Anda di halaman 1dari 25

ANGGARAN DASAR DAN PERATURAN RUMAH TANGGA

IKATAN ADVOKAT INDONESIA


IKADIN

DEWAN PIMPINAN PUSAT IKATAN ADVOKAT INDONESIA


DPP - IKADIN
MASA BHAKTI 2015 – 2020
 

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

1. Bahwa Negara REPUBLIK INDONESIA adalah Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, dan oleh karena itu setiap orang tanpa dibedakan keyakinan,
agama, suku, bangsa, golongan dan kedudukannya wajib tunduk serta menjunjung tinggi
hukum demi tegaknya keadilan dan kebenaran bagi setiap orang guna melindungi dan
mempertahankan hak-hak asasi manusia yang sesuai dengan harkat dan martabatnya.

2. Bahwa Advokat sebagai salah satu unsur Catur Wangsa Penegak Hukum dalam kerangka-
kerangka kekuasaan kehakiman yang bebas dan merdeka wajib mengemban tugas dan
tanggung jawab untuk mengabdi, mempertahankan dan menegakkan hukum demi
tercapainya kepastian hukum yang mencerminkan nilai-nilai hidup yang luhur dalam hati
nurani serta kesadaran hukum masyarakat.

3. Bahwa kekuasaan kehakiman yang bebas dan merdeka memerlukan profesi Advokat yang
mandiri, bebas dan bertanggung jawab guna mencapai peradilan yang bebas dan
bertanggung jawab yang menjadi benteng terakhir dalam menegakkan kebenaran dan
keadilan berdasarkan hukum dan menjamin serta mempertahankan hak-hak asasi manusia.

4. Bahwa Advokat Indonesia mempunyai kewajiban serta tanggung jawab kemasyarakatan


untuk membawakan peranan sebagai penggerak pembangunan yang turut mempelopori
pembaruan, pembangunan dan pembentukan hukum sesuai dengan arah serta tujuan
pembangunan dan pembinaan hukum sebagai sarana penunjang tercapainya masyarakat
adil makmur, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

5. Bahwa Advokat Indonesia dalam menjalankan tugasnya memberikan nasehat, bantuan,


pelayanan dan pembelaan hukum, baik di luar maupun di dalam pengadilan, bertanggung
jawab untuk memperjuangkan asas-asas keadilan dengan melindungi hak-hak asasi manusia,
meningkatkan kesadaran hukum dengan penuh rasa tanggung jawab didasarkan atas
pengabdian dan ilmu hukum yang didorong oleh cita-cita luhur profesi.

6. Maka berdasarkan hal-hal dan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas para Advokat


seluruh Indonesia dengan tekad yang bulat, sepakat untuk membentuk IKATAN ADVOKAT
INDONESIA yang tunggal dan mandiri dengan Anggaran Dasar sebagai berikut :

BAB I

NAMA, TEMPAT, KEDUDUKAN DAN WAKTU

PASAL 1

1. IKATAN ADVOKAT INDONESIA disingkat IKADIN adalah salah satu wadah organisasi profesi
Advokat Indonesia yang merupakan Organisasi Profesi dan Perjuangan, Mandiri, Bebas,
Merdeka, bertanggung jawab serta mengemban misi luhur para Advokat Indonesia, turut
membangun hukum nasional serta mengembangkan Advokat Indonesia yang penuh
integritas dalam keterikatannya dengan Pembangunan Bangsa dan Negara.

2. IKADIN berkedudukan ditempat kedudukan Mahkamah Agung RI dengan cabang-cabangnya


dan atau perwakilan-perwakilan ditempat-tempat lain yang dianggap perlu, sebagaimana
ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

Pasal 2

1. IKADIN didirikan pada tanggal 10 Nopember 1985 dalam Musyawarah Nasional Adokat
Indonesia di Jakarta.

2. IKADIN didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan lamanya.

BAB II

ASAS, LAMBANG DAN TUJUAN

Pasal 3

IKADIN berjuang berdasarkan Pancasila dan berlandaskan Undang-undang Dasar 1945.

Pasal 4

1. IKADIN berjuang berdasarkan motto FIAT JUSTITIA RUAT COELUM ("Demi Keadilan Sekalipun
Langit Runtuh").

2. Lambang IKADIN adalah berupa timbangan keadilan yang dilindungi oleh dua bilah pedang,
dengan latar belakang lingkaran merah bergerigi 45 (empat puluh lima) yang mengandung
tulisan FIAT JUSTITIA RUAT COELUM membentuk setengah lingkaran dengan warna putih
dilindungi oleh lima seongkok (dilihat dari sudut muka) yang membentuk lingkaran yang
mengandung tulisan berwarna merah IKATAN ADVOKAT INDONESIA dan IKADIN diantara
dua bintang bersegi lima dengan latar belakangnya warna putih

Pasal 5

Tujuan IKADIN adalah :

1. Menegakkan hukum, kebenaran dan keadilan serta meningkatkan kesadaran anggota


masyarakat dalam Negara Hukum Indonesia.

2. Menegakkan hak-hak asasi manusia dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

3. Menumbuhkan dan memelihara rasa setia kawan di antara para Advokat.

4. Membela dan memperjuangkan hak dan kepentingan para Advokat dalam melakukan
tugasnya.

5. Turut aktif dalam Pembangunan Hukum Nasional.

6. Menegakkan kekebalan dalam menjalankan profesi.

7. Lebih meningkatkan integritas moral dan profesionalisme.

BAB III

USAHA

Pasal 6

Usaha-usaha untuk mencapai tujuan seperti yang diatur dalam pasal 5 tersebut diatas adalah:
1. Mempersatukan semua Advokat menjadi anggota IKADIN.

2. Menjaga supaya setiap anggota menjunjung tinggi kehormatan profesi Advokat sesuai
dengan Kode Etik.

3. Mengusahakan penerbitan dan melakukan riset dalam bidang hukum.

4. Mempertinggi ilmu dan keahlian para anggotanya, membimbing serta menghantarkan para
Sarjana Hukum yang belum memenuhi syarat menjadi Advokat agar dapat menjadi Advokat.

5. Memberi bantuan hukum kepada yang tidak mampu membayar uang jasa.

6. Meningkatkan kerjasama dengan instansi-instansi dan badan-badan lain khususnya dalam


bidang hukum.

7. Mengadakan kelompok belajar (Study Group) untuk menyampaikan pandangan-pandangan


kepada pemerintah, Pengadilan dan Lembaga-Lembaga lain.

8. Usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat bagi profesi Advokat.

BAB IV

KEANGGOTAAN

Pasal 7

1. Anggota IKADIN terdiri dari :

 Anggota Biasa.

 Anggota Kehormatan.

2. Anggota Biasa, adalah warga negara Indonesia yang bergelar Sarjana Hukum dari Perguruan
Tinggi terakreditasi, bukan Pegawai Negeri atau TNI/POLRI serta telah diangkat menjadi
Advokat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menjalankan
praktek selaku Advokat.

3. Anggota Kehormatan, adalah mereka yang dianggap telah berjasa terhadap IKADIN dan
pengembangan ilmu serta pembangunan hukum Nasional.

4. Hak-hak Anggota :

a. Anggota Biasa memiliki hak memilih dan dipilih serta hak untuk berbicara.

b. Anggota Kehormatan tidak memiliki hak memilih dan dipilih, tetapi dapat diangkat sebagai
Anggota Dewan Kehormatan atau Anggota Dewan Penasehat, baik dipusat maupun dicabang.

c. Setiap anggota IKADIN tidak dibenarkan menjadi anggota organisasi profesi sejenis lainnya, kecuali
menjadi anggota organisasi yang ditentukan atau diharuskan oleh undang-undang dan peraturan
lainnya.

