Surat Utang (Obligasi) merupakan salah satu Efek yang tercatat di Bursa di samping Efek lainnya seperti
Saham, Sukuk, Efek Beragun Aset maupun Dana Investasi Real Estat. Obligasi dapat dikelompokkan
sebagai efek bersifat utang di samping Sukuk. Obligasi dapat dijelaskan sebagai surat utang jangka
menengah panjang yang dapat dipindahtangankan, yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk
membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah
ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Obligasi dapat diterbitkan oleh Korporasi maupun
Negara.
Efek Bersifat Utang tercatat di Bursa
Sampai saat ini, terdapat beberapa efek bersifat utang yang tercatat di Bursa, antara lain :
1. Obligasi merupakan efek bersifat utang yang jatuh temponya lebih dari 1 (satu) tahun yang diterbitkan
Emiten melalui Penawaran Umum diantaranya meliputi:
o Obligasi Korporasi
Obligasi yang diterbitkan oleh Perusahaan Swasta Nasional termasuk BUMN dan BUMD.
o Obligasi Hijau
Obligasi yang dana hasil penerbitannya digunakan untuk membiayai atau membiayai ulang sebagian atau
seluruh kegiatan usaha berwawasan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Bersifat Utang Berwawasan Lingkungan (Green
Bond).
o Obligasi Daerah
Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan investasi sektor publik.
2. Sukuk merupakan efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili
bagian yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’/undivided share), atas aset yang mendasarinya.
Jenis sukuk diantaranya meliputi:
o Sukuk Korporasi
Sukuk yang diterbitkan oleh korporasi;
o Sukuk Negara atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Sukuk yang diterbitkan oleh Negara Republik Indonesia;
o Sukuk Daerah
Sukuk yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah untuk membiayai kegiatan investasi sektor publik.
3. Surat Berharga Negara (SBN) merupakan Surat Berharga Negara yang terdiri dari Surat Utang Negara
dan Surat Berharga Syariah Negara.
4. Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang
rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik
Indonesia sesuai dengan masa berlakunya. Ketentuan mengenai SUN diatur dalam Undang Undang
Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara.
o Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara adalah surat berharga negara yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata
uang rupiah maupun valuta asing. Ketentuan mengenai SBSN diatur dalam Undang Undang Nomor 19
Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.
Quasi-Public Corporation
Like public-purpose corporations, such as public libraries and adult day centers, quasi-
public corporations are created to benefit the public in some way. These private-operating companies are
presented with a government-chartered mission and, in exchange for their services, usually receive some
form of partial funding from the state.
One example of a quasi-public purpose corporation is Sallie Mae Corp., which was founded to advance
student loan development. Another example is Fannie Mae, otherwise known as the Federal National
Mortgage Association (FNMA).
Organisasi nirlaba atau biasa disebut dengan organisasi non profit merupakan organisasi yang sasarannya
untuk mendukung suatu kebijakan atau memecahkan masalah penting yang terjadi di suatu Negara.
Dengan tujuannya yang tidak komersial atau tidak menarik perhatian terhadap sesuatu yang bersifat
mencari keuntungan. organisasi nirlaba bisa terbentuk dari organisasi keagamaan, organisasi politik,
rumah sakit, sekolah negeri, dan organisasi lainnya.
Para penyumbang ini tidak mengharapkan keuntungan yang akan diperoleh pada saat organisasi ini
berkembang. Namun perkembangan selanjutnya, organisasi ini menerima hasil pendapatan jasa yang
diberikan publik atau dari kegiatan investasi.
Kemudian dalam pelaksanaannya tidak berorientasi pada pemupukan kekayaan, laba atau mengharapkan
keuntungan semata. Lembaga nirlaba pada dasarnya digunakan sebagai patokan dalam mencapai tujuan
bagi sekelompok orang yang termasuk dalam keanggotaan lembaga nirlaba tersebut.
Oleh karena itu, antara lembaga satu dengan lembaga lainnya bukan tidak mungkin memiliki pandangan
hidup yang berbeda. Dari pandangan hidup yang berbeda maka berpengaruh pula pada operasionalisasi
lembaga tersebut.
Banyaknya organisasi yang ada di Indonesia membuat sebagian orang tidak bisa membedakan antara
organisasi satu dengan organisasi yang lain. Contohnya antara organisasi non profit/nirlaba dengan
organisasi bisnis yang mencari keuntungan.
Untuk memudahkan dalam mengenali lembaga nirlaba berikut ini disajikan ciri-cirinya dari berbagai
sumber yang terpercaya kebenarannya.
Karakteristik atau ciri-ciri dari lembaga nirlaba adalah saat menjalankan kegiatan dalam organisasi tidak
ada tujuan untuk menghasilkan laba atau keuntungan.
Karena hal ini akan berpengaruh terhadap susunan, visi dan misi yang telah ada pada organisasi nirlaba.
Menurut ruang lingkup PSAK NO.45 organisasi non profit/nirlaba memiliki ciri-ciri seperti dibawah ini.
Sumber daya utamanya berasal dari penyumbang yang tidak mengharapkan laba atau keuntungan
yang sebanding dengan sumber daya yang mereka dikorbankan.
Organisasi tersebut mampu menghasilkan barang dan jasa tanpa bertujuan untuk menuntut laba
atau keuntungan. Jika entitas menghasilkan laba maka nominalnya tidak akan pernah dibagikan
kepada penyumbang atau pemilik entitas.
Di organisasi ini tidak ada kepemilikan yang jelas seperti organisasi lain. Artinya dalam
organisasi non profit ini tidak dapat dijual, dialihkan atau dikembalikan sumbangannya. Pada
dasarnya organisasi ini tidak mencerminkan adanya proporsi pembagian laba atau keuntungan
pada saat likuidasi atau pembubaran organisasi. Organisasi ini akan dikembangkan kembali saat
pembubaran instansi.
1. Yayasan
Contoh organisasi non profit yang pertama adalah yayasan. dasar landasan hukum yayasan dalam
perundang-undangan adalah UU No 28 Tahun 2004. Undang-undang tersebut mendefinisikan yayasan
sebagai organisasi yang didirikan berdasarkan pembagian aset.
Maksudnya, organisasi ini ditujukan untuk mencapai suatu tujuan dalam bidang sosial, bidang
keagamaan, atau bidang kemanuisaan lainnya yang dapat membantu masyarakat. Yayasan memiliki ciri
khas yaitu kepemilikannya yang ekslusif.
Organisasi ini hanya memiliki pendiri dan warga Negara asing dapat membangun yayasan atas
kepemilikannya sendiri. Hal tersebut dilihat dari susunan strukturnya yang terdiri dari dewan pengawas,
dewan penasehat dan dewan pengurus. Dewan pengawalan yang berhak untuk memberikan keputusan
terhadap dewan penasihat dan pengurus.
Organisasi nirlaba ( NPO ) , juga dikenal sebagai entitas non-bisnis , [1] organisasi nirlaba , [2] atau
lembaga nirlaba , [3]adalah badan hukum yang diatur dan dioperasikan untuk keuntungan kolektif, publik
atau sosial, berbeda dengan entitas yang beroperasi sebagai bisnis yang bertujuan untuk menghasilkan
keuntungan bagi pemiliknya. Nirlaba tunduk pada batasan non-distribusi: setiap pendapatan yang
melebihi pengeluaran harus dilakukan untuk tujuan organisasi, tidak diambil oleh pihak swasta. Berbagai
organisasi bersifat nirlaba, termasuk beberapa organisasi politik, sekolah, asosiasi bisnis, gereja, klub
sosial, dan koperasi konsumen. Entitas nonprofit dapat meminta persetujuan dari pemerintah untuk bebas
pajak, dan beberapa mungkin juga memenuhi syarat untuk menerima kontribusi pengurangan pajak, tetapi
entitas dapat bergabung sebagai entitas nonprofit tanpa mengamankan status bebas pajak.
Aspek kunci dari organisasi nirlaba adalah akuntabilitas, kepercayaan, kejujuran, dan keterbukaan kepada
setiap orang yang telah menginvestasikan waktu, uang, dan keyakinan ke dalam organisasi. Organisasi
nirlaba bertanggung jawab kepada para donatur, pendiri, relawan, penerima program, dan masyarakat
umum. Secara teoritis, untuk organisasi nirlaba yang berupaya membiayai operasinya melalui donasi,
kepercayaan publik merupakan faktor dalam jumlah uang yang dapat dikumpulkan oleh organisasi
nirlaba. Seharusnya, semakin banyak organisasi nirlaba fokus pada misi mereka, semakin banyak
kepercayaan publik yang akan mereka miliki. Ini akan menghasilkan lebih banyak uang untuk organisasi.
[1] Aktivitas yang diikuti oleh lembaga nonprofit dapat membantu membangun kepercayaan publik
terhadap lembaga nonprofit, serta etika standar dan praktiknya.