Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEANGGOTAAN DALAM SUATU ORGANISASI


INTERNASIONAL

Tugas Kuliah Hukum Organisasi Internasional

Disusun oleh:

Zaki Bunaiya 1403101010303

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulisan makalah tentang Keanggotaan Suatu
Organisasi Internasional dapat terselesaikan. Shalawat dan salam penulis
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari
alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulisan makalah ini sebagai panduan bagi mahasiswa dalam
memahami bagaimana suatu keanggotaaan dalam organisasi internasional.
Makalah ini merupakan referensi bagi para mahasiswa untuk lebih mengetahui
bagaimana masalah tentang keanggotaan suatu organisasi internasional.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, Dan semoga para mahasiswa bisa dapat memahami apa yang
disampaikan penulis dalam makalah ini.
Pembaca yang budiman! Penulis juga membutuhkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Atas perhatian pembaca, penulis mengucapkan terima kasih. Wassalam!

Darussalam, 9 November 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar..........................................................................................................................i

Daftar isi...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
A. Penggolongan Keanggotaan......................................................................................3
B. Prinsip-prinsip Keanggotaan.....................................................................................5
C. Persyaratan Keanggotaan..........................................................................................5
D. Prosedur Penerimaan Anggota..................................................................................11
E. Penghentian Keanggotaan ........................................................................................14
F. Penundaan Keanggotaan...........................................................................................17

BAB III KESIMPULAN


A. Kesimpulan...............................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi internasional merupakan sebagai struktur formal dan keberlanjutan


yang dibentuk atas suatu kesepakatan antar anggota-anggota (pemerintah dan non-
pemerintah) dari dua negara atau lebih negara berdaulat dengan tujuan untuk mengejar
kepentingan tertentu bersama para anggotanya.

Keberhasilan suatu organisasi internasional dapat dilihat dari kebijakan dan


cara untuk mengimplementasikannya. Keberhasilan di bidang ini tergantung dari sikap
otonomi organisasi dan kepercayaan anggota atas kepemimpinan politis organisasi
tersebut, tetapi yang paling penting adalah persepsi dari pemerintah negara anggota
tentang seberapa jauh bantuan maupun kebijakan yang dikembangkan oleh organisasi
yang akan sesuai dengan kepentingan nasional mereka. Oleh sebab itu anggota dapat
mendorong ataupun menghalangi perkembangan bantuan ataupun kebijakan yang
dilakukan oleh organisasi internasional sesuai dengan penilaian mereka dengan
mempertimbangkan untung dan ruginya bagi kepentingan nasional negara tersebut.

Merujuk pada masalah keanggotaan dari suatu organisasi internasional,


masalah keanggotaan merupakan masalah yang penting dalam keanggotaan suatu
organisasi internasional. Setiap konstitusi organisasi internasional akan memuat masalah
keanggotaan. Masalah keanggotaan merupakan masalah hukum yan penting bagi suatu
organisasi internasional.

Beberapa hal yang penting dalam suatu organisasi internasional: 1)


penggolongan anggota, 2) prinsip-prinsip keanggotaan, 3) persyaratan keanggotaan, 4)
prosedur penerimaan anggota, 5) berhentinya keanggotaan, 6) penundaan keanggotaan.
B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai
berikut :

a. Apa saja yang menjadi hal penting dalam suatu keanggotaan organisasi
internasional?
b. Bagaimana tahapan keanggotaa suatu organisasi internasional?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu diantaranya sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui tentang masalah keanggotaan suatu organisasi internasional
b. Untuk memahami bagaimana tahapan terkait masalah keanggotaan suatu organisasi
internasional
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penggolongan Keanggotaan

Di dalam sebuah organisasi internasional dapat dibedakan menjadi:

 Keanggotaan penuh (full members), artinya anggota akan ikut serta dalam
semua keanggotaan organisasi dengan segala hak-haknya.

 Keanggotaan luar biasa (associate members), artinya anggota dapat


berpartisipasi namun  tidak mempunyai hak suara di dalam alat perlengkapan
utama organisasi internasional.

 Keanggotaan sebagian (partial members), artinya anggota hanya ikut


berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan tertentu.

Selain penggolongan diatas, dapat juga dibedakan menjadi: Anggota asli (original
members), yaitu anggota yang diundang pada saat konfrensi-konfrensi yang membicarakan
rancangan anggaran dasar.Anggota lainnya (admitted members), yaitu anggota yang masuk
dalam organisasi internasional setelah organisasi tersebut berdiri sesuai ketentuan tentang
keanggotaan yang ada dalam anggaran dasar organisasi internasional.

Keanggotaan dalam Organisasi Internasional;

1.   Negara. Permasalahan yang ada adalah:

1) penentuan kriteria negara serta hak-haknya, yaitu apa kriteria suatau negara disebut
negara kecil dan apakah dalam pemberian suara mendapat hak yang sama seperti
halnya negara besar,

2) siapakah yang berhak mewakili suatu negara dalam organisasi internasional. Dalam
organisasi internasional keanggotan suatu negara tidak hanya mengikatkan
pemerintahannya, tetapi meliputi seluruh territorial negara tersebut, maupun hanya
bagian tertentu baik secara geografis atau bagian tertentu dari pemerintahan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keanggotaan suatu negara dalam organisasi
international tidak hanya mengikatkan pemerintahannya. Keanggotaan suatu negara dalam
organisasi international tidak akan berhenti bila pemerintahan dalam suatu negara berganti.
Dalam hal ini maka organisasi international akan memutuskan apakah organisasi akan
menerima delegasi dari pemerintahan baru sebagai perwakilan negaranya (representatives).

