Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian Organisasi Nirlaba

Organisasi nirlaba dibentuk untuk melakukan kegiatan dan transaksi untuk tujuan selain
keuntungan finansial pemegang saham, sementara pada saat yang sama memberikan
perlindungan aset yang sama dan kewajiban terbatas dari perusahaan standar. Perusahaan
nirlaba dapat menghasilkan laba, tetapi laba ini harus digunakan secara ketat untuk
meneruskan tujuan daripada memberikan pendapatan yang diperoleh (dalam bentuk
dividen) kepada para pemegang sahamnya. Dapat dipahami bahwa sebagian besar
transaksi dan aktivitas Korporasi Nirlaba tidak akan bersifat komersial.

Organisasi nirlaba atau biasa disebut dengan organisasi non profit  merupakan organisasi yang
sasarannya untuk mendukung suatu kebijakan atau memecahkan masalah penting yang terjadi di
suatu Negara.

Dengan tujuannya yang tidak komersial atau tidak menarik perhatian terhadap sesuatu yang bersifat
mencari keuntungan. organisasi nirlaba bisa terbentuk dari organisasi keagamaan, organisasi politik,
rumah sakit, sekolah negeri, dan organisasi lainnya.

Yayasan adalah suatu badan yang melakukan berbagai kegiatan bersifat

nonkomersial (nirlaba) dan bergerak dibidang sosial, keagamaan, atau pendidikan,

cenderung memiliki tujuan sosial. Yayasan tentunya membutuhkan dana untuk

menjalankan kegiatan sosialnya, sehingga yayasan yang seharusnya badan hukum

nirlaba yang tidak mencari laba tetapi pada Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor

16 Tahun 2001 Juncto 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, yayasan dapat mendirikan

badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas (PT) untuk mendapatkan tambahan

dana agar terwujudnya tujuan sosial dari yayasan tersebut. Dengan yayasan

mendirikan PT tentunya PT tidak selalu mendapatkan keuntungan dan bisa saja

PT yang didirikan oleh yayasan pun dapat mengalami kerugian dan tujuan sosial

dari yayasan pun tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu bertentangan

dengan Pasal 7 ayat (1) UU Yayasan dan Pasal 8 UU Yayasan sehingga tujuan

semula yayasan menjadi hilang karena dengan PT rugi maka yayasan yang harus

menanggung akibatnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis

normatif karena sasaran penelitian ini adalah hukum. Penelitian yuridis normatif

adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka yaitu

antara lain dengan menganalisis dari peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan Yayasan, Perseroan Terbatas, Yayasan yang mendirikan badan

usaha dan pertanggung jawaban yayasan dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Penelitian ini menjelaskan bahwa yayasan sebagai badan hukum nirlaba

dalam mendirikan badan usaha harus sesuai berdasarkan Undang-Undang Yang

berlaku apabila bertentangan dengan Undang-Undang maka tujuan awal semula

yayasan menjadi tidak terpenuhi. Yayasan mendirikan PT menjadikan yayasan

yang bertanggung jawab atas kerugian dan ini mengakibatkan yayasan tidak dapat

berjalan dengan seharusnya. Yayasan yang semula sebagai badan hukum yang

menjalankan tujuan sosial menjadi ikut menanggung akibat dari kegiatan usaha

yang didirikannya sebagai pemegang saham. Tanggung jawab organ yayasan

dalam menjalankan tanggung jawab terbatasnya adalah hanya sebatas harta yang

di investasikan dan tanggung jawab tidak terbatasnya harta kekayaan dapat

diterobos apabila organ yayasan terbukti melakukan kelalaian yang

mengakibatkan aset-aset yayasan menjadi turun dan pengurus serta organ yayasan

harus ikut bertanggung jawab hingga pada harta pribadi.

Pengertian Organisasi Non Profit Menurut PSAK No 45

Menurut PSAK No.45 pengertian dari organisasi Non Profit adalah organisasi yang
memperoleh sumber daya  yang berasal dari sumbangan pihak anggota.

sPara penyumbang ini tidak mengharapkan keuntungan yang akan diperoleh pada saat
organisasi ini berkembang. Namun perkembangan selanjutnya, organisasi ini menerima hasil
pendapatan jasa yang diberikan publik atau dari kegiatan investasi.

