Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGENDALIAN MANAJEMEN PADA ORGANISASI


NIRLABA

Disusun Oleh:

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, dan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, penulis dapat
menempuh dan menyelesaikan makalah. Adapun judul makalah ini
adalah “Pengendalian Manajemen Pada Organisasi Nirlaba”. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
namun demikian penulis tetap berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Penulis menyampaikan
seluruh rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu
dalam menyedikan informasi sehingga penulis dapat membuat makalah ini
dengan baik.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat, khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak. Semoga Allah SWT membalas jasa
dan budi baik semua pihak yang telah membatu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penelitian...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Perbedaan Organisasi Laba dan Organisasi Nirlaba.....................................3

B. Ambiguitas Tujuan dan Konflik....................................................................4

C. Kesulitan Dalam Mengukur Kinerja.............................................................5

D. Perbedaan Akuntansi.....................................................................................6

E. Pengawasan Eksternal...................................................................................7

BAB III PENUTUP................................................................................................9

A. Kesimpulan...................................................................................................9

B. Saran..............................................................................................................9

DAFTAR PUSAKA..............................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang terjadi di
Indonesia pada saat ini banyak membantu manusia dalam meningkatkan kualitas
hidup. Perkembangan itu membawa perubahan besar dalam hidup manusia
terutama dalam bidang ekonomi. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dialami bangsa Indonesia ternyata belum dapat menyelesaikan
permasalahan dan penderitaan yang ada dalam masyarakat luas. Situasi tersebut
menyebabkan timbulnya banyak organisasi yang bergerak dalam bidang sosial
atau dengan kata lain organisasi nirlaba di Indonesia (Kabuhung, 2013)
Organisasi nirlaba adalah organisasi yang tidak dapat mendistribusikan
aktiva atau labanya kepada anggotanya, pejabatnya, ataupun direkturnya.
Organisasi nirlaba adalah organisasi yang melayani atau memberikan jasa secara
sosial tanpa mengharapkan atau menghasilkan keuntungan. Pendapatan
organisasinya berasal dari donasi pihak pihak tertentu. Jasa-jasa yang dihasilkan
organisasi nirlaba tersebut diberikan kepada pihak-pihak yang memerlukan.
Tujuan utama organisasi nirlaba adalah menyediakan layanan sosial. Keputusan-
keputusan yang dibuat oleh manajemen dimaksudkan untuk menghasilkan jasa
sebaik mungkin dengan sumber daya yang tersedia
Organisasi nirlaba adalah organisasi yang memiliki karateristik khusus di
dalamnya.Terdapat Empat karakteristik yaitu, tidak adanya pengukuran laba,
anggota atau pengurus yayasan tidak dibayar, modal bersumber dari
donasi/sumbangan, dan pencatatan sistem akutansi dengan cara akuntansi dana.
Karakteristik lainnya dari organisasi nirlaba juga terdapat di undang-undang
perpajakan. Sepanjang yayasan bergerak di bidang sosial, meskipun tergolong
subjek pajak menurut UU pajak, yayasan tidak perlu membayar pajak penghasilan
(SE Nomor S-34/PJ.4/1995).

iii
Dalam mewujudkan tujuan utamanya, organisasi nirlaba memerlukan suatu
pengendalian. Sistem yang digunakan oleh manajemen untuk mengendalikan
aktivitas suatu organisasi disebut sistem pengendalian manajemen. Pengendalian
manajemen adalah proses dimana seorang manajer mempengaruhi anggota
lainnya dalam organisasi untuk melaksanakan strategi organisasi, dimana
pengendalian manajemen ini difasilitasi oleh suatu sistem formal yang merupakan
siklus aktivitas terus berulang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perbedaan organisasi laba dan organisasi nirlaba?
2. Bagaimanakah ambiguitas tujuan dan konflik?
3. Bagaimanakah kesulitan dalam mengukur kinerja?
4. Bagaimanakah perbedaan akuntansi?
5. Bagaimanakah pengawasan internal?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan perbedaan organisasi laba dan
organisasi nirlaba
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana ambiguitas tujuan dan
konflik
3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana kesulitan dalam
mengukur kinerja
4. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana perbedaan akuntansi
5. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana pengawasan internal

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbedaan Organisasi Laba dan Organisasi Nirlaba


Mungkin ironis, tetapi benar-benar terjadi yaitu perbedaan definisi antara
mencari laba dan nirlaba tidak terletak pada jumlah keuntungan yang mereka
hasilkan, melainkan pada cara pendistribusiannya. Keuntungan untuk organisasi
nirlaba tidak dibayarkan kepada pemilik atau orang lain yang terkait dengan
organisasi. Keuntungan harus didedikasikan untuk tujuan organisasi. Oleh karena
itu, ciri khas utama dari organisasi nirlaba adalah pada tujuan organisasi, misi dan
tujuannya. Dengan demikian, sebuah organisasi nirlaba merupakan organisasi
dengan tujuan utamanya, yaitu untuk menyediakan beberapa jenis layanan public.
Kategori nirlaba termasuk dalam seperangkat besar organisasi beragam, sehingga
jenis layanan yang diberikan sangat bervariasi. Mereka bisa dalam bidang amal,
agama, ilmu pengetahuan, pendidikan, atau bahkan politik. Lembaga pemerintah
termasuk juga dalam kategori organisasi nirlaba. Selain itu, sejumlah besar
organisasi-organisasi swasta yang dioperasikan untuk kepentingan public;
museum, rumah sakit, universitas, dan sekolah. Beberapa organisasi nirlaba,
seperti organisasi keagamaan dan yayasan amal melayani berbagai keperluan
keuntungan pribadi. Koperasi, tenaga kerja, persaudaraan, perdagangan, dan
pemilik rumah asosiasi dioperasikan untuk kepentingan bersama anggota mereka
(Kevin, 2020)

Banyak organisasi nirlaba memperoleh pendapatan dari layanan jasa atau


produk, seperti dengan menjual tiket untuk melihat pameran museum atau
pertunjukan teater dan selebihnya diberi dana oleh pihak ketiga dalam pertukaran
pelayanan mereka. Sebagai contoh, sebuah badan pemerintah mungkin
memberikan biaya sekolah atau subsidi bagi setiap anak terdaftar disekolah.
Namun, dana (yaitu arus kas dan surplus pendapatan atas biaya) bukan hanya
sebuah kendala; hal tersebut secara tidak normal merupakan tujuan utama sebuah
organisasi nirlaba. Dapat dikatakan bahwa beberapa entitas dalam organisasi

v
nirlaba memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Sebagai contoh,
pemerintah menjalankan lotre, rumah sakit menjalankan toko-toko hadiah, dan
universitas menjual buku, makanan, dan tiket olahraga. Mereka bersaing dengan
organisasi laba dalam mendapatkan keuntungan. Namun, keuntungan yang
mereka dapatkan digunakan untuk memajukan tujuan utama organisasi dan tidak
akan dibayarkan kepada pemilik atau orang lain yang terkait dengan organisasi.
Organisasi nirlaba tidak membayar dividen. Semua sumber daya yang mereka
dapatkan harus digunakan untuk memajukan tujuan utama organisasi.

Singkatnya, semua organisasi nirlaba memiliki kesamaan tujuan dan


karakteristik dalam pembagian laba (kepemilikan). Namun, organisasi nirlaba
sering kali dianggap sebagai organisasi relative kecil yang bekerja untuk tujuan
kepentingan bersamam seperti bank makanan dan amal masyarakat dikelola oleh
sejumlah kecil manajer yang berdedikasi dan sukaelawan yang tidak dibayar,
sehingga nirlaba tidak selalu berarti kecil atau beramal. Ada banyak pengusaha
besar organisasi nirlaba dan sebagian besar dari pendapatan yang dihasilkan yang
digunakan untuk menutupi pengeluaran mereka. Selain tujuan nirlaba dan
kurangnya pemegang saham sering kali juga sulit untuk mengatakan bahwa
organisasi nirlaba memiliki mitra organisasi laba. Namun, organisasi nirlaba
cenderung memiliki karakteristik dengan implikasi pemberlakuan MCS dengan
jauh lebih yang berlaku di organisasi laba.

B. Ambiguitas Tujuan dan Konflik


Tingkat kejelasan tujuan, biasanya tidak ada dalam organisasi nirlaba.
Banyak konstituen terkadang memilki kepentingan dalam organisasi, tujuan dan
kinerjanya. Namun, konsituten ini sering tidak setuju terhadap nilai-nilai dan
konflik kepentingan mereka. Dewan pengawas museum mungkin menganggap
tujuan utama mereka adalah menginspirasi beragam masyarakat melalui koleksi
dan pameran karya seni dengan kualitas terbaik. Penanggung jawab kepentingan
lainnya, seperti masyarakat local dan pejabat pemerintah akan lebih tertarik untuk
menikmati pameran museum yang ditujuan untuk anak-anak. Tokoh agama
mungkin yang paling khawatir tentang tujuan seni dalam pandangan mereka baik

vi
secara social dan moral dapat diterima. Menyelesaikan konflik dan perbedaan
persepsi memerlukan mekanisme pengambilan keputusan yang unik (Andarsari,
2016).

Konflik juga tak terelakkan dalam organisasi pemerintah. Organisasi-


organisasi ini sering dari sejumlah sumber, yaitu termasuk cabang-cabang
eksekutif, legislative, dan yudikatif atau mungkin dari berbagai tingkat
pemerintahan, nasional dan local. Misalnya pada lembaga penegak hokum harus
menanggapi hokum yang disahkan dan keputusan yang dibuat oleh semua tingkat
legisatif. Pendanaan dan konsukuensi tanggung jawabnya menjadi ke beberapa
pihak berwenang. Manajer organisasi-organisasi ini menghadapi tekanan ekternal
karena pers dan public dalam masyarakat demokratis memiliki akses informasi
yang cukup. Beberapa pejabat penting mungkin menghadapi tekanan pemilihan
ulang. Dengan demikian, mungkin merasakan kebutuhan untuk menyenangkan
masyarakat pada donor besar dan kampanye. Arah difusi dan potensi konflik ini
sangat mempersulit manajemen yang memberikan beragam tujuan yang komplek.

C. Kesulitan Dalam Mengukur Kinerja


Tujuan organisasi nirlaba cukup jelas, tetapi manajer dari organisasi ini
biasanya tidak memiliki penyelesaian apapun untuk indicator kinerja bottom-line
kuantitatif tunggal seperti keuntungan dan langkah-langkah kembali tersedia
untuk organisasi nirlaba. Tingkat pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan
dan penyediaan kualitas layanan kepada konstituennya biasanya tidak dapat
diukur secara akurat dalam hal keuangan. Apabila tujuan rumah sakit adalah
untuk menyelamatkan nyawa atau untuk menyembuhkan sakit, bagaimana sukses
untuk dinilai? Apakah pada saat melayani pasien-pasien yang dibawa keunit
darurat? Apakah dengan tingkat kematian diantara pasien darurat yang mengalami
serangan jantung? Apakah pada tingkat penderita kanker? Atau, haruskah ada
langkah-langkah pencegahan daripada sekedar menyembuhkan? Bagaimana
biayanya? Karena salah satu focus dapat dikompromikan dalam mendukung lain
(misalnya, biaya vs perawatan, pencegahan vs obat), apa yang penting untuk
ditempatkan pada masing-masing isu?

vii
Tanpa seperangkat kecil indicator kinerja kuantitatif, tugas pengelolaan
dan pengendalian manajemen lebih rumit (Pramesti et al, 2018). Hal ini menjadi
sulit untuk:

1. Mengukur kinerja organisasi dalam segala tujuannya dan juga untuk


menggunakan control hasil (termasuk insentif berbasis kinerja) pada
tingkat organisasi yang lebih luas;
2. Menganalisis manfaat dari investasi atau beragam tindakan alternative;
3. Mendesentralisasi organisasi dan menahan entitas tanggung jawab manajer
pada kinerja daerah tertentu yang berhubungan langsung dengan tujuan
utama organisasi.
4. Membandingkan wujud kinerja pada kegiatan yang berbeda

Hal harus diperhatikan ialah meningkatkan focus pengukuran tersebut


dapat menghasilkan beberapa disfungsional yang juga sering terjadi pada
organisasi nirlaba, seperti perpindahan perilaku (konsentrasi pada bidang yang
diukur dengan mengesampingkan daerah penting lainnya tidak terukur) dan
permainan (kekeliruan data).

Berbagai studi akademik telah memberikan bukti pendukung dalam


beberapa pengaturan. Sebagai contoh, satu studi rumah sakit nirlaba menemukan
bahwa insentif berbasis laba dapat menyebabkan peningkatan dalam perawatan
amal, dan menunjukkan bahwa kontrak insentif tersebut dapat menarik manajer
yang lebih berbakat untuk menghasilkan keuntungan dan mencapai tujuan nirlaba.
Sejumlah organisasi nirlaba juga melaporkan keberhasilan dengan pendekatan
kartu laporan posisi keuangan untuk mengelola operasi mereka secara efektif.
Kemudian, semua mengatakan bila dirancang dengan hati-hati dengan ukuran
kinerja yang lebih baik, maka dapat ditemukan pengukuran kinerja dan sistem
insentif yang mungkin memiliki banyak kesamaan antara organisasi laba dengan
organisasi nirlaba baik dalam hal pengaruh fungsional maupun disfungsional.

viii
D. Perbedaan Akuntansi
Laporan keuangan yang disusun oleh organisasi nirlaba lebih bervariasi
daripada yang digunakan diroganisasi laba baik dalam bentuk, maupun isi. Sebuah
standar yang komprehensif untuk laporan keuangann eksternal guna keperluan
umum yang disediakan oleh organisasi nirlaba tidak ada di Amerika Serikat
sampai Dewan menerbitkan pernyataan akuntansi keuangan No. 117 Tahun 1993.
Sampai saat ini, beberapa organisasi nirlaba menyediakan laporan keuangan
konsolidasi, sedangkan yang lain tidak. Beberapa organisasi memberikan
informasi arus kas, tetapi kebanyakan tidak. Standar Akuntansi Keuangan
(Financial Accounting Standard FAS) 177 dimaksudkan untuk meningkatkan
hubungan saling pengertian dan penyamaan laporan keungan organisasi nirlaba
(Fitriani, 2018)

Standar akuntansi individu yang digunakan oleh organisasi nirlaba untuk


transaksi operasi juga berbeda secara historis dari yang digunakan dalam
organisasi laba. Depresiasi mungkin merupakan area perbedaan yang paling
penting. Organisasi pemerintah masih dibebaskan, mereka mengakui beban
depresiasi hanya pada dana yang menjelaskan kegiatan bisnis mereka.
Kebanyakan ahli sekarang menyimpulkan bahwa prinsip akuntansi yang
digunakan dalam organisasi nirlaba harus identic dengan yang digunakan dalam
organisasi laba, dengan satu pengecualian; organisasi nirlaba menggunakan
laporan terpisah seperti dana untuk memisahkan transaksi operasi dari transaksi
modal yang memberikan kontribusi.

Organisasi laba memperoleh sumber dya mereka dengan menjual saham,


meminjam uang, dan mendapatkan keuntungan melalui penjualan barang dan jasa
mereka. Manajer mereka dapat menggunakan sumber daya dengan cara hokum
sesuai yang dikehendakinya. Sedangkan, sebagian besar sumber daya yang
diperoleh oleh organisasi nirlaba merupakan sumbangan atau donasi yang
diberikan kepada organisasi. Ketentuan sumbangan atau hibah bisa membatasi
daya untuk tujuan tertentu (misalnya, guna melakukan penelitian kanker) untuk

ix
suatu jenis pengeluaran (seperti untuk gedung baru)m dan suatu periode waktu
tertentu.

E. Pengawasan Eksternal
Kebanyakan organisasi nirlaba tidak melayani secara langsung dan tidak
harus bertanggung jawab kepada kelompok dengan kekuasaan lebih tinggi seperti
kelompok pemegang saham. Mereka harus menjawab sejumlah konstituen
eksternal, termasuk sumbangan badan pemerintah, alumni dan bahkan masyarakat
luas sampai batas tertentu. Konstituen eksternal ini sering kali menyulitkan. Hal
ini wajar karena sebagian besar organisasi nirlaba didirikan guna memberikan
pelayanan social yang bernilai. Dalam konteks itu, laporan kinerja dapat
memberikan informasi berharga yang membantu konstituen dalam membuat
pilihan informasi seperti tentang tujuan tempat sekolah anak-anak merekaq,
rumah sakit dimana mereka mempercayakan kesehatan mereka, atau yang ingin
beramal yang ingin menyumbangkan uang mereka kepada seseorang.

Pengawasan eksternal terkadang juga dapat membentuk beberapa proses


pengambilan keputusan yang termasuk beberapa proses MCS terkait. Proses
perencanaan dan penganggaran cenderung lebih penting dan memakan banyak
waktu karena harus mendengarkan dan mengakomodasi masukan pihak eksternal.
Manajemen dan kompensasi karyawan dalam organisasi nirlaba juga sering
tunduk pada tekanan politik. Seorang pejabat kota Los Angeles berkomentar di
kota tentang bonus karyawan: “sebagaian besar proses ini bukan hanya untuk
uang, ia menginspirasi keyakinan. Masyarakat tidak memiliki keyakinan pada
(pejabat kota) yang menghabiskan uang pajak. Anda harus sangat foks
memerhatikan dengan detail” (Astuti, 2019).

x
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem Pengendalian manajemen merupakan alat bagi manajemen dalam
pengimplementasikan rencana strategi dengan cara mempengaruhi anggota untuk
mencapai tujuan organisasi. Kepentingan antar individu di sebuah perusahaan
berbeda-beda. Fungsi dari pengendalian manajemen, adalah terciptanya
keselarasan tujuan (goal congruence) dari setiap individu tersebut.

Suatu perencanaan strategis akan melaksanakan tujuan dan strategi


organisasi. Seluruh informasi yang tersedia digunakan untuk membuat
perencanaan. Perencanaan tersebut kemudian dirubah menjadi anggaran tahunan
yang mempunyai fokus pada pendapatan dan belanja yang direncanakan untuk
masing-masing pusat tanggung jawab. Pusat tanggung jawab ini juga dituntun
oleh aturan-aturan dan informasi formal lain. Pusat tanggung jawab menjalankan
operasi-operasi yang ditugaskan, dan hasilnya kemudian dinilai dan dilaporkan.
Hasil-hasil aktual kemudian dibandingkan dengan target yang yang tercantum
dalam anggaran untuk menentukan apakah kinerjanya memuaskan atau tidak. Jika
memuaskan, maka pusat tanggung jawab menerima umpan balik dalam bentuk
pujian atau penghargaan lain. Jika tidak memuaskan, korektif di pusat tanggung
jawab serta kemungkinan untuk dilakukannya revisi dalam rencana.

B. Saran
Makalah ini menjelaskan tentang Pengendalian Manajemen Pada Organisasi
Nirlaba. Untuk itu penulis menyarankan kepada pembaca agar kiranya
mengetahui silsilah Memahami Pengendalian Manajemen Pada Organisasi
Nirlaba dan mampu mempertahankanya, khususnya pembaca tentang
Pengendalian Manajemen Pada Organisasi Nirlaba

xi
DAFTAR PUSAKA

Andarsari, P. R. (2016). Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba (Lembaga


Masjid). Jurnal Ekonika: Jurnal Ekonomi Universitas Kadiri, 1(2).
Astuti, A. R. T. (2019). Manajemen Organisasi (Teori Dan Kasus). Iain Parepare
Nusantara Press.
Fitriani, A. N. (2018). Evaluasi Implementasi Pengendalian Manajemen Atas
Permasalahan Defisit Anggaran Organisasi Nirlaba (Studi Pada Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta) (Doctoral Dissertation, Universitas
Gadjah Mada).
Kabuhung, M. (2013). Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan Dan Pengeluaran
Kas Untuk Perencanaan Dan Pengendalian Keuangan Pada Organisasi
Nirlaba Keagamaan. Jurnal Emba: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Bisnis Dan Akuntansi, 1(3).
Kevin, J. (2020). Evaluasi Sistem Pengendalian Manajemen Pada Organisasi
Nirlaba (Studi Kasus Gereja Bethel Indonesia Citra 1) (Doctoral
Dissertation, Universitas Tarumanagara).
Pramesti, A., Riyandini, E. C., & Pesudo, D. A. A. (2018). Akuntabilitas Dan
Pengendalian Internal Pada Organisasi Nirlaba (Studi Pada Gbi
Ambarawa). Behavioral Accounting Journal, 1(2), 176-192.

xii

Anda mungkin juga menyukai