Anda di halaman 1dari 19

Karakteristik dan Lingkungan Yayasan

Yayasan saat ini sulit dibedakan dengan lembaga lainnya yang berorientasi laba.
Kecenderungan pendirian yayasan biasanya dengan maksud berlindung di balik status badan hukum.
Kecenderungan itu menyebabkan berbagai masalah, seperti kegiatan yayasan yang tidak sesuai
dengan maksud dan tujuan dalam anggaran dasar, sengketa antara pengurus dengan pendiri atau
pihak lain, dan dugaan bahwa yayasan digunakan untuk menampung kekayaan para pendiri atau
pihak lain yang diperoleh dengan cara melawan hukum.

Pengertian dan ruang lingkup yayasan adalah badan hukum yang kekayaannya terdiri dari
kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang social,
keagamaan, dan kemanusiaan. Yayasan berbeda dengan perkumpulan karena perkumpulan memiliki
pengertian yang lebih luas, yaitu meliputi suatu persekutuan, koperasi, dan perkumpulan saling
menanggung. Di lain pihak, yayasan merupakan bagian dari perkumpulan yang berbentuk badan
hukum. Yayasan sebagai suatu badan hukum mampu dan berhak serta berwenang untuk melakukan
tindakan-tindakan perdata. Maka yayasan dan perkumpulan yang berbentuk badan hukum
mempunyai kekuatan hukum yang sama, yaitu sebagai subjek hukum dan dapat melakukan
perbuatan hukum. Yayasan berhak untuk mengajukan gugatan. Yayasan berkewajiban mendaftarkan
perkumpulan atau yayasan kepada instansi yang berwenang untuk mendapatkan status badan
hukum.

Tujuan organisasi dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan yang bersifat kuantitatif
mencakup pencapaian laba maksimum, penguasaan pangsa pasar, pertumbuhan organisasi, dan
produktivitas. Tujuan yang bersifat kualitatif dapat disebutkan sebagai efisiensi dan efektivitas
organisasi, manajemen organisasi yang tangguh, moral karyawan yang tinggi, reputasi organisasi,
stabilitas, pelayanan kepada masyarakat, dan citra perusahaan. Tujuan yayasan adalah mealakukan
aktivitas yang bersifat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Visi merupakan pandangan ke depan di
mana suatu organisasi akan diarahkan. Visi perlu ditanamkan pada setiap unsure yayasan, sehingga
visi bersama (shared vision), pada gilirannya, mampu mengarahkan dan menggerakkan segala
sumber daya. Misi adalah suatu pernyataan umum tentang maksud yayasan. Misi adalah sesuatu
yang diemban atau dilaksanakan oleh suatu yayasan, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan.
Misi harus jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

Kekayaan yayasan antara lain berupa wakaf, hibah, hibah wasiat, dan perolehan lain. Jika
kekayaan berasal dari wakaf maka berlaku ketentuan hukum perwakafan. Pola pertanggung-
jawaban di yayasan bersifat vertical dan horizontal. Pertanggungjawaban manajemen merupakan
bagian terpenting untuk menciptakan kredibilitas manajemen di yayasan. Struktur organisasi sangat
erat hubungannya dengan fungsi, strategi, dan tujuan organisasi. Yayasan mempunyau organ yang
terdiri dari pembina, pengurus, dan pengawas. Pembina adalah individu pendiri yayasan dan/atau
mereka yang mempunyai dedikaso yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan.
Pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan. Pengawas adalah organ
yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasihat kepada pengurus dalam
menjalankan kegiatan yayasan.

Rencana anggaran yayasan harus dipublikasikan kepada mayarakat secara terbuka untuk dikritisi dan
didiskusikan. Anggaran merupakan artikulasi hasil perumusan strategi dan perencanaan strategik
yang telah dibuat. Sistem akuntansi merupakan prinsip akuntansi yang menentukan kapan transaksi
keuangan harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Yayasan adalah suatu entitas hukum yang
keberadaanya dalam lalu lintas hukum di Indonesia sudah diakui. Pengakuan yayasan sebagai badan
hukum, berarti ada subjek hukum yang mandiri. Berdasarkan UU No. 16 Tahun 2001, yayasan telah
diakui sebagai badan hukum privat. Kekayaan yayasan sebasian berasal dari bantuan negara,
bantuan luar negeri, dan/atau sumbangan masyarakat. Yayasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu
yayasan yang didirikan oleh penguasa atau pemerintah dan yang didirikan oleh individu atau swasta.

Perlu perencanaan atau pengkajian ulang mengenai urgensi pendirian yayasan yang dilakukan oleh
pemerintah atau BUMN dan BUMD. Yayasan yang didirikan oleh swasta atau perorangan menurut
UU Yayasan yang baru harus didirikan dengan akta notaris. Banyak yayasan didirikan dengan tujuan
yang berbeda dan menyimpang dari tujuan semula. Penyimpangan hakikat yayasan dalam Anggaran
Dasar. Yayasan pada hakikatnya adalah harta kekayaan yang dipisahkan, harta kekayaan tersebut
diberi status badan hukum, dan keberadaanya untuk mencapai tujuan tertentu. Syarat pemisahan
harta kekayaan sangat banyak dijadikan alasan menurut para pengurus yayasan. Yayasan boleh
menjalankan kegiatan usaha, boleh mempunyai sisa hasil usaha , tetapi tidak boleh profit oriented
sepperti halnya PT. yayasan harus membuat laporan keuangan.

Pengembangan organisasi yayasan adalah suatu usaha jangka panjang untuk memperbaiki proses-
proses pemecahan masalah dan pembahasuan organisasi. Ungkapan proses pemecahan masalah
berkenaan dengan metode organisasi dalam menangani ancaman dan kesempatan dan
lingkungannya. Salah stu tujuan pengembangan yayasan adalah perbaikan proses pembaharuan itu
sendiri.

Investasi Yayasan

Dalam melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat, yayasan dihadapkan pada masalah


pengambilan keputusan investasi yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program,
kegiatan, dan fungsi yang menjadi prioritas kebijakan. Pengeluaran untuk investasi harus mendapat
perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran rutin, karena pengeluaran
investasi/modal memiliki dampak jangka panjang, sedangkan pengeluaran rutin lebih berdampak
jangka pendek. Kesalahan dalm mengambil keputusan investasi tidak saja akan berdampak terhadap
anggaran tahun berjalan, tetapi juga akan membebani anggaran tahun-tahun berikutnya.