5. Hal-hal yang berhubungan dengan ketentuan-ketentuan dalam ayat-ayat diatas lebih lanjut
diatur dalam Peraturan Rumah Tangga.

Pasal 8

1. Keanggotaan IKADIN berakhir karena:

a. Meninggal dunia ;

b. Mengundurkan diri ;
c. Diberhentikan sementara ;

d. Dipecat ;

2. Pemberhentian tetap dari profesinya berdasarkan keputusan organisasi advokat yang


ditentukan oleh undang-undang. Cara-cara pengunduran diri, pemberhentian sementara
dan pemecatan sebagai anggota diatur dalam Peraturan Rumah Tangga.

BAB V

STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 9

1. IKADIN Pusat dipimpin oleh Dewan Pimpinan Pusat.

2. IKADIN Cabang dipimpin oleh Dewan Pimpinan Cabang.

3. Cabang IKADIN dapat didirikan di setiap daerah hukum Pengadilan Negeri, dimana terdapat
sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang Advokat.

4. Didalam daerah Hukum Pengadilan Negeri dimana belum dapat didirikan Cabang dapat
diadakan Perwakilan dengan sekurang-kurang nya 2 (dua) orang Advokat.

DEWAN PIMPINAN PUSAT

Pasal 10

1. Dewan Pimpinan Pusat berkedudukan di tempat kedudukan Mahkamah Agung Republik


Indonesia.

2. Dewan Pimpinan Pusat terdiri dari : seorang Ketua Umum, minimal 2 (dua) Wakil Ketua
Umum, ditambah Ketua Bidang sesuai dengan kebutuhan, seorang Sekretaris Jenderal,
minimal 2 (dua) Wakil Sekretaris Jenderal, seorang Bendahara, minimal 2(dua) orang Wakil
Bendahara serta dibantu oleh Departemen sesuai dengan kebutuhan dan Korwil
(Koordinator Wilayah) sesuai dengan wilayah Pengadilan Tinggi.

3. Tugas dan kewajiban Dewan Pimpinan Pusat diatur dalam Peraturan Rumah Tangga.

Pasal 11

1. Ketua Umum, Sekretaris Jenderal dan Bendahara semuanya harus bertempat tinggal di
tempat kedudukan Mahkamah Agung Republik Indonesia selama memangku jabatannya.

2. Dewan Pimpinan Harian Pusat terdiri dari Ketua Umum, minimal 2 (dua) Wakil Ketua Umum,
Ketua-ketua, Sekretaris Jenderal, minimal 2 (dua) Wakil Sekretaris Jenderal; Bendahara dan
minimal 2 (dua) Wakil Bendahara.

3. Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal mewakili IKADIN di dalam maupun di luar Pengadilan.

Dalam hal Ketua Umum, Sekretaris Jenderal berhalangan, tentang hal mana tidak perlu dibuktikan
kepada pihak lain, maka dalam keadaan demikian Wakil Ketua Umum dan Wakil Sekretaris Jenderal
secara otomatis mewakili IKADIN.

DEWAN PIMPINAN CABANG

Pasal 12
1. Dewan Pimpinan Cabang yang terdiri dari seorang Ketua, minimal 2 (dua) Wakil Ketua,
Ketua-ketua Bidang, seorang Sekretaris, minimal 2 (dua) Wakil Sekretaris, seorang
Bendahara minimal 2 (dua) Wakil Bendahara.

2. Dewan Pimpinan Cabang berkedudukan di tempat kedudukan Pengadilan Negeri setempat.

3. Tugas dan kewajiban Dewan Pimpinan Cabang diatur dalam Peraturan Rumah Tangga.

Pasal 13

1. Ketua, minimal 2 (dua) Wakil Ketua; Sekretaris, minimal 2 (dua) Wakil Sekretaris; Bendahara,
minimal 2 (dua) Wakil Bendahara adalah Dewan Pimpinan Harian Cabang.

2. Ketua dan Sekretaris mewakili Cabang di dalam maupun di luar Pengadilan.

Dalam hal Ketua, Sekretaris berhalangan tentang hal mana tidak perlu dibuktikan kepada pihak lain,
maka dalam keadaan demikian Wakil Ketua dan Wakil Sekretaris secara otomatis mewakili cabang.

BAB VI

MASA JABATAN

Pasal 14

Masa Jabatan Pimpinan IKADIN, adalah :

1. Dewan Pimpinan Pusat selama 5 (lima) tahun, setelah dipilih oleh MUNAS.

2. Dewan Pimpinan Cabang selama 4 (empat) tahun, setelah dipilih oleh anggota melalui Rapat
Anggota Cabang dan disahkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

3. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat dan Ketua Dewan Pimpinan Cabang hanya dapat dipilih
kembali 1( satu) kali lagi.

BAB VII

MUSYAWARAH NASIONAL

Pasal 15

1. Kekuasaan tertinggi IKADIN adalah MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS).

2. MUNAS berkala diadakan sekali 5(lima) tahun.

Pasal 16

1. Munas Luar Biasa dapat diadakan setiap saat bilamana dipandang perlu oleh Dewan
Pimpinan Pusat atau atas permintaan secara tertulis dari sekurang-kurangnya 2/3 jumlah
Cabang.

2. Segala sesuatu yang berlaku dalam Munas berlaku dalam Munaslub.

HAK SUARA DALAM MUNAS

Pasal 17

Yang mempunyai Hak Suara dalam MUNAS adalah Utusan Cabang berdasarkan ketentuan sebagai
berikut :

1. Setiap 3 (tiga) Anggota Cabang IKADIN memperoleh 1(satu) suara dengan ketentuan
maksimum 35 (tiga puluh lima) suara untuk satu cabang.
2. Hak suara dalam Munas diatur lebih lanjut dalam Pasal 18.

Pasal 18

1. Untuk kelebihan 2 (dua) anggota diatas kelipatan 3 (tiga) anggota diberi tambahan 1 (satu)
suara.

2. Penentuan Utusan Cabang dilakukan dalam suatu Rapat Anggota Cabang yang khusus
diadakan untuk itu.

3. Para Utusan Cabang didalam MUNAS dipimpin oleh Ketua Cabang atau yang ditunjuk
sebagai wakilnya.

PANGGILAN MUNAS

Pasal 19

1. MUNAS diadakan dengan panggilan tertulis dari atau atas nama Dewan Pimpinan Pusat
dalam waktu sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pembukaan.

2. Panggilan disampaikan pada cabang-cabang untuk selanjutnya disampaikan kepada para


Anggota Cabang dengan memuat waktu, tempat dan acara.

QUORUM

Pasal 20

1. MUNAS adalah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 1/2 (setengah) jumlah anggota
yang diwakili oleh utusan dari setiap cabang (Utusan Cabang) sesuai dengan ketentuan pasal
17 ditambah 1 (satu).

2. Apabila quorum tidak dicapai, MUNAS diundurkan untuk waktu sekurang-kurangnya 6


(enam) jam, kemudian MUNAS dibuka kembali dengan tidak terikat oleh quorum lagi, dan
MUNAS dapat mengambil keputusan-keputusan secara sah asalkan usul-usul yang
bersangkutan disetujui oleh suara terbanyak biasa.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 21

Pengambilan keputusan dalam MUNAS dilakukan secara musyawarah mufakat dan apabila tidak
tercapai maka akan dilakukan dengan suara terbanyak biasa dari utusan Cabang yang hadir saat
dilakukan pengambilan keputusan.

