Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Akuntansi Organisasi Nirlaba

Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok 11

Mata Kuliah : Akuntansi Konsolidasi

Dosen Pengampu : Nurcahyono, SE, MSA

Disusun Oleh
1. Nabella Febriyani (E2B019328)
2. Maylina Zulfana Ahwa (E2B019381)
3. Nadila Zulfa (E2B019384)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas
rahmat dan karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tercurah pada Rasulullah SAW.
Semoga syafaatnya mengalir pada kita kelak. Makalah dengan judul “Akuntansi
Organisasi Nirlaba” dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Akuntansi Konsolidasi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta
membantu penyelesaian makalah Akuntansi Konsolidasi. Besar harapan kami agar isi
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kami memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan. Kritik yang terbuka dan
membangun sangat kami nantikan demi kesempurnaan makalah. Demikian kata
pengantar ini kelompok kami sampaikan. Terima kasih atas semua pihak yang
membantu penyusunan dan membaca makalah ini.

Hormat Kami

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................4
1.1 Latar belakang..............................................................................................................4
1.2 Tujuan..........................................................................................................................4
1.3 Rumusan masalah.........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................5
2.1 Organisasi nirlaba.........................................................................................................5
2.1.1 Pengertian organisasi nirlaba................................................................................5
2.1.2 Ciri-ciri organisasi nirlaba....................................................................................5
2.1.3 Contoh organisasi nirlaba.....................................................................................6
2.1.4 Dasar pemikiran akuntansi organisasi nirlaba.......................................................6
2.1.5 Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba.........................................................8
2.1.6 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45..............................9
2.1.7 Perbedaan organisasi nirlaba dengan organisasi laba..........................................12
2.2 Badan Layanan Umum (BLU)....................................................................................12
2.2.1 Pengertian Badan Layanan Umum.....................................................................12
1) Bukan kekayaan negara/ daerah yang dipisahkan, sebagai satuan kerja instansi
pemerintah..........................................................................................................................13
2) Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi......13
3) Berperan sebagai agen dari menteri/ pimpinan lembaga induknya:............................13
a. Kedua belah pihak menandatangani kontrak kinerja..................................................13
b. Menteri/ pimpinan lembaga bertanggungjawab atas kebijakan layanan yang hendak
dihasilkan,..........................................................................................................................13
c. BLU bertanggungjawab untuk menyajikan layanan yang diminta..............................13
2.2.2 Tujuan dan asas..................................................................................................13
2.2.3 Persyaratan, penetapan dan pencabutan BLU.....................................................14
2.2.4 Sistem akuntansi BLU........................................................................................16
BAB III PENUTUP....................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................21

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat


serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai tujuan tetapi
karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan
tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup
dalam berorganisasi. Banyak bentuk organisasi dalam kalangan masyarakat, Salah
satunya adalah organisasi nirlaba (non profit). Organisasi nirlaba adalah organisasi
bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik
untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang
bersifat mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi keagamaan, sekolah
negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan
masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat buruh.
Badan layanan umum (BLU) adalah instansi di lingkungan pemerintah yang di
bentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
atau jasa yang di jual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya di dasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II
2. Sebagai bahan diskusi
3. Mengetahui perbedaan antara akuntansi organisasi nirlaba dengan akuntansi
badan layanan umum

1.3 Rumusan masalah

Rumusan makalah ini adalah:


1. Apakah pengertian organisasi nirlaba dan badan layanan umum?
2. Bagaiamana akuntansi organisasi nirlaba dan akuntansi Badan Layanan
Umum?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Organisasi nirlaba

2.1.1 Pengertian organisasi nirlaba

Organisasi nirlaba atau organisasi nonprofit adalah suatu organisasi yang


bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik
publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap
hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi
keagamaan, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik,
organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan,
organisasi sukarelawan, serikat buruh. Menurut PSAK No.45 bahwa organisasi
nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para
penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi
tersebut. (IAI, 2004: 45.1)
Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau
kumpulan dari beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja
sama untuk mencapai tujuan tersebut, dalam pelaksanaannya kegiatan yang
mereka lakukan tidak berorientasi pada pemupukan laba atau kekayaan semata
(Pahala Nainggolan, 2005 : 01). Lembaga nirlaba atau organisasi nonprofit
merupakan salah satu komponen dalam masyarakat yang perannya terasa
menjadi penting sejak era reformasi, tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari
kini semakin banyak keterlibatan lembaga nirlaba.
Berdasarkan pengertian di atas dapat menyimpulkan bahwa organisasi
nirlaba adalah salah satu lembaga yang tidak mengutamakan laba dalam
menjalankan usaha atau kegiatannya.