Investasi memiliki kaitan yang erat dengan penganggaran modal/investasi. Penganggaran


modal/investasi merupakan proses untuk menganalis proyek-proyek dan memutuskan apakah
proyek tersebut dapat diakomodasi oleh anggaran modal/investasi. Untuk memberikan mekanisme
dalam mengatur proyek investasi secara lebih efisien dan efektif, perlu dilakukan analisis investasi
secara mendalam. Analisis investasi berhubungan erat dengan penganggaran fungsional, alokasi
sumber daya, dan praktek manajemen keuangan di sector publik. Selain itu, program investasi juga
merupakan bentuk dari dual budgeting, yaitu pemisahan anggaran modal/investasi dari anggaran
rutin.
Audit Yayasan

Audit adalah proses pengujian keakuratan dan kelengkapan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yayasan. Proses pengujian ini akan memungkinkan akuntan publik independen
yang bersertifikasi mengeluarkan suatu pendapat atau opini mengenai seberapa baik laporan
keuangan yayasan mewakili posisi keuangan yayasan, dan apakah laporan keuangan tersebut
memenuhi prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum atau Generally Accepted Accounting
Principles (GAAP). GAAP ditetapkan oleh the American Institute of Certified Public Accountants
(AICPA). Anggota dewan pengurus, staf, dan snak keluarganya tidak dapat melakukan audit, karena
hubungan kekeluargaan dengan yayasan akan mempengaruhi independensi auditor.

Di Indonesia, permasalahan agen audit sektor publik merupakan hal yang serius. Ini berarti kejelasan
tentang peristilahan perlu dilakukan sebelum membahas audit dan pengawasan. Istilah auditor
merupakan sebutan bagi seseorang yang melakukan peeriksaan eksternal di sektor publik , seperti
Badan Pemeriksa Keuangan dan Kantor Akuntan Publik.

Di sisi lain, peristilahan pengawas digunakan untuk sebutan auditor internal. Saat ini, auditor internal
yang ada dalam pemerintahan, seperti Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Inspektur
Jenderal, dan Badan Pengawas Daerah, selalu dikaitkan dengan peristilahan pengawas. Di yayasan,
pengawas ditunjuk oleh dewan pengurus yang bisa berasal dari staf bagian keuangan atau
bendahara dewan pengurus.

Dalam audit, penetapan tujuan perlu dimulai untuk menentukan jenis audit apa yang akan
dilaksanakan serta standar audit apa yang harus diikuti oleh auditor. Audit dapat mempunyai
gabungan tujuan dari audit keuangan dan audit kinerja, atau dapat juga mempunyai tujuan yang
terbatas pada beberapa aspek dari masing-masingjenis audit. Misalnya, dalam pelaksanaan audit
atas kontrak pemborongan pekerjaan atau atas bantuan Pemerintah kepada yayasan atau badan
hukum lainnya; tujuan audit yang demikian sering kali mencakup baik tujuan audit keuangan
maupun tujuan audit kinerja. Audt semacam ini umumnya disebut audit kontrak, yang contohnya
adalah audit atas pelaksanaan sistem pengendalian internal, atas masalah yang berkaitan dengan
ketaatan pada peraturan perundang-undangan, atau atas suatu sistem berbasis komputer.

Perencanaan dan Pelaksanaan Audit Yayasan

Terdapat banyak pendekatan yang bisa digunakan dalam pekerjaan audit. Yaitu, audit
transaksi, audit neraca, dan audit sistem. Prosedur audit dilalui dengan beberapa langkah, yaitu
perekaman atau pencatatan akuntansi, review dan evaluasi pendahuluan, pengujian kepatuhan
(Compliance Test), mencocokkan laporan keuangan sebagai dasar pokok perekaman transaksi,
pengujian subtantif didesain untuk memperkuat atau membenarkan transaksi dan saldo yang
mendasari laporan keuangan, analisis menyeluruh, pengjian terperinci, memastikan kesesuaian kode
rekening organisasi, memastikan kesesuaian dengan standar akuntansi, pengujian kebenaran dan
kejujuran, pengujian analitis, audit peristiwa setelah tanggal neraca, pengujian laporan manajemen,
surat manajemen, dan review partner atau auditor atas kerja audit yang telah dilakukan.
Pelaksanaan pekerjaan audit mungkin saja dibatasi waktunya hingga akhir periode akuntansi. Fungsi
pokok auditor adalah menyampaikan pelaporan kepada pihak luar yayasan yang berkepentingan
dengan yayasan.

Sebagai suatu proses, audit berhubungan dengan prinsip dan prosedur akuntansi yag
digunakan oleh yayasan. Hubungan antara akuntansi dengan auditing bersifat tertutup. Standar
auditing biasanya berbeda dengan prosedur. Empat jenis prosedur audit meliputi inspeksi, observasi,
penyidikan, dan konfirmasi. Prosedur audit bukanlah suatu peristiwa, tetapi merupakan alat yang
digunakan untuk mengidentifikasi peristiwa kemudian.

Asersi merupakan representasi pihak pengelola yang terdapat dalam laporan keuangan. Dasar
pengklasifikasian pengujian audit tergantung pada tujuan pengujian yang dilakukan oleh auditor.
Jenis-jenis pengujian pengendalian ada dua, yaitu pengujian pengendalian yang berkaitan langsung
dengan keefektifan desain kebijakan atau prosedur dan penggunaannya dalam kegiatan yayasan dan
pengujian pengendalian yang berkaitan dengan keefektifan kebijakan dan prosedur serta cara
pengaplikasiannya, konsistensinya dengan aplikasi sebelumnya, dan oleh siapa aplikasi tersebut
dilakukan selama periode audit. Jenis-jenis pengujian subtantif terbagi menjadi dua, yaitu prosedur
analitis dan pengujian terinci atas transaksi atau neraca.