SIDANG-SIDANG MUNAS

Pasal 22

1. Sidang-sidang pada MUNAS terdiri dari Sidang Pleno dan Sidang Komisi.

2. Ketentuan mengenai Sidang-sidang Pleno dan Sidang Komisi akan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Rumah Tangga.

ACARA MUNAS BERKALA

Pasal 23

1. Pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Pusat mengenai hal-hal yang telah dikerjakan dalam
masa jabatannya.
2. Perhitungan dan pertanggung jawaban tentang urusan keuangan.

3. Usul-usul dari Dewan Pimpinan Pusat/Dewan Pimpinan Cabang.

4. Pemilihan Formatur untuk membentuk Dewan Pimpinan Pusat, mengangkat Ketua Dewan
Kehormatan Pusat dan Ketua Dewan Penasehat Pusat.

5. Hal-hal yang dianggap penting.

Pasal 24

Dalam MUNAS Luar Biasa dibicarakan hal-hal yang bersangkutan dengan maksud penyelenggaraan
MUNAS Luar Biasa tersebut.

Pasal 25

Penyelenggaraan MUNAS atau MUNASLUB diatur lebih lanjut dalam Peraturan Rumah Tangga.

PEMILIHAN FORMATUR

Pasal 26

1. MUNAS IKADIN memilih 1 (satu) orang Formatur yang akan menyusun Dewan Pimpinan
Pusat dan mengangkat Ketua Dewan Kehormatan Pusat dan Ketua Dewan Penasehat Pusat.

2. Setiap cabang dapat mengusulkan sebanyak-banyaknya 5(lima) orang calon Formatur


dengan ketentuan bahwa setiap calon Formatur harus didukung oleh sekurang-kurang nya
10 (sepuluh) Cabang.

3. Formatur yang terpilih dengan suara terbanyak otomatis menjadi Ketua Umum Dewan
Pimpinan Pusat IKADIN.

4. Formatur selesai tugasnya dengan tersusunnya keanggotaan Dewan Pimpinan Pusat, Dewan
Kehormatan dan Dewan Penasehat Pusat selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat
belas) hari terhitung sejak ditetapkan oleh MUNAS atau MUNAS Luar Biasa.

BAB VIII

RAPAT KERJA

Pasal 27

1. Dewan Pimpinan Pusat mengadakan Rapat Kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun dengan semua Dewan Pimpinan Cabang.

2. Rapat kerja adalah sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya 1/2 (setengah) jumlah Cabang
ditambah 1 (satu).

3. Apabila quorum tidak tercapai, Rapat dapat diundur untuk waktu sekurang-kurangnya 3
(tiga) jam, kemudian Rapat Kerja dibuka kembali dengan tidak terikat oleh quorum lagi, dan
Rapat dapat mengambil keputusan-keputusan dengan sah asalkan usul-usul yang
bersangkutan disetujui oleh suara terbanyak biasa.

4. Pemungutan suara dilakukan dengan suara tebanyak biasa.

5. Keputusan-keputusan yang diambil dalam Rapat Kerja yang sah adalah mengikat dan berlaku
sejak ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat dalam suatu Surat Keputusan.

BAB IX
RAPAT-RAPAT

Pasal 28

1. Rapat Dewan Pimpinan Harian Pusat, Dewan Kehormatan Pusat atau Dewan Penasehat
Pusat diadakan setiap kali dianggap perlu oleh Ketuanya atau atas permintaan sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang anggotanya.

2. Rapat Dewan Harian Pusat/Dewan Kehormatan Pusat/Dewan Penasehat Pusat dapat


mengambil keputusan sah apabila sekurang-kurang nya dihadiri oleh 1/2 (setengah) jumlah
anggotanya ditambah 1(satu).

3. Rapat Dewan Pimpinan Cabang/Dewan Kehormatan Cabang/Dewan Penasehat Cabang


diadakan setiap kali dianggap perlu oleh ketuanya, atau atas permintaan sekurang-
kurangnya 3(tiga) orang anggotanya.

4. Rapat Dewan Pimpinan Cabang/Dewan Kehormatan Cabang/Dewan Penasehat Cabang


dapat mengambil keputusan-keputusan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurang nya 1/2
(setengah) jumlah anggotanya ditambah 1 (satu).

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai rapat-rapat yang disebutkan dalam pasal ini dan rapat-
rapat lainnya akan diatur dalam Peraturan Rumah Tangga.

Pasal 29

1. Rapat Anggota Cabang diadakan sekurang-kurangnya 1(satu) kali dalam waktu 6 (enam)
bulan.

2. Dalam Rapat Anggota Cabang dibicarakan:

a. Laporan Dewan Pimpinan Cabang, Dewan Kehormatan Cabang, Dewan Penasehat Cabang
mengenai hal-hal yang telah dikerjakan.

b. Perhitungan dan pertanggung-jawaban keuangan.

c. Usul-usul dari Dewan Pimpinan Cabang dan/atau para anggota.

Pasal 30

1. Tiap-tiap Rapat Anggota Cabang diadakan dengan panggilan tertulis kepada anggota,
sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari sebelumnya.

2. Panggilan memuat waktu, tempat dan acara.

3. Rapat dipimpin oleh Ketua Dewan Pimpinan Cabang atau oleh salah seorang Anggota Dewan
Pimpinan Cabang.

4. Dalam Rapat Anggota, tiap-tiap anggota berhak mengeluarkan 1 (satu) suara.

5. Rapat Anggota adalah sah apabila dihadiri 1/2 (setengah) jumlah dari Anggota Cabang
dengan ketentuan, bahwa jika quorum tidak tercapai, maka rapat diundur untuk waktu
sekurang-kurangnya 1 (satu) jam, kemudian rapat dibuka kembali dengan tidak terikat oleh
quorum lagi dan rapat dapat mengambil keputusan secara sah asalkan usul yang
bersangkutan disetujui oleh suara terbanyak biasa.

Pasal 31

1. Pemilihan Ketua Dewan Pimpinan Cabang, Ketua Dewan Kehormatan Cabang, Ketua Dewan
Penasehat Cabang dilakukan dalam Rapat Anggota Cabang yang diadakan khusus untuk itu.
2. Ketua Dewan Pimpinan Cabang, Ketua Dewan Kehormatan Cabang, Ketua Dewan Penasehat
Cabang terpilih mengangkat anggota-anggota lainnya untuk Dewan yang dipimpin.

Pasal 32

1. Apabila Ketua Dewan Pimpinan Cabang oleh sesuatu sebab tidak dapat dan atau dilarang
menjalankan jabatannya oleh Dewan Pimpinan Pusat atau mengundurkan diri sebelum masa
jabatannya berakhir, maka selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak saat
tersebut Dewan Pimpinan Cabang wajib mengadakan Rapat Anggota Luar Biasa untuk
memilih Ketua Dewan Pimpinan Cabang yang baru.

2. Masa Jabatan Dewan Pimpinan Cabang yang baru terpilih dihitung sejak saat disahkan oleh
Dewan Pimpinan Pusat.

3. Apabila dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal surat Dewan
Pimpinan Cabang tidak ada pengesahan dari Dewan Pimpinan Pusat, maka Dewan Pimpinan
Cabang ter-sebut sah dan tidak diperlukan adanya pengesahan Dewan Pimpinan Pusat.