2.1.2 Ciri-ciri organisasi nirlaba


Adapun ciri-ciri organisasi nirlaba adalah:
1. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak
mengharapakan pembayaran kembali atas manfaat ekonomi yang sebanding
dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

5
2. Menghasilkan barang dan atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan
kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah
dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti
bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan,
atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan
proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuiditas atau
pembubaran entitas

2.1.3 Contoh organisasi nirlaba

Contoh organisasi nirlaba yang ada di Indonesia:


 Organisasi kesejahteraan sosial masyarakat
 Yayasan sosial
Misalnya : Supersemar, Yatim Piatu dsb
 Yayasan dana
Misalnya : YDSF, Pundi Amal SCTV, RCTI Peduli, Dompet Dhu’afa,
 Lembaga advokasi
Misalnya : Kontras, YLKI, Perlindungan kekerasan dalam RT
 Balai keselamatan
Misalnya : Tim SAR
 Konservasi lingkungan / satwa
Misalnya : WALHI, Pro Fauna
 Rumah sakit dan organisasi kesehatan masyarakat
 Yayasan kanker Indonesia
 PMI

2.1.4 Dasar pemikiran akuntansi organisasi nirlaba

Di Amerika Serikat (AS), Financial Accounting Standard Board


(FASB) telah menyusun standar untuk laporan keuangan yang ditujukan bagi
para pemilik entitas atau pemegang saham, kreditor, dan pihak lain yang tidak
secara aktif terlibat dalam manajemen entitas bersangkutan namun memiliki
kepentingan. FASB juga berwenang untuk menyusun standar akuntansi bagi
entitas nirlaba nonpemerintah, sementara US Government Accounting Stan-

6
dard Board (GASB) menyusun standar akuntasi dan pelaporan keuangan untuk
pernerintah pusat dan federal AS.
Di Indonesia, Pemerintah membentuk Komite Standar Akuntasi
Pemerintah. Organisasi penyusun standar untuk pemerintah itu dibangun
terpisah dari FASB di AS atau Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan
Akuntan Indonesia di Indonesia karena karakteristik entitasnya berbeda.
Entitas pemerintah tidak mempunyai pemegang saham atau semacamnya,
memberi pelayanan masyarakat tanpa mengharapkan laba, dan mampu
memaksa pembayar pajak untuk mendukung keuangan pernerintah tanpa
peduli bahwa imbalan bagi pembayar pajak tersebut memadai atau tidak
memadai.
Organisasi komersial dan nirlaba sering rancu, karena pembagiannya
didasarkan atas jenis kegiatan atau bentuk legalnya. Sesungguhnya istilah non -
komersial lebih tepat dari istilah nirlaba. Istilah Not For Profit Organization
(NFPO) telah menggeser istilah nonprofit organization karena menawarkan
resolusi bahwa itikad atau tujuan pendirian organisasi bersangkutan bukan
untuk mencari laba. Seluruh kegiatannya tidak ditujukan untuk mengumpulkan
laba, namun dalam perjalanannya organisasi nirlaba ternyata secara legal
bernasib keuangan yang baik, yakni dapat mengalami surplus karena aliran kas
masuk melebihi aliran kas keluar. Dengan demikian, walaupun sama-sama
memperoleh sisa laba, surplus yang setara laba neto setelah pajak, baik
organisasi komersial maupun organisasi nirlaba tetap pada jati dirinya.
Surplus diperlukan organisasi nirlaba untuk memperbesar skala
kegiatan pengabdiannya dan memperbaharui sarana yang uzur dan rusak.
Sebaliknya, apabila surplus tersebut dinikmati oleh para pengurus dalam
bentuk gratifikasi, gaji, bonus, tunjangan perjalanan dinas, pinjaman bagi
pendiri/ pengurus (setara dividen dalam entitas komersial) atau kenikmatan
(mobil mewah, rumah tinggal, keanggotaan golf dan sebagainya), maka
organisasi nirlaba menjadi berhakikat entitas komersial.
Entitas komersial atau nirlaba sering diidentifikasi melalui bentuk legal
dan bentuk kegiatan. Contoh entitas legal adalah:

7
1) Entitas komersial, terbagi atas entitas komersial yang dikelola
pemerintah, seperti BUMN Persero; entitas komersial swasta, misalnya
CV, NV, Firma, usaha perorangan, UD;
2) Entitas nirlaba, terbagi atas entitas nirlaba pemerintah, entitas nirlaba
swasta, misalnya yayasan, partai politik, lembaga swadaya masyarakat
Pembagian entitas komersial dan nirlaba berdasarkan bidang bentuk
kegiatan/ bidang usaha tidak disarankan. Rumah sakit dan museum pemerintah
pada umumnya nirlaba, namun rumah sakit dan museum swasta mungkin
nirlaba atau komersial

2.1.5 Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba

Sebagai bagian dari usaha untuk membuat rerangka konseptual, Fi-


nancial Accounting Standards Board (FASB, 1980) mengeluarkan Statements
of Financial Accounting Concepts No. 4 (SFAC 4) mengenai tujuan laporan
keuangan untuk organisasi nonbisnis/nirlaba (objectives of financial reporting
by nonbusiness organizations). Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba
dalam SFAC 4 tersebut adalah:
1) Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber
daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam pembuatan kepu -
tusan yang rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi.
2) Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon pe nyedia
sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai
pelayanan yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta kemampuannya
untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut.
3) Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai
kinerja manajer organisasi nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab
pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.
4) Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, da n
kekayaan bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dari
kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber
daya tersebut.

8
5) Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode.
Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/ kondisi
sumher kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta informasi mengenai
usaha dan hasil pelayanan organisasi secara bersama-sama yang dapat
menunjukkan informasi yang berguna untuk menilai kinerja.
6) Memherikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan
membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pemba -
yaran kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempe-
ngaruhi likuiditas organisasi.
7) Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam
memahami informasi keuangan yang diberikan.

2.1.6 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45

PSAK No. 45 tentang pelaporan keuangan organisasi nirlaba


diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk memfasilitasi seluruh
organisasi nirlaba nonpemerintah. Dalam PSAK karakteristik entitas nirlaba
ditandai dengan perolehan sumbangan untuk sumber daya utama (aset),
penyumbang bukan pemilik entitas dan tak berharap akan hasil, imbalan, atau
keuntungan komersial.
Entitas nirlaba juga dapat berutang dan memungkinkan pendapatan dari
jasa yang diberikan kepada publik, walaupun pendapatannya tidak dimaksud
untuk memperoleh laba. Dengan demikian, entitas nirlaba tidak pernah
membagi laba dalam bentuk apapun kepada pendiri/pemilik entitas Laporan
keuangan entitas nirlaba bertugas mengukur jasa atau manfaat entitas dan
menjadi sarana pertanggungjawaban pengelola entitas dalam bentuk
pertanggungjawaban harta-utang (neraca), pertanggungjawaban kas (arus kas),
dan laporan aktivitas.
Menurut PSAK 45, organisasi nirlaba perlu menyusun setidaknya 4 jenis
laporan keuangan sebagai berikut:
1. Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode laporan
Laporan ini bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai aset,
kewajiban, dan aset bersih dan informasi mengenai hubungan di antara
unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi ini dapat membantu

9
para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak-pihak lain untuk
menilai:
1) Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan,
dan
2) Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya, serta kebutuhan pendanaan eksternal.

Lebih lanjut, komponen dalam laporan posisi keuangan mencakup:


1) Aset
2) Liabilitas
3) Aset bersih

2. Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan


Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi
mengenai pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan
sifat aset bersih, hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, dan
bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program
atau jasa. Perubahan aset bersih dalam laporan aktivitas biasanya melibatkan
4 jenis transaksi, yaitu (1) pendapatan, (2) beban, (3)gains and losses, dan
(4) reklasifikasi aset bersih. Seluruh perubahan aset bersih ini nantinya
akan tercermin pada nilai akhir aset bersih yang disajikan dalam laporan
posisi keuangan
Adapun informasi dalam laporan ini dapat membantu
para stakeholders untuk
1) Mengevaluasi kinerja organisasi nirlaba dalam suatu periode
2) Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer dan
3) Menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan
memberikan jasa.