http://chenndii.blogspot.co.id/2012/02/akuntansi-yayasan.html
Berdirinya yayasan sudah dimulai sejak zaman sebelum kemerdekaan. Ketika itu tujuan
pendiriannya lebih banyak untuk ikut mengatasi masalah-masalah sosial dalam masyarakat di suatu
daerah. Sektor di tempat yayasan yang terlibat pada umumnya adalah pendidikan dan kesehatan.
Yayasan secara mudah dapat dikatakan sebagai suatu lembaga yang didirikan bukan untuk mencari
laba semata (nirlaba). Lembaga nirlaba atau organisasi non profit merupakan salah satu komponen
dalam masyarAakat yang perannya terasa begitu penting sejak era reformasi, tanpa disadari dalam
kehidupan sehari-hari kini semakin banyak keterlibatan lembaga nirlaba.
Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan utama yang
mendasar terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan
berbagai aktivitas operasinya. Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya atau dana dari
sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari
organisasi tersebut. Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba timbul
transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam organisasi bisnis, misalnya
penerimaan sumbangan. Namun demikian dalam praktik organisasi nirlaba sering tampil dalam
berbagai bentuk sehingga seringkali sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya. Pada
beberapa bentuk organisasi nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi tersebut mendanai
kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan
kepada publik. Akibatnya, pengukuran jumlah, saat, dan kepastian aliran pemasukan kas menjadi
ukuran kinerja penting bagi para pengguna laporan keuangan organisasi tersebut, seperti kreditur
dan pemasok dana lainnya. Organisasi semacam ini memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda
dengan organisasi bisnis pada umumnya.

2. Pengertian Organisasi Nirlaba


Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok
untuk mendukung suatu isue atau perihal didalam menarik publik untuk suatu tujuan yang tidak
komersial tanpa ada perharian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter),organisasi
nirlaba melipti keagamaan, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi
politis, bantuan masyarakat dalam hal Perundang-undangan, organsasi sukarelawan, serikat buruh.
Menurut PSAK No.45 bahwa organisasi Nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para
anggota dan penyumbang lain yang tidak mengaharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut
(IAI,2004:45.1)
Lembaga atau organisasi Nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan dari beberapa
individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tadi, dalam
pelaksanaanya kegiatan yang mereka lakukan tidak berorientasi pada pemupukan laba atau kekayaan
semata (Pahala Nainggolan, 2005:01).
Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa organisasi Nirlaba adalah salah satu
lembaga yang tidak mengutamakan laba dalam menjalankan usaha atau kegiatannya. Dalam
organisasi Nirlaba pada umumnya sumber daya atau dana yang digunakan dalam menjalankan segala
kegiatan yang dilakukan berasal dari donatur atau sumbangan dari orang-orang yang ingin
membantu sesamanya. Tujuan organisasai Nirlaba yaitu untuk membantu masyarakat luas yang tidak
mampu khususnya dalam hal Ekonomi.
Organisasi Nirlaba pada prinsipnya adalah alat untuk mencapai tujuan atau (aktualisasi filosofi)
yang memilikinya. dari sekelompok orang yang memilikinya. Karena itu bukan tidak mungkin
diantara lembaga yang satu dengan yang lain memiliki filosofi atau pandangan hidup yang berbeda,
maka operasionalisasi dari filosifi tersebut kemungkinan juga akan berbeda. Karena filosofi yang
dimiliki filosofi Nirlaba sanagt tergantung dari sejara yang pernah dilaluinya dan lingkungan Politik,
Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Organisasi Nirlaba di kelompokan menjadi 2 kelompok besar, yaitu
entitas pemeritahan dan entitas nirlaba non pemerintahan.
Organisasi nirlaba di pandang sangat berbeda dengan organisasi komersial oleh pelanggan penikmat,
donatur dan sukarelawan, pemerintah, anggota organisasi dan karyawan organisasi nirlaba. Para
karyawan profesional oganisasi nirlaba diasumsikan ingin diperlakukan setara denga karyawan
profesional organisasi komersial dalam hal imbalan, karier, jabatan, dan masa depan. Laporan yang
dibuat guna menampilkan manfaat atau hasil yang diraih yang apabila mungkin di denominasikan
dalam besaran uang.
Bagi pemerintah, organisasi nirlaba non pemerintah harus mematuhi ketentuan undang-undang,
serta diharapkan memberi sumbangan positif bagi kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya
nasional serta memberi citra baik bagi bangsa.
Sasaran organisasi nirlaba, harapan anggotanya, dan keinginan pemerintah dan masyarakat akan
kinerjanya tidak selalu dapat di denominasikan dalam satuan mata uang, sehingga raihan,
sumbangsih atau manfaat organisasi itu tidak selalu terakomodasi oleh laporan keuangan.
Manajemen organisasi nirlaba bertugas melaksanakan misi organisasi, mencapai sasaran jangka
panjang dan jangka pendek organisasi, memberi manfaat bagi kelompok masyarakat yang di
untungkan oleh misi organisasi, memuaskan dan para anggota organisasinya yang bertujuan menapai
cita-cita pribadinya melalui organisasi tersebut.
Dalam akuntasnsi organisasi nirlaba, laporan laba rugi sering kali tidak lazim, mengingat maksud
pendirian, sasaran dan raihan berupa tercapainya sasaran oganisasi sering kali sulit di denominasikan
ke dalam satuan mata uang.
Oraganisasi nirlaba sering kali memfokuskan sumber dayanya kepada pelayanan tertentu, dengan
tujuan yang berlapis dari dalam ke luar, berturut-turut melalui :
1. Falsafah pelayanan
2. Budaya pelayanan
3. Citra pelayanan
4. Manajemen pelayanan

Manajmen Pelayanan meliputi :


a. Alasan pelayanan
b. Siapa yang di layani
c. Apa bentuk pelayanan, dimana, kapan dan bagaimana cara melayani.
Organisasi nirlaba pada umumnya memilih pengurus, pemimpin atau penanggung jawab
yang menerima amanat dari para anggotanya sehingga terkait dengan konsep akuntabilitas dan
agency theory. Denagn demikian, akuntansi sebagai salah satu sarana akuntanbilitas merupakan
bagian integral dari organisasi, pemahaman terhadap akuntansi suatu entitas selalu meuju kepada
pemahaman yang lebih dalam tentang entitas tersebut.

