NIRLABA
Disusun Oleh :
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah
nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengelolaan
Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Nirlaba”. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Manajemen Nirlaba.
Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan
tentang Mata Kuliah Manajemen Nirlaba bagi para pembaca dan penulis.
Untuk itu, kekurangan yang ada akan menjadi sebuah pelajaran bagi
penulis, dan penulis mengharapkan koreksi, berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca, terutama pengoreksi, untuk perbaikan di masa yang
akan datang. Mudah-mudahan makalah yang telah penulis sajikan ini dapat sangat
bermanfaat.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Organisasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas
kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang
untuk mencapai suatu tujuan. Sebuah organisasi dapat terbentuk karena persamaan
visi dan misi serta tujuan yang sama dari anggotanya. Pembentukan organisasi juga
didasari atas keterbatasan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Organisasi biasanya memanfaatkan suatu sumber daya tertentu misalnya
lingkungan, cara atau metode, material, uang dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Organisasi dibedakan menjadi dua macam dari segi tujuan yang hendak
dicapai, yaitu organisasi niaga/organisasi ekonomi ialah organisasi yang tujuan
utamanya mendapatkan keuntungan yang sebesarbesarnya. Organisasi
sosial/kemasyarakatan ialah organisasi yang dibentuk secara sukarela oleh warga
negara Indonesia bukan dari pemerintah, dan organisasi yang tidak mengutamakan
keuntungan (non-profit atau nirlaba). (Wursanto 2005, hal. 17)
1
memiliki donatur yang kuat hal ini tidak menjadi problem, namun apabila dana-
dana donatur tidak menutup operasional lembaga maka perlu mencari sumber
keuangan lainnya. Donatur dalam organisasi nirlaba tidak mendapatkan imbalan
atas dana yang ia berikan ke organisasi, hal inilah yang menjadi masalah dalam
mencari donatur untuk organisasi. Sumber daya manusia, utamanya organisasi
nirlaba memiliki sumber daya manusia yang idealis, kompeten dan loyal terhadap
organisasi. Hal itu menjadi problem karena pada umumnya keanggotaan atau
sumber daya manusia yang tersedia didasarkan pada idealisme dan sukarela, bukan
didasarkan pada pendapatan yang diterima dari organisasi. Pengelolaan keuangan,
hal ini menjadi problem terutama bila pengelolaan keuangan dilakukan dengan cara
“kekeluargaan” tanpa ada pertanggungjawaban yang jelas. (Allison dan Kaye 2013,
hal. 27)
Adapun yang menjadi pokok pembahasan pada tulisan ini adalah mengenai
pengelolaan sumber daya manusia dalam organisasi nirlaba. Sumber daya manusia
(SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisasi di
samping faktor yang lain seperti modal. Oleh karena itu, SDM harus dikelola
dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Tujuan
pengelolaan SDM ialah untuk meningkatkan kontribusi produktif orang-orang yang
ada dalam organisasi melalui sejumlah cara yang bertanggung jawab secara
strategis, etis, dan sosial. (Rivai 2011, hal. 8)
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Organisasi Nirlaba
Organisasi nirlaba merupakan suatu entitas yang bersifat nonprofit oriented
dimana tidak adanya kepemilikan organisasi, dana bersumber dari sumbangan
sukarela para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau
manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
Organisasi nirlaba bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
pelayanan.
3
sumbangan, dan sebagainya. Karakteristik organisasi nirlaba sesuai ISAK 35
menjelaskan jika:
Hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya manusia pada
organisasi nirlaba adalah cara organisasi nirlaba untuk mendapatkan pekerjanya.
Mengingat salah satu karakter dari organisasi nirlaba yang tidak mendistribusikan
pendapatannya kepada anggota ataupun pekerjanya, maka organisasi nirlaba
haruslah mencari cara untuk mendapatkan tenaga kerja yang dibutuhkan.
Barker (1993, hal. 10) memperkenalkan tiga faktor motivasi dasar seseorang
menjadi relawan, yaitu faktor altruistik, instrumental, dan kewajiban. Seseorang
mau menjadi relawan karena adanya keinginan untuk membantu organisasi ataupun
untuk mencari pengalaman. Hal yang penting dalam hal ini adalah kesamaan nilai
4
antara pekerja dengan organisasi yang akan mempekerjakannya. Ketika organisasi
nirlaba mencari pekerja, maka calon pekerja yang mempunyai kesamaan nilai dan
tujuan akan lebih berpeluang untuk melamar pekerjaan yang ditawarkan tersebut.
inilah yang menjadi fungsi penting dari manajemen organisasi nirlaba, yaitu
mencari cara untuk menyamakan talenta dan kebutuhan dari pekerja dengan
kebutuhan organisasi. Selain itu, manajemen organisasi juga harus dapat untuk
menarik dan mempertahankan pekerja. Kedua hal ini menjadi penting dalam proses
pengelolaan relawan yang bekerja bagi suatu organisasi nirlaba.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pembentukan strategi kerja yang
efektif bagi organisasi nirlaba adalah menciptakan visi yang dapat mengisi mission
5
gap yang dimiliki. Berdasarkan visi dan mission gap yang dimiliki, kemudian harus
menciptakan tujuan jangka panjang (3-5 tahun) yang dapat membawa organisasi
memperkecil gap yang ada pada misi mereka.
