Anda di halaman 1dari 15

ENTITAS NIRLABA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Akuntansi Topik Khusus
Nama Dosen :
Rusmida Jun Harapan H., SE., M.Si

Oleh :
Kelompok 2
Nama Anggota : Doni Rahma dinata Nim : 2201120510.P
Gusnosa Iswendi Nim : 220112004.P

Kelas : KW7A

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Entitas nirlaba secara masif telah berkembang dengan sedemikian rupa
di era modern ini. Entitas nirlaba merupakan organisasi yang dalam proses
aktivitasnya melayani kepentingan masyarakat secara sosial, dengan tujuan
mensejahterahkan masyarakat serta tidak mengharapkan keuntungan.
Nainggolan (2005) menyatakan bahwa, organisasi nirlaba merupakan suatu
lembaga atau kumpulan dari beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu
dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tadi, dalam pelaksanaan kegiatan
yang mereka lakukan tidak berorientasi pada pemupukan laba atau kekayaan
semata.
Karakteristik yang membedakan entitas nirlaba dengan entitas lainnya
adalahadanya transaksi-transaksi tertentu yang tidak terjadi dalam entitas
lainnya, yaituadanya pengakuan penerimaan sumbangan (sumbangan terikat
serta sumbangantidak terikat). Menurut PSAK No.45 bahwa “organisasi
nirlaba memperolehsumber daya dari sumbangan para anggota dan para
penyumbang lain yang tidakmengharapkan imbalan apapun dari organisasi
tersebut”. (IAI, 2017: 45.1).
Dengan perbedaan sifat tersebut, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
mengatur tentang bagaimana perlakuan penyajian laporan keuangan diantara
entitas nirlaba maupun non-nirlaba melalui Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK). Seperti halnya organisasi bisnis, entitas nirlaba diatur
dalam PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba.
Laporan keuangan entitas nirlaba dalam PSAK No. 45 terdiri dari laporan
posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, serta catatan atas laporan
keuangan. Penyajian laporan entitas ini diharapkan menjadi bentuk
akuntabilitas serta transparansi sebuah entitas kepada pihak luar entitas.
Kesuksesan sebuah entitas dapat dinilai dari keberhasilan dalam Menyusun
aporan keuangan yang dilakukan. Selain sebagai bentuk keberhasilan juga
sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada para pemegang saham serta
pemangku kepentingan dalam sebuah entitas. Penyusunan laporan keuangan
seringkali dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang proses bisnis
maupun non bisnis sebuah entitas. Perbedaan penyajian laporan keuangan
dalam PSAK seringkali tidak sepenuhnya diketahui oleh entitas nirlaba
maupun organisasi bisnis. Sehingga dalam penyusunannya tidak sesuai
dengan standar keuangan yang berlaku umum.
Banyaknya aktivitas entitas dalam prakteknya lebih memfokuskan
pengembangan program-program yang dimiliki, sehingga melupakan
pentingnya keberhasilan dalam penyusunan keuangan yang taat administratif.
Dengan tidak taatnya melakukan penyajian administratif keuangan yang
benar, laporan keuangan yang disusun pun menimbulkan interpretasi yang
berbeda tentang laporan keuangan yang tekah disusun. Akibatnya, pihak
eksternal tidak dapat membedakan bagaimana perlakuan laporan keuangan
antara entitas yang berbeda tersebut. Secara umum perbedaan yang paling
mendasar terletak pada laporan posisi keuangan pada entitas nirlaba serta
laporan neraca pada organisasi bisnis. Yaitu terdapat pada akun “ekuitas”
pada neraca, yang disebut dengan “aktiva bersih” ada laporan posisi