3. Tinjauan Umum Tentang Yayasan

Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan
dalam mencapai tujuan tertentu,dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak
mempunyai anggota.
Menurut Hayati Soe roredjo, Yayasan adalah bersifat sosial dan kemanusiaan serta idealitas
dan pasti tidak diperbolehkan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban
umum dan atau kesusilaan.
Menurut Rochmat Soemitro , Yayasan adalah suatu badan hukum yang lazimnya bergerak di
bidang sosial dan bukan menjadi tujuan untuk mencari keuntungan, melainkan tujuannya ialah untuk
melakukan uaha yang bersifat sosial.
Menurut Paul Scholteen, Yayasan adalah suatu badan hukum yang dilahirkan oleh
pernyataan sepihak, pernyataan mana harus berisi pemisahan harta kekayaan untuk tujuan tertentu
dengan menunjukan bagaimana kekayaan tersebut diurus dan digunakan.

4. Kekayaan Yayasan dan Sumber-sumbernya

Kekayaan yayasan di atur dalam Pasal 5,psal 26 ayat 1, Pasal 26 ayat 2 Undang-Undang
Nomor 16 tahun 2001 Tentang Yayasan, diketahi bahwa,kekayaan yayasan merupakan kekayaan yang
dipisahkan dapat berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang iperoleh yayasan berdasarkan
Undang-Undang no 16 tahun 2001 Tentang Yayasan, yakni : kekayaan yang dapat diperoleh dari:
a. Sumbangan atau Bantuan yang tidak mengikat
b. Wakaf
c. Hibah
d. Hibah Wasiat (legat) dan
e. Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan dan/atau peraturan
Undang-Undang yang berlaku.

5. Kegiatan Yayasan
Undang-undang republik Indonesia tentang Yayasan dengan Nomor 16 Tahun 2001, memberikan
kesempatan pada Yayasan untuk melakukan kegiatan usaha sebagaimana dituangkan dalam Pasal 3 ,
Pasal 7 dan Pasal 8.
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan:
1. Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuan dengan
cara mendirikan Badan usaha atau ikut serta dalam suatu Badan usaha.
2. Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada pembina, pengurus, dan pengawas.
Makna yang terkandung dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan,
bahwa tersebut kegiatan usaha yayasan adalah untuk menunjang pencapaian maksud dantujuannya
yaitu suatu tujuan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Hal ini mengakibatkan
seseorang yang menjadi organ Yayasan harus bekerja secara sukarela tanpa menerima gaji, upah atau
honor tetap, hal ini lebih dipertegas dalam ayat (2) Pasal 3 tersebut.

Pasal 8 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan menyebutkan bahwa:


Kegiatan usaha dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus sesuia
dengan maksud dan tujuan Yayasan serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan,
atau peraturan Perundang-undangan yang berlaku
Ketentuan didalam pasal-pasal tersebutlah yang menjadi dasar bahwa Yayasan boleh
melakukan kegiatan usaha atau mendirikan kegiatan suatu badan usaha untuk memperoleh laba,
namun laba tersebut hanya sebatas kegiatan bukan semata-mata sebagai tujuannya.

http://srilestarimingxiu.blogspot.co.id/2011/02/akuntansi-keuangan-nirlaba-yayasan_26.html
BAB I

PENDAHULUAN

Yayasan saat ini sulit dibedakan dengan lembaga lainnya yang berorientasi laba. Kecenderungan
pendirian yayasan biasanya dengan maksud berlindung di balik status badan hukum. Kecenderungan
itu menyebabkan berbagai masalah, seperti kegiatan yayasan yang tidak sesuai dengan maksud dan
tujuan dalam anggaran dasar, sengketa antara pengurus dengan pendiri atau pihak lain, dan dugaan
bahwa yayasan digunakan untuk menampung kekayaan para pendiri atau pihak lain yang diperoleh
dengan cara melawan hukum.

Berbagi fakta yang ada menunjukan bahwa kecenderungan pendidikan yayasan adalah untuk
berlindung dibalik status badan hukum Yayasan, dan bukan wadah pengembangan wadah sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan. Selain itu, tujuan kecenderungan ini biasanya berakhir dengan
interpretasi, memperkaya diri para pendiri, pengurus, dan pengawas.

Sejalan dengan kecenderungan tersebut, berbagai masalah yayasan, mulai muncul, seperti kegiatan
yayasan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan yang tercantum dalam anggaran dasar,
sengketa antara pengurus dengan pendiri atau pihak lain, dan dugaan bahwa yayasan digunakan
untuk menampung kekayan para pendiri atau pihak lain yang diperoleh dengan cara melawan
hukum. Banyaknya masalah tersebut memunculkan kebutuhan akan hukum positif atau landasan
hukum yuridis.

Dalam rangka penerapan prinisp keterbukaan dan akuntbilitas pada masyarakat, manajemen
yayasan melakukan pembenahan administrasi, termasuk publikasi pertanggungjawaban laporan
keuangan setiap tahun.

BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP YAYASAN

Pengertian yayasan adalah sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang sosial, kemanusiaan
dan keagamaan. Yayasan memiliki kekayaan tersendiri dari berbagai macam sumber. Yayasan ini
sifatnya tidak memiliki anggota. Dilihat dari tujuannya, yayasan tidak mencari profit atau
keuntungan. Yayasan selanjutnya memiliki kewenangan untuk mendirikan sebuah atau beberapa
buah badan usaha sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki oleh yayasan.

Yayasan dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan dalam berbagai macam bentuk dan tujuan.
Yayasan tersebut secara khusus berada pada bidang kerja yang menjadi usahanya. Meskipun non-
profit, yayasan dapat memperoleh income dari badan usaha yang didirikan. Income ini bertujuan
untuk menghidupi operasional yayasan dan badan usaha yang ada dibawahnya, bukan untuk
memperkaya diri si pemilik yayasan. Yayasan akan memiliki banyak keuntungan seiring dengan
banyaknya badan usaha yang didirikan. Badan usaha tersebut adalah modal hidup nyata sebuah
yayasan.

Menurut UU No. 16 Tahun 2001, sebagai dasar hukum positif yayasan, pengertian yayasan adalah
badan hukum yang kekayaannya terdiri dari kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk
mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Yayasan dapat melakukan
kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuan dengan cara mendirikan badan
usaha atau ikut serta dalam suatu badan usaha.