Pengertian Organisasi Non Profit Menurut Widodo dan Kustiawan


Widodo dan kustiawan mendefinisikan organisasi Non Profit sebagai salah satu instansi yang
pada saat beroperasi  tidak mencari laba atau keuntungan. Dalam artian lembaga nirlaba ini
adalah kumpulan dari beberapa orang yang bertujuan sama dalam mencapai suatu tujuan
yang mulia.

Kemudian dalam pelaksanaannya tidak berorientasi pada pemupukan kekayaan, laba atau
mengharapkan keuntungan semata. Lembaga nirlaba pada dasarnya digunakan sebagai
patokan dalam mencapai tujuan bagi sekelompok orang yang termasuk dalam keanggotaan
lembaga nirlaba tersebut.

Oleh karena itu,  antara lembaga satu dengan lembaga lainnya bukan tidak mungkin memiliki
pandangan hidup yang berbeda. Dari pandangan hidup yang berbeda maka berpengaruh pula
pada operasionalisasi lembaga tersebut.

1. pendirian

Tindakan berbadan hukum menciptakan badan hukum terpisah yang


memungkinkan organisasi diperlakukan sebagai korporasi di bawah hukum
dan untuk melakukan transaksi bisnis, membentuk kontrak, dan memiliki
properti seperti yang dilakukan oleh individu atau perusahaan nirlaba
lainnya. Sama seperti perusahaan standar, yang berorientasi laba,
organisasi nirlaba dapat memiliki anggota walaupun banyak yang tidak.
Organisasi nirlaba juga dapat berupa kepercayaan atau asosiasi anggota,
dan organisasi dapat dikendalikan oleh anggotanya yang memilih Dewan
Direksi atau Dewan Pengawas. Organisasi nirlaba dapat memiliki struktur
delegasi untuk memungkinkan perwakilan kelompok atau perusahaan
sebagai anggota. Sebagai alternatif, itu dapat berupa organisasi non-
keanggotaan dan dewan direksi dapat memilih penggantinya sendiri.

Perbedaan utama antara organisasi nirlaba dan nirlaba adalah bahwa


nirlaba tidak menerbitkan saham atau membayar dividen, (misalnya, The
Code of the Commonwealth of Virginia menyertakan Non-Stock Corporation
Act yang digunakan untuk menggabungkan entitas nirlaba) dan tidak boleh
memperkaya direkturnya. Namun, seperti perusahaan nirlaba, organisasi
nirlaba mungkin masih memiliki karyawan dan dapat memberi kompensasi
kepada direktur mereka dalam batas yang wajar – tetapi ini harus, seperti
halnya dengan perusahaan nirlaba, didokumentasikan dengan tepat dan
disimpan dalam notulen perusahaan atau catatan perusahaan.

2. Permodalan

Seperti yang kita ketahui, suatu organisasi nirlaba bekerja untuk suatu isu atau tanggal untuk
sosial yang bersifat tidak komersil, tidak ada mencari laba (moneter) dalam menarik perhatian
publik.