4. Ketentuan ayat (1) diatas, apabila terjadi hal yang sama berlaku pula bagi Ketua Dewan
Kehormatan Cabang dan Ketua Dewan Penasehat Cabang.

5. Apabila hal tersebut dalam ayat (1) tidak dapat dilaksanakan, maka Dewan Pimpinan Pusat
menunjuk seorang Caretaker atau lebih untuk menyelenggarakan Rapat Anggota Luar Biasa
untuk memilih Ketua Dewan Pimpinan Cabang yang baru.

Pasal 33

1. Rapat Anggota Luar Biasa diadakan:

a. Apabila dianggap perlu oleh Dewan Pimpinan Cabang, atau ;

b. Atas permintaan tertulis dari sekurang-kurangnya 1/3 (sepertiga) Anggota Cabang.

2. Dalam Rapat Anggota Luar Biasa dibicarakan hal-hal yang bersangkutan dengan
penyelenggaraan Rapat Anggota Luar Biasa tersebut.

BAB X

HUBUNGAN ANTARA DPP DAN DPC

Pasal 34

1. Dewan Pimpinan Pusat didalam menjalankan tugasnya sehari-hari adalah berdasarkan garis
kebijaksanaan yang ditentukan oleh MUNAS yang merupakan kekuasaan tertinggi dalam
IKADIN.

2. Setiap keputusan Dewan Pimpinan Pusat wajib ditaati dan dijalankan oleh Dewan Pimpinan
Cabang.

3. Dewan Pimpinan Cabang dalam menjalankan kebijaksanaan sehari-hari dan dalam membuat
keputusan tidak boleh bertentangan dengan kebijaksanaan/keputusan Dewan Pimpinan
Pusat.

4. Setiap Anggota Dewan Pimpinan Pusat berhak untuk hadir dalam semua rapat-rapat Dewan
Pimpinan Cabang.

5. Ketentuan lebih lanjut dalam pasal ini diatur dalam Peraturan Rumah Tangga.

BAB XI
KEKAYAAN

Pasal 35

1. Kekayaan IKADIN terdiri dari uang pangkal, uang iuran, uang sumbangan dan lain-lain
kekayaan yang diperoleh dengan sah.

2. Ketentuan lebih lanjut dalam pasal ini diatur dalam Peraturan Rumah Tangga.

BAB XII

KODE ETIK ADVOKAT DAN DEWAN KEHORMATAN

Pasal 36

1. Untuk menjaga martabat Advokat, maka setiap anggota IKADIN wajib taat pada Kode Etik
Advokat Indonesia.

2. Setiap anggota IKADIN dapat diadili oleh Dewan Kehormatan terlepas dari
jabatan/kedudukan apapun yang dijabatnya dalam organisasi.

Pasal 37

1. Untuk mengawasi pelaksanaan Kode Etik Advokat di Pusat diadakan Dewan Kehormatan
Pusat dan di Cabang Dewan Kehormatan Cabang.

2. Masa jabatan anggota Dewan Kehormatan Pusat sama dengan masa jabatan anggota Dewan
Pimpinan Pusat, dan masa jabatan anggota Dewan Kehormatan Cabang sama dengan masa
jabatan anggota Dewan Pimpinan Cabang.

3. Dewan Kehormatan Pusat dan Dewan Kehormatan Cabang terdiri dari paling sedikit 3 (tiga)
anggota, tetapi harus selalu berjumlah ganjil.

4. Tugas dan Kewajiban Dewan Kehormatan diatur dalam Peraturan Rumah Tangga.

BAB XIII

DEWAN PENASEHAT

Pasal 38

1. Untuk membantu Dewan Pimpinan Pusat diadakan Dewan Penasehat Pusat dan ditingkat
Cabang diadakan Dewan Penasehat Cabang.

2. Dewan Penasehat dapat memberikan nasehat, baik diminta maupun tidak, kepada Dewan
Pimpinan.

3. Dewan Penasehat terdiri dari sekurang-kurangnya 5 (lima) orang di Pusat dan 3 (tiga) orang
di Cabang, tetapi harus berjumlah ganjil.

4. Masa jabatan anggota Dewan Penasehat Pusat sama dengan masa jabatan anggota Dewan
Pimpinan Pusat, dan masa jabatan anggota Dewan Penasehat Cabang sama dengan masa
jabatan Dewan Pimpinan Cabang.

5. Tugas dan kewajiban Dewan Penasehat diatur dalam Peraturan Rumah Tangga.

BAB XIV

PERATURAN RUMAH TANGGA

Pasal 39
1. Peraturan Rumah Tangga tidak boleh memuat ketentuan-ketentuan yang bertentangan
dengan Anggaran Dasar ini.

2. Peraturan Rumah Tangga ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

BAB XV

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 40

Pengambilan keputusan dalam MUNAS dilakukan secara musyawarah mufakat, dan apabila tidak
tercapai maka akan dilakukan dengan pemungutan suara atas dasar terbanyak biasa dari utusan
Cabang IKADIN yang hadir saat dilakukan pengambilan keputusan, dan perubahan Anggaran Dasar
berlaku sejak ditetapkan dalam Sidang Pleno.

BAB XVI

PEMBUBARAN

Pasal 41

1. Pembubaran IKADIN diputuskan dalam MUNAS LUAR BIASA yang khusus diadakan untuk
maksud itu.

2. MUNAS LUAR BIASAtersebut adalah sah, apabila dihadiri oleh se kurang-kurangnya 2/3 (dua
pertiga) jumlah anggota yang diwakili oleh utusan dari setiap Cabang menurut ketentuan
pasal 17 (tujuh belas).

3. Apabila quorum tidak tercapai, maka MUNAS LUAR BIASA tersebut diundur untuk waktu
sekurang-kurangnya 24 (dua pulu empat) jam, jika sesudah dibuka kembali ternyata quorum
tetap tidak tercapai, maka diadakan lagi pengunduran berturut-turut untuk waktu sekurang-
kurangnya 24 (dua puluh empat) jam, jika sesudah pengunduran berturut-turut untuk waktu
sekurang-kurangnya 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam tersebut quorum tetap tidak
tercapai, maka MUNAS LUAR BIASA yang khusus diadakan untuk pembubaran IKADIN
tersebut tidak sah dan dianggap batal.

4. Pembubaran IKADIN dalam MUNAS LUAR BIASA menurut ketentuan-ketentuan diatas


adalah sah, apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah suara
peserta MUNAS LUAR BIASA.

BAB XVII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 42

1. Apabila timbul perbedaan tafsiran terhadap suatu ketentuan dalam Anggaran Dasar dan
atau Peraturan Rumah Tangga, maka hal ini diputus oleh Dewan Pimpinan Pusat setelah
mendengar pendapat Dewan Penasehat Pusat.

2. Dewan Pimpinan Pusat dapat menetapkan hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar
dan Peraturan Rumah Tangga.