Secara umum, ketentuan dalam laporan aktivitas adalah sebagai


berikut:
 Pendapatan disajikan sebagai penambah aset bersih tidak terikat,
kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang.

10
 Beban disajikan sebagai pengurang aset bersih tidak terikat
 Sumbangan dapat disajikan sebagai penambah aset bersih tidak terikat,
terikat permanen, atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya
pembatasan.
 Jika ada sumbangan terikat temporer yang pembatasannya tidak berlaku
lagi dalam periode yang sama, maka sumbangan tersebut dapat
disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara
konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.
 Keuntungan dan kerugian dari investasi dan aset (atau kewajiban) lain
diakui sebagai penambah atau pengurang aset bersih tidak terikat,
kecuali jika penggunaannya dibatasi.
 Selain dari ketiga jenis aset bersih yang ada sebagaimana dijelaskan
sebelumnya, organisasi nirlaba tetap berpeluang untuk menambah
klasifikasi aset bersih sekiranya diperlukan.
Lebih lanjut, komponen dalam laporan posisi keuangan mencakup:
1) Pendapatan
2) Beban

3. Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan


Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Adapun klasifikasi
penerimaan dan pengeluaran kas pada laporan arus kas organisasi nirlaba,
sama dengan yang ada pada organisasi bisnis, yaitu: arus kas dari aktivitas
operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Metode penyusunan
laporan arus kas pun bisa menggunakan metode langsung (direct method)
maupun metode tidak langsung (indirect method).
Arus kas dari aktivitas operasi umumnya berasal dari pendapatan jasa,
sumbangan, dan dari perubahan atas aset lancar dan kewajiban lancar yang
berdampak pada kas. Sementara itu, arus kas dari aktivitas investasi
biasanya mencatat dampak perubahan aset tetap terhadap kas, misal karena
pembelian peralatan, penjualan tanah, dsb. Lebih lanjut, arus kas dari
aktivitas pendanaan berasal dari penerimaan kas dari penyumbang yang
penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang; penerimaan kas dari

11
sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaannya dibatasi untuk
perolehan, pembangunan dan pemeliharaan aset tetap, atau peningkatan
dana abadi (endowment), atau dari hasil investasi yang dibatasi
penggunaannya untuk jangka panjang.

2.1.7 Perbedaan organisasi nirlaba dengan organisasi laba


Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan
organisasi lainnya (laba). Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa
sesungguhnya ’pemilik’ organisasi nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur.
Pada organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha
organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai
sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber
pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran
tanggung jawab, pada organisasi laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan
Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan
pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan
Komisaris bukanlah ’pemilik’ organisasi.
Organisasi nirlaba, non-profit, membutuhkan pengelolaan yang berbeda
dengan organisasi profit dan pemerintahan. Pengelolaan organisasi nirlaba dan
kriteria-kriteria pencapaian kinerja organisasi tidak berdasar pada pertimbangan
ekonomi semata, tetapi sejauh mana masyarakat yang dilayaninya diberdayakan
sesuai dengan konteks hidup dan potensi-potensi kemanusiaannya. Sifat sosial
dan kemanusiaan sejati merupakan ciri khas pelayanan organisasi-organisasi
nirlaba. Manusia menjadi pusat sekaligus agen perubahan dan pembaruan
masyarakat untuk mengurangi kemiskinan, menciptakan kesejahteraan,
kesetaraan gender, keadilan, dan kedamaian, bebas dari konfilk dan kekerasan.
Kesalahan dan kurang pengetahuan dalam mengelola organisasi nirlaba, justru
akan menjebak masyarakat hidup dalam kemiskinan, ketidakberdayaan,
ketidaksetaraan gender, konflik dan kekerasan sosial. Pengelolaan organisasi
nirlaba, membutuhkan kepedulian dan integritas pribadi dan organisasi sebagai
agen perubahan masyarakat, serta pemahaman yang komprehensif dengan
memadukan pengalaman-pengalaman konkrit dan teori manajemen yang handal,
unggul dan mumpuni, sebagai hasil dari proses pembelajaran bersama
masyarakat.