keuangan. Kurangnya pengetahuan tentang hal ini, membuat beberapa entitas
nirlaba menyusun laporan keuangannya berdasarkan penyajian laporan
keuangan menurut organisasi bisnis. Akibatnya, tujuan utama entitas nirlaba
dalam menerapkan transparansi laporan keuangan kurang maksimal, juga
memberikan dampak dalam akuntanbilitas sebuah entitas terhadap pengakuan
dari pihak eksternal.
Menurut PSAK No.45 sebuah entitas nirlaba terdiri dari organisasi
keagamaan,rumah sakit, sekolah negeri, museum, yayasan serta jasa
sukarewan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Entitas Nirlaba?
2. Bagaimana Penjelasan tentang laporan keuangan Enntitas Nirlaba?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang pengertian Entitas Nirlaba
2. Untuk mengetahui tentang laporan keuangan Entitas Nirlaba
BAB II
ENTITAS NIRLABA
1 Pengertian Entitas Nirlaba
Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang
bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik
untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang
bersifat mencari laba (moneter). organisasi nirlaba meliputi keagamaan, sekolah
negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan
masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat buruh.
Menurut PSAK No.45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari
sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan
imbalan apapun dari organisasi tersebut. (IAI, 2004: 45.1)
Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan dari
beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk mencapai
tujuan tadi, dalam pelaksanaannya kegiatan yang mereka lakukan tidak berorientasi
pada pemupukan laba atau kekayaan semata (Pahala Nainggolan, 2005 : 01).
Definisi menurut Lilis Setiawati, (2011:175) menyebutkan bahwa:
“Organisasi nirlaba merupakan suatu organisasi sosial yang didirikan oleh
perorangan atau sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan
kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari
kegiatannya. Fokus dari visi dan misi organisasi nirlaba adalah pelayanan kepada
masyarakat, seperti yayasan pendidikan, LSM,organisasi keagamaan, panti asuhan,
panti wredha dan sebagainya”.
Lembaga nirlaba atau organisasi non profit merupakan salah satu komponen
dalam masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi, tanpa
disadari dalam kehidupan sehari-hari kini semakin banyak keterlibatan lembaga
nirlaba.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa organisasi nirlaba adalah organiasi yang
didirikan untuk kepentingan umum guna mensejahterkan masyarakat tanpa
bertujuan untuk memperoleh laba.
1.1 Legalitas
Persyaratan Legalisasi untuk Entitas Nirlaba:
1. Pendiri minimal terdiri dari 3-5 orang;
2. Disahkan di hadapan notaris, dibuatkan akta pendirian organisasi
menggunakan KTP tiap pendiri yang semuanya wajib hadir saat
penandatanganan;
3. Membuat draft visi, misi, tujuan organisasi, struktur, dll. berkaitan dengan
organisasi;
4. Memiliki NPWP yang prasyaratnya dibawa ke kantor pajak terdekat,
langsung jadi dan tanpa biaya. Prasyarat pembuatan NPWP organisasi
adalah sebagai berikut:
5. Fotokopi KTP ketua organisasi;
6. NPWP ketua organisasi;
7. Fotokopi akta notaris; Fotokopi surat keterangan domisili (sekretariat)
organisasi dari desa atau kelurahan;
Stempel organisasi :
Jika kegiatan organisasi berhubungan dengan politik atau kegiatan berskala
nasional, kadang diperlukan legalitas yang lebih seperti didaftarkan di Badan
Kesatuan Kebangsaan di kabupaten/kota atau provinsi jika memiliki cabang di
kota lain dalam provinsi.