6
termasuk hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh organisasi. Pesan ini dianggap
relevan untuk organisasi nirlaba, sebab organisasi nirlaba yang biasanya bertujuan
untuk kepentingan sosial cenderung mencoba untuk melakukan beragam aktivitas
untuk mewujudkannya. Hal ini justru malah dapat membuat organisasi nirlaba
menjadi tidak efektif. Kaplan mengatakan secara jelas bahwa mencoba untuk
melakukan segalanya untuk semua orang dapat memastikan ketidak efektifan dari
organisasi yang dijalankan. Dalam hal ini Kaplan menekankan organisasi nirlaba
untuk dapat fokus kepada satu visi sehingga dapat menjalankan aktivitasnya dengan
lebih efisien.
7
tidak memiliki keuntungan yang dimiliki oleh perusahaan bisnis dalam memberikan
insentif bagi karyawan. Perusahaan bisnis dapat menggunakan insentif yang berupa
pendistribusian dari pendapatan mereka untuk dapat menarik serta
mempertahankan karyawan mereka, sedangkan organisasi nirlaba memiliki
karakteristik yang membuatnya tidak dapat melakukan hal ini. Sedangkan seperti
yang sudah dijelaskan, organisasi nirlaba justru sangat bergantung kepada SDM
yang dimilikinya. Hal ini berarti organisasi nirlaba harus dapat menggunakan cara
lain untuk dapat menarik dan mempertahankan karyawan yang dapat membuat
mereka mewujudkan misi utama mereka.
Maka organisasi nirlaba harus dapat memberikan insentif yang berasal dari
tiga faktor, yaitu altruistik, instrumental, ataupun kewajiban (obligatory). Beberapa
cara yang bisa digunakan untuk dapat menarik dan mempertahankan karyawan
untuk bekerja pada organisasi nirlaba tanpa harus mendistribusikan surplus dari
organisasi, yaitu antara lain dengan cara:
8
pengalaman yang berbeda bagi mereka yang menjadi karyawan organisasi
nirlaba tersebut.
4. Career Development
Cara lain yang dapat diberikan sebagai insentif kepada mereka yang bekerja
pada organisasi nirlaba adalah kesempatan untuk pengembangan karir yang
lebih cepat jika dibandingkan dengan perusahaan bisnis. Hal ini penting,
sebab jika tidak terdapat perbedaan akan peluang pengembangan karir pada
organisasi nirlaba tentu karyawan mereka akan lebih memilih bekerja pada
perusahaan bisnis yang dapat menawarkan manfaat secara finansial yang
lebih besar.
Hal yang juga tidak kalah penting dalam mencari pekerja bagi organisasi
nirlaba adalah kesamaan nilai antara perusahaan dengan calon karyawannya.
Barker mengatakan bahwa motivasi seorang relawan untuk bekerja pada organisasi
nirlaba dapat berupa kesempatan untuk mengembangkan karir maupun karena
adanya kesamaan nilai. Jika organisasi bisa mendapatkan karyawan yang
mempunyai kesamaan nilai, maka peluang untuk mereka berpindah kerja akan
semkin kecil, selama nilai dari organisasi tersebut tidak berubah. Hal ini
menjadikan kecocokan nilai antara organisasi nirlaba dengan karyawannya menjadi
penting untuk diperhatikan.
9
BAB III
KESIMPULAN
Terdapat perbedaan pada karakteristik dari organisasi nirlaba dengan
perusahaan bisnis pada umumnya. Perbedaan ini mengakibatkan terdapat
perbedaan juga pada sistem pengendalian manajemen pada organisasi nirlaba.
Sedangkan kebanyakan studi yang dilakukan lebih berfokus kepada perusahaan
bisnis, sehingga perlu ada penyesuaian dari sistem pengendalian manajemen yang
umumnya dipakai oleh perusahaan bisnis agar dapat digunakan pada organisasi
nirlaba.
10
DAFTAR PUSTAKA
Allison, M., & Kaye, J. (2013). Perencanaan strategis bagi organisasi nirlaba.
Jakarta: Yayasan pustaka Obor Indonesia.
11