12
2.2 Badan Layanan Umum (BLU)

2.2.1 Pengertian Badan Layanan Umum


Badan layanan umum (BLU) adalah Instansi di lingkungan pemerintah
yang di bentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang atau jasa yang di jual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya di dasarkan pada prinsip efisiensi
dan produktivitas.
Kriteria BLU
1) Bukan kekayaan negara/ daerah yang dipisahkan, sebagai satuan kerja
instansi pemerintah
2) Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala
korporasi
3) Berperan sebagai agen dari menteri/ pimpinan lembaga induknya:
a. Kedua belah pihak menandatangani kontrak kinerja
b. Menteri/ pimpinan lembaga bertanggungjawab atas kebijakan layanan
yang hendak dihasilkan,
c. BLU bertanggungjawab untuk menyajikan layanan yang diminta

2.2.2 Tujuan dan asas


BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan
prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat.
Adapun asas-asas dalam BLU adalah:
1) BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/ lembaga/
pemerintah daerah untuk tujuan pemberian layanan umum yang
pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi
induk yang bersangkutan.
2) BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementerian negara/
lembaga/ pemerintah daerah dan karenanya status hukum BLU tidak
terpisah dari kementerian negara/ lembaga/ pemerintah daerah sebagai
instansi induk.

13
3) Menteri/ pimpinan lembara/ gubernur/ bupati/ walikota bertanggung jawab
atas pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang
didelegasikannya kepada BLU dari segi manfaat layanan yang dihasilkan.
4) Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan
kegiatan pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh
menteri/ pimpinan lembaga/ gubernur/ bupati/ walikota.
5) BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian
keuntungan.
6) Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU
disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana
kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja kementerian negara/
lembaga/ SKPD/ pemerintah daerah.
7) BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktek
bisnis yang sehat.

2.2.3 Persyaratan, penetapan dan pencabutan BLU


Persyaratan
Suatu satuan kerja instansi pemerintah dapat diizinkan mengelola
keuangan dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-
BLU) apabila memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif.
Persyaratan substantif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan
menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan dengan:
a. Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum.
b. Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan
perekonomian masyarakat atau layanan umum; dan/atau.
c. Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau
pelayanan kepada masyarakat.

Persyaratan teknis terpenuhi apabila:


a. Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan
ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan
oleh menteri/ pimpinan lembaga/ kepala SKPD sesuai dengan
kewenangannya; dan.

14
b. Kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat
sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU.

Persyaratan administratif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang


bersangkutan dapat menyajikan seluruh dokumen berikut:
 Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan,
dan manfaat bagi masyarakat
 Pola tata kelola
 Rencana strategis bisnis
 Laporan keuangan pokok
 Standar pelayanan minimum, dan
 Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara
independen.
Dokumen tersebut disampaikan kepada menteri/ pimpinan lembaga/
kepala SKPD untuk mendapatkan persetujuan sebelum disampaikan kepada
Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati / walikota, sesuai dengan kewenangannya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan administratif diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota sesuai dengan
kewenangannya.

Penetapan
Proses penetapan  PPK-BLU adalah sebagai berikut:
 Menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD mengusulkan instansi pemerintah
yang memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif untuk
menerapkan PPK-BLU kepada Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/
walikota, sesuai dengan kewenangannya.
 Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota menetapkan instansi
pemerintah yang telah memenuhi persyaratan untuk menerapkan PPK-BLU.
 Penetapan tersebut dapat berupa pemberian status BLU secara penuh atau
status BLU bertahap.
 Status BLU secara penuh diberikan apabila seluruh persyaratan telah
dipenuhi dengan memuaskan.