3. Hal-hal yang telah dikerjakan dan atau ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat harus
dipertanggung-jawabkan dalam MUNAS berikutnya.
Berdasarkan Keputusan Munas IKADIN 2015
Di Hotel Golden Tulip, Banjarmasin
Tanggal 31 Maret – 1 April 2015

Ditetapkan : Di Jakarta
Pada tanggal : 1 Juni 2015

DEWAN PIMPINAN PUSAT


IKATAN ADVOKAT INDONESIA

PERATURAN RUMAH TANGGA


IKATAN ADVOKAT INDONESIA
IKADIN

BAB I

KEANGGOTAAN

ANGGOTA BIASA

Pasal 1
1. Keanggotaan IKADIN yang syarat-syaratnya ditentukan dalam pasal 7 ayat 1.1 Anggaran
Dasar diperoleh dengan cara sebagai berikut :

a. Mengajukan permohonan secara tertulis kepada Dewan Pimpinan Cabang (DPC) ditempat
pemohon berdomisili berdasarkan S.K. Menteri Kehakiman R. I atau SK Ketua Pengadilan Tinggi atau
SK lain yang disetujui oleh DPP IKADIN.

b. Melampirkan salinan bukti-bukti tertulis yang disyaratkan dalam pasal 7 ayat 2 Anggaran Dasar.

c. Menyerahkan surat pernyataan bahwa permohonan bukan pegawai negeri, atau TNI/Polri serta
telah diangkat sebagai Advokat dan menjalankan praktek Advokat.

d. Melampirkan surat rekomendasi dari 2 (dua) orang anggota IKADIN.

e. Melampirkan copy ijazah Sarjana Hukum yang dilegalisir oleh Universitas yang bersangkutan.

2. Dalam hal ditempat domisili pemohon belum ada DPC, maka permohonan untuk menjadi
anggota sebagaimana tersebut pada ayat (1) diajukan kepada DPC yang terdekat dengan
domisili pemohon.

3. a. Surat Permohonan menjadi anggota harus diproses oleh DPC dalam waktu 30 (tiga puluh)
hari sejak permohonan itu diterima di Sekretariat DPC.

b.Apabila Permohonan menjadi anggota dalam waktu 30 (tiga puluh) hari belum diproses oleh DPC,
maka yang bersangkutan berhak mengajukan keberatan kepada DPP dalam waktu 7 (tujuh) hari
sejak dilaksanakan ketentuan ayat 3. a.

4. Setiap anggota wajib memenuhi pembayaran uang pangkal dan iuran serta harus
menandatangani surat pernyatan tertulis bahwa ia akan :

a. Tunduk kepada Anggaran Dasar/Peraturan Rumah Tangga IKADIN.

b. Tunduk kepada Kode Etik.

c. Tunduk kepada Keputusan dan Kebijakan DPP IKADIN.

5. Apabila Permohonan untuk menjadi anggota ditolak oleh DPC, keputusan ini disampaikan
kepada yang bersangkutan dengan mengemukakan alasan-alasan penolakan itu dan
kepadanya diberitahukan, bahwa ia berhak mengajukan banding kepada DPP.

6. Salinan surat keputusan penolakan menjadi anggota harus disampaikan oleh DPC kepada
DPP selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak penolakan permohonan tersebut.

7. Setiap permohonan menjadi anggota yang ditolak, dapat mengajukan banding kepada DPP
dengan tembusan kepada DPC dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya keputusan
penolakan tersebut.

8. DPP selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah menerima permohonan
tersebut harus sudah memberikan keputusan tentang permohonan banding dimaksud dan
menyampaikan kepada DPC untuk diteruskan kepada yang bersangkutan.

PASAL 2

1. Setiap anggota hanya berhak menjadi anggota dari satu cabang.


2. Setiap perpindahan anggota dari satu cabang ke cabang lainnya harus memberitahukan
kepindahannya kepada DPC dimana ia terdaftar sebagai anggota untuk memperoleh surat
keterangan pindah keanggotaan ke DPC yang dituju.

3. DPC selambat-lambatnya dalam waktu 60 (enam puluh) hari wajib memberitahukan kepada
DPP mengenai setiap perpindahan atau penerimaan para anggotanya.

PASAL 3

1. Pengunduran diri sebagai anggota dilakukan dengan surat pemberitahuan tertulis kepada
DPC.

2. Apabila seorang anggota tidak lagi menjalankan profesi sebagai advokat, ia wajib
memberitahukan hal itu secara tertulis kepada DPC.

3. Yang bersangkutan sebagaimana tersebut pada butir 1 dan 2 dihapus dari Daftar Anggota
setelah surat pemberitahuan tersebut diterima oleh DPC.

4. DPC selambat-lambatnya dalam waktu 60 hari sejak diterimanya surat dari yang
bersangkutan kepada DPC, wajib memberitahukan kepada DPP tentang pengunduran diri
dan atau tidak lagi menjaiankan profesi Advokat tersebut, selanjutnya DPP menghapus nama
yang bersangkutan dari daftar anggota.

PASAL 4

1. Seorang anggota dapat dikenakan tindakan diberhentikan sementara untuk jangka waktu
tertentu atau dipecat secara organisatoris oleh DPC, apabila :

a. Melakukan perbuatan yang merugikan organisasi.

b. Melanggar ketentuan dalam Anggaran Dasar dan atau Peraturan Rumah Tangga serta keputusan
maupun kebijaksanaan organisasi.

c. Menggunakan koop surat dengan simbol/lambang IKADIN bukan dalam rangka menjalankan
profesi ADVOKAT ataupun untuk maksud dan tujuan lain yang membawa nama IKADIN untuk
kepentingan lain diluar profesi.

d. Tidak mengindahkan peringatan dan atau petunjuk dari DPC atau DPP.

e. Anggota yang tidak memenuhi kewajiban membayar uang iuran sebagaimana tercantum dalam
pasal 1 ayat 4 selama 6(enam) bulan berturut-turut meskipun telah diberi peringatan secara tertulis
3(tiga) kali, maka DPC dapat memberhentikan sementara yang bersangkutan dari keanggotaan
IKADIN.

f. Karena adanya Keputusan Dewan Kehormatan yang terkait dengan diberhentikan sementara atau
dipecat.

2. a. Diberhentikan sementara atau dipecat seperti tercantum dalam ayat (1) diatas oleh DPC
hanya diputuskan setelah yang bersangkutan diberi kesempatan untuk mengajukan
pembelaan diri baik secara tertulis ataupun secara lisan.

b. Jika anggota yang bersangkutan itu setelah dipanggil dua kali berturut-turut secara wajar tetap
tidak hadir dalam sidang pemeriksaan tanpa alasan yang sah, DPC memeriksa dan memberikan
keputusan tanpa dihadiri yang bersangkutan.
c. Tindakan yang dimaksud ayat 1 diatas dikenakan dengan memperhatikan berat ringannya
kesalahan yang dilakukan oleh yang bersangkutan.

3. Keputusan diberhentikan sementara dan atau dipecat oleh DPC disampaikan secara tertulis
kepada anggota yang bersangkutan dan dilaporkan kepada DPP.

4. Terhadap keputusan diberhentikan sementara dan atau dipecat oleh DPC, anggota yang
bersangkutan berhak mengajukan banding kepada DPP dalam tenggang waktu 30 (tiga
puluh) hari setelah keputusan diberitahukan kepadanya secara sah.

5. DPP memeriksa dan memutuskan dalam tingkat banding setelah mendengar pembelaan diri
yang bersangkutan.

6. Apabila yang bersangkutan setelah dipanggil dengan layak tetapi tidak hadir tanpa alasan
yang sah, DPP dapat memutus tanpa hadirnya yang bersangkutan.

7. Selama berada dalam keadaan diberhentikan sementara, anggota yang bersangkutan tidak
diperbolehkan mengikuti aktivitas organisasi.

7. Semua putusan pemberhentian sementara dan atau dipecat diberitahukan kepada DPP dan
dipertanggung jawabkan oleh DPP dalam MUNAS.

PASAL 5

1. Anggota yang diberhentikan sementara dan atau yang dipecat berdasarkan ketentuan pasal
4 di atas, berhak membela diri dengan mengajukan keberatannya dalam MUNAS.