Secara umum, masyarakat berpendapat bahwa suatu organisasi sudah memiliki sumber dana
untuk digunakan membiayai kegiatannya. Banyak organisasi hanya memperoleh satu jenis
pendapatan saja, yaitu hibah dari organisasi nirlaba. Hal ini menimbulkan risiko kelumpuhan
organisasi apabila hibah kegiatan telah selesai digunakan. Oleh karena itu, sumber pendapatan
lain organisasi nirlaba dilakukan untuk mendukung keberlangsungan organisasi dalam
menjalankan kegiatannya.
Lalu jenis pendapatan apa sajakah yang dapat digunakan oleh suatu organisasi nirlaba?
1.Pendapatan dari program kegiatan
Suatu organisasi tidak dianjurkan untuk mencari pendapatan dari kegiatan yang dilakukan, hal
tersebut dapat menunjukkan bahwa organisasi dapat beroperasi secara komersial. Pendapatan
organisasi dapat bersumber dari kegiatan organisasi dengan memperhatikan beberapa hal dasar,
seperti :
 Pendapatan dilakukan untuk keberlangsungan hidup organisasi nirlaba; Hal ini dikarenakan
dukungan dana dari para donatur tidak dapat diharapkan terus-menerus. Oleh karena itu,
organisasi harus dapat mandiri dalam mengelola kegiatan yang dilakukan
 Perluasan pelayanan masyarakat; Dalam upaya memberikan kontribusi melalui kegiatan yang
dilakukan oleh suatu organisasi nirlaba, diharapkan dengan adanya sumber pendapatan dari
kegiatan yang dilakukan dapat menjangkau lebih banyak masyarakat sesuai dengan sasaran
kegiatan.
 Penghargaan atas kinerja yang dilakukan organisasi nirlaba; Jenis kegiatan yang dilakukan
organisasi nirlaba yang melibatkan partisipasi masyarakat dan memberikan tanggung jawab untuk
pemeliharaan dan operasional dengan pendanaan melalui pengenaan tarif yang diterapkan
berdasarkan kesepakatan.
2. Pendapatan dari donasi/sumbangan ( fundraising )
Donasi merupakan pendapatan organisasi yang diperoleh tanpa harus menyajikan suatu balas
jasa/produk sebagai persembahan murni dari niat baik dari pemberinya (donatur). Donasi dapat
diberikan secara reguler atau hanya sekali, yang dilakukan melalui kegiatan penggalangan dana
( fundraising ) misalnya melalui kegiatan filantropi.
Filantropi merupakan kegiatan kedermawanan masyarakat dengan memberikan bantuan oleh
individu maupun organisasi dan perusahaan. Adapun strategi yang digunakan dalam
penggalangan dana filantropi adalah dengan menaikkan isu/berita melalui kegiatan
peliputan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. 
3. Pendapatan dari hibah ( grant )
Hibah diberikan oleh suatu organisasi nirlaba untuk mendukung suatu kegiatan
tertentu. Pemberian hibah sangat spesifik mulai dari organisasi pemberi, jenis kegiatan,
pelaksanaan hingga konteks kegiatan yang dilakukan. Seperti pembuatan proposal, rincian
kegiatan, dan rincian dana yang dibutuhkan. Sehingga dana hibah murni sebagai donor bukan
pelaksana suatu kegiatan karena diberikan sesuai proposal yang diajukan. Biasanya jumlah dana
yang diberikan lebih besar dibandingkan dengan jenis donasi/sumbangan.
4. Pendapatan dari bunga dan hasil investasi lainnya ( capital income )
Berikut pendapatan yang diperoleh dari suatu modal atau aset organisasi yang tergantung dari
besaran jumlah nilai investasi. Pada umumnya, organisasi nirlaba tidak diperbolehkan untuk
melakukan investasi dengan resiko tinggi karena dana yang diinvestasikan tidak boleh berkurang
dan harus meningkat jumlahnya. Sehingga organisasi nirlaba harus lebih berhati-hati/konservatif
dalam memperhitungkan resiko dan keuntungan dalam berinvestasi.
5. Pendapatan dari iuran anggota
Dalam suatu atau organisasi nirlaba dengan beberapa komunitas biasanya mewajibkan anggota
untuk memberikan iuran. Besaran iuran disesuaikan dengan kesepakatan bersama atau dapat juga
bersifat sukarela. dari pendapatan berbasis iuran anggota ini adalah pada anggotanya sendiri,
iuran yang bersifat individual sulit untuk dikumpulkan apabila sifatnya individual dibandingkan
dengan keanggotaan yang bersifat profesi atau badan.
6 . Pendapatan dari usaha komersil
Pendapatan langsung dapat diperoleh suatu organisasi melalui usaha komersil dengan membentuk
unit khusus dalam menangangi atau memiliki saham/kepemilikan badan usaha komersil. Penting
untuk diketahui adalah pemisahan unit komersial dengan program organisasi nirlaba. Sehingga
kegiatan komersial dapat berjalan tanpa keterlibatan dari organisasi nirlaba dalam operasional
harian. Pemisahan ini penting dilakukan untuk menghindarkan kerancuan tentang penggunaan
sumber daya organisasi nirlaba.