2 Karakteristik Entitas Nirlaba

Di dalam PSAK No. 45 (Revisi 2011) (IAI,2011: 45.2-45.3) terdapat


penjelasan mengenai karakteristik entitas nirlaba yaitu sebagai berikut:
a) Sumber daya entitas. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang
tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi
yangsebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
b) Menghasilkan barang/jasa tanpa bertujuan menumpuk laba. Kalau suatu
entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan
kepadapara pemilik entitas tersebut.
c) Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis. Dalam arti
bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijua, dialihkanatau
ditebus kembali atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi
pembagian sumber daya entitas pada suatu likuidasi atau pembubaran entitas.
3 Jenis Entitas Nirlaba
1. Yayasan
Contoh organisasi non profit yang pertama adalah yayasan. dasar
landasan hukum yayasan dalam perundang-undangan adalah UU No 28
Tahun 2004. Undang-undang tersebut mendefinisikan yayasan sebagai
organisasi yang didirikan berdasarkan pembagian aset.
Maksudnya, organisasi ini ditujukan untuk mencapai suatu tujuan
dalam bidang sosial, bidang keagamaan, atau bidang kemanuisaan lainnya
yang dapat membantu masyarakat. Yayasan memiliki ciri khas yaitu
kepemilikannya yang ekslusif.
Organisasi ini hanya memiliki pendiri dan warga Negara asing dapat
membangun yayasan atas kepemilikannya sendiri. Hal tersebut dilihat dari
susunan strukturnya yang terdiri dari dewan pengawas, dewan penasehat dan
dewan pengurus. Dewan pengawalan yang berhak untuk memberikan
keputusan terhadap dewan penasihat dan pengurus.
2. Lembaga Gabungan (Asosiasi)
Contoh organisasi non profit yang kedua adalah lembaga gabungan atau
asosiasi. Lembaga asosiasi seringkali didefinisikan sebagai suatu organisasi
yang berbasis anggotanya dan dibentuk karena adanya tujuan yang ada
diantara para anggotanya yang tergabung.
Asosiasi dibedakan menjadi dua yaitu asosiasi gabungan dengan memiliki
hukum dan asosiasi biasa yang tidak memiliki hukum. Jika ada lembaga
asosiasi yang ingin mendapatkan perlindungan hukum, lembaga tersebut harus
mempersiapkan surat pendaftaran.
Surat pendaftaran ini nantinya akan diajukan ke ketua pengadilan negeri.
Setelah surat pendaftarannya disetujui dan disahkan oleh pengadilan distrik,
maka akan keluar surat perlindungan hukum dari Departemen Hukum dan
HAM.
3. Institut
Contoh organisasi non profit yang terakhir adalah institut. Institut adalah
suatu organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, bidang sosial, budaya,
dan humaniora. Organisasi ini memiliki tujuan yang sama dalam mencapai
suatu tujuan tertentu.
Contoh institusi adalah sekolah dasar, sekolah menengah pertama,
sekolah menengah atas, lembaga kursus belajar, institute pelatihan kerja dan
sebagainya.
Dari ketiga contoh lembaga organisasi nirlaba dapat disimpulkan
bahwa tujuan sebenarnya didirikannya organisasi nirlaba adalah untuk
mensejahterakan masyarakat.
Dilihat dari bentuk penyajian organisasinya yang membantu dalam
melayani masyarakat, mencerdaskan anak bangsa dan memberikan kebebasan
bagi masyarakat. Meskipun membutuhkan waktu yang lama untuk mendirikan
lembaga nirlaba, tapi manfaatnya sangat luar biasa.
4 Pendaptan Entitas Nirlaba
4.1 Pendapatan Dari Kegiatan Program
Suatu organisasi nirlaba tidak dianjurkan untuk mencari pendapatan dari
kegiatan yang dilakukan, hal tersebut dapat menunjukkan bahwa organisasi
beroperasi komersial. Pendapatan organisasi dapat bersumber dari kegiatan
organisasi dengan memperhatikan beberapa hal dasar, seperti :
Pendapatan dilakukan untuk keberlangsungan hidup organisasi nirlaba; Hal
ini dikarenakan dukungan dana dari para donatur tidak dapat diharapkan terus-
menerus. Oleh karena itu, organisasi harus dapat mandiri dalam mengelola
kegiatan yang dilakukan
Perluasan pelayanan masyarakat; Dalam upaya memberikan kontribusi
melalui kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi nirlaba, diharapkan
dengan adanya sumber pendapatan dari kegiatan yang dilakukan dapat
menjangkau lebih banyak cakupan masyarakat sesuai dengan sasaran kegiatan.
Penghargaan atas kinerja yang dilakukan organisasi nirlaba; Jenis kegiatan
yang dilakukan organisasi nirlaba yang melibatkan partisipasi masyarakat dan
memberikan tanggung jawab untuk pemeliharaan dan operasional dengan
pendanaan melalui pengenaaan tarif yang diberlakukan berdasarkan
kesepakatan.
Masalah yang sering muncul adalah kurang disiplinnya organisasi dalam
mengelola pendapatan sehingga beresiko terhambatnya kegiatan operasional.
Pengelolaan pada arus kas masuk dan keluar digunakan untuk mengatur besaran
pendapatan dan pengeluaran untuk rencana kegiatan organisasi nirlaba.
Pendapatan dari kegiatan program memang lebih mudah didapatkan, namun
sangat beresiko terjadinya pergeseran dari kegiatan sosial menjadi kegiaan
komersial.
4.2 Pendapatan Dari Donasi/Sumbangan (Fundraising)
Donasi merupakan pendapatan organisasi yang diperoleh tanpa harus
menyajikan suatu balas jasa/produk sebagai pemberian murni dari niat baik dari
pemberinya (donatur). Donasi dapat diberikan secara reguler atau hanya sekali,
yang dilakukan melalui kegiatan penggalangan dana (fundraising) misalnya
melalui kegiatan filantropi.
Filantropi merupakan kegiatan kedermawanan masyarakat dengan
memberikan bantuan oleh individu maupun organisasi dan perusahaan.
Kegiatan filantropi ini memiliki dua fungsi yaitu sebagai penggalang dana
melalui kegaiatan yang membangkitkan kesadaran filantropi dari masyarkat dan
sebagai pemanfaat dana yaitu pengelola hasil sumbangan sehingga tepat guna
dan memberikan manfaat.
Adapun strategi yang digunakan dalam penggalangan dana filantropi adalah
dengan menaikkan isu/berita melalui peliputan kegiatan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat. Selain itu, dapat melalu direct fundraising atau melalui
kerjasama program. Masalah yang muncul dalam besarnya pendapatan yang
diterima sehingga budget perencanaan kegiatan tidak dapat dipastikan
jumlahnya.
4.3 Pendapatan Dari Hibah
Hibah diberikan oleh suatu organisasi nirlaba untuk mendukung suatu
kegiatan tertentu. Pemberian hibah sangat spesifik mulai dari organisasi
pemberi, jenis kegiatan, pelaksanaan hingga konteks kegiatan yang dilakukan.
Seperti pembuatan proposal, rincian kegiatan, dan rincian dana yang
dibutuhkan. Sehingga dana hibah murni sebagai donor bukan pelaksana suatu
kegiatan karena diberikan berikan sesuai proposal yang diajukan. Biasanya
jumlah dana yang diberikan lebih besar dibandingkan dengan jenis
donasi/sumbangan.
Masalah yang muncul adalah kontinuitas pemberian hibah dan tidak
didukungnya kegiatan rutin organisasi oleh dana hibah. Sehingga organisasi
nirlaba sulit mendisain program yang akan datang.
4.4 Pendaptan Dari Bungan Atau Hasil Inveestasi
Merupakan pendapatan yang diperoleh dari suatu modal atau aset organisasi
yang tergantung dari besaran jumlah nilai investasi. Pada umumnya, organisasi
nirlaba tidak diperkenankan untuk melakukan investasi dengan resiko tinggi
karena dana yang diinvestasikan tidak boleh berkurang dan harus meningkat
jumlahnya. Sehingga organisasi nirlaba harus lebih berhati-hati/konservatif
dalam memperhitungkan resiko dan keuntungan dalam berinvestasi
4.5 Pendaptan Dari Iuran Anggota
Dalam suatu komunitas atau organisasi nirlaba dengan beberapa anggota
biasanya mewajibkan anggota untuk memberikan iuran. Besaran iuran
disesuaikan dengan kesepakatan bersama atau dapat juga bersifat sukarela.
Kesulitan dari pendapatan berbasis iuran anggota ini adalah pada anggotanya
sendiri, iuran yang bersifat individual sulit dikumpulkan sulit dikumpulkan
apabila sifatnya individual dibandingan dengan keanggotaan yang bersifat
profesi atau badan.
4.6 Pendapatan Dari Usaha Komersil
Pendapatan langsung dapat diperoleh suatu organisasi nirlaba melalui usaha
komersil dengan membentuk unit khusus dalam menangangi atau memiliki
saham/kepemilikan badan usaha komersil. Penting untuk diketahui adalah
pemisahan pengelolaan unit komersial dengan program organisasi nirlaba.
Sehingga kegiatan komersial dapat berjalan tanpa keterlibatan dari organisasi
nirlaba dalam operasional harian. Pemisahan ini penting dilakukan untuk
menghindarkan kerancuan tentang penggunaan sumber daya organisasi nirlaba.
Permasalahan dari pengelolaan sumber dana yang diperoleh dari usaha
komersial adalah permodalan serta pengelolaan usaha. Permodalan terkait
dengan besaran dana yang dibutuhkan untuk memulai suatu usaha komersial.
Kerapkali penyisihan sebagian dari surplus program tidak dapat dilakukan
karena surplus tidak senantiasa terjadi dan bila ada kemungkinan jumlahnya
tidak signifikan.
Dengan mengetahui sumber-sumber pendapatan organisasi nirlaba ini, maka
kita dapat belajar sekaligus mengevaluasi besaran pendapatan organisasi nirlaba
yang kita kelola. Dan melihat peluang untuk mendapatkan pendapatan dari
sumber yang lain, sehingga dapat menyokong keberlangsungan organisasi dan
menjalankan program kegiatan dengan lebih baik.