Keanggotaan suatu negara dalam organisasi international ada kemungkinan meliputi


seluruh teritorial negara tersebut, namun ada kemungkinan keanggotaan organisasi
international hanya meliputi bagian tertentu negara. Bagian tertentu negara meliputi bagian:

 Bagian Secara Geografis


Bagian secara geografis contohnya, ketika PBB baru berdiri Uni Soviet
meminta bahwa negara bagian Uni Soviet, yaitu Ukraina dan Byelorusia
sebagai negara anggota yang terlepas dari keanggotaan Uni Soviet.
 Bagian tertentu dari pemerintahan
Dalam suatu organisasi international di mungkinkan suatu bagian dari
pemerintahan menjadi anggota dari suatu organisasi international. Sebagai
contoh Bank Dunia untuk penyelesaian sengketa International ( Bank for
International settlement) yang berkedudukan di Basal yang menjadi anggota
adalah Bank Central dari suatu Negara.

2.   Kelompok Beberapa Negara

Kelompok beberapa negara dimungkinkan pada organisasi internasional yang bertujuan


untuk kerjasama tekhnis. Gabungan beberapa negara dalam keanggotaan tersebut menjadi
satu anggota dalam beberapa tujuan, namun dalam kepemimpinan, kuorum, pemenuhan
kewajiban tertentu, setiap anggota berdiri sendiri. Contoh: Organisasi Kopi Internasional
(International Coffee Organization)

3.   Organisasi Internasional

Keanggotaan negara yang terdiri dari kelompok negara mempunyai kemungkinan untuk
membentuk organisasi internasional, dan organisasi internasional inilah yang menjadi
anggota dari organisasi internasional. Kedudukan dalam organisasi internasional tersebut
biasanya sebagai anggota tidak penuh, dan hubungan antar anggotanya sangat dekat.
Contohnya: EEC menjadi anggota dari GATT selain keanggotaan dari masing-masing
anggota EEC.

B. Prinsip-prinsip Keanggotaan

Prinsip keanggotaan suatu organisasi internasional tergantung pada maksud dan


tujuan, fungsi yang akan dilaksanakan, serta perkembangan apakah yang diharapkan dar
organisasi internasional tersebut. Prinsip keanggotaan dapat dibedakan menjadi prinsip
universalitas (tidak membedakan sistem pemerintahan, ekonomi, maupun politik yang dianut
negara anggotanya), dan prinsip terbatas ( menekankan pada syarat-syarat tertentu bagi
keanggotaan), syarat tersebut adalah:

 Keanggotaan yang didasarkan pada kedekatan letak geografis maupun


pertimbangan politis, contoh: NATO, Pakta Warsawa.

 Keanggotaan yang didasarkan pada kepentingan yang akan dicapai.


Contohnya: kerjasama antar negara pengekspor minyak, maka
keanggotaannya hanya dibuka bagi negara pengekspor minyak (OPEC).

 Keanggotaan yang didasarkan pada system pemerintahan tertentu atau system


ekonomi tertentu, contohnya: COMECON.

 Keanggotaan yang didasarkan pada persamaan kebudayaan, agma, etnis, dan


pengalaman sejarah. Contohnya: British Common, OKI.

 Keanggotaan yang didasarkan pada penerapan hak-hak asasi manusia.


Contohnya: Council of Europe.

C. Persyaratan Keanggotaan

Keanggotaan suatu negara dalam organisasi internasional dapat dilakukan secara


sendiri-sendiri maupun kelompok negara yang menjadi anggota organisasi internasional.
Persyaratan suatu negara untuk menjadi anggota dalam suatu organisasi internasional
ditentukan dalam anggaran dasar organisasi tersebut.

Menurut ketentuan pasal 1 ayat (2) convenant LBB ada dua persyaratan, persetujuan
Majelis hanya dapat dicapai dengan dua pertiga (2/3) suara, dan negara itu dengan itikad
baiknya akan memberikan jaminan efektif untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban
internasional, bersedia menerima peraturan-peraturan mengenai angkatan bersenjata dan
persenjataannya yang ditetapkan oleh liga.

Sebaliknya, piagam PBB memberikan persyaratn yang cukup luwes dan berat, sebagaimana
yang termuat dalam pasal 4 ayat (1) dan (2) serta pasal 18 ayat (2) yang mempunyai lima
unsur yaitu:

Open to all other “peace loving” states, merupakan negara yang cinta damai, hakekatnya
ditunjukan bagi negara yang tidak ikut perang melawan kekuatan poros, atau setidak-tidaknya
anti atau bukan fasis.

Accept to obligations contained in the present charter, yaitu negara yang mau menerima
kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam piagam. Sebagaimana dinyatakan dalam rules of
procedure, baik dari Dewan Keamanan maupun dari Majelis Umum PBB, permintaan untuk
menjadi anggota haruslah berisi “suatu pernyataan yang dibuat dalam suatu instrumen resmi
bahwa negara itu menerima kewajiban-kewajiban tersebut”.

Ability and willingness to carry out charter obligations, yaitu adanya kesanggupan dan
kemauan dari negara untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban sesuai dengan ketentuan
piagam.

Upon the recommendation of the security council, adanya permohonan untuk menjadi
anggota PBB yang diputuskan oleh Majelis Umum atas rekomendasi dari Dewan Keamanan
PBB.

Setelah memeriksa permintaan dari suatu negara untuk menjadi anggota, Dewan Keamanan
kemudian memberikan rekomendasi kepada Majelis Umum PBB untuk menerimanya dengan
pengertian, apabila disetujui paling tidak 9 negara anggotanya, termasuk lima anggota tetap.
Dewan Keamanan dapat juga menolak rekomendasi itu jika ada salah satu anggota tidak
menyetujuinya. Atau menetapkan untuk menunda pembahasan permintaan keanggotaan suatu
negara tersebut dalam sidang Dewan Keamanan yang akan datang.