3. Struktur dan legalitas yang harus dimiliki

pendirian perkumpulan dan legalitasnya oleh Kemenkum HAM sangat


disarankan dengan pertimbangan manfaat sebagai berikut:

 Mendapat perlindungan dan bantuan hukum jika sewaktu-waktu terjadi sengketa


 Lindungi aset organisasi
 Komunitas lebih kredibel di mata masyarakat atau donatur
 Komunitas bisa berkembang lebih besar
 Kemudahan mendapat bantuan moril maupun materil

4. Pembubaran badan usaha yang dimiliki

Pembubaran merupakan sarana operasi bisnis resmi berakhir secara hukum. Dalam artikel

ini, kami akan memberikan Anda informasi mengenai penutupan sebuah perusahaan. Kami
juga akan menunjukan kepada Anda beberapa alasan mengapa perusahaan akhirnya harus

mengambil keputusan ini. Penutupan artinya operasi bisnis telah berakhir berserta dengan
keberadaan perusahaan di dalam hukum. Di Indonesia, semuanya dari pendirian hingga

penutupan perusahaan harus diselesaikan secara hukum. Berdasarkan hukum Indonesia,


mengakhiri perusahaan  umumnya diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor

40 tahun 2007 bagian 142 tentang pengakhiran kegiatan, likuidasi dan berakhirnya status
perusahaan sebagai badan hukum.
Pembubaran perusahaan tidak selalu merupakan hasil dari kegagalan bisnis, yang dapat
mencakup sumber daya yang tidak memadai, manajemen yang buruk, kondisi ekonomi tidak

stabil atau unprofitability. Seringkali keputusan untuk membubarkan datang di tengah-


tengah pertumbuhan bisnis. Secara hukum, sesuai dengan Undang-Undang nomor 40 tahun

2007, ada beberapa alasan yang dapat menyebabkan pembubaran, seperti:

1. Sebuah resolusi yang valid dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) melalui
konsensus bersama dengan setidaknya tiga perempat dari saham dengan hak
suara yang mendukung pembubaran
2. Berakhirnya jangka pendirian sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar
3. Pencabutan izin usaha, terutama untuk perusahaan dengan lisensi tertentu
4. Berdasarkan keputusan pengadilan, karena setiap non-kepatuhan dengan hukum,
termasuk cacat hukum akta pendirian dan pengoperasian perusahaan yang tidak
aktif selama tiga tahun.
5. Berdasarkan putusan pengadilan mengenai kebangkrutan perusahaan, jika sisa aset
perusahaan bangkrut tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan.

Alasan yang tercantum di atas, maka wajib untuk melakukan likuidasi. Likuidasi adalah

proses kliring dan penyelesaian aset dan kewajiban dari perusahaan yang dilakukan oleh
likuidator atau penerima, yang digunakan untuk pembayaran utang dari debitur kepada

kreditur. Likuidator mungkin menjadi Direksi (Direksi) atau profesional orang / konsultan
yang ahli di bidangnya (seseorang di luar struktur manajemen perusahaan) yang ditunjuk

oleh pengadilan atau RUPS.

Berdasarkan udang-undang nomor 40 tahun 2007, langkah-langkah proses likuidasi akan


sebagai berikut:

1. Pengumuman pembubaran oleh likuidator di surat kabar dan Berita Negara


Republik Indonesia. Pengumuman ini berisi informasi mengenai pembubaran
perseroan terbatas dan hukum dasar, nama dan alamat likuidator, prosedur untuk
pengajuan tagihan dan periode penyampaian penagihan.
2. Mendaftarkan pembubaran yang diusulkan dengan Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia (MoLHR), dalam waktu 30 hari setelah pembubaran itu secara efektif
dilakukan.
3. Likuidator register perusahaan aset dan kewajiban penyelesaian kepada
kreditur. Dalam hal likuidator tidak melakukan kewajiban, petisi ini terbuka untuk
pihak yang berkepentingan
4. Melaporkan hasil akhir likuidasi kepada GMS atau pengadilan untuk disahkan.
5. Pelaporan likuidasi diratifikasi ke MoLHR dan mengumumkannya di koran dalam
waktu 30 hari dari tanggal ratifikasi.
6. MoLHR mencatat berakhirnya status hukum perusahaan dan menghapus nama
perusahaan
https://www.cekindo.com/id/blog/bagaimana-cara-menutup-perusahaan-di-indonesia

https://companiesinc.com/id/start-a-business/non-profit/

http://www.integrasi-edukasi.org/sumber-sumber-pendapatan-organisasi-nirlaba/

Anda mungkin juga menyukai