2. MUNAS mengambil keputusan terakhir dengan salah satu keputusan sebagai berikut :

a. Membatalkan keputusan pemberhentian sementara dan atau pemecatan tersebut.

b. Memperkuat keputusan pemberhentian sementara dan atau pemecatan tersebut dengan jangka
waktu hukuman yang sama.

c. Memperbaiki keputusan diberhentikan sementara atau dipecat dengan pengurangan atau


penambahan jangka waktu pemecatan sementara.

d. Merubah keputusan diberhentikan sementara menjadi keputusan pemecatan.

3. Keputusan MUNAS tentang diri anggota IKADIN diberitahukan kepada Mahkamah Agung.

Anggota yang dijatuhi keputusan pemecatan masih dapat:

a. Mengajukan permohonan menjadi anggota kembali didalam Rapat Kerja atau MUNAS berikutnya
dengan mengajukan permohonan melalui DPP setelah ada kepastian tentang ijin prakteknya.

b. Rapat Kerja dapat mengambil keputusan sementara mengenai diterimanya/ditolaknya


permohonan tersebut dalam sub a di atas dengan jumlah suara 2/3 dari Cabang yang hadir,
sedangkan dalam Munas dengan jumlah mayoritas biasa dari yang hadir.

c. Semua "putusan diberhentikan sementara" dilaporkan kepada DPP sedangkan "pemecatan"


dilaporkan kepada DPP dan Mahkamah Agung.

5. Setiap anggota berhak melakukan pembelaan diri dengan didampingi oleh Advokat anggota
IKADIN.

ANGGOTA KEHORMATAN
PASAL 6

1. Seseorang yang memenuhi syarat-syarat dalam pasal 7 ayat 3 Anggaran Dasar dapat
diangkat menjadi Anggota Kehormatan IKADIN oleh DPP IKADIN.

2. DPC dapat mengusulkan kepada DPP untuk mengangkat seseorang yang memenuhi syarat-
syarat dalam pasal 7 ayat 1.2 Anggaran Dasar yang berdomisili dalam wilayahnya untuk
diangkat menjadi Anggota Kehormatan.

3. Apabila DPP menolak usul DPC tersebut, penolakan disampaikan kepada DPC yang
bersangkutan dengan mengemukakan alasan penolakan.

BAB II

PEMBUBARAN CABANG

PASAL 7

1. Suatu cabang dapat dinyatakan bubar oleh DPP dengan suatu Surat Keputusan, apabila
jumlah anggotanya menjadi kurang dari 3 (tiga) orang.

2. Dalam keadaan yang dimaksud dalam ayat 1, DPC diwajibkan melakukan likuidasi kekayaan
Cabang dan selanjutnya menyerahkan sisa kekayaan kepada DPP.

3. Apabila DPC tidak melakukan Likuidasi, maka DPP dapat membentuk TIM untuk melakukan
Likuidasi tersebut.

4. Bekas anggota Cabang yang dibubarkan menggabungkan diri pada Cabang terdekat.

BAB III

DEWAN PIMPINAN PUSAT / DEWAN PIMPINAN CABANG

PASAL 8

1. Dewan Pimpinan Pusat.

Kewajiban Dewan Pimpinan Pusat adalah :

a. Melaksanakan segala usaha untuk mencapai tujuan IKADIN;

b. Melaksanakan tugas yang dibebankan oleh MUNAS;

c. Mengambil segala tindakan sepanjang tidak termasuk wewenang MUNAS;

d. Memelihara segala kekayaan IKADIN;

e. Menyelenggarakan MUNAS, Rapat Kerja, Rapat Pimpinan dan pertemuan lain yang dianggap
perlu;

f. Memutuskan dalam tingkat banding atas keputusan DPC yang dimohonkan banding;

g. Mengesahkan pendirian Cabang;

h. Mengambil keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam rangka menjalankan organisasi


IKADIN;

i. Menjaga dan mengusahakan kerukunan serta kekompakan organisasi IKADIN;


j. Memberikan pertanggung jawaban kepada MUNAS.

2. Dewan Pimpinan Cabang.

Kewajiban Dewan Pimpinan Cabang adalah semua ketentuan yang diatur dalam ayat (1) secara
mutatis mutandis berlaku pula bagi DPC dengan penyesuaian seperlunya terhadap kedudukannya.

PASAL 9

1. Dalam kepengurusan DPP, oleh Ketua Umum diatur pembagian tugas-tugas Wakil Ketua
Umum yang meliputi :

a. Membantu dan mewakili tugas-tugas Ketua Umum;

b. Mengkoordinir Ketua-ketua Bidang;

c. Mengkoordinir Koordinator-koordinator Wilayah.

2. Dalam kepengurusan DPP oleh Ketua Umum diatur pula pembagian tugas pembidangan dari
Ketua-ketua Bidang yang sekurang-kurangnya terdiri dari :

a. Bidang Organisasi dan Administrasi;

b. Bidang Pendidikan dan Pembinaan;

c. Bidang Pengabdian Masyarakat;

d. Bidang Hubungan Luar Negeri;

e. Bidang Komunikasi;

f. Bidang Pengembangan dan Pembaharuan Hukum;

g. Bidang Hubungan Lembaga-lembaga Hukum dan Peradilan;

h. Bidang-bidang lain yang dianggap perlu.

3. Dalam kepengurusan DPP oleh Ketua Umum diatur Tugas-tugas Koordinator Wilayah antara
lain :

a. Membantu/mewakili DPP untuk mensosialisasikan program dan tugas-tugas DPP kepada Cabang-
cabang di wilayah Koordinator yang bersangkutan.

b. Membantu Ketua Umum dalam Kegiatan-kegiatan Insidential antar Cabang di Wilayah


Koordinator yang bersangkutan.

c. Dalam keadaan DPP belum dapat segera turun tangan, Korwil karena kedudukannya setiap waktu
mewakili DPP untuk membantu mengatasi permasalahan di DPC-DPC di Wilayah masing-masing dan
secepatnya melaporkan permasalahan tersebut kepada DPP.

d. Menyampaikan aspirasi dan permasalahan DPC-DPC di Wilayahnya guna mendapat penanganan


dengan segera oleh DPP.

4. Dalam Kepengurusan DPP oleh Ketua Umum diatur pula pembagian tugas dari pengurus
lainnya.

5. Pembagian tugas Departemen diatur oleh Ketua-ketua Bidang yang bersangkutan dengan
mendengar pendapat Ketua Umum.
PASAL 10

1. Apabila salah seorang anggota DPP berhalangan melakukan tugas dan kewajibannya, maka
Ketua Umum DPP menunjuk salah seorang anggota DPP lain untuk mewakilinya.

2. Ketua Umum DPP dapat sewaktu-waktu memberhentikan sementara anggota DPP, yang
karena suatu hal tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik, setelah mendengar pendapat
Rapat Harian Dewan Pimpinan Pusat.

Ketua Umum DPP dapat sewaktu-waktu menambah atau mengisi lowongan jumlah anggota DPP,
setelah mendengar pendapat Rapat Harian Dewan Pimpinan Pusat.

4. Apabila Ketua Umum DPP tidak berada di tempat atau karena sebab lain berhalangan
melakukan tugasnya, maka fungsinya dilakukan oleh seorang Wakil Ketua Umum yang
ditunjuk oleh Ketua Umum atau yang ditentukan oleh Rapat Harian Dewan Pimpinan Pusat.