Sesudah mendapatkan rekomendasi positif dari Dewan Keamanan, maka segera disampaikan
selambat-lambatnya 25 hari sebelum dimulainya sidang reguler Majelis Umum PBB.
Keputusan terakhir mengenai penerimaan keanggotaan baru itu akan diambil oleh Majelis
Umum dengan dua pertiga (2/3) mayoritas suara.
Negara Cinta Damai

Syarat ini ditetapkan berdasarkan pemikiran pada saat piagam dibuat, yakni bahwa
PBB hanya akan menerima keanggotaan untuk negara yang cinta damai. Hal ini disebabkan
pengalaman Perang Dunia I dan II, negara-negara musuh dan negara-negara yang membantu
musuh sekutu pada masa Perang Dunia I dan II dianggap sebagai negara yang tidak cinta
damai. Persyaratan ini sebenarnya ditujukan pada negara musuh Perang Dunia II. Negara
musuh tersebut bila akan menjadi anggota harus menyatakan bahwa mereka adalah yang
cinta damai.

Menerima Kewajiban-Kewajiban yang Ditentukan dalam Piagam

Persyaratan untuk menerima kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam piagam


harus dinyatakan dalam pernyataan resmi secara tertulis yang ditujukan kepada Sekretaris
Jendral (Sekjen) PBB pada waktu negar bersangkutan mengajukan permohonan untuk
menjadi anggota PBB (Pasal 134 Rules of Procedure of the General Assembly dan Pasal 58
Rules of Procedure of the Security Council)

Menerima dan Ingin Melaksanakan Kewajiban-Kewajiban yang Ditentukan dalam Piagam

Syarat ini sebenarnya menimbulkan masalah bagi negara-negara netral seperti Swiss
(pada tahun 2002 telah menjadi anggota PBB), Austria Lichenstein. Bagi negara netral,
karena kenetralannya kalau mereka menjadi anggota PBB akan sangat sulit untuk
melaksanakan keputusan-keputusan Dewan Keamanan mengenai sanksi-sanksi ekonomi dan
militer. Karena alasan untuk mempertahankan kenetralannya maka negara netral tadi
mempunyai alasan kuat untuk tidak tergabung di PBB.

Permohonan untuk Menjadi Anggota PBB Diputuskan oleh Majelis Umum atas Rekomendasi
Dewan Keamanan

Dalam Kovenan Liga Bangsa-Bangsa, keputusan untuk diterima sebagai anggota baru
ditetapkan oleh Majelis Umum; sedangkan dalam PBB, keputusan untuk menjadi anggota
diputuskan oleh Majelis Umum atas rekomendasi Dewan Keamanan Majelis Umum PBB
belum akan memutuskan untuk menerima anggota baru sebelum menerima rekomendasi
Dewan Keamanan. Jadi, kebijaksanaan Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB yang
menentukan apakah suatu calon anggota baru yang telah memenuhi syarat: negara cinta
damai, menerima kewajiban yang ditetapkan dalam Piagam, mampu dan ingin menjalankan
kewajiban yang ditentukan Piagam akan diterima atau ditolak. Kebijaksanaan ini tidak ada
pembatasan dalam Piagam. Dalam praktiknya, rekomendasi Dewan Keamanan merupakan
suatu keputusan (decision) yang berdasarkan Pasal 27 (3) Piagam PBB. Keputusan suatu
negara menjadi anggota PBB ditetapkan di Dewan Keamanan.

Keputusan untuk Menjadi Anggota Baru akan Diputuskan oleh Majelis Umum dengan Dua
per Tiga (2/3) Anggota yang Hadir dan Memberikan Suara

Setelah menerima rekomendasi positif dari Dewan Keamanan tentang calon anggota,
Majelis Umum akan mengambil keputusan berdasarkan Pasal 18 (2) Pagam PBB.
Sebagai contoh, persyaratan keanggotaan dalam World Trade Organization (WTO).
Keanggotaan WTO dapat dibedakan antara anggota asli (original members) dan anggota
yang masuk setelah WTO berdiri. Anggota asli adalah negara-negara yang tercatat sebagai
negara anggota WTO sebelum WTO resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1995. Negara
anggota asli adalah:
(1) Negara yang menandatangani hasil akhir Putaran Uruguay di Marakesh pada
bulan April 1994;
(2) Negara yang bergabung setelah April 1994, tetapi sebelum WTO berdiri; dan
(3) Negara yang turut berpartisipasi di Putaran Uruguay namum tidak sempat
menyelesaikan negosiasi masuknya sebagai anggota dalam GATT dan baru
bergabung setelah Januari 1995. Sedangkan negara-negara lain yang ingin
menjadi anggota WTO harus mengikuti aturan-aturan yang terdapat pada Pasal
12 ayat (1), Pasal 12 ayat (2), Pasal 16 ayat (1) Marakesh Agreement.

Pasal 12 (1) menentukan: Any State or separate customs territoty possessing full autonomy
in the conduct in its external commercial relations and of the other Matters
provided for in this agreement and the Multilateral Trade Agreement may
accede to this agreement, on terms to be agreed between it and the WTO. Such
accession shall apply to this Agreement and the Multilateral Trade Agreement
annexed.

Pasal 12 (2) menentukan: Decision on accesion shall be taken by the Ministerial


Conference. The Ministerial Conference shall approve the agreement on terms
of accession by two thirds majority of the Members of WTO.
Pasal 16 (1) menentukan: Except as otherwise provided under this Agreement of the
Multilateral Trade Agreements, the WTO shall be guided by the decisions,
procedurs and customary practices followed by the contracting Parties to
GATT 1947 and the bodies established in the framework of GATT 1947.

