Anda di halaman 1dari 3

Organisasi nirlaba, non-profit, membutuhkan pengelolaan yang berbeda dengan organisasi profit

dan pemerintahan. Pengelolaan organisasi nirlaba dan kriteria-kriteria pencapaian kinerja


organisasi tidak berdasar pada pertimbangan ekonomi semata, tetapi sejauhmana masyarakat
yang dilayaninya diberdayakan sesuai dengan konteks hidup dan potensi-potensi
kemanusiaannya. Sifat sosial dan kemanusiaan sejati merupakan ciri khas pelayanan organisasi-
organisasi nirlaba. Manusia menjadi pusat sekaligus agen perubahan dan pembaruan masyarakat
untuk mengurangi kemiskinan, menciptakan kesejahteraan, kesetaraan gender, keadilan, dan
kedamaian, bebas dari konfilk dan kekerasan. Kesalahan dan kurang pengetahuan dalam
mengelola organisasi nirlaba, justru akan menjebak masyarakat hidup dalam kemiskinan,
ketidakberdayaan, ketidaksetaraan gender, konflik dan kekerasan sosial. Pengelolaan organisasi
nirlaba, membutuhkan kepedulian dan integritas pribadi dan organisasi sebagai agen perubahan
masyarakat, serta pemahaman yang komprehensif dengan memadukan pengalaman-pengalaman
konkrit dan teori manajemen yang handal, unggul dan mumpuni, sebagai hasil dari proses
pembelajaran bersama masyarakat.

Organisasi nirlaba
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok
untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan
yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).
Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik,
organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi jasa
sukarelawan, serikat buruh, asosiasi profesional, institut riset, museum, dan beberapa para
petugas pemerintah.

Perbedaan organisasi nirlaba dengan organisasi laba

Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya (laba). Dalam
hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya ’pemilik’ organisasi nirlaba, apakah anggota,
klien, atau donatur. Pada organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha
organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai sumber
pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas,
yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba
telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur
Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan
Komisaris bukanlah ’pemilik’ organisasi.[1]

[sunting] Pajak bagi organisasi nirlaba

Banyak yang bertanya, apakah organisasi nirlaba, yang mana mereka tidak mengambil
keuntungan dari apapun, akan dikenakan pajak? Sebagai entitas atau lembaga, maka organisasi
nirlaba merupakan subyek pajak. Artinya, seluruh kewajiban subyek pajak harus dilakukan tanpa
terkecuali. Akan tetapi, tidak semua penghasilan yang diperoleh yayasan merupakan obyek
pajak.

Pemerintah Indonesia memperhatikan bahwa badan sosial bukan bergerak untuk mencari laba,
sehingga pendapatannya diklasifikasikan atas pendapatan yang obyek pajak dan bukan obyek
pajak. Namun dibanyak negara, organisasi nirlaba boleh melamar status sebagai bebas pajak,
sehingga dengan demikian mereka akan terbebas dari pajak penghasilan dan jenis pajak lainnya.
[2]

[sunting] Organisasi nirlaba di beberapa negara

[sunting] Indonesia

Di Indonesia, organisasi nirlaba telah berkembang cukup pesat, terutama di bidang keagamaan
serta advokasi. Selain itu, dibidang pendidikan kini juga mulai berkembang, seperti yang
dilakukan oleh Internews Indonesia, dimana mereka melakukan bimbingan bagi para jurnalis.

[sunting] Amerika Serikat

Perkembangan organisasi nirlaba di Amerika Serikat telah sangat jauh lebih maju dibanding
Indonesia, terutama dalam bidang keagamaan. Amandemen Pertama Amerika Serikat menjamin
kebebasan beragama bagi masyarakatnya. Bagaimanapun, organisasi nirlaba relijius seperti
gereja, tunduk kepada lebih sedikit sistem pelaporan pemerintah pusat dibanding dengan banyak
organisasi lain.[3] Dalam hal perpajakan, organisasi nirlaba relijius di Amerika Serikat juga
dikecualikan dari beberapa pemeriksaan ataupun peraturan, yang membedakannya dengan
organisasi non relijius.[4]

[sunting] Kanada

Di Kanada, organisasi nirlaba yang mengambil format derma biasanya harus dicatatkan didalam
Agen Pendapatan Kanada (Canada Revenue Agency).

[sunting] Kerajaan Inggris

Di Inggris dan Wales, organisasi nirlaba yang mengambil format derma biasanya harus
dicatatkan didalam Komisi Pengawasan Derma. Di Skotlandia, Kantor Pengatur Derma
Skotlandia juga melayani fungsi yang sama. Berbeda dengan organisasi nirlaba di Amerika
Serikat, seperti serikat buruh, biasanya tunduk kepada peraturan yang terpisah, dan tidak begitu
dihormati sebagaimana halnya derma dalam hal pengertian teknis.

[sunting] Catatan

1. ^ Anonim, Manajemen Organisasi Nirlaba, Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan


Masyarakat, tr.by: Roem Topatimasang & Rust Dilts, CV. Guna Aksara, Jakarta:1988.
2. ^ Situs resmi LPPM
3. ^ [1]
4. ^ Henriques, Diana B., "Religion Trumps Regulation As Legal Exemptions Grow", NY
Times, 8 October 2006, pp. A1.

Anda mungkin juga menyukai