15
 Status BLU-Bertahap diberikan apabila persyaratan substantif dan teknis
telah terpenuhi, namun persyaratan administratif belum terpenuhi secara
memuaskan.
 Status BLU-Bertahap berlaku paling lama 3 (tiga) tahun.
 Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota, sesuai dengan
kewenangannya, memberi keputusan penetapan atau surat penolakan
terhadap usulan penetapan BLU paling lambat 3 bulan sejak diterima dari
menteri/ pimpinan lembaga/ kepala SKPD.

Pencabutan
Adapun penerapan PPK-BLU berakhir atau dicabut yaitu apabila:
 Dicabut oleh Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota sesuai dengan
kewenangannya.
 Dicabut oleh Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota berdasarkan
usul dari menteri/ pimpinan lembaga/ kepala SKPD, sesuai dengan
kewenangannya atau

Pencabutan status dilakukan berdasarkan penetapan ketentuan peraturan


perundang-undangan, yaitu:
 Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota, sesuai dengan
kewenangannya, membuat penetapan pencabutan penerapan PPK-BLU atau
penolakannya paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal usul diterima.
Dalam hal jangka waktu 3 (tiga) bulan terlampaui, usul pencabutan
dianggap ditolak.
 Instansi pemerintah yang pernah dicabut dari status PPK-BLU dapat
diusulkan kembali untuk menerapkan PPK-BLU sesuai dengan ketentuan
dalam Pasal 4 PP No.23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum.
 Dalam rangka menilai usulan penetapan dan pencabutan, Menteri
Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota, sesuai dengan kewenangannya,
menunjuk suatu tim penilai.

16
2.2.4 Sistem akuntansi BLU
Sistem Akuntansi BLU terdiri dari:
 Sistem Akuntansi Keuangan, adalah sistem akuntansi yang menghasilkan
laporan keuangan pokok dengan tujuan umum (general purpose) yang
menghasilkan laporan keuangan pokok untuk keperluan akuntabilitas,
manajemen, dan transparansi.
 Sistem Akuntansi Aset Tetap, yang menghasilkan laporan aset tetap untuk
keperluan manajemen aset tetap.
 Sistem Akuntansi Biaya, yang menghasilkan informasi biaya satuan (unit)
per unit layanan, pertanggungjawaban kinerja ataupun informasi lain untuk
kepentingan manajerial.

Di dalam sistem akuntansi keuangan BLU harus dirancang agar paling


sedikit menyajikan :
 Informasi tentang posisi keuangan secara akurat dan tepat waktu
 Informasi tentang kemampuan BLU untuk memperoleh sumber daya
ekonomi berikut beban yang terjadi selama satu periode
 Informasi mengenai sumber dan penggunaan dana selama satu periode
 Informasi tentang pelaksanaan anggaran secara akurat dan tepat waktu
 Informasi tentang ketaatan pada peraturan perundang-undangan

Karakteristik yang ada dalam sistem akuntansi keuangan BLU antara lain:
 Basis akuntansi yang digunakan adalah basis akrual.
 Sistem akuntansi dilaksanakan dengan sistem pembukuan berpasangan
(double entry).
 Sistem akuntansi BLU disusun dengan berpedoman pada prinsip
pengendalian intern sesuai praktek bisnis yang sehat

Sistem Akuntansi Aset Tetap BLU paling sedikit harus mampu


menghasilkan:
 Informasi tentang jenis, kuantitas, nilai, mutasi, dan kondisi asset tetap milik
BLU

17
 Informasi tentang jenis, kuantitas, nilai, mutasi, dan kondisi asset tetap
bukan milik BLU namun berada dalam pengelolaan BLU
 Dalam pelaksanaan sistem akuntansi asset tetap, BLU dapat menggunakan
sistem akuntansi barang milik Negara yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan

Sistem Akuntansi Biaya BLU paling sedikit mampu menghasilkan:


 Informasi tentang harga pokok produksi
 Informasi tentang biaya satuan (unit cost) per unit layanan
 Informasi tentang analisis varian (perbedaan antara biaya standar dan biaya
sesungguhnya)

Sistem Akuntansi Biaya menghasilkan informasi yang berguna dalam:


 Perencanaan dan pengendalian operasional BLU
 Pengambilan keputusan oleh pimpinan BLU
 Perhitungan tarif layanan BLU