PASAL 11

1. Surat-surat yang bersifat penting dan prinsipil atau yang berupa suatu kebijaksanaan atau
keputusan yang dikeluarkan oleh DPP ditandatangani oleh Ketua Umum bersama Sekretaris
Jenderal.

2. Apabila Ketua Umum atau Sekretaris Jenderal berhalangan atau kedua-duanya, maka dapat
digantikan oleh Wakil Ketua Umum atau Wakil Sekretaris Jenderal yang terkait dengan tugas
masing-masing.

3. Penanda tanganan surat-surat yang bersifat pelaksanaan Administrasi dan surat-surat


lainnya diatur dalam Tata Kerja Organisasi.

RAPAT DEWAN PIMPINAN PUSAT/ DEWAN PIMPINAN CABANG

PASAL 12

1. Rapat-rapat DPP terdiri dari :

a. Rapat Harian

b. Rapat Pleno Lengkap

c. Rapat Pleno Terbatas

2. Rapat Harian adalah rapat yang diperuntukkan bagi Dewan Pimpinan Pusat yang terdiri dari :

- Ketua Umum;

- Wakil-wakil Ketua Umum;

- Ketua Bidang;

- Sekretaris Jenderal;

- Wakil-wakil Sekretaris Jenderal;

- Bendahara;
- Wakil-wakil Bendahara;
dan dapat mengambil keputusan mengenai kebijaksanaan organisasi

3. Rapat Pleno Lengkap, adalah rapat yang diperuntukan bagi peserta Rapat Harian dan Rapat
Pleno Terbatas serta ditambah dengan Dewan Penasehat Pusat dan Dewan Kehormatan
Pusat untuk membicarakan hal-hal yang dianggap penting oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari Rapat Pleno dapat diguna- kan untuk bahan
referensi dalam rangka pengambilan keputusan DPP.

4. Rapat Pleno Terbatas, adalah rapat yang diperuntukkan bagi Dewan Pimpinan Pusat yang
terdiri dari :

- Ketua Umum;

- Wakil-wakil Ketua Umum;

- Ketua Bidang;

- Sekretaris Jenderal;

- Wakil-wakil Sekretaris Jenderal;

- Bendahara;

- Wakil-wakil Bendahara;

- Koordinator Wilayah;

Yang diselenggarakan untuk membahas program organisasi dan dilaksanakan setiap kali dianggap
perlu oleh DPP. Kesimpulan yang diperoleh dari Rapat Pleno Terbatas dapat digunakan untuk bahan
referensi dalam rangka pengambilan keputusan DPP.

5. Rapat-Rapat lainnya :

a. Rapim :
Adalah Rapat Pimpinan yang diperuntukkan bagi DPP dan DPC;

b. Rakernas :
Adalah Rapat Kerja Nasional yang diperuntukkan bagi DPP, DPC, Dewan Penasehat dan Dewan
Kehormatan baik Pusat maupun Cabang;

c. Munas :
Adalah Musyawarah Nasional bagi seluruh anggota IKADIN sebagaimana dimaksud dalam Anggaran
Dasar ;

d. Munaslub :
Adalah Rapat Musyawarah Nasional Luar Biasa bagi seluruh anggota IKADIN sebagaimana dimaksud
dalam Anggaran Dasar.

6. a. Rapat DPP/DPC setidak-tidaknya diadakan 1 (satu) kali dalam sebulan;

b. Sepanjang diperlukan, dapat diadakan rapat DPP/DPC apabila diajukan oleh seorang anggota
DPP/DPC, kecuali Rapat Pleno Terbatas dan Rapat Pleno Lengkap yang diselenggarakan atas inisiatif
DPP

7. Rapat dianggap sah, apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah anggota peserta rapat,
kecuali Rapat Pleno Terbatas dan Pleno.
8. Sedapat mungkin diusahakan cara musyawarah dan mufakat dalam penyelesaian suatu
persoalan.

9. Apabila perlu, keputusan mengenai sesuatu persoalan diambil oleh rapat dengan
pemungutan suara dari jumlah anggota yang hadir. Dalam hal suara seimbang, keputusan
akhir diambil oleh Ketua Umum DPP/Ketua DPC.

10. Keputusan mengenai diri seseorang diambil secara rahasia dan tertulis.

11. Pemanggilan adalah sah bila dikirim dengan ekspedisi atau Pos Kilat Khusus/Telegram/Fax
atau iklan dalam harian dan dalam hal sangat mendesak dapat dilakukan dengan SMS atau
telepon.

12. Rapat DPC

a. Rapat DPC : Ketentuan tentang rapat-rapat tersebut diatas sepanjang tidak bertentangan dengan
kedudukannya secara mutatis mutandis berlaku pula bagi DPC.

b. Pemilihan Ketua DPC : Pemilihan Ketua Dewan Pimpinan Cabang, Ketua Dewan Penasehat Cabang
dan Ketua Dewan Kehormatan Cabang, dilakukan dalam suatu Rapat Anggota Cabang yang khusus
diadakan untuk itu. Rapat anggota memilih 1 (satu) orang Formatur. Formatur yang terpilih otomatis
menjadi Ketua DPC terpilih dan merangkap sebagai Formatur dalam pembentukan Pengurus Cabang
yang sekurang-kurangnya terdiri dari 3(tiga) orang yaitu Ketua, Sekretaris, dan Bendahara, serta
memilih Ketua Dewan Penasehat Cabang dan Ketua Dewan Kehormatan Cabang.

13. Rapat-rapat anggota Cabang yang Khusus diadakan untuk memilih Pengurus baru DPC yang
bersamaan jatuhnya dengan MUNAS harus dilakukan sebelum MUNAS.

PERALIHAN MASA JABATAN DEWAN PIMPINAN PUSAT

PASAL 13

DPP yang telah berakhir masa jabatannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat 1 Anggaran
Dasar tetap bertugas sampai diadakan serah terima dengan DPP yang baru dalam waktu selambat-
lambatnya 1(satu) bulan sejak terbentuknya DPP yang baru.

SYARAT-SYARAT UNTUK MENJADI KETUA UMUM /


KETUA DEWAN PIMPINAN PUSAT

PASAL 14

a. Anggota Biasa IKADIN;

b. Telah menunjukan dedikasi terhadap IKADIN;

c. Pernah menjadi pengurus DPP IKADIN;

d. Telah menjalankan praktek sebagai advokat sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun;

e. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara.

SYARAT SYARAT MENJADI KETUA

DEWAN PIMPINAN CABANG


PASAL 15

a. Anggota Biasa IKADIN;

b. Telah menunjukan dedikasi terhadap IKADIN;

c. Pernah menjadi pengurus DPP IKADIN;

d. Telah menjalankan praktek sebagai advokat sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun;

e. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara.

PASAL 16

Ketentuan pasal 11, 12 dan 13 di atas mengenai DPP sepanjang tidak bertentangan dengan
kedudukannya secara mutatis mutandis berlaku pula bagi DPC.

BAB IV

MUSYAWARAH NASIONAL DAN


MUSYAWARAH NASIONAL LUAR BIASA

PASAL 17

1. Musyawarah Nasional (MUNAS) dan Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB)


diselenggarakan oleh DPP yang untuk maksud itu dengan suatu surat keputusan mengangkat
Panitia Penyelenggara (Organizing Committee) dan Panitia Pengarah (Steering Committee)
yang sekaligus merupakan badan-badan dalam MUNAS dan MUNASLUB.