Jadi berdasarkan Pasal 12 ayat (1) yang dapat menjadi anggota WTO selain negara,
juga wilayah yang mempunyai kewenangan pabean sendiri dan mempunyai penuh dalam
kaitannya dengan hubungan perdagangan luar negerinya serta hal-hal lain yang ditentukan
oleh perjanjian ini (GATT) dan Perjanjian Perdagangan Multilateral (Multilateral Trade
Agreements - WTO).

Lembaga yang menentukan masuknya anggota baru di WTO adalah Minister


Conference (Pasal 22[2]) Marakesh Agreement, yang berdasarkan Pasal 4 (2) Marakesh
Agreement menentukan bahwa di antara sidang-sidang Minister Conference dibentuk
General Council yang akan menjalan kan tugas Minister Conference. Pasal 16 (1) Marakesh
Agreement menentukan WTO mengikuti keputusan-keputusan, prosedur-prosedur dan
kebiasaan yang telah dipraktikkan dan diikuti oleh anggota-anggota GATT 1947 dan badan-
badan yang dibentuk dalam GATT 1947.

Berdasarkan Pasal 12 (1) bahwa bila suatu negara ingin masuk menjadi anggota
WTO, maka negara tersebut memerlukan persetujuan dari anggota WTO. Untuk
mendapatkan persetujuan tersebut, negara calon anggota harus mengadakan negosiasi dengan
negara-negara WTO. Negosiasi ini dapat dilakukan secara bilateral maupun multilateral.
Menurut ketentuan dalam Accession to The World Trade Organization Procedures for
Negotiation under Article 12, dalam poin 7 maka calon anggota dapat menjadi negara
peninjau (observer) untuk mengikuti rapat-rapat panitia penerimaan anggota baru (working
party) dan sidang konsil dan komite-komite WTO. Sebagai peninjau calon negara anggota
dapat lebih mengenal WTO dan mudah mengantisipasi peraturan-peraturan dan
kebijaksanaan perdagangan luar negeri untuk di sesuaikan dengan aturan-aturan GATT 1994
dan the General Agreement on Trade ini Services (GATS) (sesuai dengan poin Aturan
Accession to The World Trade Organization). Berdasarkan poin 5 Aturan Accession to The
World Trade Organization, General Council akan membentuk working party yang
mempunyai tugas untuk mempelajari permohonan calon anggota. Anggota working party
terbuka untuk negara anggota yang mempunyai kepentingan. Working Party akan
mempelajari memorandum yang telah dipersiapkan oleh calon anggota tentang aspek-aspek
perdagangan luar negerinya untukmenyesuaikan dengan aturan-aturan yang dikehendaki
WTO.

Contoh lain terdapat pada persyaratan keanggotaan dalam International Bank for
Reconstruction and Development (IBRD).
Pasal 2 (1) menentukan: The original members of the Bank shall be those members
International Monetary Fund which accept membership in the bank before the date specified
in article 11 section 2 (e). Membership shall be open to other members of the fund at such
times and in accordance with such terms as may be prescribed by the bank.

Jadi, keanggotaan IBRD dibedakan antara anggota asli (original members) dan
anggota yang masuk kemudian (admitted members). Persyaratan untuk menjadi anggota
adalah:

1. Anggota International Monetary Fund (IMF) Pasal 2[1a] Anggaran Dasar IBRD.
2. Akan sanggup membayar saham pada IBRD (Pasal 2[3a]). Menurut Pasal 2, 1 (b)
setiap saham seharga $100.000. Bagian minimum dari saham tersebut yang harus
disetor oleh anggota asli tertera dalam skedul A. Sedangkan bagi anggota lainnya
bagian saham yang harus disetor tergantung pada putusan IBRD dengan
memperhatikan kemampuan anggota tersebut (Pasal 2[3a]). Jika modal IBRD
bertambah, maka masing-masing anggota dapat menambah sahamnya dengan syarat
yang ditentukan oleh IBRD dan penambahan saham bagi anggota sebandingan dengan
saham pokok yang disetor.
3. Saham masing-masing anggota menurut (Pasal 1 [5] ditentukan dengan ketentuan
sebagai berikut: a) 2% akan dibayar dengan uang dolar Amerika Serikat, 18% akan
dibayar dengan mata uang negar bersangkutan (Pasal 2[7ib]). Sisanya 80% akan
diminta bila IBRD memerlukan.
4. Yang berhak memutuskan keanggotaan baru adalah Board of Governors (Pasal 5
[2bi]). Keputusan penerimaan keanggotaan ini ditentukan oleh suara mayoritas dari
Board of governors dan rapatuntuk mengambil keputusan ini harus mewakili dua per
tiga jumlah suara.
D. Prosedur Penerimaan Anggota

Pemutusan untuk penerimaan keanggotaan dalam suatu organisasi internasional


merupakan tindakan bilateral. Pihak Organisasi internasional harus setuju dengan penerimaan
keanggotaan, di lain pihak negara itu menurut hukum nasionalnya sah untuk menjadi anggota
organisasi internasional.

Permohonan untuk menjadi anggota diajukan oleh pihak yang berwenang menurut
hukum internasional, seperti kepala negara atau perdana menteri atau menteri luar negeri atau
pejabat diplomatik yang diakreditasikan di organisasi internasional tersebut atau negara yang
ditunjuk untuk menyimpan dokumen ratifikasi. Dalam penerimaan keanggotaan ini biasanya
ada dua prosedur yang harus ditempuh. Pertama, adanya permintaan dari calon anggota.
Kedua, negara yang bersangkutan telah meratifikasi anggaran dasar organisasi internasional
dimana negara tersebut ingin menjadi anggota.

Jadi dalam penerimaan anggota ini ada dua tindakan, yaitu tindakan sesuai dengan
hukum nasional dan tindakan dalam hukum internasional. Dalam suasana nasional adanya
oposisi terhadap pemerintah dapat berpengaruh dalam proses penerimaan keanggotaan dalam
suatu organisasi internasional. Hubungan suasana nasional dan suasana internasional dalam
kaitannya dengan penerimaan keanggotaan dalam suatu organisasi internasional sangat
penting. Sebagai contoh pada waktu Amerika Serikat akan menjadi anggota International
labour organization (ILO) tahun 1934, Presiden Rosevelt mendapat otoritas dari kongres
Amerika Serikat untuk menerima kenaggotaan ILO. Jadi bila suatu negara telah menyatakan
terikat pada suatu perjanjian internasional, ternyata melanggar ketentuan hukum nasional
sehubungan dengan kewenangan untuk membuat perjanjian internasional tetap terikat pada
perjanjian tersebut, kecuali jika persyaratan tersebut melanggar peraturan dasar yang penting
dari hukum nasional. Jika suatu negara anggota telah bertindak sebagai anggota organisasi
internasional, maka negara tersebut tidak dapat menolak malaksanakan kewajibannya hanya
didasarkan pada alasan bahwa keanggotaan dalam organisasi internasional melanggar hukum
nasionalnya.

Prosedur keanggotaan ditentukan oleh organisasi internasional tersebut. Misalnya di


PBB, permohonan keanggotaan harus disampaikan kepada Sekertaris Jenderal PBB (pasal
134 rules procedure Majelis Umum PBB dan pasal 58 Rules procedure Dewan Keamanan
PBB). Dalam prosedur keanggotaan di IBRD, permohonan keanggotaan diajukan ke Board
of Governors, dokumen ratifikasi atas anggaran dasar IBRD harus dideposit pada pemerintah
Amerika Serikat (Pasal 11[2] Anggaran Dasar IBRD). Keanggotaan International Atomic
Energy Agency – IAEA), calon anggota harus menyampaikan pernyataan menerima baik
Anggaran Dasar IAEA dan ditujukan kepada Dewan Gubernur (Pasal 4 Anggaran Dasar
IAEA) dan dokumen ratifikasi disampaikan pada Amerika Serikat yang ditunjuk sebagai
negara penyimpan.

Dalam masalah keanggotaan, masalah yang mungkin timbul adalah bagaimana jika
dua negara bergabung menjadi satu negara, misalnya ketika Mesir dan Syira menjadi
Republik Persatuan Arab (United Arab Republic) pada bulan Februari 1958. Tanganyika
menjadi anggota PBB tanggal 14 Desember 1961 dan Zanzibar menjadi anggota PBB tanggal
16 Desember 1963, Tanganyika dan Zanzibar bersatu, tanggal 26 April 1964, kemudian
mengubah namanya menjadi Republik Persatuan Tanzania pada tanggal 1 November 1964.
Dalam hal ini pertanyaannya apakah keanggotaan dengan adanya penggabungan itu harus
menempuh prosedur baru? Dalam praktik ternyata keanggotaan Republik Persatuan tersebut
menggantikan keanggotannya yang lama dimana sebelumnya telah menjadi anggota dan tidak
perlu lagi melalui prosedur baru, demikian pula bila salah satu negara yang bergabung
tersebut belum menjadi anggota organisasi internasional. Sebagai contoh Republik Persatuan
Arab mewarisi keanggotaan Mesir di IAEA dan di International Finance Corporation (IFC)
dimana Syria belum menjadi anggota kedua organisasi internasional tersebut. Demikian pula
Republik Persatuan Tanzania mewarisi keanggotaan Tanganyika dan Zanzibar dalam
keanggotaanya di badan-badan PBB. Contoh lain Republik Federal Jerman dan Republik
Demokratis Jerman diterima menjadi anggota PBB pada tanggal 18 September 1973. Sejak 3
Oktober 1990 kedua negara tersebut menjadi satu negara lagi, yaitu Negara Jerman yang
menjadi anggota negara Federal Jerman dan Republik Demokratis Jerman. Contoh lain
Yaman menjadi anggota PBB tanggal 30 September 1947 dan Yaman Demokratis tanggal 14
Desember 1967. Tanggal 22 Mei 1990 kedua negara bergabung dan sejak itu menjadi
anggota PBB dengan nama “Yaman”.

Dalam hal keanggotaan di Organisasi Buruh Internasional (ILO), sesuai dengan


Konvensi Perburuhan, hanya salah satu pihak yang menjadi peserta Konvensi ILO. Republik
Persatuan Tanzania mengemukakan bahwa Konvensi ILO hanya berlaku pada wilayah
dimana wilayah tersebut menjadi pihak, dengan kata lain Konvensi ILO hanya berlaku di
wilayah yang dulu merupakan wilayah Zanzibar atau Tanganyika.

Masalah lain yang timbul adalah jika suatu negara pecah atau terbagi dalam dua atau
beberapa negara. Dalam hal ini diakui bahwa bagian utamalah yang diakui sebagai pewaris
negara semula. Sebagai contoh India ketika pecah menjadi India dan Pakistan, maka India
yang mewarisi hak-hak India (yang berdiri tahun 1947). Mesir dan Syria menjadi anggota
PBB tanggal 24 Oktober 1945, setelah plebisit tanggal 21 Februari 1958 Republik Persatuan
Arab terbentuk dengan bersatunya Mesir dan Syria dan menjadi anggota tunggal. Tanggal 13
Oktober 1961, Syria memisahkan diri dari Republik Persatuan Arab, secara terpisah menjadi
anggota PBB. Tanggal 2 September 1971 Republik Persatuan Arab Mengubah namanya
menjadi Republik Arab Mesir, maka Mesir mewarisi hak Republik Persatuan Arab.

Federasi Malaysia bergabung dengan PBB tanggal 17 September 1957. Tanggal 16


September 1963 namanya berubah menjadi Federasi Malaysia setelah masuknya Singapura,
Sabah (Kalimantan Utara), dan Serawak ke dalam federasi tersebut. Pada tanggal 9 Agustus
1965, Singapura menjadi negara merdeka dan memisahkan diri dari Malaysia, maka Malaysia
melanjutkan keanggotaan Malaysia. Singapura menjadi anggota PBB tanggal 21 September
1965. Demikian pula ketika Bangladesh tahun 1971 memisahkan diri dari Pakistan, Pakistan
tetap melanjutkan keanggotaannya. Bangladesh harus mengajukan sebagai anggota baru
PBB.

Begitu pula dengan Cina, ketika Cina pecah menjadi Republik Rakyat Cina (RRC)
dan Republik Nasionalis Cina (Taiwan), maka pada waktu itu yang diakui oleh PBB untuk
mewarisi hak Cina (tahun 1945) adalah Taiwan, sampai tahun 1971 ketika Majelis Umum
mengeluarkan resolusi tanggal 25 Oktober 1971 No. 2758(XXVI) yang menentukan bahwa
RRC yang berhak menggantikan hak Cina tahun 1945.

Contoh lain pada tahun 1990 Uni Soviet membubarkan diri menjadi tiga negar Baltik,
Georgia dan 11 negara Republik lainnya. Tiga negara Baltik adalah: Estonia, Latvia dan
Lithuania, telah mengajukan keanggotaannya di PBB dan telah diterima sebagai anggota PBB
pada tanggal 17 September 1991. Sedangkan negara-negara lainnya seperti Armenia,
Azerbaijan, Georgia, Kazakstan, Kyrgyzstan, Republik Moldova, Tajikistan, Turkimenistan
dan Uzbekistan menjadi anggota PBB tahun 1992. Di antara 11 negara Republik adalah
Rusia, Byelorussia dan Ukraina. Byelorussia dan ukraina telah menjadi anggota PBB sejak
tahun 1945 sebagai anggota yang lepas dari keanggotaa Uni Soviet.
Masalah yang timbul dalam masalah keanggotaan dengan pecahnya negara Uni Soviet
adalah siapa pengganti Uni Soviet di Dewan Keamanan, mengingat Uni Soviet adalah
Anggota PBB sejak 24 Oktober 1945 dan mempunyai hak tetap di Dewan Keamanan. Dalam
surat Boris Yeltsin sebagai Presiden Federasi Rusia tanggal 24 Desember 1991 yang
ditujukan kepada Sekretaris Jendral PBB, menyatakan bahwa keanggaotaan Uni Soviet di
Dewan Keamanan PBB akan dilanjutkan Oleh Federasi Rusia dengan dukungan 11 negara
anggota Persemakmuran Negara-Negara Merdeka.

Pada tahun 1991 Yugoslavia pecah menjadi enam negara merdeka: Serbia
Montenegro, Kroatia, Slovenia, Bosnia Herzegovina, Makedonia dan Kosovo.

Bosnia-Herzegovina, Kroatia menjadi anggota PBB 22 Mei 1992. Pada 31 Desember


1992 Czechslovakia pecah menjadi Republik Czech dan Republik Slovakia. Republik Czech
dan Republik Slovakia menggantikan Keanggotaan Czechoslovakia.

Tanggal Permulaan Keanggotaan

Untuk dapat aktif melaksanakan keanggotaanya dalam suatu organisasi internasional, maka
ada dua syarat yang harus dipenuhi:

1. Organisasi internasional telah menerima keanggotaan

2. Calon anggota telah meratifikasi Anggaran Dasar organisasi internasional

Organisasi internasional harus menentukan dalam Anggaran Dasaranya setelah dua


persyaratan tersebut dipenuhi maka kapan keanggotaan akan efektif berlaku.

E. Penghentian Keanggotaan

Keanggotaan suatu organisasi internasional dapat berakhir karena dua cara. Pertama,
pengunduran diri. Kedua, diberhentikan.

1) Penghentian Keanggotaan karena Pengunduran Diri

Masalah mengenai pengundurun diri di beberapa organisasi internasional


biasanya diatur dalam anggaran dasarnya. Dimana terdapat jangka waktu tertentu
untuk efektifnya pernyataan tersebut. Dalam pasal 95 (b) anggaran dasar ICAO
ditentukan bahwa pengunduran diri efektif berlaku setelah satu tahun pemberitahuan
anggota kepada ICAO. Dalam anggaran dasar IMF pasal 26 (1) menentukan bahwa
pengunduran diri efektif saat pemberitahuan tersebut diterima. Selain itu dalam
anggaran dasar IMF ditentukan pengunduran diri wajib yang berlaku ketika negara
anggota gagal memenuhi kewajiban berdasarkan anggaran dasar IMF.

Bagi organisasi internasional yang menentukan tenggang waktu tertentu antara


pemberitahuan keluar dari organisasi dan efektivitasnya itu dibutuhkan untuk
memberi kesempatan pada organisasi untuk menyesuaikan keadaan dengan
berkurangnya keanggotaan, misalnya penyesuaian anggaran, dan pergantian pejabat.
Selain itu negara lain juga perlu menyesuaikan sehubungan dengan negara yang
keluar karena negara tersebut memiliki keharusan memenuhi kewajiban tertentu. Bagi
organisasi internasional yang bergerak dalam bidang pasaran bersama, keluarnya
anggota dapat mempengaruhi seluruh system kerja dari organisasi internasional
tersebut. Oleh karena itu suatu organisasi yang hubungan ekonomi antara para
anggota menjadi tujuan dari organisasi tersebut dan terdapat dalam anggaran dasarnya
akan menentukan bahwa hubungan ekonomi antara anggota yang berhenti
keanggotaannya dan negara anggota lainnya baru dapat diputuskan setelah jangka
waktu yang cukup lama.

Di dalam Piagam PBB sendiri tidak ada ketentuan mengenai pengunduran diri.
Pada waktu konferensi San Fransisco, masalah keanggotaan ini telah diperbincangkan
di Komite ½ (komite tentang keanggotaan). Ada pihak yang menghendaki tentang
ketentuan mengenai pengunduran diri dimuat dalam Piagam PBB dengan alasan
mengundurkan diri dari organisasi internasional adalah hak negara berdaulat dan
bebasa untuk menetukan kehendaknya.

Namun ada juga pihak yang tidak menyetujui dicantumkannya ketentuan


tersebut, dengan alasan: 1)untuk menghindari kelemahan yang pernah dialami oleh
LBB, 2) ketentuan pengunduran diri dapat dipakai sebagai sarana untuk
menghindarkan diri dari kewajiban yang ditentukan oleh piagam, 3) ketentuan
pengunduran diri dapat dipakai sebagai sarana untuk mempertahankan konsesi dari
PBB dengan mengancam akan keluar dari PBB. Selain itu, ada pendapat lain yang
menghendaki Piagam dapat memuat ketentuan tentang pengunduran diri namun
dibatasi, yaitu adanya keadaan istimewa, tetapi masalahnya adalah siapa yang berhak
menentukan kriteria keadaan istimewa tersebut.
Setelah perdebatan yang cukup sengit akhirnya Komite ½ menetapkan bahwa
Piagam tidak akan memuat ketentuan tentang pengunduran diri dan didahkan di
konferensi San Fransisco. Jadi pada kenyataannya ada organisasi international yang
anggaran dasarnya memuat ketentuan tentang pengunduran diri (misal LBB) dan ada
organisasi yang tidak mengatur tentang ketentuan tersebut.

Pendapat yang memungkinkan pengunduran diri secara unilateral dari suatu


organisasi internasional dikemukakan oleh Hendry G. Schermers:

a. Kedaulatan negara (state Souvereignity)


Bahwa hanya negara yang berdaulat yang dapat memutuskan apakah negara itu
ikut dalam organisasi internasional atau akan keluar dari organisasi
internasional.
b. Kewajaran (Equity)
Ada organisasi internasional yang keanggotaannya terbatas. Pembatasannya
adalah syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh suatu negara yang akan
menjadi anggota organisasi internasional. Jadi hanya negara yang memenuhi
kriteria tertentu sesuai dengan Anggaran Dasar organisasi internasional yang
dapat menjadi anggota. Jika ada suatu negara merasa bahwa keanggotaannya
dalam organisasi tersebut tidak sesuai dengan kepentingan nasionalnya, dan
keanggotaannya tidak lagi bermanfaat baginya, maka negara tersebut wajar bila
mengundurkan diri. Dapatlah disimpulkan bahwa hak mengundurkan diri secara
unilateral adalah wajar.
c. Kemanfaatan (Expediency)
Hampir sama dengan alasan di atas yaitu bila suatu negara keanggotaannya
dalam organisasi internasional sudah dianggap tidak bermanfaat lagi bagi
negaranya maka seyogianya negar anggota tersebut mengundurkan diri.
d. Asas Umum Hukum (General Principle of law)
Dalam hukum nasional terutama dalam hukum perdata, dikenal asas bahwa
suatu anggota dari suatu persekutuan perdata dapat mengundurkan diri. Asas
umum ini juga dikenal dalam hukum internasional.
e. Exceptio Non Adimpleti Contractus
Bila ternyata organisasi dalam proses perkembangannya menyimpang dari
kesepakatan para anggota, maka dalam hal ini terjadi perubahan yang
berdasarkan kesepakatan bersama, sehingga dengan demikian negara anggota
dapat mengundurkan diri. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Konvensi
Wina tentang Hukum Perjanjian Internasional Pasal 62 yang mengatur tentang
Fundamental Change of Circumstances.
2) Penghentian Keanggotaan karena Diberhentikan (expulsion)

Penghentian keanggotaan dalam suatu organisasi internasional karena


diberhentiakan biasanya dikaitkan dengan masalah penundaan (suspension). Jika
berbicara mengenai penghentian secara paksa, maka yang dimaksud adalah
pengeluaran anggota organisasi internasional disebabkan anggota tersebut telah
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam organisasi internasional yang
merupakan pelanggaran berat. Tindakan ini dilakukan oleh organisasi sebagai usaha
untuk menyelamatkan organisasi dari suatu tindakan tindakan yang dianggap
destruktif. Ketentuan mengenai penghentian pakasa ini biasanya dicantumkan dalam
anggaran dasar organisasi internasional.

Dalam praktiknya, organisasi internasional yang dalam anggran dasarnya tidak


memuat ketentuan tentang penghentian dengan paksa, maka bila ada anggota yang
dianggap melakukan tindakan-tindakan yang merugikan bagi organisasi, negara lain
akan mengadakan penekanan-penekanan terhadap negara tersebut, yang kemudian
negara yang melakukan tindakan yang merugikan akan mengajukan permohonan
untuk mengundurkan diri secara sukarela. Bahkan dimungkinkan terjadi perubahan
anggaran dasar.

Suatu organisasi internasional yang bersifat global tidak mencantumkan


penghentian dengan paksa dalam anggran dasarnya karena ketentuan penghentian
dengan paksa bertentangan dengan tujuan organisasi yang bersifat global. Dalam
organisasi yang terbatas keanggotaannya, sifatnya berbeda. Jika ada anggota yang
sudah tidak sesuai dengan sistem politik atau ekonomi organisasi internasional
terbatas tersebut, negara anggota tersebut lebih baik berada di luar organisasi karena
tidak sesuai dengan kepentingannya lagi.

F. Penundaan keanggotaan

Penundaan keanggotaan dituangkan dalam Anggaran Dasar organisasi


internasional. Misalnya ketentuan pada Pasal 5 Piagam PBB. Suatu anggota yang tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam Anggaran Dasarnya,
keanggotaannya ditunda untuk sementara. Jika pada suatu saat negara tersebut dapat
memenuhi kewajiban sesuai dengan Anggaran Dasar, maka hak negara anggota tersebut akan
dipulihkan kembali. Selama masa penundaan, negara tersebut tidak dapat menikmati hak-
haknya sebagaimana ditentukan dalam Anggaran Dasar, tetapi tetap dibebani kewajiban.

Selain masalah keanggotaan di atas, keanggotaan suatu organisasi internasional dapat


berhenti karena bubarnya organisasi internasional tersebut.
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Hal-hal penting dalam masalah keanggotaan suatu organisasi internasional:
a) Penggolongan keanggotaan
 Keanggotaan penuh (full members), artinya anggota akan ikut serta dalam
semua keanggotaan organisasi dengan segala hak-haknya.
 Keanggotaan luar biasa (associate members), artinya anggota dapat
berpartisipasi namun  tidak mempunyai hak suara di dalam alat perlengkapan
utama organisasi internasional.
 Keanggotaan sebagian (partial members), artinya anggota hanya ikut
berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan tertentu.
b) Prinsip-prinsip keanggotaan

universalitas (tidak membedakan sistem pemerintahan, ekonomi, maupun politik


yang dianut negara anggotanya), dan prinsip terbatas ( menekankan pada syarat-
syarat tertentu bagi keanggotaan), syarat tersebut adalah:

 Keanggotaan yang didasarkan pada kedekatan letak geografis maupun


pertimbangan politis, contoh: NATO, Pakta Warsawa.

 Keanggotaan yang didasarkan pada kepentingan yang akan dicapai.


Contohnya: kerjasama antar negara pengekspor minyak, maka
keanggotaannya hanya dibuka bagi negara pengekspor minyak (OPEC).

 Keanggotaan yang didasarkan pada system pemerintahan tertentu atau system


ekonomi tertentu, contohnya: COMECON.
 Keanggotaan yang didasarkan pada persamaan kebudayaan, agma, etnis, dan
pengalaman sejarah. Contohnya: British Common, OKI.

 Keanggotaan yang didasarkan pada penerapan hak-hak asasi manusia.


Contohnya: Council of Europe.

c) Persyaratan keanggotaan

Misalnya seperti PBB, piagam PBB memberikan persyaratn yang cukup luwes
dan berat, sebagaimana yang termuat dalam pasal 4 ayat (1) dan (2) serta pasal 18
ayat (2) yang mempunyai lima unsur yaitu:

Open to all other “peace loving” states, merupakan negara yang cinta damai,
hakekatnya ditunjukan bagi negara yang tidak ikut perang melawan kekuatan
poros, atau setidak-tidaknya anti atau bukan fasis.

Accept to obligations contained in the present charter, yaitu negara yang mau
menerima kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam piagam. Sebagaimana
dinyatakan dalam rules of procedure, baik dari Dewan Keamanan maupun dari
Majelis Umum PBB, permintaan untuk menjadi anggota haruslah berisi “suatu
pernyataan yang dibuat dalam suatu instrumen resmi bahwa negara itu menerima
kewajiban-kewajiban tersebut”.

Ability and willingness to carry out charter obligations, yaitu adanya


kesanggupan dan kemauan dari negara untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban
sesuai dengan ketentuan piagam.

Upon the recommendation of the security council, adanya permohonan untuk


menjadi anggota PBB yang diputuskan oleh Majelis Umum atas rekomendasi dari
Dewan Keamanan PBB.

d) Prosedur penerimaan anggota

Pemutusan untuk penerimaan keanggotaan dalam suatu organisasi


internasional merupakan tindakan bilateral. Pihak Organisasi internasional harus
setuju dengan penerimaan keanggotaan, di lain pihak negara itu menurut hukum
nasionalnya sah untuk menjadi anggota organisasi internasional.
Permohonan untuk menjadi anggota diajukan oleh pihak yang berwenang
menurut hukum internasional, seperti kepala negara atau perdana menteri atau
menteri luar negeri atau pejabat diplomatik yang diakreditasikan di organisasi
internasional tersebut atau negara yang ditunjuk untuk menyimpan dokumen
ratifikasi. Dalam penerimaan keanggotaan ini biasanya ada dua prosedur yang
harus ditempuh. Pertama, adanya permintaan dari calon anggota. Kedua, negara
yang bersangkutan telah meratifikasi anggaran dasar organisasi internasional
dimana negara tersebut ingin menjadi anggota.

e) Berhentinya keanggotaan

Keanggotaan suatu organisasi internasional dapat berakibat karena dua cara:

1. Penghentian keanggotaan karean pengunduran diri.


2. Penghentian keanggotaan karena diberhentikan (Expulsion).
f) Penundaan keanggotaan

Penundaan keanggotaan dituangkan dalam Anggaran Dasar organisasi


internasional. Misalnya ketentuan pada Pasal 5 Piagam PBB. Suatu anggota yang
tidak memenuhi kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam Anggaran
Dasarnya, keanggotaannya ditunda untuk sementara. Jika pada suatu saat negara
tersebut dapat memenuhi kewajiban sesuai dengan Anggaran Dasar, maka hak
negara anggota tersebut akan dipulihkan kembali. Selama masa penundaan,
negara tersebut tidak dapat menikmati hak-haknya sebagaimana ditentukan dalam
Anggaran Dasar, tetapi tetap dibebani kewajiban.

Anda mungkin juga menyukai