Anda di halaman 1dari 7

ORGANISASI NIRLABA

Oleh :
NAMA : Sri Wahyuni
NIM : 0114103027
KELAS : C (Reguler B1)

1. Pendahuluan

Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur dan
mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai tujuan tetapi karena keterbatasan kemampuan
menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang
mendasari manusia untuk hidup dalam berorganisasi. Banyak bentuk organisasi dalam kalangan
masyarakat, Salah satunya adalah organisasi nirlaba (non profit). Organisasi nirlaba adalah organisasi
bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik untuk suatu tujuan
yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).
Organisasi nirlaba meliputi keagamaan, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik,
organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat
buruh.

Badan layanan umum (BLU) adalah instansi di lingkungan pemerintah yang di bentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang di jual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya di dasarkan pada prinsip
efisiensi dan produktivitas.

Oleh karena itu pada makalah ini kami membahas mengenai akuntansi organisasi nirlaba dan
badan layanan umum yang nantinya dapat dijadikan referensi atau menambah wawasan bagi para
pembacanya.

2. Organisasi Nirlaba

a. Pengertian organisasi nirlaba


Organisasi nirlaba atau organisasi nonprofit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk
mendukung suatu isu atau perihal di dalam Akuntansi Organisasi Nirlaba & Akuntansi Badan Layanan
Umum STIE Panca Bhakti Palu 2013/2014 menarik publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa
ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi
keagamaan, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan
masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat buruh. Menurut PSAK
No.45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para
penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. (IAI, 2004: 45.1).

b. Ciri-ciri organisasi nirlaba

Adapun ciri-ciri organisasi nirlaba adalah:

i. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidakmengharapakan pembayaran
kembali atas manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

ii. Menghasilkan barang dan atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu entitas
menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik
entitas tersebut.

iii. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan
dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan
tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuiditas atau
pembubaran entitas.

c. Contoh organisasi nirlaba yang ada di Indonesia:

i. Organisasi kesejahteraan sosial masyarakat

ii. Yayasan sosial (Misalnya : Supersemar, Yatim Piatu dsb)

iii. Yayasan dana (Misalnya : YDSF, Pundi Amal SCTV, RCTI Peduli, Dompet Dhuafa)

iv. Lembaga advokasi (Misalnya : Kontras, YLKI, Perlindungan kekerasan dalam RT)

v. Balai keselamatan (Misalnya : Tim SAR)

vi. Konservasi lingkungan / satwa (Misalnya : WALHI, Pro Fauna)


vii. Rumah sakit dan organisasi kesehatan masyarakat/

viii. Yayasan kanker Indonesia

ix. PMI

d. Konsep Dasar Pemikiran Akuntansi Organisasi Nirlaba

Di Amerika Serikat (AS), Financial Accounting Standard Board (FASB) telah menyusun tandar untuk
laporan keuangan yang ditujukan bagi para pemilik entitas atau pemegang saham, kreditor dan pihak
lain yang tidak secara aktif terlibat dalam manajemen entitas bersangkutan, namun mempunyai
kepentingan. FASB juga berwenang untuk menyusun standar akuntansi bagi entitas nirlaba
nonpemerintah, sementara US Government Accountingg Standard Board (GASB) menyusun standar
akuntansi dan pelaporan keuangan untuk pemerintah pusat dan federal AS.

Di Indonesia, Departemen Keuangan RI membentuk Komite Standar Akuntansi Keuangan


Pemerintah Pusat dan Daerah. Organisasi penyusun standar untuk pemerintah itu dibangun terpisah
dari FASB di AS atau Komite Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia di Indonesia karena
karateristik entitasnya berbeda. Entitas pemerintah tidak mempunyai pemegang saham atau
semacamnya, memberikan pelayanan pada masyarakat tanpa mengharapkan laba, dan mampu
memaksa pembayar pajak untuk mendukung keuangan pemerintah tanpa peduli bahwa imbalan bagi
pembayar pajak tersebut memadai atau tidak memadai.

International Federation og Accountant (IFAC) membentuk IFAC Public Sector Committee (PSC)
yang bertugas menyusun International Public Sector Accounting Standartd (IPSAS). Istilah Public Sector
di sini berarti pemerintah nasional, pemerintah regional (misalnya Negara bagian, daerah otonom,
provinsi, daerah istimewa), pemerintah local (misalnya kota mandiri), dan entitas pemerintah terkait
(misalnya perusahaan Negara, komisi khusus). Dengan demikian PSC tidak menyusun standar akuntansi
sector public nonpemerintah.

e. Pelatihan Keuangan untuk Pengelola Keuangan Organisasi Nirlaba

Organisasi Nirlaba di Indonesia saat ini masih cenderung menekankan pada prioritas kualitas
program dan tidak terlalu memperhatikan pentingnya sistem pengelolaan keuangan. Padahal sistem
pengelolaan keuangan yang baik diyakini merupakan salah satu indikator utama akuntabilitas dan
transparansi sebuah lembaga. Pengetahuan dari staff keuangan mengenai pengelolaan keuangan
organisasi nirlaba masih sangat minimal. Padahal untuk membangun sistem pengelolaan keuangan yang
handal dibutuhkan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang cukup.

Penabulu menghadirkan Pelatihan keuangan yang bertujuan untuk meningkatkan transparansi


dan akuntabilitas keuangan organisasi nirlaba melalui penguatan kapasitas dalam bidang pengelolaan
keuangan.

Peserta pelatihan memahami sistem pengendalian internal sebagai bagian dari usaha
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja lembaga. Peserta dapat melakukan administrasi keuangan
organisasi nirlaba dan membuat laporan keuangan organisasi sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 45.

f. Pajak bagi organisasi nirlaba

Banyak yang bertanya, apakah organisasi nirlaba, yang mana mereka tidak mengambil
keuntungan dari apapun, akan dikenakan pajak? Sebagai entitas atau lembaga, maka organisasi nirlaba
merupakan subyek pajak. Artinya, seluruh kewajiban subyek pajak harus dilakukan tanpa terkecuali.
Akan tetapi, tidak semua penghasilan yang diperoleh yayasan merupakan obyek pajak.

Pemerintah Indonesia memperhatikan bahwa badan sosial bukan bergerak untuk mencari laba,
sehingga pendapatannya diklasifikasikan atas pendapatan yang obyek pajak dan bukan obyek pajak.
Namun di banyak negara, organisasi nirlaba boleh melamar status sebagai bebas pajak, sehingga dengan
demikian mereka akan terbebas dari pajak penghasilan dan jenis pajak lainnya

g. Keadaan Organissai Nirlaba di Indonesia

Di Indonesia, sebagian besar organisasi non profit dalam keadaan lesu darah. Mereka sesuai
dengan namanya kebanyakan miskin dana. Perbedaan mencolok terlihat dengan organisasi non profit
yang memiliki induk di luar negeri. Kondisi ini sudah pasti memberi pengaruh terhadap quantitas dan
qualitas dari gerak roda organisasi. Seharusnya organisasi non profit tidak jauh beda dengan organisasi
profit, harus memiliki mission statement yang jelas, fokus dan aplikatif. Pernyataan misi organisasi
sebaiknya sederhana dan mudah dipahami oleh stake holder organisasi. Kelemahan dari organisasi
nirlaba Indonesia adalah tidak fokusnya misi. Sering misi dibuat dengan pilihan kata yang mengambang
dan dapat multitafsir. Kalau kita sortir berdasarkan kata, maka kata yang paling banyak muncul
barangkali kata sejahtera, adil, merata, berkesinambungan. Misi ini selanjutnya diterjemahkan kedalam
sasaran-sasaran yang biasanya akan menjadi makin meluas dan tidak fokus. Kondisi ini juga berimbas
pada rancangan struktur organisasi nirlaba Indonesia. Struktur organisasinya memasukkan semua
bidang, rata-rata memiliki lebih dari 20 bidang. Banyak yang masih mengadaptasi organisasi politik
karena dijaman orde baru hampir semua organisasi nonprofit yang berdiri menjadi underbow partai
Golkar.