2. Panitia Penyelenggara dapat dibantu oleh Panitia Pelaksana di daerah.

SIDANG PLENO

PASAL 18

1. Sidang Pleno adalah sidang yang diikuti oleh semua utusan Cabang.

2. Di dalam Sidang Pleno dibicarakan hal-hal yang dianggap penting sesuai dengan mata acara
yang disahkan oleh MUNAS atau MUNASLUB untuk mengambil keputusan yang merupakan
hasil MUNAS atau MUNASLUB.

3. Setiap Cabang harus menunjuk sebanyak-banyaknya 2 (dua) orang utusan Cabang untuk
menjadi Juru Bicara yang berhak berbicara dalam sidang-sidang Pleno.

SIDANG KOMISI

PASAL 19

1. Sidang Komisi bertugas untuk mendiskusikan materi yang ditugaskan kepadanya oleh Sidang
Pleno.

2. Semua anggota komisi diberi hak untuk berbicara dalam setiap Sidang Komisi.
3. Hasil-hasil Sidang Komisi dilaporkan kepada Sidang Pleno untuk digunakan sebagai bahan
pengambilan keputusan.

FORMATUR

PASAL 20

1. Semua anggota biasa dan bekas Ketua Umum dapat dicalonkan sebagai Formatur dengan
tetap mengingat ketentuan pasal 14 Anggaran Dasar.

2. Dalam hal anggota biasa yang belum memenuhi persyaratan sebagai Ketua Umum DPP atau
bekas Ketua Umum DPP ternyata terpilih sebagai Formatur dengan suara terbanyak, maka
yang otomatis menjadi Ketua Umum DPP dan Formatur adalah yang memperoleh suara
terbanyak berikutnya.

BAB V

DEWAN KEHORMATAN PUSAT / CABANG

PASAL 21

1. Ketua Dewan Kehormatan Pusat diangkat oleh Formatur yang diangkat oleh MUNAS atau
MUNAS LUAR BIASA.

2. Ketua Dewan Kehormatan Pusat mengangkat anggota Pengurus Dewan Kehormatan Pusat.

3. Ketua Dewan Kehormatan Cabang diangkat oleh Rapat Anggota dan disahkan oleh DPC.

4. Ketua Dewan Kehormatan Cabang mengangkat anggota Pengurus Dewan Kehormatan


Cabang.

5. Dalam hal suatu Cabang belum mempunyai Ketua Dewan Kehormatan Cabang, maka DPC
dimaksud dapat menundukkan diri pada Dewan Kehormatan Cabang terdekat atau atas
petunjuk DPP.

6. Tata tertib kerja Dewan Kehormatan diatur secara tersendiri oleh Dewan Kehormatan dan
mendapat persetujuan dari DPP.

7. Pemberhentian Ketua dan Anggota Dewan Kehormatan dilakukan oleh DPP atas usul Rapat
Dewan Kehormatan.

PASAL 22

1. Dewan Kehormatan Pusat/Cabang melakukan penegakan pelaksanaan Kode Etik.

2. Hak dan kewajiban Dewan Kehormatan Pusat/Cabang diatur dalam ketentuan Acara
Pemeriksaan Pelanggaran Kode Etik yang telah ditetapkan secara tersendiri oleh DPP atau
dalam ketentuan lain yang khusus diadakan untuk itu oleh MUNAS atau MUNASLUB.

BAB VI

DEWAN PENASEHAT PUSAT /CABANG


PASAL 23

1. Ketua Dewan Penasehat Pusat diangkat oleh Formatur yang diangkat oleh MUNAS atau
MUNASLUB.

2. Ketua Dewan Penasehat Pusat mengangkat anggota Dewan Penasehat Pusat.

3. Ketua Dewan Penasehat Cabang diangkat oleh Rapat Anggota Cabang dan disahkan oleh
DPC.

4. Ketua Dewan Penasehat Cabang mengangkat anggota Dewan Penasehat Cabang.

5. Dalam hal suatu Cabang belum mempunyai Dewan Penasehat Cabang, maka DPC dimaksud
dapat menundukan diri pada Dewan Penasehat Cabang terdekat atau atas petunjuk DPP.

6. Tata tertib kerja Dewan Penasehat diatur secara tersendiri oleh Dewan Penasehat dan
mendapat persetujuan dari DPP.

7. Pemberhentian Ketua dan anggota Dewan Penasehat dilakukan oleh DPP atas usul rapat
Dewan Penasehat.

PASAL 24

1. Dewan Penasehat Pusat memberi nasehat kepada Dewan Pimpinan Pusat, baik diminta
maupun tidak diminta.

2. Dewan Penasehat Pusat/Cabang mengadakan Rapat sekurang-kurangnya dalam 3 (tiga)


bulan sekali atau setiap kali dianggap perlu oleh Ketuanya, atau oleh sekurang-kurangnya 3
(tiga) orang anggota.

BAB VII

PEMBEKUAN DPC

PASAL 25

1. DPP dapat membekukan kepengurusan DPC apabila melakukan tindakan-tindakan yang


bertentangan dengan pasal 34 ayat (3) Anggaran Dasar.

2. Dalam hal terjadi pembekuan, DPP dapat menunjuk seorang Caretaker atau lebih untuk
menyelenggarakan Rapat Anggota Luar Biasa untuk memilih Formatur yang akan
membentuk kepengurusan DPC yang baru dengan ketentuan bahwa bekas Ketua DPC yang
dibekukan tidak diperkenankan untuk dicalonkan sebagai Formatur.

BAB VIII

KEKAYAAN

PASAL 26

1. Uang pangkal sebesar Rp. 500.000,- (Lima ratus ribu ripuah).

2. Tiap-tiap anggota harus pula membayar iuran sebanyak Rp. 50.000,-(lima puluh ribu rupiah)
setiap bulannya.
3. Jumlah uang pangkal dan iuran dapat dikurangi/ditambah oleh DPC menurut keadaan atau
atas petunjuk DPP.

4. Disamping uang pangkal dan iuran, dapat diterima segala macam sumbangan yang tidak
mengikat.

5. Organisasi IKADIN baik ditingkat Pusat maupun ditingkat Cabang dapat memliki kekayaan
berupa barang-barang bergerak maupun barang-barang tetap.

PASAL 27

Uang pangkal dan iuran anggota yang diterima oleh Cabang; 60% (enam puluh persen) digunakan
untuk kepentingan Cabang, 40% (empat puluh persen) lagi disetor kepada DPP setiap caturwulan,
dan digunakan untuk kepentingan DPP.

BAB IX

KETENTUAN-KETENTUAN LAIN

PASAL 28

1. Apabila suatu ketentuan dalam Peraturan Rumah Tangga tidak jelas atau apabila timbul
perbedaan penafsiran mengenai suatu ketentuan, maka hal ini diputus oleh DPP.

2. DPP dapat menetapkan/melakukan hal-hal yang belum/tidak diatur dalam Peraturan Rumah
Tangga untuk dilaporkan dalam Rapat Kerja kemudian dipertanggung jawabkan dalam
MUNAS berikutnya.

PASAL 29

Segala sesuatu yang belum atau tidak diatur dalam Peraturan Rumah Tangga ini ditetapkan oleh
Dewan Pimpinan Pusat.

Berdasarkan Keputusan Munas IKADIN 2015


Di Hotel Golden Tulip, Banjarmasin
Tanggal 31 Maret – 1 April 2015

Ditetapkan : Di Jakarta
Pada tanggal : 1 Juni 2015
DEWAN PIMPINAN PUSAT
IKATAN ADVOKAT INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai