidak hanya mengikatkan
pemerintahannya, tetapi meliputi seluruh territorial negara tersebut, maupun hanya
bagian tertentu baik secara geografis atau bagian tertentu dari pemerintahan.
3. Organisasi Internasional
Keanggotaan negara yang terdiri dari kelompok negara mempunyai kemungkinan untuk
membentuk organisasi internasional, dan organisasi internasional inilah yang menjadi
anggota dari organisasi internasional. Kedudukan dalam organisasi internasional tersebut
biasanya sebagai anggota tidak penuh, dan hubungan antar anggotanya sangat dekat.
Contohnya: EEC menjadi anggota dari GATT selain keanggotaan dari masing-masing
anggota EEC.
C. Prinsip-prinsip Keanggotaan
D. Persyaratan Keanggotaan
Menurut ketentuan pasal 1 ayat (2) convenant LBB ada dua persyaratan,
persetujuan Majelis hanya dapat dicapai dengan dua pertiga (2/3) suara, dan negara itu
dengan itikad baiknya akan memberikan jaminan efektif untuk melaksanakan kewajiban-
kewajiban internasional, bersedia menerima peraturan-peraturan mengenai angkatan
bersenjata dan persenjataannya yang ditetapkan oleh liga.
Sebaliknya, piagam PBB memberikan persyaratn yang cukup luwes dan berat, sebagaimana
yang termuat dalam pasal 4 ayat (1) dan (2) serta pasal 18 ayat (2) yang mempunyai lima
unsur yaitu:
Open to all other “peace loving” states, merupakan negara yang cinta damai, hakekatnya
ditunjukan bagi negara yang tidak ikut perang melawan kekuatan poros, atau setidak-
tidaknya anti atau bukan fasis.
Accept to obligations contained in the present charter, yaitu negara yang mau menerima
kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam piagam. Sebagaimana dinyatakan dalam rules
of procedure, baik dari Dewan Keamanan maupun dari Majelis Umum PBB, permintaan
untuk menjadi anggota haruslah berisi “suatu pernyataan yang dibuat dalam suatu
instrumen resmi bahwa negara itu menerima kewajiban-kewajiban tersebut”.
Ability and willingness to carry out charter obligations, yaitu adanya kesanggupan dan
kemauan dari negara untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban sesuai dengan ketentuan
piagam.
Upon the recommendation of the security council, adanya permohonan untuk menjadi
anggota PBB yang diputuskan oleh Majelis Umum atas rekomendasi dari Dewan Keamanan
PBB.
Setelah memeriksa permintaan dari suatu negara untuk menjadi anggota, Dewan
Keamanan kemudian memberikan rekomendasi kepada Majelis Umum PBB untuk
menerimanya dengan pengertian, apabila disetujui paling tidak 9 negara anggotanya,
termasuk lima anggota tetap. Dewan Keamanan dapat juga menolak rekomendasi itu jika
ada salah satu anggota tidak menyetujuinya. Atau menetapkan untuk menunda
pembahasan permintaan keanggotaan suatu negara tersebut dalam sidang Dewan
Keamanan yang akan datang.
Syarat ini ditetapkan berdasarkan pemikiran pada saat piagam dibuat, yakni bahwa
PBB hanya akan menerima keanggotaan untuk negara yang cinta damai. Hal ini disebabkan
pengalaman Perang Dunia I dan II, negara-negara musuh dan negara-negara yang
membantu musuh sekutu pada masa Perang Dunia I dan II dianggap sebagai negara yang
tidak cinta damai. Persyaratan ini sebenarnya ditujukan pada negara musuh Perang Dunia
II. Negara musuh tersebut bila akan menjadi anggota harus menyatakan bahwa mereka
adalah yang cinta damai.
Permohonan untuk Menjadi Anggota PBB Diputuskan oleh Majelis Umum atas Rekomendasi
Dewan Keamanan
Pasal 12 (1) menentukan: Any State or separate customs territoty possessing full autonomy
in the conduct in its external commercial relations and of the other Matters
provided for in this agreement and the Multilateral Trade Agreement may
accede to this agreement, on terms to be agreed between it and the WTO. Such
accession shall apply to this Agreement and the Multilateral Trade Agreement
annexed.
Pasal 12 (2) menentukan: Decision on accesion shall be taken by the Ministerial Conference.
The Ministerial Conference shall approve the agreement on terms of accession
by two thirds majority of the Members of WTO.
Pasal 16 (1) menentukan: Except as otherwise provided under this Agreement of the
Multilateral Trade Agreements, the WTO shall be guided by the decisions,
procedurs and customary practices followed by the contracting Parties to GATT
1947 and the bodies established in the framework of GATT 1947.
Jadi berdasarkan Pasal 12 ayat (1) yang dapat menjadi anggota WTO selain negara,
juga wilayah yang mempunyai kewenangan pabean sendiri dan mempunyai penuh dalam
kaitannya dengan hubungan perdagangan luar negerinya serta hal-hal lain yang ditentukan
oleh perjanjian ini (GATT) dan Perjanjian Perdagangan Multilateral (Multilateral Trade
Agreements - WTO).
Berdasarkan Pasal 12 (1) bahwa bila suatu negara ingin masuk menjadi anggota
WTO, maka negara tersebut memerlukan persetujuan dari anggota WTO. Untuk
mendapatkan persetujuan tersebut, negara calon anggota harus mengadakan negosiasi
dengan negara-negara WTO. Negosiasi ini dapat dilakukan secara bilateral maupun
multilateral. Menurut ketentuan dalam Accession to The World Trade Organization
Procedures for Negotiation under Article 12, dalam poin 7 maka calon anggota dapat
menjadi negara peninjau (observer) untuk mengikuti rapat-rapat panitia penerimaan
anggota baru (working party) dan sidang konsil dan komite-komite WTO. Sebagai peninjau
calon negara anggota dapat lebih mengenal WTO dan mudah mengantisipasi peraturan-
peraturan dan kebijaksanaan perdagangan luar negeri untuk di sesuaikan dengan aturan-
aturan GATT 1994 dan the General Agreement on Trade ini Services (GATS) (sesuai dengan
poin Aturan Accession to The World Trade Organization). Berdasarkan poin 5 Aturan
Accession to The World Trade Organization, General Council akan membentuk working party
yang mempunyai tugas untuk mempelajari permohonan calon anggota. Anggota working
party terbuka untuk negara anggota yang mempunyai kepentingan. Working Party akan
mempelajari memorandum yang telah dipersiapkan oleh calon anggota tentang aspek-
aspek perdagangan luar negerinya untukmenyesuaikan dengan aturan-aturan yang
dikehendaki WTO.
Contoh lain terdapat pada persyaratan keanggotaan dalam International Bank for
Reconstruction and Development (IBRD).
Pasal 2 (1) menentukan: The original members of the Bank shall be those members
International Monetary Fund which accept membership in the bank before the date specified
in article 11 section 2 (e). Membership shall be open to other members of the fund at such
times and in accordance with such terms as may be prescribed by the bank.
Jadi, keanggotaan IBRD dibedakan antara anggota asli (original members) dan
anggota yang masuk kemudian (admitted members). Persyaratan untuk menjadi anggota
adalah:
1. Anggota International Monetary Fund (IMF) Pasal 2[1a] Anggaran Dasar IBRD.
2. Akan sanggup membayar saham pada IBRD (Pasal 2[3a]). Menurut Pasal 2, 1 (b)
setiap saham seharga $100.000. Bagian minimum dari saham tersebut yang harus
disetor oleh anggota asli tertera dalam skedul A. Sedangkan bagi anggota lainnya
bagian saham yang harus disetor tergantung pada putusan IBRD dengan
memperhatikan kemampuan anggota tersebut (Pasal 2[3a]). Jika modal IBRD
bertambah, maka masing-masing anggota dapat menambah sahamnya dengan
syarat yang ditentukan oleh IBRD dan penambahan saham bagi anggota
sebandingan dengan saham pokok yang disetor.
3. Saham masing-masing anggota menurut (Pasal 1 [5] ditentukan dengan ketentuan
sebagai berikut: a) 2% akan dibayar dengan uang dolar Amerika Serikat, 18% akan
dibayar dengan mata uang negar bersangkutan (Pasal 2[7ib]). Sisanya 80% akan
diminta bila IBRD memerlukan.
4. Yang berhak memutuskan keanggotaan baru adalah Board of Governors (Pasal 5
[2bi]). Keputusan penerimaan keanggotaan ini ditentukan oleh suara mayoritas dari
Board of governors dan rapatuntuk mengambil keputusan ini harus mewakili dua
per tiga jumlah suara.
E. Prosedur Penerimaan Anggota
Permohonan untuk menjadi anggota diajukan oleh pihak yang berwenang menurut
hukum internasional, seperti kepala negara atau perdana menteri atau menteri luar negeri
atau pejabat diplomatik yang diakreditasikan di organisasi internasional tersebut atau
negara yang ditunjuk untuk menyimpan dokumen ratifikasi. Dalam penerimaan
keanggotaan ini biasanya ada dua prosedur yang harus ditempuh. Pertama, adanya
permintaan dari calon anggota. Kedua, negara yang bersangkutan telah meratifikasi
anggaran dasar organisasi internasional dimana negara tersebut ingin menjadi anggota.
Jadi dalam penerimaan anggota ini ada dua tindakan, yaitu tindakan sesuai dengan
hukum nasional dan tindakan dalam hukum internasional. Dalam suasana nasional adanya
oposisi terhadap pemerintah dapat berpengaruh dalam proses penerimaan keanggotaan
dalam suatu organisasi internasional. Hubungan suasana nasional dan suasana
internasional dalam kaitannya dengan penerimaan keanggotaan dalam suatu organisasi
internasional sangat penting. Sebagai contoh pada waktu Amerika Serikat akan menjadi
anggota International labour organization (ILO) tahun 1934, Presiden Rosevelt mendapat
otoritas dari kongres Amerika Serikat untuk menerima kenaggotaan ILO. Jadi bila suatu
negara telah menyatakan terikat pada suatu perjanjian internasional, ternyata melanggar
ketentuan hukum nasional sehubungan dengan kewenangan untuk membuat perjanjian
internasional tetap terikat pada perjanjian tersebut, kecuali jika persyaratan tersebut
melanggar peraturan dasar yang penting dari hukum nasional. Jika suatu negara anggota
telah bertindak sebagai anggota organisasi internasional, maka negara tersebut tidak dapat
menolak malaksanakan kewajibannya hanya didasarkan pada alasan bahwa keanggotaan
dalam organisasi internasional melanggar hukum nasionalnya.
Dalam masalah keanggotaan, masalah yang mungkin timbul adalah bagaimana jika
dua negara bergabung menjadi satu negara, misalnya ketika Mesir dan Syira menjadi
Republik Persatuan Arab (United Arab Republic) pada bulan Februari 1958. Tanganyika
menjadi anggota PBB tanggal 14 Desember 1961 dan Zanzibar menjadi anggota PBB
tanggal 16 Desember 1963, Tanganyika dan Zanzibar bersatu, tanggal 26 April 1964,
kemudian mengubah namanya menjadi Republik Persatuan Tanzania pada tanggal 1
November 1964. Dalam hal ini pertanyaannya apakah keanggotaan dengan adanya
penggabungan itu harus menempuh prosedur baru? Dalam praktik ternyata keanggotaan
Republik Persatuan tersebut menggantikan keanggotannya yang lama dimana sebelumnya
telah menjadi anggota dan tidak perlu lagi melalui prosedur baru, demikian pula bila salah
satu negara yang bergabung tersebut belum menjadi anggota organisasi internasional.
Sebagai contoh Republik Persatuan Arab mewarisi keanggotaan Mesir di IAEA dan di
International Finance Corporation (IFC) dimana Syria belum menjadi anggota kedua
organisasi internasional tersebut. Demikian pula Republik Persatuan Tanzania mewarisi
keanggotaan Tanganyika dan Zanzibar dalam keanggotaanya di badan-badan PBB. Contoh
lain Republik Federal Jerman dan Republik Demokratis Jerman diterima menjadi anggota
PBB pada tanggal 18 September 1973. Sejak 3 Oktober 1990 kedua negara tersebut
menjadi satu negara lagi, yaitu Negara Jerman yang menjadi anggota negara Federal
Jerman dan Republik Demokratis Jerman. Contoh lain Yaman menjadi anggota PBB tanggal
30 September 1947 dan Yaman Demokratis tanggal 14 Desember 1967. Tanggal 22 Mei
1990 kedua negara bergabung dan sejak itu menjadi anggota PBB dengan nama “Yaman”.
Dalam hal keanggotaan di Organisasi Buruh Internasional (ILO), sesuai dengan
Konvensi Perburuhan, hanya salah satu pihak yang menjadi peserta Konvensi ILO.
Republik Persatuan Tanzania mengemukakan bahwa Konvensi ILO hanya berlaku pada
wilayah dimana wilayah tersebut menjadi pihak, dengan kata lain Konvensi ILO hanya
berlaku di wilayah yang dulu merupakan wilayah Zanzibar atau Tanganyika.
Masalah lain yang timbul adalah jika suatu negara pecah atau terbagi dalam dua
atau beberapa negara. Dalam hal ini diakui bahwa bagian utamalah yang diakui sebagai
pewaris negara semula. Sebagai contoh India ketika pecah menjadi India dan Pakistan,
maka India yang mewarisi hak-hak India (yang berdiri tahun 1947). Mesir dan Syria
menjadi anggota PBB tanggal 24 Oktober 1945, setelah plebisit tanggal 21 Februari 1958
Republik Persatuan Arab terbentuk dengan bersatunya Mesir dan Syria dan menjadi
anggota tunggal. Tanggal 13 Oktober 1961, Syria memisahkan diri dari Republik Persatuan
Arab, secara terpisah menjadi anggota PBB. Tanggal 2 September 1971 Republik Persatuan
Arab Mengubah namanya menjadi Republik Arab Mesir, maka Mesir mewarisi hak
Republik Persatuan Arab.
Begitu pula dengan Cina, ketika Cina pecah menjadi Republik Rakyat Cina (RRC) dan
Republik Nasionalis Cina (Taiwan), maka pada waktu itu yang diakui oleh PBB untuk
mewarisi hak Cina (tahun 1945) adalah Taiwan, sampai tahun 1971 ketika Majelis Umum
mengeluarkan resolusi tanggal 25 Oktober 1971 No. 2758(XXVI) yang menentukan bahwa
RRC yang berhak menggantikan hak Cina tahun 1945.
Contoh lain pada tahun 1990 Uni Soviet membubarkan diri menjadi tiga negar
Baltik, Georgia dan 11 negara Republik lainnya. Tiga negara Baltik adalah: Estonia, Latvia
dan Lithuania, telah mengajukan keanggotaannya di PBB dan telah diterima sebagai
anggota PBB pada tanggal 17 September 1991. Sedangkan negara-negara lainnya seperti
Armenia, Azerbaijan, Georgia, Kazakstan, Kyrgyzstan, Republik Moldova, Tajikistan,
Turkimenistan dan Uzbekistan menjadi anggota PBB tahun 1992. Di antara 11 negara
Republik adalah Rusia, Byelorussia dan Ukraina. Byelorussia dan ukraina telah menjadi
anggota PBB sejak tahun 1945 sebagai anggota yang lepas dari keanggotaa Uni Soviet.
Masalah yang timbul dalam masalah keanggotaan dengan pecahnya negara Uni
Soviet adalah siapa pengganti Uni Soviet di Dewan Keamanan, mengingat Uni Soviet adalah
Anggota PBB sejak 24 Oktober 1945 dan mempunyai hak tetap di Dewan Keamanan. Dalam
surat Boris Yeltsin sebagai Presiden Federasi Rusia tanggal 24 Desember 1991 yang
ditujukan kepada Sekretaris Jendral PBB, menyatakan bahwa keanggaotaan Uni Soviet di
Dewan Keamanan PBB akan dilanjutkan Oleh Federasi Rusia dengan dukungan 11 negara
anggota Persemakmuran Negara-Negara Merdeka.
Pada tahun 1991 Yugoslavia pecah menjadi enam negara merdeka: Serbia
Montenegro, Kroatia, Slovenia, Bosnia Herzegovina, Makedonia dan Kosovo.
G. Penundaan keanggotaan
G-15
G-20
Colombo Plan
Sekilas DK PBB
Hubungan luar negeri Indonesia dengan negara-negara lain telah dimulai sejak Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Berbagai forum, baik bilateral,
regional maupun multilateral telah dirancang oleh Indonesia bersama-sama dengan negara-negara
sahabat. Dalam menjalin hubungan tersebut Indonesia senantiasa mempromosikan bentuk
kehidupan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai saling menghormati, tidak mencampuri
urusan dalam negeri negara lain, penolakan penggunaan kekerasan serta konsultasi dan
mengutamakan konsensus dalam proses pengambilan keputusan. Saat ini Indonesia telah menjalin
kerjasama bilateral dengan 162 negara serta satu teritori khusus yang berupa non-self governing
territory. Negara-negara mitra kerjasama Indonesia ini terbagi dalam delapan kawasan (Afrika,
Timur Tengah, Asia Timur dan Pasifik, Asia Selatan dan Tengah, Amerika Utara dan Tengah,
Amerika Selatan dan Karibia, Eropa Barat, dan Eropa Tengah dan Timur). Informasi tentang
hubungan bilateral Indonesia dengan negara-negara tersebut dapat dilihat pada halaman situs ini.
Amerika
Irak Namibia Tanzania
Serikat
Tiongkok
Australia Jepang Oman
(RRT)
Uni Emirat
Bangladesh Kazakhstan Perancis
Arab (UEA)
Belanda Kenya Peru Uzbekistan
Bosnia
Korea Selatan Portugal Venezuela
Herzegovina
Brunesi
Kroasia Rumania Yaman
Darussalam
Indonesia juga menolak segala keputusan unilateral yang diambil di luar kerangka
kerja PBB. Hubungan Indonesia dengan berbagai organisasi regional dapat dilihat pada
halaman ini. Pilih nama organisasi di bagian atas, atau klik berita pada bagian kanan
halaman
Keanggotan tidak tetap Indonesia pada DK PBB pada periode 2019 - 2020
Pada tanggal 8 Juni 2018, Indonesia telah terpilih menjadi anggota tidak tetap
Dewan Keamanan PBB untuk periode 2019-2020, bersama Jerman, Afrika Selatan, Belgia
dan Republik Dominika. Indonesia akan memulai masa tugasnya pada tanggal 1 Januari
2019 hingga 31 Desember 2020.
Di samping itu, Indonesia juga akan memberikan perhatian khusus pada isu
Palestina.
Sejalan dengan prinsip polugri yang membumi, keangotaan Indonesia pada DK PBB
perlu membawa manfaat nyata bagi rakyat , baik dari sisi politis maupun ekonomi.
Dalam hal ini, sejumlah manfaat strategis keanggotaan DK Indonesia antara lain:
1. Meletakkan dasar yang kuat bagi “political investment" dengan negara maju
maupun negara berkembang
2. Membuka peluang yang lebih besar bagi Indonesia dalam memberikan
bantuan kerjasama teknik kepada negara-negara berkembang lainnya.
Perlu disadari bahwa keanggotaan Indonesia adalah untuk periode 2 tahun, dan
selanjutnya Indonesia akan kembali berada di luar DK. Dalam kaitan ini, salah satu isu yang
secara konsisten disuarakan Indonesia adalah perlunya reformasi DK agar selaras dengan
tatanan global yang lebih inklusif. Karenanya, kesempatan keanggotaan pada DK membuka
peluang yang sangat strategis untuk mendorong proses reformasi DK dari dalam DK itu
sendiri.
Indonesia memiliki rekam jejak yang patut dibanggakan dalam hal ini, antara lain
tercermin dari keberadaan “Wisnumurti Guidelines" sebagai panduan proses pemilihan
Sekjen PBB yang telah digunakan sejak tahun 1996.
Di samping itu, Indonesia juga akan menjadi Ketua pada sejumlah Badan Subsider
atau Komite di bawah DK PBB, terkait penanggulangan terorisme dan non-proliferasi.
Bab VIII Piagam PBB mendorong negara-negara yang tergabung dalam organisasi
kawasan untuk terlebih dahulu mengupayakan penyelesaian sengketa secara damai
melalui organisasi regional sebelum meneruskan isu tersebut kepada DK (Pasal 52 (2)).
Secara garis besar, pertemuan DK terbagi atas public meeting dan private meeting.
Public meeting dapat mengambil bentuk open debate, debate, briefing, atau
adopsi.
Untuk setiap jenis pertemuan, terdapat pertimbangan apakah dapat atau tidak
dapat mengundang negara-negara non-anggota DK PBB.
Press Statement: harus disepakati secara konsensus dan tidak mengikat. Pada
umumnya, disepakati secara konsensus melalui surel.
Pasal 29 Piagam PBB dan Rule 28 Provisional RoP menyebutkan bahwa DK dapat
membentuk badan subsider untuk mendukung pelaksanaan tugasnya. Badan Subsider
dapat mengambil format Komite (termasuk Komite Sanksi) atau Working Group, dengan
keanggotaan terbatas pada 15 anggota DK (negara non-DK tidak dapat berpartisipasi).
Sekilas DK PBB
Keangotaan dan Pengambilan
Keputusan
Frequently Asked Questions (FAQ)
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Hal-hal penting dalam masalah keanggotaan suatu organisasi internasional:
a) Penggolongan keanggotaan
Keanggotaan penuh (full members), artinya anggota akan ikut serta dalam
semua keanggotaan organisasi dengan segala hak-haknya.
Keanggotaan luar biasa (associate members), artinya anggota dapat
berpartisipasi namun tidak mempunyai hak suara di dalam alat
perlengkapan utama organisasi internasional.
Keanggotaan sebagian (partial members), artinya anggota hanya ikut
berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan tertentu.
b) Prinsip-prinsip keanggotaan
c) Persyaratan keanggotaan
Misalnya seperti PBB, piagam PBB memberikan persyaratn yang cukup luwes
dan berat, sebagaimana yang termuat dalam pasal 4 ayat (1) dan (2) serta pasal
18 ayat (2) yang mempunyai lima unsur yaitu:
Open to all other “peace loving” states, merupakan negara yang cinta damai,
hakekatnya ditunjukan bagi negara yang tidak ikut perang melawan kekuatan
poros, atau setidak-tidaknya anti atau bukan fasis.
Accept to obligations contained in the present charter, yaitu negara yang mau
menerima kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam piagam. Sebagaimana
dinyatakan dalam rules of procedure, baik dari Dewan Keamanan maupun dari
Majelis Umum PBB, permintaan untuk menjadi anggota haruslah berisi “suatu
pernyataan yang dibuat dalam suatu instrumen resmi bahwa negara itu
menerima kewajiban-kewajiban tersebut”.
e) Berhentinya keanggotaan
Di susun Oleh :
Andril Hartanto
Ayudia dinisminur
Ikbal Maulana
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/29812877/Makalah_Keanggotaan_Suatu_Organisasi_Internasi
onal_Hukum_Organisasi_Internasional.docx?auto=download
https://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/organisasi-internasional.aspx
https://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-multilateral/Pages/keanggotaan-DK-
PBB.aspx
https://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/Pages/kerjasama-bilateral.aspx
https://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-regional/default.aspx
https://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-multilateral/default.aspx