Masyarakat sekarang ini sudah dengan mudah mengakses informasi dari seluruh penjuru dunia,
mereka juga dengan mudah menjalin komunikasi serta menjadi anggota organisasi nirlaba asing.
Disamping itu, komunitas yang tumbuh dan berkembang di dunia maya sendiri, telah menarik populasi
yang sangat besar. Makin hari, organisasi konvensional makin ditinggalkan, yang dapat berkompetisi
kedepan hanyalah organisasi yang mampu mengkombinasikan aktivitasnya dengan teknologi informasi.
Kepemimpinan di seluruh organisasi memegang peranan yang vital, demikian pula dalam organisasi
nirlaba. Kriteria pemimpin organisasi nirlaba yang paling utama adalah memiliki kemauan. Dalam
konteks ini, pemimpin harus memiliki niat dan bukan dipaksa oleh orang lain. Dengan memiliki
kemauan, otomatis akan memiliki pandangan terhadap apa saja yang harus dikerjakan dikemudian hari,
serta mengetahui konsekwensi atas pengorbanan yang harus dijalani sebagai pemimpin organisasi
nirlaba. Kriteria kedua adalah memiliki kapasitas untuk mendengar dan menyelesaikan permasalahan.
Mendengar merupakan kriteria yang penting bagi pemimpin dalam organisasi nirlaba karena pemimpin
akan selalu berinteraksi dengan banyak orang, mulai dari para relawan sampai dengan orang-orang yang
menjadi objek dari organisasi. Kriteria ketiga adalah memiliki kemampuan mengkader. Dengan
mengkader maka keberlangsungan organisasi akan dapat terjamin. Pemimpin yang sukses adalah
pemimpin yang bukan menghambat kemunculan kader-kader yang lebih muda, tetapi justru memberi
inspirasi dan motivasi bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang. Sesungguhnya pemimpin yang
berhasil mengkader adalah pemimpin yang berhasil membesarkan namanya sendiri secara tidak
langsung. Kriteria keempat adalah memiliki kemampuan dalam hal pengumpulan dana. Hal ini sangat
terkait dengan kemampuan determinasi serta kecerdasan pemimpin dalam merajut relasi antara
donatur, volunteer dan masyarakat. Organisasi nirlaba telah banyak yang mengaplikasikan kriteria-
kriteria tersebut untuk memilih pemimpinnya. Tapi sayang karena belum memiliki managemen
pengumpulan dana yang baik, kriteria kemampuan finansial dari calon pemimpin sering dikedepankan.
Hitler dalam perang dunia pertama menyatakan bahwa yang paling penting dalam perang adalah uang,
yang kedua adalah uang dan yang ketiga adalah uang. Memang uang penting bagi organisasi non profit,
tapi mengelola organisasi non profit tentunya berbeda dengan mengelola armada perang. Dalam
organisasi non profit, dibutuhkan manajemen pengumpulan dana yang bersifat jangka panjang. Istilah
fund rising di organisasi nirlaba sebenarnya lebih tepat kalau disebut sebagai fund development. Istilah
ini signifikan karena bukan hanya dana yang menjadi perhatian tetapi juga orang-orang yang terlibat
sebagai donatur dan volunteer juga menjadi perhatian utama untuk membangun dukungan yang
bersifat jangka panjang.

h. Pentingnya Public Relations Dalam Organisasi Nirlaba

Karena sifat organisasi nirlaba yang bersifat mandiri dan sukerela maka PR dalam hal ini harus
menggalakkan kampanye untuk meyakinkan dan membangkitkan kesadaran/tanggung jawab sosial
masyarakat tentang nilai aktivitasnya melalui kampanye yang terus menerus agar mereka bersedia
mendukung (khususnya dana), terlibat dan tetap percaya dalam program yang dilakukan. Kampanye
juga digalakkan dalam mengembangkan saluran komunikasi dengan publik sehingga dapat menciptakan
dan memelihara iklim yang menguntungkan untuk pengumpulan dana. PR dalam organisasi nirlaba
dituntut untuk mampu membuat program PR seperti : tulisan (PR writing), buku mini, brosur, naskah
pidato (radio/televisi), film. Dengan menggunakan beragam media komunikasi, misalnya publisitas pers,
iklan, pidato umum, peragaan, pameran, majalah, artikel majalah, kisah, berita. Hal ini ditujukan untuk
memberi informasi dan memotivasi konstituen utama organisasi (karyawan, sukarelawan) untuk
mengabdikan diri mereka dan berkarya secara produktif untuk mendukung misi, tujuan dan sasaran
organisasi. Sama dengan PR pada organisasi lainnya (Frazier Moore) fungsi PR dalam organisasi nirlaba :
menentukan sikap publik terhadap organisasi (pencitraan), menilai-kesan publik thd organisasi, mencari
apakh publik mengetahui tujuan, pelayanan dan pelaksanaan organisasi, menentukan kesalahpahaman
yang terjadi, melaksanakan penelitian opini yang sangat penting untuk menyusun kebijaksanaan,
perencanaan dan penilaian efektifitas program humas. Mengidentifikasi publik : anggota penyumbang/
donatur, pekerja sukarela, pemuka pendapat (Opinion Leader), atau publik umum.

3. Kesimpulan

Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk
mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial,
tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).

Ada 3 hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi laba yaitu:

1. Kepemilikan

2. Pengelolaan
Badan layanan umum (BLU) adalah Instansi di lingkungan pemerintah yang di bentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang di jual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya di dasarkan pada prinsip
efisiensi dan produktivitas.

4. Daftar Pustaka

Tugas, Kampus. "Organisasi Nirlaba". http://tkampus.blogspot.co.id/2012/03/organisasi-nirlaba.html.


(diakses tanggal 21 Mei 2017)

Kasipahu, Fatwa. "Makalah Organisasi Nirlaba".


https://www.scribd.com/document/268916759/Makalah-Organisasi-Nirlaba. (diakses tanggal 21 Mei
2017)

Anda mungkin juga menyukai