5 Laporan Keuangan Entitas Nirlaba


Di Indonesia standar akuntansi keuangan pelaporan keuangan entitas nirlaba,
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI)
mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 sebagai standar
khusus pelaporan keuangan entitas nirlaba. PSAK No. 45 yang digunakan saat ini,
adalah PSAK No. 45 (Revisi 2011) tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba
yang telah disahkan oleh Dewan Standar Keuangan pada tanggal 8 April 2011
menggantikan PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba
yang telah dikeluarkan pada tanggal 23 Desember 1997.
PSAK No. 45 (Revisi 2011) ini efektif diterapkan oleh entitas untuk laporan
keuangan periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari
2012. Penerapan dini diperkenankan. Tujuan dibuatnya PSAK No. 45 adalah
untuk mengatur pelaporan keuangan entitas nirlaba, sehingga dengan adanya
pedoman pelaporan diharapkan laporan keuangan entitas nirlaba dapat lebih
mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi.
Menurut PSAK 45, organisasi nirlaba perlu menyusun setidaknya 4 jenis
laporan keuangan sebagai berikut:

Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode laporan

Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan

Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan

Dari ketiga jenis laporan tersebut, dapat dicermati bahwa laporan keuangan
organisasi nirlaba mirip dengan organisasi bisnis, kecuali pada 3 hal utama, yaitu:
Komponen laporan posisi keuangan organisasi nirlaba memiliki beberapa
keunikan bila dibandingkan dengan komponen laporan keuangan organisasi
bisnis. Hal ini akan dijelaskan pada bagian berikutnya.
Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan laba rugi, namun laporan ini dapat
dianalogikan dengan laporan aktivitas. Informasi sentral dalam laporan laba rugi
umumnya terletak pada komponen laba atau rugi yang dihasilkan organisasi
bisnis dalam satu periode. Sementara itu, informasi sentral dalam laporan
aktivitas terletak pada perubahan aset neto yang dikelola oleh organisasi nirlaba.
Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan perubahan ekuitas sebagaimana
layaknya organisasi bisnis. Hal ini disebabkan organisasi nirlaba tidak dimiliki
oleh entitas manapun. Ekuitas dalam organisasi nirlaba bisa dianalogikan dengan
aset neto yang akan disajikan pada laporan aktivitas. Aset neto tersebut terdiri dari
tiga jenis, sebagaimana dijelaskan berikut ini:
Aset neto tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi
untuk tujuan tertentu oleh penyumbang. Adapun bila sumbangan tersebut terikat,
itu berarti sumbangan tersebut dibatasi penggunaannya oleh penyumbang untuk
tujuan tertentu. Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen atau temporer.
Aset neto terikat temporer adalah sumber daya yang pembatasan
penggunaannya dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau sampai
dengan terpenuhinya keadaan tertentu. Pembatasan penggunaan ini bisa
ditetapkan oleh donatur maupun oleh organisasi nirlaba itu sendiri (misal: untuk
melakukan ekspansi, atau untuk membeli aset tertentu).
Aset neto terikat permanen adalah sumber daya yang pembatasan
penggunaannya dipertahankan secara permanen. Namun demikian, organisasi
nirlaba diizinkan untuk menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau
manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut. Contoh aset
jenis ini adalah dana abadi, warisan, maupun wakaf.
Meski PSAK 45 didedikasikan bagi organisasi nirlaba, namun standar ini juga
dapat diterapkan oleh lembaga pemerintah, dan unit-unit sejenis lainnya. Namun
perlu dicatat bahwa penerapan pada organisasi selain nirlaba tersebut hanya dapat
dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

5.1 Jenis Dan Komponen Laporan Keuangan Entitas Nirlaba


5.1.1.1 Laporan Posisi Keuangan/Neraca