Yayasan berbeda dengan perkumpulan karena perkumpulan pengertian yang lebih luas, yaitu
meliputi suatu persekutuan, koperasi, dan perkumpulan saling menanggung. Selanjutnya,
perkumpulan terbagi atas 2 jenis, yaitu:

1) Perkumpulan yang berbentuk badan hukum, seperti PT, Koperasi, dan perkumpulan saling
menanggung.

2) Perkumpulan yang tidak berbentuk badan hukum, seperti persekutuan perdata, CV, dan Firma.

Dilain pihak, yayasan merupakan bagian dari perkumpulan yang berbentuk badan hukum dengan
pengertian yang dinyatakan dalam pasal 1 Butir 1 UU No 16 Tahun 2001 tentang yayasan, yaitu
suatu badan hukum yang kekayaannya terdiri dari kekayaan yang dipisahkan untuk mencapai tujuan
tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan dengan tidak mempunyai anggota.

Yayasan sebagai suatu Badan Hukum mmpu dan berhak serta berwewenang untuk melakukan
tindakan-tindakan perdata. Pada dasarnya, keberadaan badan hukum yayasan bersifat permanen,
yaitu hanya dapat dibubarkan melalui persetujuan para pendiri atau anggotanya. Yayasan hanya
dapat dibubarkan jika segala ketentuan dan persyaratan dalam anggaran dasarnya telah dipenuhi.
Hal terebut sama kedudukannya dengan perkumpuln yang berbentuk badan hukum, dimana subjek
hukum yang dapat melakukan perbuatan hukum dan,yang menyandang hak dan kewajiban, dapat
digugat maupun menggugat di pengadilan.

Hak dan kewaiban yang dimiliki oleh yayasan dan perkumpulan yang berbentuk Badan Hukum
adalah sama, yaitu sebagai berikut:

· Hak: berhak untuk mengajukan gugatan

· Kewajiban: wajib mendaftarkan perkumpulan atau yayasan kepada instansi yang berwenang
untuk mendapatkan status badan hukum

SIFAT DAN KARAKTERISTIK YAYASAN

A. Tujuan Yayasan

Setiap organisasi, termasuk yayasan, memiliki tujuan yang spesifik dan unik yang dapat bersifat
kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan yang bersifat kuantitatif mencakup pencapaian laba
maksimum, penguasaan pangsa pasar, pertumbuhan organisasi, dan produktifitas. Sementara tujuan
kwalitatif dapat di sebutkan sebagai efensiensi dan efektivitas organisasi, manajemen organisasi
yang tangguh, moral karyawan yang tinggi, reputasi organisasi, stabilitas pelyanan kepada
masyarakat, dn citra perusahaan.

Tujuan itu sendiri adalah suatu hasil akhir, titik akhir, atau segala sesuatu yang akan dicapai. Setiap
tujuan kegiatan disebut sebagai “sasaran” atau “target”. Beberapa penulis membedakkan arti tujuan
dan sasaran dimana tujuan mempunyai pengertian yang lebih luas, sedangkan sasaran adalah lebih
khusus.

B. Visi

Visi merupakan pandangan kedepan dimana suatu organisasi akan diarahkan. Dengan mmpunyai
visi, yayasan dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif, serta produktif.
Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan
citra yang ingin diwujudkan suatu yayasan.

C. Misi

Misi adalah sesuatu yang diemban atau dilaksanakan oleh suatu yayasan sebagai penjabaran atau
visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan misi, seluruh unsur yayasan dan pihak yang
berkepentingan dapat mengetahui serta mengenal keberadaan dan peran yayasannya.

Misi harus jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Misi juga terkait dengan kewenangan
yang dimiliki oleh yayasan berdasarkan peraturan perundangan atau kemampuan penguasaan
teknologi sesuai strategi yang dipilih.

D. Sumber Pembiayaan/Kekayaan

Sumber pembiayaan yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang
atau barang. Selain itu, yayasan juga memperoleh sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat
seperti berupa:

· Wakaf,

· Hibah,

· Hibah Wasiat,

· Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar yayasan atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

E. Pola Pertanggungjawaban

Dalam yayasan, pengelolah bertanggung jawab pada kepada Pembina yang disampaikan dalam
Rapat Pembina yang diadakan setahun sekali. Pola pertanggung jawaban diyayasan bersifat vertical
dan horizontal. Pertanggung jawaban vertical adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana
pada otoritas yang lebih tinggi, seperti pertanggungjawaban yayasan kepada Pembina. Sedangkan
pertanggungjawaban horizontal adalah pertanggungjawaban ke masyrakat luas. Kedua jenis
pertanggungjawaban sector public tersebut mmerupakan elemen penting dari proses akuntabilitas
public.

Pertanggungjawaban manajemen merupakan bagian terpenting bagi kredibilitas manajemen


di yayasan. Tidak terpenuhinya prinsip pertanggungjawaban tersebut dapat menimbulkan implikasi
yang luas.

F. Struktur Organisasi Yayasan

Struktur organisasi yayasan merupakan turunan dari fungsi, strategi, dan tujuan organisasi.
Sementara itu, tipologi pemimpin, termasuk pilihan dan orientasi organisasi, sangat berpengaruh
terhadap pilihan struktur birokrasi pada yayasan.

Menurut Undang-undang No. 16 Tahun 2001, yayasan mempunyai organ yang terdiri dari
Pembina, pengurus, dan pengawas. Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan
yang tidak di serahkan kepada pengurus atau pengawas oleh Undang-undang tersebut atau
Anggaran Dasar. Pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan, dan
pihak yang dapat diangkat menjadi pengurus adalah individu yang mampu melakukan perbuatan
hukum. Sedangkan Pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta
member nasihat kepada pengurus dalam menjalankan yayasan.

G. Karakteristik Anggaran

Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan strategik yang telah
dibuat. Dalam bentuk yang paling sederhana, anggaran merupakan suatu dokumen yang
menggambarakan kondisi keuangan yayasan yag meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja,
dan aktivitas

H. Sistem Akuntansi

Sistem akuntansi merupkan prinsip akuntansi yang menentukan kapan transaksi keuangan harus
diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Sistem akuntansi ini berhubungan dengan waktu
pengukuran dilakukkan dan pada umumnya, bisa dipilih menjadi sistem akuntansi berbasis kas dan
berbasis aktual.