Dalam rangka pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan dan


kegiatan pelayanannya, BLU menyusun dan menyajikan:
 Laporan Keuangan, yang terdiri dari:
 Laporan Realisasi Anggaran dan/atau Laporan Operasional;
 Neraca;
 Laporan Arus Kas
 Catatan atas Laporan Keuangan
 Laporan Keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan oleh BLU
dikonsolidasikan dalam Laporan Keuangan Induk

Pengelolaan kas, utang, dan piutang BLU


Pengelolaan kas
Sesuai dengan pasal 16 UU N0 23 Th 2005, pengelolaan kas BLU
dilaksanakan berdasarkan praktek bisnis yang sehat. Dalam rangka pengelolaan
kas, BLU menyelenggarakan hal-hal sebagai berikut:

18
 Merencanakan penerimaan dan pengeluaran kas
 Melakukan pemungutan pendapatan atau tagihan
 Menyimpan kas dan mengelola rekening bank
 Melakukan pembayaran
 Mendapatkan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek, dan
 Memanfaatkan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh pendapatan
tambahan. Atau dengan kata lain memanfaatkan kas yang menganggur (idle
cash) jangka pendek untuk memperoleh pendapatan tambahan.

Pengelolaan utang
Mengenai pengelolaan utang BLU, disebutkan dalam 18 UU N0 23 Th
2005 tentang pengelolaan BLU, disebutkan BLU dapat memiliki utang
sehubungan dengan kegiatan operasional dan/ atau perikatan peminjaman
dengan pihak lain sepanjang dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien,
ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab, sesuai dengan praktek bisnis
yang sehat
Terdapat 2 (dua) jenis utang BLU, yaitu:
 Utang jangka pendek
 Utang jangka panjang
Pengelolaan piutang
Dalam pasal 17 UU N0 23 Th 2005, mengenai  pengelolaan piutang BLU
disebutkan bahwa BLU dapat memberikan piutang sehubungan dengan
penyerahan barang, jasa, dan/ atau transaksi lainnya yang berhubungan langsung
atau tidak langsung dengan kegiatan BLU sepanjang  dikelola dan diselesaikan
secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab serta dapat
memberikan nilai tambah, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat dan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Piutang BLU yang sulit ditagih dapat dilimpahkan penagihannya kepada
Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pada implementasi selanjutnya, piutang BLU dapat dihapus secara mutlak atau
bersyarat oleh pejabat yang berwenang, yang nilainya ditetapkan secara
berjenjang.

19
Adapun kewenangan penghapusan piutang secara berjenjjang tersebut
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan/ gubernur/ bupati/ walikota,
sesuai dengan kewenangannya, dengan memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang
bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik
untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang
bersifat mencari laba (moneter).
Ada 4 jenis laporan keuangan yang perlu disusun oleh organisasi nirlaba
menurut PSAK Nomor 45 yaitu:
1. Laporan posisi keuangan (neraca)
2. Laporan aktivitas
3. Laporan arus kas
4. Catatan atas laporan keuangan
Ada 3 hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi laba
yaitu:
1. Kepemilikan
2. Pengelolaan
Badan layanan umum (BLU) adalah Instansi di lingkungan pemerintah yang di
bentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
atau jasa yang di jual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya di dasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

21
DAFTAR PUSTAKA

http://mitoyono.blogspot.com/2011/01/akuntansi-organisasi-nirlaba.html(diakses
tanggal 29 Mei 2017)
http://tugasdanbelajar.blogspot.com/2013/02/pengertian-organisasi-nirlaba-
non.html#.UzuOjycQzXQ (diakses tanggal 29 Mei 2017)
http://titoindraprasetyo09.blogspot.com/2013/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html (diakses tanggal 29 Mei 2017)
http://akuntansi-organisasi-nirlaba.blogspot.com/ (diakses tanggal 29 Mei 2017)
Dcmaria wordpress.com/2012/09/18/badan-layanan-umum-blu. Html (diakses tanggal
29 Mei 2017)

www.fourseasonnew.com/2012/10/sistem-akuntansi-blu.html (diakses tanggal 29 Mei


2017)

http://drummerfan.wordpress.com/2010/01/16/blu-badan-layanan-umum/ (diakses
tanggal 29 Mei 2017)

22

Anda mungkin juga menyukai