Laporan ini bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai aset,
kewajiban, dan aset bersih dan informasi mengenai hubungan di antara
unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi ini dapat membantu
para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak-pihak lain untuk
menilai:
kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan, dan
likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya, serta kebutuhan pendanaan eksternal.
Lebih lanjut, komponen dalam laporan posisi keuangan mencakup:
Aset
Kas dan setara kas;
Bila ada kas atau aset lain yang dibatasi penggunaanya oleh penyumbang,
maka hal ini harus disajikan terpisah dari kas atau aset lain yang tidak
terikat penggunaannya.
Piutang (misalnya: piutang pasien, pelajar, anggota, dan penerima jasa
yang lain);
Persediaan;
Sewa, asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar di muka;
Surat berharga/efek dan investasi jangka panjang;
Tanah, gedung, peralatan, serta aset tetap lainnya yang digunakan untuk
menghasilkan barang dan jasa, dan lain-lain.
Bila dilihat dari susunan tersebut, dapat dipahami bahwa penyajian aset
pada laporan posisi keuangan suatu organisasi nirlaba juga diurutkan
berdasarkan likuiditasnya – kemampuan suatu aset untuk dengan mudah
dikonversi menjadi kas.
Liabilitas
Utang dagang;
Pendapatan diterima dimuka;
Utang jangka panjang, dan lain-lain
Dalam penyajiannya, liabilitas tetap diurutkan berasarkan masa jatuh
temponya.
Aset Bersih
Aset bersih tidak terikat. Aset bersih jenis ini umumnya meliputi
pendapatan dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan dividen atau hasil
investasi, dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut.
Batasan terhadap penggunaan aset bersih tidak terikat dapat berasal dari
sifat organisasi, lingkungan operasi, dan tujuan organisasi yang tercantum
dalam akte pendirian, serta dari perjanjian kontraktual dengan pemasok,
kreditur dan pihak lain yang berhubungan dengan organisasi.
Aset bersih terikat temporer. Pembatasan ini bisa berupa pembatasan
waktu maupun penggunaan, ataupun keduanya. Contoh pembatasan
temporer ini bisa berlaku terhadap:
(1) sumbangan berupa aktivitas operasi tertentu,
(2) investasi untuk jangka waktu tertentu,
(3) penggunaan selama periode tertentu dimasa depan, atau
(4) pemerolehan aset tetap. Informasi mengenai jenis pembatasan
ini dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset bersih
terikat temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
Aset bersih terikat permanen. Pembatasan ini bisa dilakukan terhadap
(1) aset seperti tanah atau karya seni yang disumbangkan untuk tujuan
tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau
(2) aset yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan
pendapatan secara permanen. Kedua jenis pembatasan ini dapat
disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset bersih yang
penggunaannya dibatasi secara permanen atau disajikan dalam catatan
atas laporan keuangan.
Aktiva yang dibatasi penggunaanya:
Dana abadi (endrowent funds) mencatat sumber daya yang jumlah
pokoknya harus tetap dipertankan. Laba dari sumber daya ini biasanya
tersedia untuk suatu tujuan yang di batasi / tujuan umum. Sumbangan
dibatasi oleh periode waktu tertentu misalnya 5 atau 10 tahun. Setelah
masa tersebut berakhir, pokok dana dapat digunakan oleh dewan
pelaksanaan sesuai dengan perjanjian.
Dana yang dibatasi untuk penggunaan pelunasan aktiva tetap ( plant
replacement and expansion restrited funds ) mencatat sumbangan yang di
gunakan hanya untuk penambahan aktva tetap. Apabila dana umum telah
menyejutui maka dana penggantian dan pengembangan fasilitas
memindahkan sumber daya kedalam dana umum.
Dana yang dibatasi waktu ( time-restricted funds ) mencatat aktiva yang di
terima atau yang telah di janjikan oleh pihak donor untuk penggunaan di
masa depan.