Pada sebuah yayasan, penekanan diberikan pada penyediaan biaya data yang disajikan dalam
bentuk laporan keuangan yang menggunakan sistem akuntansi berbasis aktual yaitu akuntansi
pendapatan dan biaya.

KEDUDUKAN HUKUM YAYASAN

A. Kedudukan Hukum Yayasan dalam Sistem Hukum Indonesia


Yayasan adalah suatu entitas hukum yang keberadaannya dalam lalu lintas hukum di Indonesia
sudah diakui oleh masyarakat berdasarkan realita hukum positif yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat Indonesia. Kecenderungan masyarakat memilih bentuk yayasan disebabkan karena:

a) Proses pendiriannya sederhana;

b) Tanpa memerlukan pengesahan dari pemerintah;

c) Persepsi masyarakat bahwa yayasan bukan merupakan subjek pajak

Bedasarkan UU No. 16 Tahun 2001, yayasan telah diakui sebagai badan hukum privat di
manan subjek mandiri terlepas dari kedudukan subjek hukum para pendiri dari pengurusnya.
Sebagai subjek hukum mandiri, yayasan dapt menyandang hak dan kewajiban, menjadi debitor
maupun kreditor dan melakukan hubungan hukum apapun dengan pihak ketiga. Legalisasi badan
hukum menurut UU Yayasan adalah saat akta pendiriannya, yang di buat dihadapan notaries,
disahkan oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan dan HAM. Kekayaan yayasan sebagian
berasal dari bantuan Negara, bantuan luar negri dan sumbangan dari masyarakat.

B. Yayasan sebagai Entitas hukum prifat

Yayasan yang diberikan oleh swasta atau perorangan, menurut UU yayasan, harus didirikan dengan
akta Notaris. Kekayaannya di pisahkan dari milik para pendiri atau pengurus yayasan yang
bersangkutan. Akta notaris tersebut harus didaftarkan di kantor kepaniteraan pengadilan negeri
setempat.

Banyak yayasan didirikan dengan tujuan yang berbeda dan menyimpang dari tujuan semula, yaitu
sebagai usaha yang menguntungkan seperti sebuah perusahaan yang melakukan lalu lintas dagang.
Unsur-unsur menjalankan perusahaan, seperti dokumen perusahaan, mempunyai izin usaha, dikenai
pajak, menggaji pengurus, memperhitungkan atau menghitung untung rugi lalu mencatatnya dalam
pembukuan adalah ciri-ciri suatu kegiatan yang berbentuk hukum perusahaan. Tanda-tanda yayasan
mulai menyimpang dari tujuan semula, yang secara nyata, dituangkan dalam anggaran dasar suatu
yayasan.

Dalam anggaran dasar diatur beberapa hal seperti keanggotaan yayasan yang abadi dimana pendiri
mempunyai kekuasaan mutlak dan abadi bahkan kedudukannya dapat diwariskan. Yayasan tersebut
bergerak dalam bidang pendidikan. Pendiri berasumsi bahwa keuntungan yang diperoleh suatu saat
akan dikendalikan. Oleh karena itu, untuk mengamankan kedudukannya, di dalam anggaran dasar,
kedudukan pendiri di atur sebagai abadi, dapat diwariskan, dan mempunyai hak veto.

Dengan keluarnya UU yayasan, eksistensi dan landasan yuridis Yayasan sebagai entitas hukum privat
tidak perlu dipermasahkan lagi atau tidak perlu diragukan. Yayasan pada hakikatnya dalah kekayaan
yang dipisahkan dan diberi sattus badan hukum. Sebagai subyek hukum, organ yayasan difungsikan
dengan sebutan pembina, pengawas, dan pengurus. Analog dengan hukum PT, kedudukan dewan
pembina itu sama dengan RUPS (rapat umum pemegang saham). Pengawas sama dengan komisaris,
dan pengurus sama dengan direksi.

Dengan demikian, yayasan pada hakikatnya adalah:


1. Harta kekayaan yang dipisahkan

2. Harta kekayaan tersebut diberi badan hkum

3. Keberadaanny untuk tujuan tertentu di bidang sosial, manusia dan keagamaan

Yayasan ditempatkan pada kedudukan yuridis sebagai badan hukum yang berfungsi sosial, idiil, dan
keagamaan. Yayasan boleh menggunakan kegiatan usaha, boleh mempunyai sisa hasil usaha, tetapi
tidak boleh profit orientet sudah seperti halnya PT. Sisa hasil usaha belum ada, tetapi tidak boleh
dibagi kepada organ yayasan. Yayasan mendirikan badan usaha, misalnya PT, dengan modal usaha
maksiamal 25% dari seluruh aset.

Yayasan harus membuat laporan keuangan, diamana laporan keuangan itu harus diperiksa oleh
akuntan pubik untuk yayasan yang memilik aset seniali Rp. 20 milyar lebih dan yang mendapat
bantuan senilai Rp. 500 juta ke atas. Laporan keuangan tersebut harus diumumkan dan
tembusannya harus disampaikan kepada Menteri.

PENGEMBANGAN ORGANISASI YAYASAN

Pada dasarnya, yayasan merupakan suatu organisasi sehingga pendekatan yang digunakan dalam
pengembangannya juga tidak jauh berbeda dengan pendekatan yang digunaka dalam
pengembangan organisasi pada umumnya.

Pengembangan yayasan adalah suatu usaha jangka panjang untuk memperbaiki proses-proses
pemecahan masalah dan pembaharuan organisasi, terutama melalui manajemen budaya organisasi
yang lebih efektif dan kolaboratif dengan teanan khusus pada budaya tim kerja formal dengan
bantuan pengantar perubahan, katalisator, dan penggunaan teori serta teknologi ilmiah
keperilakuan terapan termasuk riset kegiatan.

Melaui proses pembaharuan, para pengelolah yayasan menyesuaikan gaya dan tujuan pemecahan
masalah untk memenuhi berbagai permintaan perubahan lingkungan yayasan. Jadi, salah satu
tujuan pengembangan yayasan adalah untuk memperbaiki proses pembaharua itu sendiri, sehingga
para pengelolah dapat lebih cepat mengambil gaya manajemen yang sesuai dengan msalah-masalah
baru yang dihadapi.

Riset kegiatan merupakan metode perubahan organisasi dalam menjalankan aspek-aspek yayasan
yang perlu diperbaiki. Kegiatan riset meliputi:

Diagnosis pendahuluan terhadap masalah pengantar perubahan pengembangan yayasan,

1) Pengumpulan data untuk mendukung diagnosis,

2) Umpan balik datar kepada para anggota pengelola,


3) Eksplorasi data oleh para anggota pengelola,

4) Perencanaan kegiatan yang tepat,

5) Pengambilan kegiatan yang tepat.

Teknik-teknik Pengembangan Yayasan

Teknik pengembangan organisasi dapat diguanakan untuk memperbaiki efektifitas perseorangan,


hubungan pekerjaan antara 2 atau 3i ndividu, pemfungsian kelompok-kelompok, hubungan antara
kelompok atau efektifitas yayasan secara keseluruhan. Teknik yang digunakan untuk kelompok
sasaran yaitu:

· Pengembangan organisasi untuk perseorangan

· Pengembangan organisasi untuk dua atau tiga orang

· Pengembangan organisasi untuk tim atau kelompok

· Pengembangan organisasi untuk hubungan antar kelompok

· Pengembangan organisasi untuk organisasi keseluruhan

Grid OD (Grid Organizational Development)

Salah satu teknik pengembangan organisasi yaitu Grid OD didasarkan atas kisi manajerial dari Robert
Blake dan Jane Mouton. Kini manajerial mengidentifikasika berbagai kombinasi produksi dan
karyawan, agar perhatian terhadap variabel tersebut meningkat dalam Grid OD pengantar
perubahan mempergunakan daftar pertanyaan untuk menentukan gaya pada manajer atau
pengelola sekarang, membantu mereka untuk menguji kembali gayanya, dan bekerja menuju
efektivitas.

Metode Pengembangan Organisasi OCA (Organizational Capacity Assessment)

Salah satu metode pengembanganorganisasi yang lain adalah Penjajakan kapasitas organisasi. OCA
merupakan metode pengembangan organisasi sejak dari menyusun perangkap, melakukan
penjajakan, hingga menyusun rencana pengembangan organisasi serta pelaksanaan rencana
pengembangan dan evaluasi atas pelaksanaan rencana tersebut. Seluruh tahapan itu dilakukan oleh
seluruh bagian yang ada dalam organisasi atau secara representatif mewakili seluruh bagian yang
ada. Prinsip oca adalah partisipatif dalam seluruh proses pelaksnaan OCA serta kerahasiaan atas
proses dan hasil OCA.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Yayasan yang kekayaannya berasal dari negara, bantuan luar negeri, atau pihak lain, atau
memiliki kekayaan dalam jumlah yang ditentukan pada Undang-undang No. 16 Tahun 2001, wajib
diaudit oleh akuntan publik dan laporan tahunannya wajib diumumkan dalam surat kabar berbahasa
Indonesia. Ketentuan ini diberlakukan dalam rangka penerapan prinsip keterbukaan dan
akuntabilitas pada masyarakat. Semua ini didasarkan pada fakta bahwa masyarakat cenderung
mendirikan yayasan untuk berlindung di balik status badan hukum yayasan, yang tidak hanya
digunakan sebagai wadah mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, tetapi
juga memperkaya para pendiri, Pengurus, dan Pengawas. Jadi, yayasan perlu membenahi
administrasinya, termasuk pertanggungjawaban keuangan, pengendalian internal, masalah
organisasi, dan manajemen yang jelas.

DAFTAR PUSTAKA

http://worldhealth-bokepzz.blogspot.com/2012/04/pengertian-yayasan-sebagai-entitas.html

http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI.AKUNTANSI/197708272008011-
AGUS_WIDARSONO/Materi_Kuliah_Ak._Sektor_Publik

http://shinraemun.blogspot.com/2013/01/akuntansi-yayasan-akuntansi-sektor.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi_Sektor_Publik

http://solusi-kita1.blogspot.co.id/2014/01/yayasan-sebagai-organisasi-nirlaba.html
1. Definisi Kebijakan Akuntansi

Kebijakan Akuntansi dari suatu entitas pelaporan adalah prinsip-prinsip akuntansi


yang spesifik dan metode-metode penerapan prinsip-prinsip tersebbut yang dinilai
oleh manajemen dari entitas tersebut sebagai yang paling sesuai dengan kondisi
yang ada untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan, perubahan yang terjadi
pada posisi keuangan, dan hasil operasi sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum dan karena itu telah diadopsi untuk pembuatan laporan
keuangan.

Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan


dan prosedur yang digunakan manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan
keuangan. Beberapa jenis kebijakan akuntansi dapat digunakan untuk subjek yang
sama. Pertimbangan dan atau pemilihan perlu disesuaikan dengan kondisi
perusahaan. Sasaran pilihan kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan
realitas ekonomi perusahaan secara tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan
hasil operasi.

Terdapat perimbangan pemilihan terhadap kebijakan akuntansi:

1. Pertimbangan Sehat

Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal tersebut harusnya diakui dalam


penyusunan laporan keuangan. Sikap hati-hati tidak membenarkan penciptaan
cadangan rahasia atau disembunyikan.

2. Substansi Mengungguli Bentuk

Transaksi dan kejadian lain harus dipertanggungjawabkan dan disajikan sesuai


dengan hakekat transaksi dan realitas kejadian, tidak semata-mata mengacu bentuk
hukum transaksi atau kejadian.

3. Materialitas

Laporan keuangan harus mengungkapkan semua komponen yang cukup material


yang mempengaruhi evaluasi atau keputusan-keputusan.

1. Tujuan utama laporan keuangan

Tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk
memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota pengelola, kreditor, dan pihak
lain yang menyediakan sumber daya bagi yayasan. Pihak pemakai laporan
keuangan yayasan memiliki kepentingan bersama dalam rangka menilai:

 Jasa yang diberikan oleh yayasan dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa
tersebut.
 Cara pengelola melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek lain dari kinerja
yayasan.
Secara rinci tujuan laporan keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan,
adalah untuk menyajikan informasi mengenai :

 Jumlah dan aset, kewajiban serta aset bersih suatu yayasan


 Pengaruh transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang mengubah nilai serta sifat
aset bersih
 Jenis dan jumlah arus masuk serta arus keluar sumber daya selama satu periode
dan hubungan diantara keduanya
 Cara suatu yayasan mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman
dan melunasi pinjama, serta faktor lainnya yang berpengaruh terhadap likuiditasnya
 Usaha jasa suatu yayasan.

Dapat dicermati bahwa laporan keuangan organisasi nirlaba mirip dengan organisasi
bisnis, kecuali pada 3 hal utama, yaitu:

 Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan laba rugi, namun laporan ini dapat
dianalogikan dengan laporan aktivitas. Informasi sentral dalam laporan laba rugi
umumnya terletak pada komponen laba atau rugi yang dihasilkan organisasi bisnis
dalam satu periode. Sementara itu, informasi sentral dalam laporan aktivitas terletak
pada perubahan aset neto yang dikelola oleh organisasi nirlaba.
 Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan perubahan ekuitas sebagaimana layaknya
organisasi bisnis. Hal ini disebabkan organisasi nirlaba tidak dimiliki oleh entitas
manapun. Ekuitas dalam organisasi nirlaba bisa dianalogikan dengan aset neto yang
akan disajikan pada laporan aktivitas. Aset neto tersebut terdiri dari tiga jenis,
sebagaimana dijelaskan berikut ini:
 Aset neto tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi
untuk tujuan tertentu oleh penyumbang. Adapun bila sumbangan tersebut terikat, itu
berarti sumbangan tersebut dibatasi penggunaannya oleh penyumbang untuk tujuan
tertentu. Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen atau temporer.
 Aset neto terikat temporer adalah sumber daya yang pembatasan penggunaannya
dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya
keadaan tertentu. Pembatasan penggunaan ini bisa ditetapkan oleh donatur maupun
oleh organisasi nirlaba itu sendiri (misal: untuk melakukan ekspansi, atau untuk
membeli aset tertentu).
 Aset neto terikat permanen adalah sumber daya yang pembatasan
penggunaannya dipertahankan secara permanen. Namun demikian, organisasi
nirlaba diizinkan untuk menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau
manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut. Contoh aset jenis
ini adalah dana abadi, warisan, maupun wakaf.

Laporan keuangan yang disajikan oleh organisasi nirlaba yang memenuhi


karakteristik :

 Sumber daya entitas nirlaba berasal dari para penyumbang yang tidak
mengharapkan mengharapkan pembayaran pembayaran kembali kembali atau
manfaat manfaat ekonomi ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya
yang diberikan.
 Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika entitas
nirlaba menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak dibagikan kepada para pendiri
atau pemilik entitas nirlaba tersebut.
 Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada entitas bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam entitas nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali,
atau kepemilikan kepemilikan tersebut tersebut tidak mencerminkan mencerminkan
proporsi proporsi pembagian sumber daya entitas nirlaba pada saat likuidasi atau
pembubaran entitas nirlaba.

1. Tujuan Laporan Aktivitas pada nirlaba

Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai Pengaruh


transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva bersih,
Hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, Bagaimana penggunaan sumber daya
dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa.

 Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan pengungkapan


informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang,
anggota organisasi, kreditur dan pihak lainnya untuk:
 mengevaluasi kinerja dalam suatu periode,
 menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan memberikan jasa,
 menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.
 Laporan aktivitas mencakup organisasi secara keseluruhan keseluruhan dan
menyajikan menyajikan perubahan perubahan jumlah aktiva bersih selama suatu
periode.
 Perubahan aktiva bersih dalam laporan aktivitas tercermin pada aktiva bersih atau
ekuitas dalam laporan posisi keuangan.
 Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanen,
terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode.
 Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto, kecuali
diatur berbeda oleh SAK lain atau SAK ETAP.

1. Laporan Arus Kas pada nirlaba

Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan
dan pengeluaran kas dalam suatu periode.

Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas dengan
tambahan berikut ini:

Aktivitas pendanaan:

 penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka


panjang.
 penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaannya
dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aktiva tetap, atau
peningkatan dana abadi (endowment).
 bunga dan dividen dividen yang dibatasi dibatasi penggunaannya penggunaannya
untuk jangka panjang.
Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan pendanaan
non-kas: sumbangan berupa bangunan atau aktivitas investasi.

1. Perlakuan Akuntansi Yayasan

Proses penyusunan laporan keuangan tidak lepas dari proses pengumpulan bukti
transaksi seperti buku bank, bukti pembayaran, bukti penerimaan (kwitansi setoran
dan kwitansi penerimaan) dan lainnya kemudian bukti itu di catat dalam buku kas,
kemudian di jurnal dan dicatat dalam buku besar, diposting ke neraca saldo,
kemudaian dibuat laporan keuangan. Proses penyusunan laporan keuangan panti
asuhan berawal dari bukti peneriman atau bukti pembayaran dan bukti penerimaan
dari bendahara berupa kwitansi kemudian di catat dibuku kas perolehan harian dan
buku kas distribusi harian. lalu direkap dan dibuat laporan keuangan bulanan dan
tahunan. Laporan keuangan yang dibuat lembaga amil harus memenuhi prinsip
akuntansi yang berlaku umum, yaitu sesuai dengan prinsip akuntansi dalam hal
pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian.

1. Pengakuan Pengakuan adalah pencatatan suatu jumlah rupiah ke dalam sistem


akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan terefleksi
dalam laporan keuangan. Jadi pengakuan berhubungan dengan masalah apakah
suatu transaksi dicatat (dijurnal) atau tidak (Suwardjono, 2008: 134).
2. Pengukuran Pengukuran adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan
pada suatu objek yang terlibat dalam suatu transaksi keuangan. Jumlah rupiah ini
akan dicatat untuk dijadikan data dasar dalam penyusunan statement keuangan
(Suwardjono, 2008:133).
3. Pengungkapan dan penyajian Pengungkapan berkaitan dengan cara pembeberan
atau penjelasan hal-hal informatif yang dianggap penting dan bermanfaat bagi
pemakai selain apa yang dinyatakan melalui statemen keuangan utama. Sedangkan
penyajian menetapkan tentang cara-cara melaporkan elemen atau pos dalam
seperangkat statement keuangan agar elemen atau pos tersebut cukup informatif

Anda mungkin juga menyukai