5.1.1.2 Laporan Aktivitas


Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi
mengenai pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah
dan sifat aset bersih, hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, dan
bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program
atau jasa. Perubahan aset bersih dalam laporan aktivitas biasanya
melibatkan 4 jenis transaksi, yaitu
(1) pendapatan,
(2) beban,
(3) gains and losses, dan
(4) reklasifikasi aset bersih.
Seluruh perubahan aset bersih ini nantinya akan tercermin pada nilai
akhir aset bersih yang disajikan dalam laporan posisi keuangan.
Adapun informasi dalam laporan ini dapat membantu para stakeholders
untuk:
mengevaluasi kinerja organisasi nirlaba dalam suatu periode,
menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan
memberikan jasa, dan Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja
manajer.
5.1.1.3 Laporan Arus kas
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Adapun klasifikasi
penerimaan dan pengeluaran kas pada laporan arus kas organisasi nirlaba,
sama dengan yang ada pada organisasi bisnis, yaitu: arus kas dari aktivitas
operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Metode penyusunan
laporan arus kas pun bisa menggunakan metode langsung (direct method)
maupun metode tidak langsung (indirect method)
5.1.1.4 Catatan Atas Laporan Keuangan
Berdasarkan PSAK No. 45 (IAI:2011) catatan atas laporan keuangan
merupakan penjelasan atas kedua laporan keuangan pokok (Laporan
Posisi Keuangan dan Laporan Aktivitas), yang penting untuk
diinformasikan kepada pembaca laporan. Di dalamnya mencakup
informasi berikut :
1. Umum (Akta Pendirian, Sejarah singkat, Susunan pengurus, dll)
2. Kegiatan utama entitas
3. Kebijakan akuntansi
4. Penjelasan Pos-pos Laporan Posisi Keuangan
5. Penjelasan Pos-pos Laporan Aktivitas
6. Penjelasan Lainnya, seperti aktivitas investasi, komitmen, pemusatan
risiko, kondisi ekonomi, dll.
8. Peristiwa penting setelah tanggal neraca.
BAB III
KESIMPULAN
Entitas nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang
bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik
publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap
hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Entitas nirlaba meliputi
keagamaan, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik,
organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan,
organisasi sukarelawan, serikat buruh.
Menurut PSAK No.45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber
daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak
mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. (IAI, 2004: 45.1)

Anda mungkin juga menyukai